Sekar Ayu adalah kembang desa yang mendapat lamaran Adipati Wiryo sang penguasa. Dia bersaing dengan semua selir di dalam istana untuk mendapatkan hati sang Adipati. Semua selir bersaing dengan ketat agar bisa masuk ke dalam kamar Adipati. Ayu saat itu melanggar aturan dengan memandang wajah Adipati, yang malah menarik perhatiannya. Karena kecantikan dan kecerdasannya, akhirnya Ayu berhasil membuat sang Adipati jatuh hati kepadanya, apa lagi Ayu yang selalu bisa memuaskan hasratnya dengan baik, di tambah kelihaiannya membuat sang Adipati sangat luluh kepadanya. Setiap malam Ayu selalu berhasil membuat dirinya bermalam dengan Adipati. Bahkan selama empat hari, Ayu tidak pernah keluar dari kamar Adipati, membuat semua selir membencinya. Namun itu semua tidak merubah keadaan. Ayu akhirnya menjadi satu-satunya wanita yang di nikahi Adipati Wiryo. Dia berhasil membuat Adipati memandang wajahnya jika melakukan hubungan yang tidak pernah di lakukannya dengan wanita lain.Jenderal Iblis orang kepercayaan Adipati, tidak menyukai Ayu yang bisa membuat Adipati menjadi menuruti semua kemauannya, karena di kawatirkan akan membuat istana goyah. Dia berusaha membuat Ayu terpisah dengan Adipati. Namun, berjalannya waktu, sang Jenderal malah jatuh hati kepada Ayu akibat sifatnya yang bisa membuatnya kalah pertama kalinya oleh wanita.Percintaan rumit cinta segitiga, membuat Ayu semakin berkuasa. Dia memanfaatkan dua orang paling berkuasa untuk membuat dirinya yang bisa menguasai istana, hingga semua peraturan kerajaan dalam kekuasaannya. Semua orang menundukkan kepalanya ketika Ayu melewati mereka. Kekuasaannya semakin bertambah berjalannya waktu.Namun, seseorang datang mengacaukan segalanya, membuat Ayu akan menghadapi kekalahannya. Kegoyahan Adipati dan Jenderal Iblis mulai terlihat, hingga Ayu akan membuat sebuah rencana menggulingkan kerajaan."Aku akan menjadi penguasa, dan itu bisa terjadi." ucap Ayu dengan tatapan tajamnya, bercampur senyuman sinisnya.Ikuti kisahnya.
Lihat lebih banyakAyu Sekar bunga desa dengan kecantikannya yang paripurna. Dia akan menjalani seleksi pemilihan selir Adipati di istana. Ayu resah dengan surat yang mengharuskan dia datang ke pondok wanita utama kerajaan. Dia duduk di depan meja makan sambil mengamati ibunya yang sedang mengaduk kopi buat bapaknya. Dia berjalan pelan berdiri di belakang ibunya.
“Bu, apa aku harus menikahi Adipati Wiryo. Aku ini akan jadi istri keberapa, Bu? selirnya banyak dan bagaimana nanti aku akan menjalani pernikahan itu?”
“Kamu tinggal nikah aja. Adipati itu kan orang paling berkuasa. Kamu itu seharusnya bersyukur di pilih menjadi calon istrinya Adipati.”
“Tapi Bu, aku masih sangat muda dan baru lulus sekolah. Apa aku harus langsung menikah?”
Ibu Ayu masih saja menambah gula. Bapaknya suka sekali dengan kopi manis. Ibunya berjalan meletakkan kopi itu di atas meja persis di hadapan bapaknya. Tapi, bapak Ayu masih saja diam dengan serius tanpa memperhatikan perkataannya.
“Bu, apa yang harus aku lakukan?” tanya Ayu sekali lagi dengan memastikan apakah dia memang benar akan menikahi Adipati berkuasa itu.
“Yang harus kamu lakukan ya menikah, Ayu. Pak, kau harus menjelaskan kepada anakmu yang cerewet ini! Ibu bingung mau ngomong apa?!” bentak ibunya kesal.
Ayu duduk lemas di atas kursinya. Yang dia dengar, sang Adipati orang yang sangat pendiam, dingin, dan jarang sekali tertawa. Setiap selir yang masuk ke kamarnya, tidak ada semalam sudah keluar dengan cepat. Bahkan ada yang menangis saat keluar dari kamar sang Adipati. Cerita itu sudah menyebar sampai ke luar istana. Ayu sangat resah mendengar gosip itu.
“Bu, aku ini tidak bisa menikah. Kenapa bukan kakak saja, Bu?” protes Ayu yang sama sekali tidak di hiraukan ibunya.
“Aku tidak akan menikahi Adipati tua itu!” Kakak Ayu yang bernama Sriasih datang dengan suara tegasnya.
“Aku tidak bisa adikku sayang. Kau lah yang harus menikah. Dan jangan bikin ibu tegang. Turuti surat lamaran Adipati. Jika kita tidak menuruti, apa yang akan terjadi dengan keluarga kita?” katanya santai sambil mengelus rambut Ayu yang masih saja terurai.
Sriasih masih saja meyakinkan Ayu agar mau menerima lamaran yang di ajukan untuknya. Lamaran Adipati yang datang ke keluarga Ayu yang merupakan bangsawan dan terkenal memiliki anak yang paling ayu, membuat Sang Penguasa itu melayangkan lamarannya.
“Bu, kapan aku harus ke sana?”
“Kemana, Ayu?”
“Datang ke lamaran Adipati, Bu.”
“Nanti akan ada yang menjemputmu, Ayu. Dan kau tinggal di rumah selir dulu. Nanti di sana kau akan di siapkan. Tapi, belum tahu kapan kau akan masuk ke dalam kamarmu dengan Adipati. Tunggu di panggil.”
Ayu semakin lemas mendengar apa yang di katakan ibunya. “Apa seperti antrian gitu, Bu? Sang Penguasa kok jahat gitu!”
“Bagaimanapun juga Adipati adalah penguasa, dan kita bisa apa dengan melanggarnya. Yang bisa kita lakukan hanya menurutinya.” Ibu Ayu memegang pipinya. Dia berusaha menenangkan hati anaknya yang sangat resah.
Bapak Ayu akhirnya berdiri, dan menghampirinya. “Ayu, kita ini kan bawahan raja Adipati. Bagaimanapun juga, menjadi selirnya itu adalah yang paling tidak boleh di tolaknya. Jadi, kau itu harus menuruti raja. Nanti akan ada libur. Kau bisa pulang ke rumah. Sampai saat ini belum ada selir yang resmi menjadi ratu Adipati. Sapa tahu, kau nanti yang menjadi ratu itu. Nasib tidak ada yang tahu.”
Ayu masih saja lemas. Dia segera berdiri, berjalan masuk ke dalam kamarnya. “Aku akan membuat Adipati melirikku. Paling tidak aku akan membuat diriku berharga di sana. Tapi, aku tidak tahu bagaimana rupa Adipati. Dia selalu saja lewat di hadapan kami dengan memakai kereta dan walaupun dia keluar, kami harus benar-benar menundukkan kepala.”
Ayu menatap wajahnya di depan cermin. Dia masih saja resah membayangkan bagaimana dirinya akan melakukan malam pertama dengan orang yang jauh lebih tua dengannya. Bahkan mungkin sekitar puluhan tahun jaraknya.
"Aku tidak tahu gosip itu adalah benar atau tidak. Semoga dia tidak benar-benar tua," gerutunya kesal.
Pagi menjelang. Ibu Ayu mengetuk pintu kamarnya. Dia segera membukanya. “Ayu, kau harus segera ke istana. Utusan kerajaan mengutusmu untuk datang ke sana. Sekarang mandilah! Dalam tiga puluh menit, kita harus siap denganmu!”
Ibu Ayu mendandaninya dengan sempurna. Dia memang adalah kembang desa yang banyak di incar oleh pria. Namun, kekuasaan Adipati yang memiliki segalanya. Ayu memakai kebaya kuning, dan sanggul dengan hiasan bunga kamboja yang sangat cantik.
Beberapa kuda dan kereta kencana sudah datang. Jenderal dan beberapa pengawal gagah dengan memakai jubah hitam dan pedang yang ada di tangan kanan mereka, membuat semua orang menundukkan kepalanya. Jenderal tertinggi istana sendiri yang di tugaskan Adipati untuk menjemput Ayu. Jenderal itu di juluki nama Jenderal Iblis.
“Selamat datang jenderal.” Bapak dan ibu Ayu serta kakaknya Sriasih menunduk dengan cepat. Ayu sedikit melirik dan menatap mata hitam bulat sang jenderal. “Di mana calon selir raja?!” tanyanya dengan tegas.
“Saya yang bernama Ayu Sekar.” Dengan tegas, Ayu maju ke depan. Dia sangat berani melakukannya. Semua selir yang akan menjadi penghibur raja tidak ada yang pernah melakukan hal itu. Sang jenderal tersenyum, menatap Ayu dari atas sampai bawah.
Orang tua Ayu di sebelah Sriasih kakaknya, sangat kawatir dengan apa yang Ayu lakukan. Dia sudah melanggar aturan sang Adipati. Jenderal gagah dengan mata tajamnya mendekati Ayu yang masih berdiri dengan mengangkat wajahnya.
“Tidak aku pungkiri, kau lah yang paling cantik. Kali ini, aku memaafkanmu. Lain kali, pedang ini akan menghunusmu, wanita.”
Jenderal Iblis, itulah julukannya karena sudah sering memenangkan peperangan dan membuat semua musuh ketakutan karena kehebatannya dalam memainkan pedang. Dia mengarahkan tangannya agar pengawal membuka pintu kereta kencana yang akan membawa Ayu ke istana. Tanpa berbicara lagi, jenderal menaiki kudanya yang dengan cepat melesat di ikuti kereta dan semua pengawal dengan gagah namun menakutkan.
“Aku tidak menyangka anak kita yang sangat kalem itu, bisa seperti itu, Pak.” ucap ibu Ayu dengan gelisah. “Iya Bu, semoga saja dia bisa selalu membawa kabar baik kepada kita.” Bapak ayu dengan ibunya masuk ke dalam rumahnya. Sementara Sriasih hanya diam menatap kereta yang tidak dia sangka sangat mewah dari biasanya yang dia lihat.
“Mungkin aku akan merubahnya jika Adipati itu bisa membuatku semakin berkuasa,” batin Sriasih masih diam memandang kereta Ayu hingga menghilang.
Dalam kereta, Ayu diam menyiapkan tenaganya untuk menghadapi apa yang akan ada di hadapannya, dan tidak di sangkanya. Kereta kencana sampai di hutan. Roda yang semula berputar kencang melambat seketika. Ayu merasakan hal yang sangat aneh. Dia sedikit membuka tirai jendelanya. “Kenapa berhenti?” tanyanya dalam hati.
“Siapa pria yang menghadang jenderal dengan pedangnya?” Ayu melihat seorang pemuda dengan tudung dan cadar hitam menghadang mereka.
“Serahkan semua harta kalian!” Dia mengarahkan pedang yang sangat tajam ke wajah Jenderal yang sama sekali tidak bergerak. “Jenderal, aku tidak akan memerintahkan ke dua kalinya.”
Dengan cepat Sang Jenderal, menghunuskan pedangnya. Sekali tebas, pemuda itu kehilangan kepalanya. “Jangan, sudah cukup!” teriak Ayu. Dia membuka kereta kencananya. “Tolong, kali ini biarkan yang lain hidup!” jenderal itu menarik Ayu, memasukkan ke dalam keretanya.
Sang Jenderal menatap tajam wajah Ayu. Dia semakin mendekatkan wajahnya. “Jangan mentang-mentang kau akan menjadi selir raja, bertindak seenaknya sendiri. Aku bisa saja membuangmu dan mengatakan jika kau melarikan diri. Dan kau tahu akibatnya, keluargamu akan tewas.”
Jenderal melepaskan tangannya, hingga Ayu terlempar ke dalam kereta. “Aku tidak akan melupakan apa yang kau katakan, Jenderal! Akan aku buat Sang Adipati memenggal kepalamu. Tunggulah saatnya tiba!” batin Ayu dengan amarahnya.
Sang Jenderal dengan keahlian pedangnya, menghabisi semua perampok yang menghadang mereka. Bahkan dia tidak mengenal rasa kasihan jika yang menyerangnya adalah remaja. Semua nyawa puluhan orang itu melayang. Salah satu pengawal segera berlari menunduk, memberikan kain hitam untuk membersihkan pedang Sang Jenderal yang masih terdapat cairan darah, setelah menyelesaikan pertarungannya.
“Ayo berangkat! Jangan membuat Adipati raja menunggu kita!” Dia berbicara dengan sangat lantang.
“Hiya ….” Kuda gagah hitam miliknya dengan sekali pukulan, melesat dengan kencang.
Kereta kencana akhirnya sampai di istana yang sangat megah. Kepala selir menyambutnya di depan gerbang. Dia adalah wanita tua dengan pakaian kebaya merah dan dandanan yang sangat tebal. Jalannya sangat anggun. Semua akan menunduk jika melewatinya, kecuali Ayu yang selalu mengangkat wajahnya dan melanggar semua aturan.
“Tundukkan kepalamu!” bentaknya dengan tatapan tajam ke arah Ayu.
“Untuk, apa?” Ayu membalas tatapan tajamnya.
Kebahagiaan Ayu semakin merebak. Kelahiran anak laki-laki gagah membuat seluruh rakyat bergembira dan merayakan secara besar-besaran. Mereka meliburkan semua kegiatan hari itu dengan memasak makanan sangat lezat dan mengadakan pawai. Mereka bersorak gembira saling meluapkan perasaan senang. Bahkan, saat malam tiba, lampion dengan nyala api dari obor kecil menyala membuat desa semakin terang. Ayu semakin tersenyum menggendong anaknya. Rose bersama Intan dan semua pelayan selalu memancarkan senyuman tak terkecuali kedua orang tua Ayu dengan kakaknya Sriasih. Mereka meluapkan kebahagiaan dengan kelahiran penguasa baru. “Adipati Karsa, kau akan memimpin semua rakyat ini dengan adil dan bijaksana!” Ayu berucap dengan suara lantang membuat semua orang menundukkan kepalanya. *** Waktu berjalan sangat cepat, Karsa semakin besar berumur tujuh belas tahun. Anak Jenderal yang diberikan nama Gugus menjadi pemuda terkuat dan ahli dalam menggunakan pedang. Tidak ad
Ayu berjalan memasuki kamar di mana benda mati yang berada di dalamnya adalah saksi bisu hubungannya dengan sang penguasa Adipati Wiryo yang kini tinggal kenangan. Dia masih diam menatap pintu megah dengan ukiran khas antik. Napasnya terus dihembuskan dengan perlahan. Hatinya yang bergetar, dia atur dengan baik.“Apa kau siap membukanya, Ayu?” tanya Rose.“Aku siap,” jawab Ayu singkat.Ayu melangkah perlahan masuk ke dalam, berhenti di tengah ruangan. Dia mengamati sekitar. Bahkan, sisa air yang berada di gelas milik suaminya itu masih ada. Jubah kebesarannya tergeletak di sandaran kursi berlapis emas masih tertata rapi.“Rose, tinggalkan aku sendiri!” pinta Ayu.“Baik!”Rose keluar menutup pintu kamar dengan rapat. Ayu masih mengamati semua ruangan dan kembali ke masa lalu. Dia terdiam sedih seakan melihat Adipati berdiri saat menyambut kedatangannya. Sorotan mata tajam Adipati masih membayang
Jenderal dengan sangat kuat melepaskan tancapan anak panah salah sasaran yang sama sekali tidak membuatnya tumbang, dan mengenai lengan kuatnya. Ayu semakin menatap tegang di hadapannya.“Kau sengaja akan membunuhku?” tanya Jenderal menatap Ayu heran. Terpancar rasa kecewa sangat dalam di aura wajahnya.“Kau sangat kejam. Aku selama ini hanya memanfaatkan hati kalian berdua, penguasa. Namun, tujuanku hanya satu. Menduduki singasana itu.” Ayu semakin membuat murka Jenderal. Dia melirik pedang iblisnya, hingga membuat Ayu semakin resah. Rose juga menatapnya kaku.“Kau tidak akan aku biarkan menduduki singasana itu!” teriak Jenderal. Pengawal setianya yang berjumlah lima orang, berlari akan melindunginya. Namun, Patih dengan kawanan perampok mencegahnya. Ayu sangat pasrah dengan apa yang akan dilakukan Jenderal kepadanya. Dia menarik napas dan akan menerima hunusan pedang Jenderal, hingga suara wanita tidak asing terdengar cukup
Pagi menjelang dengan indah. Udara diselimuti embun pagi dengan pantulan sinar cahaya mentari yang semakin membuat bumi terang. Senyuman terpancar dari wajah Ayu yang masih memandang taman istana dari jendela kamarnya. Datangnya hari gerhana bulan malam nanti membuat rakyat bergembira. Mereka mempercayai jika gerhana bulan menjadikan malam menjadi indah untuk mereka mengadakan pawai.“Malam nanti, semua sudah disiapkan, Ratu,” ucap Rose mengejutkan Ayu dari belakang. Perlahan tubuhnya membalik. Kedua matanya menyambut pagi dalam tegang. Hatinya bergetar kencang menunggu datangnya malam.“Apakah semua akan hadir?”“Semua nama yang kau sebutkan saat itu akan aku pastikan hadir,” kata Rose mendapatkan secarik kertas bertuliskan beberapa nama yang Ayu berikan setelah dia menuliskan di rumah Sriasih. Sederet nama yang akan menyaksikan pertarungan antara kedua penguasa.“Baiklah. Aku akan melihat lapangan itu,” ka
Jenderal semakin memandang selir yang kini akan dia nikmati untuk tujuan tertentu.“Jika aku mencintainya, Ayu. Aku tidak akan memiliki hasrat dengan wanita lain. Namun, kini aku sadar jika aku hanya terobsesi dengannya. Tapi, ketika aku memandangnya, rasa getaran itu ada hingga ingin menyayanginya. Apakah namanya hatiku? Paling tidak aku akan meninggalkan keturunanku di dunia dan aku akan membuatnya menghabisi anak Adipati itu,” batinnya mulai menikmati tubuh Selir.Jenderal menarik tubuh selir agar terduduk. Dia setengah berdiri di ranjang dengan lutut sebagai penyangga tubuhnya. Tangan kuatnya membelai bibir selir itu yang menikmatinya dengan memejamkan kedua matanya. Kini dia menuju rambut hitam bersanggul yang akhirnya terurai karena jepit bunga mawar sudah dilepaskan oleh Jenderal. Belaian tetap dia berikan hingga leher selir kini berada di tangannya.“Puaskan aku dengan baik,” katanya menarik wajah selir untuk memulai aksi dengan m
Ibu Suri menahan Ayu melangkah. Langkah yang akan melaju, terhenti dengan mendadak. Ayu menolehkan pandangannya seketika. Hingga akhirnya tubuh Ayu ikut membalik dan membuatnya bisa menatap kembali Ibu Suri di hadapannya.“Apa yang membuatmu menghentikanku?” tanya Ayu.“Aku tidak akan membiarkanmu memenangkan ini semua. Dan, kau akan aku siksa dengan perlahan. Semua kehancuran istana ini adalah ulahmu. Kau yang menyebabkan istana ini menjadi lemah sekarang,” kata Ibu Suri yang kali ini membuat Ayu naik pitam. Ayu semakin mendekati Ibu Suri yang mengangkat wajahnya dengan sangat tinggi sebagai ciri khasnya.“Kalah? Kau pikir, siapa yang membongkar permaisuri yang jelas-jelas ingin membunuhmu? Jika dia menang, apakah kau masih akan hidup? Justru aku yang menyelamatkan istana ini dan akhirnya menjadi lebih kuat. Sudahlah, kesempatanmu sampai gerhana bulan datang. Jika kau masih keras kepala, aku akan memikirkan hukuman apa yang cocok b
Pertarungan kedua mata penguasa masih saja terjadi. Mereka saling membalas tatapan tajam satu sama lain, seakan pertarungan sudah dimulai antara keduanya. Obsesi dengan pengakuan kehebatan, sudah membuat mereka menjadi musuh. Sifat asli dari keduanya yang mulai terbukti.Ayu mengambil ramuan, dan akhirnya meminumnya sendiri karena pelayan yang tidak akan kunjung datang. Dia meneguk hingga habis mencampurnya dengan air segar yang sudah tersedia di dalam kamar. Sementara, kedua penguasa masih saja tidak berbicara. Ayu perlahan melangkah mendekati mereka.“Apa yang kalian masalahkan. Anak dalam kandunganku?” tanya Ayu sambil menatap santai keduanya.“Kalian adalah kedua penguasa terhebat, buktikan jika salah satu kalian memang tidak terkalahkan. Itu adalah pembuktian yang jelas. Hadiahnya adalah satu, terhebat,” kata Ayu membuat keduanya melihat dirinya yang masih diam di antara mereka.Ayu berjalan meninggalkan mereka yang akhirnya b
Di dalam kamarnya, Adipati mulai mendekati Ayu yang merentangkan tubuhnya di ranjang. Dia menelusuri tubuh Ayu dari bawah hingga daerah rawan yang sudah lama tidak dia sentuh. Kedua matanya memejam menikmati kulit yang selalu diimpikannya setiap malam.“Kau sangat nikmat …”Ayu mengeliat mencengkeram kain ranjang berwarna merah jingga mengatasi hasratnya yang juga muncul. Titik tengah daerah sensitivnya yang sudah dinikmati Adipati, membuatnya terus berhembus. “Hah!” teriaknya membuat Adipati tersenyum.“Aku akan membuktikan jika aku yang bisa memuaskanmu, bukan Jenderal keparat itu!” teriak Adipati terus memainkan dengan ujung lidahnya hingga Ayu semakin mendesah.“Ah!”“Teriaklah! Aku semakin menyukainya!” balas Adipati kini memainkan jarinya di daerah itu dengan gerakan berirama, membuat Ayu semakin tidak kuasa menahannya.“Ah, ah!”Adipati semakin terse
“Tang!”Wanita perampok melompat tinggi, sekuat tenaga mengangkat tangannya mengarahkan pedang dengan cepat dari arah samping. Namun pengawal hebat Adipati menangkisnya hingga pedang itu bersentuhan mengakibatkan suara nyaring terdengar jelas. Sinar matahari yang sangat gagah menyinari bumi tepat di ubun-ubun, membuat mereka semakin bersemangat walaupun buliran keringat bercucuran deras menyelimuti tubuh mereka.“Hah!”“Tang!”Pengawal yang terus menyerang, dengan mudah wanita perampok kalahkan. Keahlian menggunakan pedang dari kecil yang sudah dilatih ayahnya mantan kepala perampok, bisa dengan mudah dia lakukan.“Rasakan ini!”Pedang di tangan kanan wanita itu terus dengan lihai dia hentakkan membuat pengawal kwalahan tidak bisa menandingi kecepatannya.“Aku tidak akan membiarkanmu menang!” teriaknya membuat pengawal melotot melihatnya. Ditambah gerakan serangnya yang super
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen