Setelah mengetahui kekasihnya berkhianat, Rose memutuskan menghapus semua kenangan yang menyakitkan. Dalam kehancuran hatinya, ia menyerahkan diri pada malam panas penuh gairah bersama seorang pria asing. Pria itu adalah William Hawthorne—Ceo yang terkenal dingin dan tegas. Pria yang tak pernah melepaskan mangsa dengan mudah. Apa yang seharusnya menjadi pelampiasan sesaat berubah menjadi jerat yang sulit dihindari. Akankah Rose mampu bertahan di bawah bayang-bayang William?
Lihat lebih banyakRose segera menggeleng cepat dengan jantung yang mulai tak karuan. “Tidak ada hal seperti itu, Willie. Aku hanya lelah saja.”William menyipitkan mata, kemudian dengan segera mengangguk. “Baiklah, aku percaya padamu.”Rose berada lega, ia melirik Nicholas yang berada di sebelah William, pria itu juga melirik ke arahnya dengan tatapan yang sulit dibaca.“Silakan Pak Nicholas,” panggil William karena pria itu tidak bergerak dari tempatnya, “kita satu lift bersama.”Tanpa ragu, Nicholas melangkahkan kaki masuk ke dalam, menatap Rose dengan tatapan sinis. Ia berdiri tidak jauh dari keduanya dengan tangan mengepal kuat.“Kau ingin makan apa setelah ini?” tanya William pada Rose, tak peduli di sana ada Nicholas dengan segala kecemasannya.“Aku makan yang sudah disediakan saja,” jawab Rose seadanya.“Kenapa jawabanmu seperti itu?” selidik William, “kau baik-baik saja kan?”William membuang napas pelan, ia menatap Rose yang langsung menampilkan senyum ke arahnya. “Katakan, apa yang mengganggu
“Maafkan aku,” kata Kanaya dengan wajah menyesal, “aku buatkan makanan cobalah!” William membuang napas pelan, ia menatap rantang yang ada di atas meja, “Bukankah kau masih sakit? Kenapa–” “Aku sudah sembuh, lihatlah sudah bisa memasak dan datang untukmu.” William menoleh ke arah pintu di mana Rose yang baru keluar dengan senyum tipis di bibirnya. Melihat itu, Kanaya pun berbalik dan mendesah kecewa. “Aku kira hanya kau saja yang di sini,” ungkap Kanaya merasa kesal. Rose berjalan ke arah keduanya, kemudian memilih duduk di sebelah William dengan tenang. “Hai Kanaya.” “Tidak bisakah kau tidak mengekor pada William?” ketus Kanaya. Rose menoleh pada suaminya, kemudian menatap Kanaya dalam kembali, “Maafkan aku, tapi salahnya di mana?” William tersenyum tipis, meraih tangan Rose dan mengecupnya. “Benar, tidak ada yang salah.” Mendengus kesal, Kanaya dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya menjadi ceria. Ia membuka rantang bawaannya dan membukanya di hadapan keduanya. “
Setibanya di kantor, William turun dengan sang istri di sebelahnya. Semua mata kembali tertuju pada wanita yang pernah bekerja sehari di kantor, semakin cantik dengan aura yang begitu terang.Edwin yang malam itu juga syok hanya mematung di sebelah Nicholas yang mengepalkan tangan.“Pantas saja, Bu Rose sangat cantik, dia istri pak William,” bisik Edwin seolah tak menerima kenyataan ini.Nicholas mencoba untuk memamerkan senyum ketika keduanya berjalan ke arah mereka.“Selamat siang Pak.” Nicholas membungkuk kecil sebagai penghormatan, “selamat siang, Bu Rose.”William mengangguk. “Setelah makan siang, masuk ke ruanganku.”Nicholas tersenyum tipis. Ia kembali menganggukkan kepala tanda hormatnya, membiarkan William dan Rose melewatinya begitu saja.“Aku masih tidak mengangka ini,” kata Edwin, tatatapan masih tetap lurus pada Rose yang begitu anggun.“Wanginya saja masih bisa tercium, pak William sangat beruntung.”Nicholas mengepalkan tangan tatkala tak sengaja melihat tangan William
Setelah memeriksa kesehatan Margaret, Rose mencari keberadaan Diana seperti yang Margaret inginkan. Akan tetapi, wanita yang akan menjadi istri Nicholas itu entah pergi ke mana.“Maaf Ibu, tapi sepertinya Diana sudah kembali,” lapor Rose merasa menyesal.“Bagaimana bisa dia meninggalkan kita dengan mobil putraku?” geram Margaret tak habis pikir.Rose melirik pada pria suruhan William yang hanya diam tak bergerak sejak tadi, “Ibu ikut saja dengan kami, aku akan antarkan ini kembali.”Margaret melirik pada pria tersebut, wajah datar dengan tubuh besar yang menakutkan, “Ibu bisa pulang dengan taksi saja, Rose.”“Tidak perlu, Ibu,” tolak Rose, “aku akan antarkan Ini sampai rumah, tapi sebelum itu, kita makan dulu, ya.”Margaret menggeleng cepat. “Tidak perlu Nak. Ibu tidak mau menjadi beban untukmu.”“Eh, tidak seperti itu, Bu. Ayo, aku juga sangat lapar,” ajak Rose dengan senyum hangat.Mereka meninggalkan rumah sakit saling bergandengan, tak melihat jika di sudut ruangan ada seseorang b
Di kediaman William, pria itu turun dengan tergesa ke lantai bawah karena tak biasanya Rose tidak menyiapkan pakaian kerjanya seperti biasa.“Di mana istriku?” tanyanya pada pelayan yang berada di ruang makan. Ia duduk dan menyesal teh miliknya yang masih hangat.Si pelayan menoleh dengan gugup. Ia tersenyum lembut sebelum menjawab. “Ibu keluar beberapa menit sebelum Anda kembali, Pak. Kemungkinan akan kembali malam hari."Sebelum bokongnya benar-benar menempel pada kursi, William terlihat mengerut kening. “Malam hari? Kenapa tidak memberitahuku lebih awal?”Si pelayan menelan ludah kasar, ia ingin menjelaskan, tetapi William lebih cepat meninggalkan ruang makan dan berjalan ke ruang kerjanya. Di ruang tengah, ia bertemu dengan Ethan yang terlihat menegang.“Katakan apa yang kau ketahui?”Ethan mencoba untuk tersenyum, “Saya tidak tahu apa-apa Pak.”“Cari dia dan bawa kembali!” pinta William tidak ingin tahu.“Pak, tapi kita ada pertemuan satu jam lagi. Bagaimana jika–”William memija
“Baiklah, kau kembali saja.” Ethan memijat pangkal hidung, merasa khawatir pada Rose yang kemungkinan pergi ke tempat yang tak disukai oleh William.Asisten William itu berjalan ke arah yang lebih sepi, meriah ponselnya dan menelpon seseorang dengan segera.“Halo, cari tahu kemana Bu Rose pergi,” perintah Ethan langsung pada seseorang di balik layar, ia tidak bisa membuang waktu lebih lama. “Periksa ke rumah mantan kekasihnya, aku curiga dia–”“Siapa yang kau telepon, Ethan?” Suara William mengejutkan Ethan yang tengah menelpon di balik ruangan.“Pak, Anda sudah kembali.” Ethan segera mematikan ponselnya dan dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya.William melangkah mendekati asistennya, pria itu menatap Ethan dalam-dalam. “Siapa yang pergi ke rumah mantannya, Ethan?”“Pak, Anda dari mana?” tanya Ethan balik, ia menatap William dengan penampilan yang berantakan.William berdecak, “Kanaya sakit, aku datang menjenguknya dan ketiduran di sana,” aku William, “katakan, siapa yang datang k
Rose menuruni anak tangga dengan tergesa, ia langsung ke arah ruang kerja William. Senyumnya ragu-ragu, bingung harus menjelaskan apa pada suaminya.Di depan pintu ruangan, ia berdiri cukup lama, mengolah kata-kata agar terdengar lebih masuk akal.“Ayo, Rose!” serunya pada diri sendiri. Rose melangkah masuk dengan kepala tertunduk, berharap William menyambutnya dengan senyuman.Langkahnya terhenti di tengah ruangan, ketika menyadari jika William tidak tercium di ruangan ini. “William, kau tidak di dalam?” tanya Rose tidak yakin. Ia menoleh ke belakang berharap jika William tiba-tiba masuk dan menyambut dirinya.Hening.Ruangan ini terasa lebih dingin ketika sang pemilik tidak berada di dalamnya.“Di mana dia?” gumam Rose mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Gak ada tanda-tanda bahwa William memasuki ruangan meski itu semalam.Tidak ingin berlama-lama, ia keluar dari ruangan dan langsung ke halaman belakang tempat yang kemungkinan William berada dengan peliharaan mereka.“Selamat
William meletakkan ponselnya di atas meja, lalu beranjak masuk ke dalam kamar dan langsung menuju kamar mandi.Tidak berselang lama, ia sudah kembali dengan tubuh yang lebih segar. Ia berjalan masuk ke ruang ganti dengan langkah tanpa suara.Memilih pakaian yang harus dikenakan dan merapikan dirinya dengan cepat. “Aku akan minta maaf padanya besok pagi,” ujarnya mendesah pelan, ia meninggalkan kamar dengan hati yang gelisah.Sampai di tempat tujuan, William masuk dengan tergesa, ia bahkan tak perlu menunggu tuan rumah untuk membukakan pintu. William masuk ke dalam kamar dan mendapati wanita muda terbaring dengan selimut tebal.“Akhirnya kau datang juga, William,” katanya dengan senyuman lembut, “kemarilah!”William menghembuskan napas panjang, kemudian melepaskan pakaian tebalnya. Ia duduk di kursi dekat dengan ranjang, memperhatikan wajah wanita muda yang menatapnya lembut.William mengulurkan tangan, memeriksa suhu tubuh yang ternyata memang benar terasa panas.“Siapkan dirimu, kit
Diana merebahkan punggungnya pada badan sofa. Mengingat penampilan Rose yang tampak luar bisa menambah rasa bencinya pada mantan kekasih dari Nicholas.“Dia pasti merayakan pak William dengan cara yang kotor,” umpat Diana tidak terima.Nicholas tidak mengatakan apa pun lagi. Ia menutup mata, tetapi bayangan Rose dan William yang begitu mesra mengganggu dirinya.“Aku tidak mengira, kedatangannya di kantor saat itu memang sengaja ingin menunjukkan siapa dirinya,” kata William, “dan pak Ethan dekat dengannya karena Rose adalah istri dari pak William.”Nicholas mengerang marah, ia memukul pegangan sofa dengan kuat karena tidak terima dengan pencapaian Rose yang lebih unggul darinya.Diana menoleh, ia bisa melihat wajah ekspresi kecewa Nicholas dengan jelas. Dalam hati, Diana mulai merasa ketakutan, khawatir jika Nicholas memaksa Rose untuk kembali padanya.“Jangan berpikir untuk kembali padanya, Nico. Kau sudah berjanji akan menikahiku bukan?” Diana meremas lengan Nicholas yang hendak ber
Suara benda terjatuh berhasil mengacaukan semuanya. Di depan pintu kamar, seorang gadis dengan gaun putih berdiri dengan tubuh terlihat bergetar. Di bawahnya, terlihat paper bag dengan sesuatu yang terlihat seperti kue tumpah mengotori lantai marmer. “Nic-nicholas, apa yang kau lakukan dan siapa dia?" Rose berjalan mendekat dengan langkah lemah, air matanya sudah berada di ujung mata. “Siapa dia? Apa yang kamu lakukan dengannya, Nich?” Rose kembali bertanya dengan tatapan nanar kecewa. Dengan napas yang terengah, Rose mencoba menelisik suasana kamar, pakaian sudah tercecer di mana-mana. Bahkan ia berhasil melihat sesuatu di atas nakas. Benda yang seharusnya tidak Nicholas sentuh. “Katakan? Apa yang kau lakukan dengannya, Nicholas?” pekiknya dengan napas terengah, “tidak ingatkah kau jika hari ini adalah anniversary hubungan kita?” Nicholas mencoba turun dari ranjang, meraih baju kaos yang tergeletak di bawah kaki mereka. Sementara itu, wanita yang berada bersamanya hanya meng...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen