Dipaksa Nikah (Mencintai Istri Abdi Negara)

Dipaksa Nikah (Mencintai Istri Abdi Negara)

last updateLast Updated : 2025-02-18
By:   W_udin  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
17Chapters
35views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Scan code to read on App

Purnomo diberi waktu tiga bulan oleh sang Ibu untuk mencari istri agar adiknya bisa segera menikah. Karena aturan yang berlaku di keluarganya, anak pertama tidak boleh dilangkahi. "Kalau dalam waktu tiga bulan belum juga menemukan wanita pilihanmu, maka kamu harus siap menerima perjodohanmu dengan Shela." "Usia kamu sudah mau tiga puluh. Masa belum menikah juga. Kasihan adik kamu yang sudah mau dilamar orang. Jangan sampai dia jadi perawan tua gara-gara nunggu kamu nikah duluan, Pur!" "Bu, menikah itu mudah. Jangan persulit dengan aturan-aturan yang tidak ada dalam agama. Aku ikhlas dilangkahi kalau memang jodoh Bintang datang lebih dulu dari aku. "Lagian, aku sudah memiliki pilihan sendiri." "Sadar, Pur! Wulan itu masih istri orang. Istri seorang tentara. Jangan macam-macam atau nanti kamu ditembak gara-gara mengganggu istrinya?" "Ikhlaskan dia dan terima perjodohanmu dengan Shela!" Akankah Purnomo menuruti permintaan sang Ibu untuk melupakan Wulan yang namanya terukir di lubuk hatinya dan menerima perjodohannya dengan Shela? Atau malah memilih menutup hati dan tidak memilih wanita mana pun untuk menjadi istrinya? Simak terus kisah Purnomo, Wulan, dan Langit dalam novel Dipaksa Nikah.

View More

Latest chapter

Free Preview

BAB 1 - Dipaksa Nikah

"Mas, ayo dong nikah!"Seketika itu Purnomo menyemburkan kopi panas yang baru saja dia sesap saat tiba-tiba saja mendengar seruan yang tak asing lagi baginya. Tatapannya tertuju pada perempuan berseragam serba putih yang kini berdiri di hadapannya dengan wajahnya yang ditekuk. "Masuk rumah itu ngucapin salam, Dek! Bukan malah nyuruh nikah!" tegurnya sambil memutar bola matanya. Merasa jengah tiap kali sang Adik menyuruhnya untuk menikah. "Ayo nikah, Mas! Aku tuh udah dua puluh lima tahun. Pacar aku udah ngajakin nikah terus. Kalau nggak mau, dia bakal putusin aku," jelasnya panjang lebar. "Ya udah sih, putus aja. Lagian kayak laki-laki cuma dia aja. Masih banyak laki-laki baik di dunia ini, Bintang!""Enak aja! Aku nggak mau putus sama dia, Mas. Aku tuh cinta sama dia.""Cinta itu bulshit!" tegasnya. Perempuan yang rambutnya dicepol itu mengembuskan napasnya dengan kasar. Menatap kakaknya dengan jengah. "Mas tuh mau sampai kapan sih begini terus? Umur udah tiga puluh tahun lho. T...

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
17 Chapters
BAB 1 - Dipaksa Nikah
"Mas, ayo dong nikah!"Seketika itu Purnomo menyemburkan kopi panas yang baru saja dia sesap saat tiba-tiba saja mendengar seruan yang tak asing lagi baginya. Tatapannya tertuju pada perempuan berseragam serba putih yang kini berdiri di hadapannya dengan wajahnya yang ditekuk. "Masuk rumah itu ngucapin salam, Dek! Bukan malah nyuruh nikah!" tegurnya sambil memutar bola matanya. Merasa jengah tiap kali sang Adik menyuruhnya untuk menikah. "Ayo nikah, Mas! Aku tuh udah dua puluh lima tahun. Pacar aku udah ngajakin nikah terus. Kalau nggak mau, dia bakal putusin aku," jelasnya panjang lebar. "Ya udah sih, putus aja. Lagian kayak laki-laki cuma dia aja. Masih banyak laki-laki baik di dunia ini, Bintang!""Enak aja! Aku nggak mau putus sama dia, Mas. Aku tuh cinta sama dia.""Cinta itu bulshit!" tegasnya. Perempuan yang rambutnya dicepol itu mengembuskan napasnya dengan kasar. Menatap kakaknya dengan jengah. "Mas tuh mau sampai kapan sih begini terus? Umur udah tiga puluh tahun lho. T
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more
BAB 2 - Melarikan Diri
Adzan subuh berkumandang dengan merdu di mushola sebelah rumah Purnomo.Lelaki berkumis tipis itu sudah bangun sepuluh menit sebelum adzan berkumandang. Sudah siap dengan baju koko dan sarungnya.Setelah adzan usai, dia pun langsung melangkahkan kakinya menuju mushola untuk ikut salat subuh berjamaah. Rutinitas Purnomo setiap pagi. Dia berusaha untuk tidak absen untuk ikut salat berjamaah di mushola.“Segar kali pagi-pagi gini sudah keramas. Macam punya istri saja,” ledek salah satu tetangganya saat melihat rambut Purnomo yang sedikit ikal itu basah klimis.Dia memang menyempatkan mandi sebelum berangkat ke masjid. Namun, tidak selalu keramas.“Ya Allah, gini amat nasib jomlo,” keluhnya sambil menepuk keningnya pelan. Lalu berjalan mendahului tetangganya yang tertawa.Jahat sekali ....Usai salat, Purnomo menyempatkan diri membaca Al-Qur'an beberapa lembar. Kemudian olahraga rutin angkat beban dan push-up selama tiga puluh menit.Setelah keringat hilang, baru dia mandi dan sarapan di
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more
BAB 3 - Ditawari Janda
Pasrah. Purnomo akhirnya memutuskan untuk menginap satu malam dulu di basecamp. Menunggu hari esok. Berharap ada pendaki lain yang mau membawa dirinya ikut serta.Dia pun memilih untuk mengambil wudhu untuk salat Isya di mushola kecil yang ada di basecamp. Setelahnya, dia mengecek ponsel yang sempat dia matikan agar tidak diganggu lagi oleh ibu maupun adiknya yang terus menekannya untuk mencari calon istri dalam waktu tiga bulan. Ada beberapa pesan masuk dan riwayat panggilan tak terjawab yang berasal dari adik juga ibunya. Lelaki berkumis tipis itu membalas pesan ibunya yang menanyakan keadaannya setelah pamit mendaki Gunung Sindoro. Tak lama, panggilan telepon masuk sebelum Purnomo sempat mematikan kembali ponselnya. “Assalamu’alaikum,” sapanya sambil menempelkan ponsel di telinga kanannya. Dia duduk menyandar dengan tatapan kosong. [“Wa’alaikumsalam. Dari tadi Ibu sama adekmu telepon kok nggak diangkat, Le? Khawatir karena di sini hujan.”]“Tadi lagi di jalan. Hujan juga. Jadi
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more
BAB 4 - Rencana Perjodohan
“Coba, umur Mas Pur sekarang berapa?” tanyanya menatap lelaki berkulit sawo matang itu lekat-lekat. “Tiga puluh tahun.”“Nah, pas sekali!” serunya sambil menepuk paha Purnomo. Membuat lelaki itu menatap dengan sedikit terkejut. “Pas apanya?” Lelaki itu semakin bingung dengan tingkah pemuda di hadapannya. “Pas sama Mas Pur. Kalau sama aku, tua dia. Rasanya sungkan.”“Usia bukan jadi penghalang saat menjalin hubungan suami istri, Bro. Yang terpenting dewasa dan ngemong. Ya… saling melengkapi gitu. Mengisi kekosongan,” paparnya. “Masalahnya, aku punya cewek, Mas. Aku udah cinta banget sama dia dan dia pun sama. Kita punya mimpi yang sama. Nggak mungkin dong kita pisah demi bisa nurutin keinginan Mama buat menikahi kakak ipar,” katanya menatap lurus. Kemudian membuang napas panjang. Purnomo menatapnya dan ikut membuang napas panjang. Tidak tahu apa yang akan dia katakan. Karena dia pun tengah pusing dengan masalahnya sendiri. “Ini bisa jadi solusi kita bersama, Mas,” katanya membua
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more
BAB 5 - Perempuan di Masa Lalu
Berkali-kali Purnomo mengecek ponselnya. Mengetik pesan, lalu menghapusnya. Entah sudah yang ke berapa kali di menghapus pesan yang akan dikirim pada Awan. Sejak pertemuannya seminggu yang lalu dengan pemuda asal Klaten itu, otaknya tiba-tiba dipenuhi dengan ekspektasi janda yang baru ditinggal suaminya tiga bulan yang lalu yang tak lain adalah kakak ipar Awan yang katanya akan dijodohkan dengan Awan, tapi dia menolak.Entah kenapa, dia jadi sangat penasaran dengan sosok yang sering dipanggil Awan dengan sebutan kakak ipar, bukan nama. Ingin bertanya, tapi ragu. Karena Awan tidak lagi membahas tentang kakak iparnya yang baru saja menjadi janda ditinggal mati itu saat saling berkirim pesan. Hingga suara dering ponsel membuat Purnomo yang tengah mengetik naskah novel itu menoleh cepat dan mengambilnya. Lalu mendesah panjang saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya. “Halo, Dek.” [“Mas, nanti jam tiga tolong jemput aku dong di rumah sakit.”] pinta sang Adik, Bintang. “Insya
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more
Modus
“Mas, ngapain di sini? Bukannya nunggu di luar.” Teguran dari Bintang membuat Purnomo menoleh dan mengembuskan napas sedikit kasar. Lalu menariknya menjauh dan menuruni tangga. “Kamu udah selesai?” Purnomo bertanya balik. “Udah. Tapi, Mas ngapain di sini? Aku baru mau turun. Eh, liat Mas Pur di sini.” Sang Adik menatap wajah kakaknya penuh selidik. Apalagi tadi terlihat tersenyum-senyum sendiri dengan wajah yang merona. Seperti orang yang sedang jatuh cinta. “Nggak papa. Udah yuk pulang. Udah ashar!” ajaknya sambil menarik tangan adiknya menuju parkiran motor. “Jangan gandengan, Mas. Nanti dikira aku selingkuh!” protesnya sambil melepaskan genggaman tangan kakaknya. “Ya ampun!” geramnya yang langsung menggandeng lagi tangan sang Adik dan membuatnya kesal. Tapi malah Purnomo tertawa jahil. “Udah ayo naik!” Bintang pun naik di belakang Purnomo sambil berpegangan pada jaket lelaki bertubuh tinggi itu. “Ada yang Mas Pur intai kah di lantai dua tadi? Kayak lagi mengintai seseorang,
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more
Klarifikasi Hati
“Wulan, ayo sini masuk. Mama kenalin sama temannya Awan. Ketemu di Gunung Sindoro katanya,” ujar ibunya Awan dengan senyuman. “I-iya, Ma,” lirihnya dengan kepala tertunduk. Lalu berjalan perlahan menghampiri mantan ibu mertuanya dan berdiri di sisinya. “Tadi Wulan beli bubur ayam pesanan Mama,” katanya. “Mau dimakan sekarang?” tawarnya. “Kok beli di luar, Ma? Kan dapat jatah makan dari rumah sakit?” tanya Awan menatap heran. “Nggak enak, Wan. Malah bikin Mama enek kalau makan makanan rumah sakit,” sahutnya. “Makan sekarang saja, Nak,” pintanya menoleh pada Wulan yang mengangguk. Sedangkan pandangan Purnomo terpaku pada sosok perempuan yang begitu dia rindukan selama sepuluh tahun tak berjumpa dan tak pernah terjalin komunikasi. Dia begitu menikmati apa yang tersaji di hadapannya. Sikap lembut dan sopan santun yang membuatnya semakin terkesima. Padahal dulu saat masih pacarana dengannya, Wulan adalah sosok perempuan yang keras kepala, tapi manja. Meski begitu, Purnomo tetap
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more
Usaha Merebut Hatimu lagi
Sejak pertemuan itu, Purnomo pun gencar mendekati Wulan. Apalagi Awan sudah tahu dan memberinya jalan. Karena lelaki itu tidak ingin dinikahkan dengan mantan kakak iparnya. “Mas, pokoknya aku bantu buat dapatin Mbak Wulan. Pepet terus. Perjuangkan jika memang Mas Pur masih cinta sama Mbak Wulan!” ujar Awan saat mereka kembali bertemu. “Tapi aku nggak tahu gimana caranya, Wan. Wulan kayak masih marah sama aku,” sahutnya. Lalu mengembuskan napas sedikit kasar. “Aku yakin, dia sebenarnya nggak marah. Hanya sedang dilema,” katanya sambil menepuk bahu temannya. “Dulu, Mbak Wulan itu kerja jadi asisten Mama. Karena kebaikannya mengabdi, jadilah dinikahkan dengan kakak aku. Mbak Wulan pun nggak bisa bantah karena merasa nggak enak. Pun Mas Langit juga sebenarnya menaruh rasa pada Mbak Wulan,” katanya pelan. “Pasti Wulan bahagia dan beruntung banget dicintai sama kakakmu, ya,” katanya sambil tersenyum perih. Membayangkan perempuan yang dicintainya dicintai lelaki lain dengan begitu bes
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more
Cek Kandungan
Acara reuni diadakan di sebuah restoran yang mengusung tema outdoor. Sebuah restoran yang biasa digunakan untuk pertemuan-pertemuan dan meeting. Reuni atau acara-acara tertentu yang mengusung tema outdoor. Wulan datang diantar oleh Awan, tapi dia terlebih dulu memeriksakan kehamilannya di rumah sakit. Kontrol rutin bulanan. Kali ini, Wulan tidak hanya bersama dengan Awan, tapi juga dengan kekasih Awan, Bella namanya. “Mbak Wulan!” sapa gadis bermata biru yang merupakan keturunan Belanda itu. Namun sudah menjadi mualaf sejak kedua orangtuanya memutuskan tinggal di Indonesia sepuluh tahun yang lalu. “Hai, Bell. Sehat?” Wulan memeluk hangat Bella yang tetap terlihat ceria dan penuh energik itu. “Tentu saja, Mbak. Semangat banget ini mau nemenin Mbak Wulan cek kandungan. Pengin lihat dedek gemes,” kekehnya sambil mengusap perut Wulan yang sudah terlihat membuncit di usia kehamilan lima bulan. “
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more
Acara Reuni
“Wulan, kayaknya dari tadi Purnomo lihatin kamu terus tuh,” bisik salah satu temannya saat tak sengaja melihat Purnomo yang diam-diam mencuri pandang pada Wulan. “Biar sajalah. Nanti juga bosan sendiri,” balas Wulan dengan senyuman. Dia masih bersikap santai. Namun penasaran dengan apa yang dikatakan oleh temannya itu. Tapi, Wulan enggan melihat ke arah di mana Purnomo duduk bersama dengan temannya yang lain. “Kayaknya masih cinta sama kamu. Belum menikah juga dia kan?” “Nggak tahu dan nggak mau tahu aku, Her,” kekeh Wulan yang masih kecewa pada Purnomo karena kesalahannya di masa lalu. Saat dia sudah menyerahkan cintanya, dia malah ditinggal. Dan yang paling menyakitkan adalah karena gossip yang beredar jika Purnomo selingkuh dengan perempuan lain. Itu yang membuat Wulan begitu membenci Purnomo. “Jangan gitu. Nanti cinta lama bisa bersemi kembali,” goda Herni sambil menyenggol lengan Wulan yang hanya ter
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status