Zero: Forgotten Lost berlatar dunia medieval pasca-apokaliptik setelah bencana yang disebut Cataclysmic Catastrophe memusnahkan sebagian besar umat manusia dan menyebabkan munculnya makhluk dan monster tak dikenal, yang disebut Nyxaroth. Umat manusia beradaptasi dengan ancaman tersebut dan seiring waktu membangun kembali peradaban. Ceritanya mengikuti Fabio yang Amnesia, yang terbangun dari tidurnya didunia tidak dikenalnya dan berangkat menjelajahi dunia baru ini.
View MoreDiplomasi antara Kerajaan Thalos dan Kerajaan Valtor kembali berlangsung di ruang pertemuan yang megah. Pagi itu, setelah bersiap-siap, Fabio mendengar ketukan di pintunya. Ia membuka pintu dan mendapati Thalysa sudah berdiri di sana, menatapnya dengan penuh energi seperti biasa. "Sudah siap?" tanyanya dengan suara tenang, tapi sorot matanya menunjukkan bahwa ia tidak akan menerima jawaban selain ‘ya.’ Fabio hanya mengangguk dan mengambil mantelnya, lalu berjalan mengikuti Thalysa menuju ruang rapat. Kali ini, Raja Kaito Akio V sudah berada di sana, duduk dengan santai di kursinya, menunggu mereka. Tidak seperti kemarin, di mana Fabio dan Thalysa harus menunggu, kini sang raja menunjukkan kedisiplinannya dengan datang lebih awal. Ini bukan hanya bentuk etika, tapi juga sebuah pernyataan. Bahwa negosiasi ini penting, dan ia ingin memastikan segalanya berjalan sesuai rencana. Tanpa banyak basa-basi, negosiasi dimulai. Kaito Akio V membuka diskusi dengan usulan pertama. "Kerajaan Valto
Malam itu, setelah pertemuan dengan Raja Kaito Akio V, Fabio kembali ke kamar yang telah disediakan untuknya. Dua pengawal mengantarnya tanpa banyak bicara, hanya melangkah dengan disiplin di koridor panjang yang diterangi cahaya lentera. Sebelum ia pergi, sang raja sempat berkata dengan nada santai, "Nanti malam kita akan bertemu lagi. Sekarang, kalian berdua beristirahatlah dahulu di kamar."Kata-kata itu masih terngiang di kepala Fabio saat ia berjalan menyusuri lorong-lorong gedung kedutaan Thalos. Kalian berdua? Fabio bertanya-tanya apa maksudnya, tetapi pertanyaan itu segera terjawab saat ia mendorong pintu kamarnya dan mendapati Thalysa sudah ada di dalam, duduk di kursi dekat meja, membaca beberapa dokumen dengan ekspresi serius."Kau sudah kembali, Fabio-san?" sapa Thalysa tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen yang ia baca.Fabio tidak menjawab langsung. Ia menutup pintu di belakangnya, mengamati kamar itu sejenak, lalu berjalan mendekat dan duduk di kursi di seberangny
Pagi itu, matahari belum sepenuhnya naik ketika Fabio dan Thalysa meninggalkan penginapan mereka. Jalanan kota yang kemarin terasa ramai, kini masih dalam keadaan setengah terjaga—para pedagang baru saja mulai membuka lapak, para pekerja berjalan lambat menuju tempat mereka bekerja, dan angin pagi membawa udara sejuk yang kontras dengan panasnya siang nanti. Fabio menyesuaikan sabuk pedangnya, memastikan perlengkapannya tetap rapi sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke tempat di mana mereka akan bertemu dengan Kaito Akio V.“Dimana kita akan bertemu?” Fabio bertanya tanpa basa-basi.Thalysa, yang berjalan di sampingnya, menjawab dengan nada santai, “Di suatu mansion yang juga dijadikan sebagai gedung kedutaan Thalos di Valtor.”Fabio mengangguk, menerima jawaban itu tanpa banyak bertanya. Namun, setelah beberapa saat, ia menoleh kembali ke arah Thalysa. “Ngomong-ngomong, dimana mansionnya?”Thalysa melirik ke depan, lalu mengangkat tangannya untuk menunjuk ke arah ujung jalan. “Suda
Matahari bersinar lembut di atas kota perbatasan yang ramai, menandakan hari yang cerah dan hangat. Udara di sini berbeda dari kota-kota yang pernah mereka lewati sebelumnya—lebih bersih, lebih segar, dan penuh dengan aroma roti panggang yang baru keluar dari oven, serta rempah-rempah yang bercampur dengan angin sepoi-sepoi.Fabio dan Thalysa berjalan di sepanjang jalan berbatu yang tertata rapi, melewati pedagang yang sibuk menawarkan barang dagangan mereka. Thalysa tampak lebih santai dari biasanya, sementara Fabio tetap dengan ekspresi dinginnya yang khas."Untung cuacanya cerah, ya," kata Thalysa dengan nada riang, menikmati sinar matahari yang menghangatkan kulitnya.Fabio melirik ke arahnya sebentar sebelum kembali memandang ke depan. “Hmmm,” gumamnya singkat, seolah mengakui pernyataan Thalysa tanpa memberikan pendapat lebih jauh.Thalysa membawa keranjang rotan kecil yang nanti akan digunakan untuk berbelanja beberapa kebutuhan mereka. Fabio, yang menyadari beban itu, melirikn
Matahari mulai condong ke barat saat Fabio dan Thalysa akhirnya tiba di kota kecil di luar perbatasan Kerajaan Valtor. Udara terasa lebih sejuk dibandingkan perjalanan mereka sebelumnya, dan tidak ada tanda-tanda kehancuran atau ketegangan seperti yang mereka lihat di Ashenfield. Jalanan kota ini tersusun rapi, dengan bangunan-bangunan yang berdiri kokoh, pertanda bahwa wilayah ini jauh dari kemiskinan ataupun peperangan. Tidak ada rumah reyot, tidak ada jalan berlubang, dan lebih mengejutkan lagi, tidak ada seorang pun pengemis di sudut-sudut jalan.Thalysa yang biasanya tidak mudah terkejut, mendapati dirinya sedikit terdiam saat mereka melangkah melewati gerbang kota. Ia melihat sesuatu yang jarang ada di daerah-daerah di luar ibu kota—bagian informasi. Sebuah bangunan kecil dengan papan kayu yang tertulis jelas "Pusat Informasi Kota," berdiri megah di dekat alun-alun utama. Beberapa penduduk setempat tampak berdiskusi dengan para petugas di sana, mengajukan berbagai pertanyaan."Un
Perjalanan itu lebih sunyi dari yang ia kira.Kuda yang mereka tumpangi berjalan pelan di jalan tanah yang berliku, debu tipis terangkat di udara setiap kali tapal besi menghantam permukaan yang kering. Di sepanjang perjalanan, Thalysa membisu, matanya menatap ke depan, tetapi pikirannya tertinggal di desa yang baru saja mereka tinggalkan.Ia bisa masih mengingat suara tangisan pemuda itu, suaranya penuh luka, penuh kebencian yang ia lemparkan kepadanya."Kau seharusnya bisa menyelamatkannya! Kau seorang Saint! Bukankah itu yang kalian lakukan?!"Sihir penyembuhan Thalysa telah bekerja, tetapi ada batasan yang bahkan sihir tidak bisa lewati. Tubuh manusia bukanlah sesuatu yang bisa diperbaiki dengan mudah seperti tanah yang retak atau besi yang patah. Jika sesuatu telah melewati batasnya, tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain menerima bahwa kematian adalah akhir yang pasti. Namun, pemuda itu tidak peduli pada penjelasan apa pun. Dalam kesedihannya, ia mencari seseorang untuk disal
Matahari baru saja merangkak naik di cakrawala ketika Fabio dan Thalysa meninggalkan Ashenfield. Kereta kuda yang mereka tumpangi berderak melewati jalan berbatu yang mengarah ke perbatasan. Udara masih mengandung sisa kehangatan dari perapian yang semalam menyala di dalam kota, seakan menggambarkan bara perlawanan yang masih tersisa di hati rakyatnya. Meskipun konflik telah berakhir, Ashenfield masih harus membangun kembali.Thalysa, dengan semangat khasnya, duduk dengan santai sambil mengamati pemandangan. "Akhirnya, kita bisa meninggalkan kota itu. Aku butuh udara segar. Kau tahu, Fabio, perjalanan ini bisa menjadi petualangan yang menyenangkan jika kau tidak terus-menerus cemberut seperti itu."Fabio, seperti biasa, tidak menanggapi. Ia hanya menatap keluar jendela, matanya mengamati bentangan tanah luas yang mulai berganti dari reruntuhan kota menuju ladang hijau yang tak tersentuh perang. Tidak ada lagi jalanan yang penuh debu dan bangunan yang hangus terbakar. Dunia di luar Ash
Halo, para pembaca setia!Kami ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan kalian terhadap Zero: Forgotten Lost. Perjalanan Fabio masih panjang, dan untuk memastikan cerita terus berkembang dengan kualitas terbaik, kami akan mengambil jeda beberapa hari sebelum melanjutkan ke Volume baru!Mohon bersabar, karena petualangan berikutnya akan semakin kelam, penuh misteri, dan pastinya lebih menegangkan. Jangan lupa untuk tetap mengikuti perkembangan terbaru!Terima kasih atas kesabaran dan antusiasme kalian! Sampai jumpa di Volume selanjutnya!- Zeetsensei
Kabut pagi menyelimuti Ashenfield, membawa kesan tenang yang menipu. Meskipun pertempuran melawan Nyxaroth telah berakhir, perlawanan terhadap pasukan Thalos masih terasa di udara. Fabio menatap jalanan kota dari jendela penginapan mereka, matanya menyapu pemandangan rakyat yang masih enggan menerima kehadiran kerajaan. Bagi sebagian orang, Thalos tetaplah penjajah, bukan penyelamat. Sebuah opini yang terus dipupuk oleh mereka yang ingin mempertahankan kendali atas kota ini. Beberapa pemimpin lokal telah muncul—ada yang menerima kenyataan bahwa Thalos kini adalah sekutu mereka, ada yang ingin mempertahankan kemerdekaan penuh Ashenfield, dan ada yang masih setia kepada bangsawan korup yang bersembunyi di bayang-bayang. Fabio, Thalysa, dan pasukan Thalos tak tinggal diam. Informasi yang mereka peroleh menunjukkan bahwa sisa bangsawan korup yang masih bersembunyi terus berupaya untuk merebut kembali kendali mereka. Mereka menggerakkan jaringan kriminal lama, menyebarkan propaganda di an
Rasa dingin dan lembap menyelimuti tubuh Fabio. Dia membuka matanya perlahan, mendapati dirinya berbaring di atas tanah yang keras dan basah. Aroma anyir dan tanah busuk mengisi udara, menyesakkan dada setiap kali dia mencoba bernapas. Pandangannya buram, tetapi dia bisa melihat bayang-bayang pohon-pohon besar yang melingkari tempatnya berada, seperti raksasa yang mengawasinya.Dia menggigil, merasakan angin yang menusuk kulit, meskipun ia mengenakan pakaian yang tampaknya sudah compang-camping. Ketika mencoba bangkit, tubuhnya terasa berat, seperti ada sesuatu yang hilang darinya—bukan hanya kekuatan, tetapi juga sesuatu yang lebih dalam."Di mana... aku?" Fabio bergumam, suaranya serak, hampir tak dikenali oleh dirinya sendiri. Tidak ada jawaban, hanya gema kecil dari suara burung-burung asing yang terdengar di kejauhan.Dia mengedarkan pandangan, mencari petunjuk. Di sekitarnya, tumbuh-tumbuhan yang tampak tak wajar menyembul dari tanah. Beberapa bersinar redup dalam kegelapan, mem...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments