Share

RENCANA BARU

Author: Esi Apresia
last update Last Updated: 2021-02-19 13:02:40

Ayu perlahan mendekati wanita tua yang berada di dalam penjara bersama dirinya. Dia duduk di sebelahnya.

“Siapa kau?” tanyanya.

Wanita itu tidak langsung menjawabnya. Dia hanya tersenyum memandang Ayu yang sangat berantakan. Wanita itu menyingkirkan rambut Ayu yang menutupi wajahnya. Dia memandang Ayu dengan sangat serius. Jarinya, perlahan mengikuti pola wajah Ayu.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Ayu sekali lagi.

Wanita itu menghela nafasnya. Dia menggeleng sambil tersenyum. “Kau akan bisa menjadi ratu. Aku mengira, kau pasti ke sini karena melakukan pemberontakan kepada mereka.”

“Aku sangat ingin membalas semua orang. Aku membenci Adipati. Dia membawa semua gadis untuk melayaninya. Hanya dia. Lalu, bagaimana dengan masa depan mereka. Apakah mereka harus berada di sini sepanjang hidupnya hanya untuk Adipati? Aku akan merubah semua peraturan itu. Satu-satunya cara, aku harus menjadi ratu,” gerutu Ayu kesal. Dia berbicara sangat cepat, sambil menahan amarahnya.

“Aku Madame Rose. Ibuku berasal dari luar. Ayahku, orang lokal. Tapi, kami lama tinggal di sini.”

“Kenapa kau ada di sini?”

“Hahaha, aku membantah perintah Jenderal Iblis untuk membuang Selir yang menangis saat bermalam dengan Adipati. Dia keluar kamar, berlari menutup wajahnya. Aku sangat terkejut melihat semua kulit lengannya lebam. Aku menyembunyikannya. Tapi, sang Jenderal mengetahuinya, melemparku di sini, menggantikanku dengan Wati.”

Ayu mengeratkan tubuhnya. Dia menahan dingin yang semakin menusuk.

“Aku menatap Adipati, dan memanggil namanya dengan lantang. Jenderal itu marah, hingga aku berada di sini.” Sambil menundukkan kepala, Ayu berkata pelan.

Rose tersenyum, mengangkat wajah Ayu dengan tangannya. “Adipati akan sangat mencintaimu. Dia tidak akan menolak siapapun yang membantahnya jika berwajah cantik sepertimu. Kau, besuk akan menjadi wanita di kamarnya. Saat kau masuk, tolak dia!”

Ayu semakin memandang serius perkataan Rose. Matanya mengernyit. “Ceritakan semua! Apa yang harus aku lakukan? Aku akan mengeluarkanmu segera jika aku berhasil mengambil hatinya, dan menyingkirkan Wati.”

“Itu tidak mudah,” jawab Rose tegas.

Rose berdiri, mengambil sebuah batu kecil. Dia melukis sebuah lingkaran di tanah. Dia membaginya menjadi empat bagian. Satu bagian di beri tulisan Adipati. Bagian kedua Jenderal. Bagian ketiga aula selir. Bagian ke empat Wati. Dan di tengahnya sebuah tulisan besar yang menghubungkan ke empatnya bertuliskan Selir Adipati. Ayu membuka ke dua matanya lebar-lebar. Namun, dia masih saja tidak mengerti dengan apa yang di maksud Rose.

“Kau tahu?” tanya Rose. Ayu menggeleng cepat.

“Selir Adipati, adalah ratu segalanya. Posisi ini yang akan merubah semua kondisi kerajaan saat ini. Jika kau bisa berada di posisi ini, kaulah sang penguasa. Bukan Adipati. Kekuatan wanita mengalahkan segalanya. Tugasmu hanya satu.”

Ayu semakin tidak mengerti dengan apa yang di katakan Rose. Dia menarik nafas, berusaha mendengarkan dengan sangat serius. Rose berdiri menarik Ayu. Dia membuka tangan Ayu yang semula mengerat di tubuhnya.

“Buatlah, Adipati jatuh cinta kepadamu. Jika itu terjadi,” Rose menghapus gambar yang dia lukis di tanah, dan hanya menyisakan nama selir Adipati. “Hanya dirimu yang akan berdiri.”

“Apa yang harus aku lakukan?” Ayu berdiri tegak. Dia menahan dingin yang menusuk kulitnya.

“Rasa dingin itu harus kau tahan. Jika kau bisa menahannya, kau akan bisa menjadi wanita yang sangat kuat."

Rose memutari tubuh Ayu. Dia menegakkan punggung Ayu, dan Mengangkat wajahnya. Membenarkan posisi kaki dan tangan, agar Ayu bisa dengan sempurna berdiri di hadapan semua orang.

"Berdirilah dengan tegak. Tunjukkan wajah cantik dan kemolekan tubuhmu. Buat semua pria melirikmu. Lakukan dengan anggun dan terhormat. Buatlah rumor beredar tentang kecantikan dirimu. Adipati dan Jenderal itu akan mendengarnya, pasti dia akan penasaran denganmu. Buatlah rumor itu sebaik mungkin. Berdandanlah sealami mungkin, namun menggoda."

Ayu sepanjang malam mendengarkan semua perkataan Rose dengan serius. Rose mengajarkan semua yang harus Ayu ketahui. Seluk beluk kerajaan, dan bagaimana cara mendapatkan hati Adipati dingin, kejam itu. Namun, ada satu hal yang sangat mengejutkan Ayu atas perkataan Rose.

“Kau juga harus membuat Jenderal Iblis mencintaimu. Itu yang paling utama.”

“Apa?” Ayu melotot tidak percaya.

“Kenapa aku harus melakukan itu? Kau tahu aku sangat membencinya.”

Penjelasan Ayu yang membuat Rose menarik tubuhnya agar mendekat. Dia menatap sekitar lewat sela-sela kayu pembatas penjara, memastikan tidak ada yang mendengarkan perkataan mereka.

“Dengarkan!” Rose semakin mendekati telinga Ayu. Bibirnya mulai berbicara dengan sangat serius. “Kau tahu jika jenderal itu adalah kepercayaan Adipati. Apapun yang dia katakan, Adipati akan percaya.”

“Lalu, kenapa aku harus membuatnya jatuh cinta kepadaku?” tanyanya sambil berbisik.

“Bayangkan bagaimana jika dua penguasa, akan jatuh cinta dengan satu wanita. Buatlah mereka saling bermusuhan. Buatlah sang Adipati dan Jenderal bermusuhan. Kau tahu apa yang akan terjadi jika mereka akan melakukan itu?”

Rose memandang Ayu yang akhirnya mengerti dengan apa maksud dari perkataannya. Dia tersenyum sambil memandang Rose. Ayu membenarkan kebayanya, dan rambutnya yang sangat berantakan.

“Aku akan membuatnya seperti itu,” ucapnya sambil membayangkan kemenangan yang akan diraih dengan senyuman sinis, hingga gigi putihnya yang sangat rata sedikit terlihat.

“Apakah saat kau melakukan teriakan, Adipati hanya diam memandangmu?” tanya Rose memastikan. Ayu menganggukkan kepalanya masih dengan tersenyum. Rose ikut menganggukkan kepalanya. Dia memejamkan ke dua matanya, sambil menarik nafas panjang.

“Hah ...”

“Akhirnya, yang aku tunggu datang. Kerajaan ini akan berubah karena seorang wanita yang memiliki kekuatan untuk mengalahkan segalanya. Ramalan itu benar.”

“Ramalan?” Ayu kembali menatap Rose. Dia mengikuti Rose menatap jendela yang sangat kecil, tapi bisa membuatnya melihat sedikit keindahan desa.

“Aku saat itu sangat tersiksa melihat kondisi kerajaan dengan sikap semua petinggi itu yang selalu menyiksa rakyat terutama wanita. Aku bertemu dengan seseorang dan dia menceritakan masa depan. Dia mengatakan, kekuatan wanita akan mengalahkan segalanya.”

Rose membalikkan tubuhnya menatap Ayu yang diam dengan tatapan dingin di hadapannya. “Kini wanita yang aku tunggu berada di hadapanku.”

Ayu dan Rose masih saling bertatap-tatapan sambil tersenyum. Mereka akhirnya kembali duduk bersama di tanah yang di alasi kain robek dan kotor.

"Besuk aku pastikan, kau akan keluar. Segeralah membuat rumor tentang dirimu. Kau akan mendapatkan giliran menampilkan bakatmu." Rose masih saja membuat Ayu semakin bersemangat melakukan rencana barunya.

"Aku sangat pandai menari."

Ayu berdiri dan melakukan gerakan tarian yang sangat indah di hadapan Rose walaupun tanpa musik yang mengiringi. Rose mengikuti semua gerakan tangan dan kaki Ayu, seolah-olah menghipnotisnya.

Dia menari membuat anginpun ikut menikmatinya. Wajah cantik serta tubuhnya yang sangat sempurna, membuat tarian itu semakin mempesona Rose. Ayu menghentikan tariannya dengan sangat sempurna.

"Kau, aku pastikan akan menjadi ratu sejagat. Tarian dan kecantikanmu luar biasa. Buatlah semua mata memandangmu. Semua pejabat mata keranjang itu, dan pengawal kejam, akan memperebutkan hatimu. Adipati akan segera memasukkanmu ke dalam kamarnya. Dan sang Jenderal Iblis, buatlah dia menginginkanmu, Ayu."

Ayu kembali tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dia segera duduk kembali di sebelah Rose. "Tidurlah di pangkuanku. Kau akan sangat lelah ketika keluar dari penjara ini."

Rose menarik Ayu agar meletakkan kepala di pangkuannya. Dia membelai wajah Ayu hingga ke dua matanya tertutup. Sepanjang malam, Rose terjaga dan terus memandang Ayu yang selama ini di tunggunya menurut ramalan yang dia dapatkan. Dia tidak mau ada sesuatu yang mencelakai Ayu. Rose hanya ingin membuat kerajaan merubah kebijaksanaan peraturan tentang wanita agar memiliki posisi yang sama dengan pria.

Sinar matahari mulai masuk ke dalam ruangan yang sangat kotor itu. Ayu terbangun karena tergelitik sinar yang menerangi wajahnya. Rose masih saja terjaga dan tersenyum menatap Ayu yang masih saja sangat cantik walaupun dalam keadaan kotor.

Tidak berselang lama, suara langkah berat dari sepatu datang, berdiri di depan pintu penjara. Dia membuka gembok dan masuk ke dalam. Rose dan Ayu terkejut melihatnya.

"Ayu Sekar. Kau keluar, dan kembali ke dalam kamarmu!" 

Pengawal gagah dengan tatapan dingin mengucapkan suatu hal yang membuat mereka sangat gembira. Rose tersenyum menatap Ayu dan menganggukkan kepalanya. "Sudah waktunya, kau mulai dari pengawal itu."

"Aku akan segera membebaskanmu," bisik Ayu pelan.

Ayu menarik nafas. Dia berdiri tegak dan mengangkat wajahnya. Melakukan apa yang di perintahkan Rose. Dia melirik pengawal itu dengan sedikit senyuman. Ayu perlahan mendekatinya, dan semakin menatap pengawal yang mulai bergetar dengan kecantikannya.

"Bawalah aku keluar!" Ayu mengatakan dengan memandangnya, hingga membuat pengawal menelan salivanya.

Dia keluar, melambaikan tangannya kepada Rose yang masih berdiri dengan tersenyum puas. Sepanjang lorong, Ayu selalu menatap pengawal itu yang mulai menarik nafas melihat Ayu yang sangat menggoda di hadapannya. Ayu memperlambat langkahnya saat akan sampai di kamarnya. Dia menatap pengawal dengan senyuman khasnya bertambah lesung pipinya.

"Terima kasih," ucapnya sambil sedikit membelai tangan pengawal itu yang diam menatap Ayu dengan tajam.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Edison Panjaitan STh
Mantap Kapan lagi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Selir Adipati   Menuju Kamar Adipati

    Ayu masuk ke dalam kamarnya. Siti berlari mendekatinya. Sementara, Wati dengan beberapa pelayan wanita, berjalan cepat menyiapkan pemandian khusus.“Ayu, apa kau baik-baik saja?” tanya Siti sambil memutari tubuh Ayu dengan serius, menatapnya dari atas sampai bawah. Empat wanita lainnya yang sekamar dengan Ayu juga mendekatinya.“Ayu, apa kau tahu jika kau akan menampilkan bakatmu malam ini? Itu tandanya kau akan segera berada di dalam kamar sang Adipati. Tadi pagi ada surat yang mengharuskan kau tampil.”Ayu diam kaku terkejut mendengar Siti dengan sangat bersemangat bercerita. “Apa kau yakin dengan yang kau katakan?” Ayu tersenyum memandang semua wanita yang segera menganggukkan kepalanya saat mendengar dia bertanya dengan serius tentang apa yang di katakan Siti barusan.“Ayu, kau sangat cantik, dan pasti akan menjadi selir terbaik. Kami akan berada di pihakmu.” Siti semakin bersemangat, apa lagi akan sanga

    Last Updated : 2021-02-20
  • Selir Adipati   Jemputlah Aku

    Ayu berjalan dengan sangat cantik akan menuju ke kamar Adipati. Beberapa pengawal dan pelayan, serta Wati juga berjalan mengawalnya. Di dalam kamar. Adipati berdiri menghadap jendela kamarnya. Dia mencengkeram jubah yang menutupi dadanya.“Aku sangat bergetar. Tidak pernah aku merasa seperti ini.” ucapnya berusaha mengatur detakan jantungnya.Ayu telah sampai di depan pintu kamar Adipati. Dia terkejut melihat Jenderal berjaga di sana. Jenderal berjalan mendekati Ayu dan memutari tubuhnya sambil menatap setiap sudutnya.“Apa yang anda lakukan, Jenderal?, apakah aku tidak sesuai dengan kriteriamu?”Jenderal menghentikan langkahnya. Dia mengernyit. Tidak di sangkanya, Ayu bisa berkata demikian kepadanya. Satu-satunya wanita yang berani melakukan protes terhadap dirinya hanya dengan tidak setuju dengan sikap yang dia lakukan.“Aku tidak menyangka kau berkata seperti itu kepadaku. Wanita yang sangat berani. Kali ini akan ak

    Last Updated : 2021-02-21
  • Selir Adipati   Kepuasan

    Adipati menarik tubuh seksi dan sintal Ayu dalam dekapannya hanya dengan satu tangan. Wajahnya mendekati telinga harum milik Ayu dan berbisik, “Aku sudah menjemputmu.”Ayu tersenyum membalas, “Bawalah aku ke kamarmu.” Suara pelan dan manja Ayu, membuat Adipati semakin menahan hasratnya untuk segera membawa Ayu ke dalam kamarnya. Namun, sesuatu tidak terduga terjadi. Adipati menarik Ayu dan menggendongnya. Semua mata masih saja melotot sangat lebar. Wati hanya bisa menarik nafasnya, dan memikirkan bagaimana caranya Ayu akan memaafkan dirinya yang selama dua hari selalu memusuhi, bahkan membiarkan Ayu di hina oleh semua wanita.Adipati membawanya melewati lorong. Selir pertama kali yang tidak perlu melakukan ritual pemandian air tujuh rupa untuk masuk ke dalam kamar hanya sekedar bermalam dengan Adipati.Sang Jenderal hanya memandangnya dengan resah. Dia tidak menyukai jika Adipati akan kalah dengan wanita. Namun, dia tidak bisa melakukan a

    Last Updated : 2021-02-22
  • Selir Adipati   Aku Menang

    Waktu berjalan sudah dua hari. Ayu masih saja berada di kamar Adipati. Bahkan semua kegiatan pondok kerajaan dengan para pejabat penting, sang Jenderal yang mewakili Adipati. Dia dalam kamarnya, Adipati bersama Ayu masih saja bersenang-senang. Para pelayan sama sekali tidak masuk ke dalam. Mereka hanya mengantar makanan jika saatnya tiba.Wati masih sangat resah. Dia tidak bisa membayangkan jika Ayu kembali ke aula wanita dan pastinya akan masuk ke kamar kosong sebagai selir terbaik bergelar calon ratu. Jika dia bisa berada di sana selama tiga puluh hari, maka gelar ratu sudah berada di tangannya.“Dia sudah berada di sana selama hampir tiga hari. Aku harus melakukan sesuatu untuk mencegahnya masuk ke dalam kamar khusus itu.” gerutu Wati sambil terus berjalan mondar-mandir kebingungan.“Apa yang harus aku lakukan?”Wati terus mencari cara agar dia bisa membuat Ayu keluar dari kamar Adipati kurang dari tiga hari. Dia akan berusaha m

    Last Updated : 2021-02-24
  • Selir Adipati   Kamar Spesial

    Jenderal keluar dari kamar Adipati dalam diam. Dia masih saja merasa resah dengan perubahan Adipati dalam sekejab sejak kehadiran Ayu. Langkah kakinya terhenti di lorong aula wanita. Wati masih saja mengamatinya.Jenderal segera melangkah cepat menghampirinya. “Kau memata-mataiku, Wati.”“Yah, aku melakukannya. Aku hanya ingin tahu bagaimana kabar selanjutnya.”“Akui kekalahanmu, Wati. Adipati sudah jatuh di pelukannya. Kita tidak bisa membuatnya terpisah dengan Ayu kecuali dia terbunuh.”Wati mengernyit melihat pernyataan sang Jenderal. “Apa kau berencana akan menghabisinya, Jenderal?” tanya Wati dengan serius menatap sang Jenderal yang masih saja diam tidak menatapnya.“Akan aku pikirkan jika dia melawan. Jika dia bisa bekerja sama denganku, akan aku pertahankan dia menjadi bonekaku.”Jenderal dengan suara pelannya namun tegas, membuat Wati akhirnya merasa lega dengan apa yang dia

    Last Updated : 2021-02-25
  • Selir Adipati   Rencana Jenderal

    Mata tajam dengan penuh kebencian, Ayu perlihatkan kepada Wati yang masih saja memerintahkan pelayan untuk mempersiapkan segalanya. Dia melirik semua pelayan yang sepertinya berada di pihak Wati.“Tidak masalah kalian menuruti Wati dari pada aku. Kita lihat saja nanti, siapa yang berkuasa di aula ini.”Ayu masuk ke dalam kamarnya. Dia sangat kelelahan. Selama kurang dari empat hari, Adipati selalu saja menikmati tubuh Ayu. Fisik dan tubuhnya yang sangat kuat, membuatnya terus melakukan hubungan.“Siti, tutup pintu itu!”Dengan sigap, Siti segera menutup dengan rapat pintu kamar Ayu setelah semua pelayan menyelesaikan tugasnya. Siti segera menghampiri Ayu. Dia membantu Ayu mengganti bajunya.“Ayu, apa nama yang pantas aku panggil untukmu?” tanyanya sambil membuka semua kancing baju Ayu.“Entahlah. Aku saat ini hanya mau beristirahat. Kau tahu, aku sangat capek sekali. Adipati menikmati tubuhku setiap

    Last Updated : 2021-02-26
  • Selir Adipati   Menjebak Hati Jenderal

    Wati tidak menyangka apa yang dia lihat. Siti menatap dengan tersenyum sinis ke arahnya. Wati menghembuskan nafasnya dengan keras. Dia sungguh-sungguh harus menekan rasa penasarannya. Wati tidak bisa menghilangkan perasaan mengganggu dalam dirinya, bahwa ada sesuatu yang dia lewatkan dengan Ayu.“Aku sudah salah mengira dia lemah.”Wati terus melangkah pelan mendekati Siti yang masih berada di depan pintu kamar Adipati mengamatinya. “Nyonya, apa anda ada keperluan?” tanya Siti sambil menundukkan kepalanya.“Tentu saja. Aku kepala selir dan seharusnya bawahanku bisa melapor kepadaku saat akan menuju ke kamar sang penguasa. Kalian sudah melangkahiku.”“Adipati sendiri yang menjemput Ayu di kamar aula wanita. Apa anda ketinggalan berita, nyonya?”Wati melotot melihat wajah Siti. Dia tidak menyangka dengan apa yang dia dengar. Mana mungkin sang penguasa bisa berjalan menjemput selirnya. Wati masih saja ti

    Last Updated : 2021-02-27
  • Selir Adipati   Tarian Kejutan

    Jenderal Iblis tidak tahan dengan wajah Ayu yang sangat cantik. Dia menikmati bibir Ayu dengan sendirinya saat Ayu semakin mendekatkan wajahnya. “Mm ….”Ayu akhirya mendapatkan bibir sang Jenderal. Dia membiarkan bibir itu sedikit menikmati bibirnya dalam waktu beberapa detik hingga, “Jenderal, apa yang kau lakukan?” tanya Ayu berpura-pura terkejut.Jenderal itu melotot, mendorong tubuh Ayu hingga sedikit kesakitan. “Hah, kau menyakitiku. Apa salahku?”“Maafkan aku!” Jenderal segera melepaskan Ayu melangkah cepat akan meninggalkan kamarnya.“Rahasiakan ini!”Jenderal menghentikan langkahnya saat Ayu meneriakkan sesuatu yang menahan perhatiannya. “Aku mau merahasiakan ini. Aku tidak akan memberitahukan siapapun.” ucap Ayu sekali lagi menegaskan.“Lupakan kejadian ini! Aku tidak mau kita salah paham.”Jenderal masih saja berpaling. Dia tidak kemba

    Last Updated : 2021-02-27

Latest chapter

  • Selir Adipati   KEBAHAGIAAN

    Kebahagiaan Ayu semakin merebak. Kelahiran anak laki-laki gagah membuat seluruh rakyat bergembira dan merayakan secara besar-besaran. Mereka meliburkan semua kegiatan hari itu dengan memasak makanan sangat lezat dan mengadakan pawai. Mereka bersorak gembira saling meluapkan perasaan senang. Bahkan, saat malam tiba, lampion dengan nyala api dari obor kecil menyala membuat desa semakin terang. Ayu semakin tersenyum menggendong anaknya. Rose bersama Intan dan semua pelayan selalu memancarkan senyuman tak terkecuali kedua orang tua Ayu dengan kakaknya Sriasih. Mereka meluapkan kebahagiaan dengan kelahiran penguasa baru. “Adipati Karsa, kau akan memimpin semua rakyat ini dengan adil dan bijaksana!” Ayu berucap dengan suara lantang membuat semua orang menundukkan kepalanya. *** Waktu berjalan sangat cepat, Karsa semakin besar berumur tujuh belas tahun. Anak Jenderal yang diberikan nama Gugus menjadi pemuda terkuat dan ahli dalam menggunakan pedang. Tidak ad

  • Selir Adipati   Kelahiran

    Ayu berjalan memasuki kamar di mana benda mati yang berada di dalamnya adalah saksi bisu hubungannya dengan sang penguasa Adipati Wiryo yang kini tinggal kenangan. Dia masih diam menatap pintu megah dengan ukiran khas antik. Napasnya terus dihembuskan dengan perlahan. Hatinya yang bergetar, dia atur dengan baik.“Apa kau siap membukanya, Ayu?” tanya Rose.“Aku siap,” jawab Ayu singkat.Ayu melangkah perlahan masuk ke dalam, berhenti di tengah ruangan. Dia mengamati sekitar. Bahkan, sisa air yang berada di gelas milik suaminya itu masih ada. Jubah kebesarannya tergeletak di sandaran kursi berlapis emas masih tertata rapi.“Rose, tinggalkan aku sendiri!” pinta Ayu.“Baik!”Rose keluar menutup pintu kamar dengan rapat. Ayu masih mengamati semua ruangan dan kembali ke masa lalu. Dia terdiam sedih seakan melihat Adipati berdiri saat menyambut kedatangannya. Sorotan mata tajam Adipati masih membayang

  • Selir Adipati   Jenderal

    Jenderal dengan sangat kuat melepaskan tancapan anak panah salah sasaran yang sama sekali tidak membuatnya tumbang, dan mengenai lengan kuatnya. Ayu semakin menatap tegang di hadapannya.“Kau sengaja akan membunuhku?” tanya Jenderal menatap Ayu heran. Terpancar rasa kecewa sangat dalam di aura wajahnya.“Kau sangat kejam. Aku selama ini hanya memanfaatkan hati kalian berdua, penguasa. Namun, tujuanku hanya satu. Menduduki singasana itu.” Ayu semakin membuat murka Jenderal. Dia melirik pedang iblisnya, hingga membuat Ayu semakin resah. Rose juga menatapnya kaku.“Kau tidak akan aku biarkan menduduki singasana itu!” teriak Jenderal. Pengawal setianya yang berjumlah lima orang, berlari akan melindunginya. Namun, Patih dengan kawanan perampok mencegahnya. Ayu sangat pasrah dengan apa yang akan dilakukan Jenderal kepadanya. Dia menarik napas dan akan menerima hunusan pedang Jenderal, hingga suara wanita tidak asing terdengar cukup

  • Selir Adipati   Pertarungan

    Pagi menjelang dengan indah. Udara diselimuti embun pagi dengan pantulan sinar cahaya mentari yang semakin membuat bumi terang. Senyuman terpancar dari wajah Ayu yang masih memandang taman istana dari jendela kamarnya. Datangnya hari gerhana bulan malam nanti membuat rakyat bergembira. Mereka mempercayai jika gerhana bulan menjadikan malam menjadi indah untuk mereka mengadakan pawai.“Malam nanti, semua sudah disiapkan, Ratu,” ucap Rose mengejutkan Ayu dari belakang. Perlahan tubuhnya membalik. Kedua matanya menyambut pagi dalam tegang. Hatinya bergetar kencang menunggu datangnya malam.“Apakah semua akan hadir?”“Semua nama yang kau sebutkan saat itu akan aku pastikan hadir,” kata Rose mendapatkan secarik kertas bertuliskan beberapa nama yang Ayu berikan setelah dia menuliskan di rumah Sriasih. Sederet nama yang akan menyaksikan pertarungan antara kedua penguasa.“Baiklah. Aku akan melihat lapangan itu,” ka

  • Selir Adipati   Pembalasan Siti

    Jenderal semakin memandang selir yang kini akan dia nikmati untuk tujuan tertentu.“Jika aku mencintainya, Ayu. Aku tidak akan memiliki hasrat dengan wanita lain. Namun, kini aku sadar jika aku hanya terobsesi dengannya. Tapi, ketika aku memandangnya, rasa getaran itu ada hingga ingin menyayanginya. Apakah namanya hatiku? Paling tidak aku akan meninggalkan keturunanku di dunia dan aku akan membuatnya menghabisi anak Adipati itu,” batinnya mulai menikmati tubuh Selir.Jenderal menarik tubuh selir agar terduduk. Dia setengah berdiri di ranjang dengan lutut sebagai penyangga tubuhnya. Tangan kuatnya membelai bibir selir itu yang menikmatinya dengan memejamkan kedua matanya. Kini dia menuju rambut hitam bersanggul yang akhirnya terurai karena jepit bunga mawar sudah dilepaskan oleh Jenderal. Belaian tetap dia berikan hingga leher selir kini berada di tangannya.“Puaskan aku dengan baik,” katanya menarik wajah selir untuk memulai aksi dengan m

  • Selir Adipati   Racun Raja

    Ibu Suri menahan Ayu melangkah. Langkah yang akan melaju, terhenti dengan mendadak. Ayu menolehkan pandangannya seketika. Hingga akhirnya tubuh Ayu ikut membalik dan membuatnya bisa menatap kembali Ibu Suri di hadapannya.“Apa yang membuatmu menghentikanku?” tanya Ayu.“Aku tidak akan membiarkanmu memenangkan ini semua. Dan, kau akan aku siksa dengan perlahan. Semua kehancuran istana ini adalah ulahmu. Kau yang menyebabkan istana ini menjadi lemah sekarang,” kata Ibu Suri yang kali ini membuat Ayu naik pitam. Ayu semakin mendekati Ibu Suri yang mengangkat wajahnya dengan sangat tinggi sebagai ciri khasnya.“Kalah? Kau pikir, siapa yang membongkar permaisuri yang jelas-jelas ingin membunuhmu? Jika dia menang, apakah kau masih akan hidup? Justru aku yang menyelamatkan istana ini dan akhirnya menjadi lebih kuat. Sudahlah, kesempatanmu sampai gerhana bulan datang. Jika kau masih keras kepala, aku akan memikirkan hukuman apa yang cocok b

  • Selir Adipati   Tatapan Sengit

    Pertarungan kedua mata penguasa masih saja terjadi. Mereka saling membalas tatapan tajam satu sama lain, seakan pertarungan sudah dimulai antara keduanya. Obsesi dengan pengakuan kehebatan, sudah membuat mereka menjadi musuh. Sifat asli dari keduanya yang mulai terbukti.Ayu mengambil ramuan, dan akhirnya meminumnya sendiri karena pelayan yang tidak akan kunjung datang. Dia meneguk hingga habis mencampurnya dengan air segar yang sudah tersedia di dalam kamar. Sementara, kedua penguasa masih saja tidak berbicara. Ayu perlahan melangkah mendekati mereka.“Apa yang kalian masalahkan. Anak dalam kandunganku?” tanya Ayu sambil menatap santai keduanya.“Kalian adalah kedua penguasa terhebat, buktikan jika salah satu kalian memang tidak terkalahkan. Itu adalah pembuktian yang jelas. Hadiahnya adalah satu, terhebat,” kata Ayu membuat keduanya melihat dirinya yang masih diam di antara mereka.Ayu berjalan meninggalkan mereka yang akhirnya b

  • Selir Adipati   Kecemburuan

    Di dalam kamarnya, Adipati mulai mendekati Ayu yang merentangkan tubuhnya di ranjang. Dia menelusuri tubuh Ayu dari bawah hingga daerah rawan yang sudah lama tidak dia sentuh. Kedua matanya memejam menikmati kulit yang selalu diimpikannya setiap malam.“Kau sangat nikmat …”Ayu mengeliat mencengkeram kain ranjang berwarna merah jingga mengatasi hasratnya yang juga muncul. Titik tengah daerah sensitivnya yang sudah dinikmati Adipati, membuatnya terus berhembus. “Hah!” teriaknya membuat Adipati tersenyum.“Aku akan membuktikan jika aku yang bisa memuaskanmu, bukan Jenderal keparat itu!” teriak Adipati terus memainkan dengan ujung lidahnya hingga Ayu semakin mendesah.“Ah!”“Teriaklah! Aku semakin menyukainya!” balas Adipati kini memainkan jarinya di daerah itu dengan gerakan berirama, membuat Ayu semakin tidak kuasa menahannya.“Ah, ah!”Adipati semakin terse

  • Selir Adipati   Malam Terakhir

    “Tang!”Wanita perampok melompat tinggi, sekuat tenaga mengangkat tangannya mengarahkan pedang dengan cepat dari arah samping. Namun pengawal hebat Adipati menangkisnya hingga pedang itu bersentuhan mengakibatkan suara nyaring terdengar jelas. Sinar matahari yang sangat gagah menyinari bumi tepat di ubun-ubun, membuat mereka semakin bersemangat walaupun buliran keringat bercucuran deras menyelimuti tubuh mereka.“Hah!”“Tang!”Pengawal yang terus menyerang, dengan mudah wanita perampok kalahkan. Keahlian menggunakan pedang dari kecil yang sudah dilatih ayahnya mantan kepala perampok, bisa dengan mudah dia lakukan.“Rasakan ini!”Pedang di tangan kanan wanita itu terus dengan lihai dia hentakkan membuat pengawal kwalahan tidak bisa menandingi kecepatannya.“Aku tidak akan membiarkanmu menang!” teriaknya membuat pengawal melotot melihatnya. Ditambah gerakan serangnya yang super

DMCA.com Protection Status