Share

Bab 2

last update Last Updated: 2025-01-13 22:10:36

“Ah …,” lenguhan lembut terdengar begitu indah. Tubuh yang masih dipenuhi dengan keringat terbaring dengan napas memburu. Matanya terpejam dengan bibir sedikit terbuka.

“Nicholas, aku sudah katakan, aku bukan wanita bodoh, aku hebat,” gumamnya dengan bibir tersenyum kecil.

Si pria yang masih berada di atasnya kini membaringkan tubuh, menempelkan kulit basah mereka berdua.

“Dia bermain denganku, tetapi masih menyebut nama pria lain,” decaknya dengan napas yang sama memburu.

Karena lelah, ia memejamkan mata dengan sebelah tangan berada di atas kepala. Bibirnya tersenyum kecil membayangkan panasnya permainan mereka.

“Gadis bodoh,” imbuhnya sekali lagi sebelum ia benar-benar tak tertidur karena kantuk.

Di tempat yang lain, Nicholas tengah mengumpat karena mendapatkan telepon dari ibunya.

“Kemana dia?” geram Nicholas mematikan ponselnya, berjalan ke arah kamar di mana masih ada Diana dengan wajah yang muram.

“Kenapa masih saja memikirkan dia, Nich. Bukankah kau sudah memutuskan hubungan kalian?” Diana berdiri dan memeluk Nicholas dari belakang.

Mendengus kasar, Nicholas melepas pegangan tangan Diana pada tubuhnya, kemudian membawa si wanita berdiri berhadapan.

“Ibuku, kau tahu sendiri bagaimana dia sangat menyukai Rose,” jawabnya.

Diana membelai wajah kekasihnya. “Apa urusanmu? Kau yang menentukan kehidupanmu Nich. Ibumu boleh saja menyukainya, tetapi kau yang berhak memilih.”

Nicholas mengangguk, ia meraih tangan lembut Diana dan mengecupnya lembut. “Kau benar, Sayang. Ah, lebih baik kita lanjutkan saja apa yang tertunda.”

Diana mengangguk, ia mengalungkan tangannya pada leher Nicholas, mengecup pelan telinga Nicholas untuk memberikan rangsangan.

Tak lama, apa yang mereka berdua nantikan akhirnya terjadi, Diana yang menyukai setiap sentuhan dari Nicholas pun tak malu mendesah dengan kuatnya.

“Oh, kau memang luar biasa Diana, sangat hebat,” geram Nicholas tak mampu menahan rasa nikmat yang tak terkalahkan.

Andai saja, Rose mau memberikan apa yang dia inginkan, hubungan mereka pasti berjalan lancar, tak peduli wanita itu hanya pengasuh ibunya. Akan tetapi, Nicholas menyerah, Rose mempertahankan dirinya dengan kuat.

__________

Hari berganti lebih cepat, malam panjang yang penuh dengan gairah kini telah berganti. Di dalam sebuah kamar mewah, seorang gadis terbangun lebih awal. Rose merenggang tangan ke atas.

Rose tersentak ketika tangannya tak sengaja menyentuh sesuatu seperti rambut. Ia menelan ludah kasar setelah menyadari jika dirinya berada di tempat asing.

‘Di mana aku?’ batinnya menahan napas, bahkan kedua tangannya masih terngiang ke atas. Saat ia mengerjakan tubuhnya, rasa nyeri yang teramat begitu terasa.

Rose semakin membeku, ia menoleh dengan pelan untuk mengetahui apa yang terjadi. Napasnya tercekat ketika mendapati pria asing sudah tidur di sebelahnya.

‘Apa yang terjadi?” batinnya lagi, ia membuka selimut dengan pelan untuk memastikan apa yang dipikirkannya.

‘Ya Tuhan, apa yang aku lakukan? Apa pria ini yang memulai?” tanyanya pada dirinya sendiri.

‘Aku hanya minum sedikit, mengapa begitu sulit mengingat apa yang terjadi?’ batinnya mencoba mengingat, ‘apakah aku menyewa lelaki panggilan?’

Rose ingin histeris, tetapi tersadar jika itu akan membahayakan dirinya. Perlahan ia menurunkan kaki dan meraih gaun miliknya yang tercecer.

“Rose, apa yang telah kau lakukan?” umpatnya pada diri sendiri, ia menoleh dan menatap wajah pria di atas ranjang.

“Dia sangat tampan, kenapa harus menjadi lelaki panggilan jika segampang itu,” gumamnya memikirkan kemungkinan dia memanggil pria panggilan.

Rose memukul kepalanya keras, kemudian mendengus kesal dan berbalik dengan langkah yang tertatih. “Aku harus pergi, aku tidak memiliki uang sedikit pun untuk membayarnya.”

Perlahan pria yang tadi berbaring membuka mata, menatap punggung wanita yang semakin menjauh dari kamarnya.

“Dia menganggapku apa?” decaknya menahan emosi.

Dia adalah William Hawthorne—CEO dari perusahaan ternama bernama William Hawthorne Ventures, pria dengan begitu sulit disentuh oleh siapa pun.

“Halo Ethan, tolong cari tahu siapa wanita yang semalam bersamaku,” pintanya pada asisten pribadinya.

Setelah mendapatkan kesanggupan, William beranjak dari posisi tidur dan berjalan ke arah kamar mandi tanpa ragu.

“Aku tidak akan melepaskanmu,” gumamnya mengingat apa yang Rose pikirkan tentang dirinya.

Tak berselang lama, William keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang jauh lebih segar. Ia melirik ke arah nakas, di mana ponselnya kembali berdering.

“Kalian sudah menemukannya?” tanyanya pada Ethan yang kembali menghubungi.

“[Kami sudah menemukannya, Pak. Saya akan mengirim foto yang saya dapatkan untuk Anda,]” katanya dengan nada lebih serius.

“Hum, setelah itu, pantau terus, jangan biarkan dia melarikan diri setelah apa yang dia lakukan padaku.”

William mematikan ponselnya dan kembali berdecak tatkala menemukan panggilan lain masuk ke dalam.

Tak menunggu lama, pria dengan tinggi badan 185 cm tersebut melangkah dengan gagahnya keluar dari apartemen mewah miliknya.

Di bawah, sudah menunggu Ethan dengan gaya yang tak kalah dominannya. Pria dengan setelan jas berwarna hitam serta kaca mata yang selalu melekat di wajahnya.

“Nenek Anda sudah menunggu cukup lama, Pak,” lapor Ethan yang sementara mengemudi.

“Hum, nenek menelpon setelah panggilan berakhir,” jawabnya memalingkan wajah ke arah luar. Kembali mengingat setiap desahan Rose.

“Jadi siapa wanita itu?” tanya William masih dengan kenangan panas mereka semalam.

“Rose Kingsley, Pak. Dia yakin piatu dan tinggal di kontrakan yang terpencil,” jelas Ethan mengutarakan apa yang diketahuinya.

“Lalu, bagaimana dia bisa ke klub, dia bekerja di sana?” William menegakkan tubuhnya, menatap Ethan yang mengemudikan mobil dengan epik.

“Yang kami ketahui, Rose menjadi pengasuh dari seorang wanita tua di pusat kota, Pak,” kata Ethan, “wanita itu menginginkan Rose menjadi menantunya.”

Kening William terlihat mengkerut halus, pria yang tak pernah peduli dengan seorang gadis kini tiba-tiba merasa ada yang salah dengan dirinya.

“Bisa kau jelaskan dengan benar?”

Ethan mengangguk, ia menjelaskan apa saja yang diketahui oleh orang-orang yang bayarnya, bagaimana Rose dan anak dari majikannya terlihat sering bersama.

“Jadi, gadis itu telah memiliki kekasih?”

Ethan mengangguk ragu. “Maafkan saya Pak. Saya hanya mendapatkan beberapa foto dirinya. Setelah ini, saya akan mencari tahu lebih banyak.”

William tidak menjawab, ia kembali memalingkan wajahnya ke arah jendela. Tak lama, ia kembali bersuara, “Apakah nenek sudah menemukan wanita baru?”

Ethan kembali mengangguk. “Karena itulah, saya merasa jika nenek Anda tengah mempersiapkan sesuatu yang besar.”

Ia membuang napas panjang, William memejamkan mata, mempersiapkan diri bertemu dengan orang yang paling disayang.

“Selamat datang, Nak.” Wanita dengan penampilan modis dan wajah yang sangat ramah melangkah ke arah pria muda yang baru saja turun dari mobil.

William tersenyum lembut menyambut pelukan sang nenek. “Nenek memiliki banyak kejutan untukmu, Willie.”

William mengangguk. “Tolong maafkan aku Nek, tapi–”

"Tidak ada tapi--"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 3

    William mengangguk, tak ada yang bisa membantah kemauan neneknya. Mereka memasuki rumah mewah dengan interior yang begitu megah. Beberapa pelayan wanita berbaris sembari menundukkan kepala. Ini adalah hari yang sangat besar, kehadiran William adalah perayaan yang luar biasa. “Aku tidak bisa berlama-lama, Nek. Aku ada banyak pekerjaan.” William duduk di sebelah wanita cantik yang sudah tak lagi muda. “Nenek tidak peduli dengan pekerjaanmu. Ada Ethan yang bisa kamu minta, Willie.” Ethan yang namanya disebut lantas mendongak, ia menatap William yang berdecak mengabaikan. “Dia sudah banyak pekerjaan. Aku tidak mungkin membebani dirinya dengan pekerjaan lain,” celetuknya kasihan pada Ethan. “Lupakan itu. Nenek sudah mengurus kencan buta untukmu, malam nanti datanglah ke–” “Ini kencang buta yang ke-99 Nek. Apa tidak malu melihatku melakukan hal kekanakan ini?” William meraih cangkir teh miliknya lalu menyesapnya sedikit. “Aku menolak, aku tidak ingin melakukan apa yang Nenek

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 4

    Rose berdiri dengan canggung di hadapan pria asing yang masih diingatnya dengan benar. Ia menelan ludah kasar dan melangkah ke arahnya dengan kepala tertunduk. “Kau pasti sudah dijelaskan dengan baik oleh Ethan,” kata William. Rose mendongak, ia mengangguk dengan tangan saling meremas. Ia menyembunyikan rasa gugup yang melanda. “Hum, saya … saya akan bekerja dengan baik Pak.” William mengangguk. Ia melangkah lebih dahulu ke dalam gedung yang akan mengubah kehidupannya. Rose menghela napas panjang, pengkhianatan Nicholas dan cacian yang diberikan untuknya sebentar lagi akan terbalas. “Kau harus tunjukkan pada Nicholas jika kau pantas menjadi wanita karier Rose,” katanya penuh semangat. Ia melangkah dengan yakin setelah Ethan memintanya untuk masuk ke dalam. Sekali lagi, Rose membuang napas pelan. Sesampainya di dalam, berbagai prosedur telah dilakukan dengan baik. William bernapas lega ketika memegang berkas berharga di tangannya. “Selamat atas pernikahan Anda, Pak.” E

    Last Updated : 2025-01-15
  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 5

    Rose duduk dengan jantung berdebar. Di hadapan ada William menatap dirinya begitu tajam dan dingin. “Saya tidak tahu jika Anda adalah pemilik dari perusahaan itu,” katanya setelah sama-sama terdiam. Dengan susah payah, akhirnya William berhasil membawa Rose keluar dari rumah neneknya. Akan tetapi, dengan persyaratan keduanya harus tinggal di rumah yang sudah Matilda siapkan. “Apakah kau tidak ingin minta maaf?” tanya William. “Minta maaf?” Rose berusaha untuk tenang. “Kau tidak merasa bersalah atas apa yang telah terjadi?” Rose menelan ludah kasar, ia meremas tangannya dengan kuat. “Saya sudah menebus kesalahan saya dengan pernikahan ini, kan?” “Kau menganggapnya seperti itu?” tanya William, “bagaimana jika aku tidak mengizinkanmu bekerja di kantor?” “Tidak boleh!” Rose berdiri protes. “Kenapa?” William bersedekap. “Pak, saya setuju menikah dengan Anda karena tujuan pekerjaan. Jika saya tidak boleh bekerja, lalu untuk apa–” “Untuk menebus kesalahanmu. Kau telah m

    Last Updated : 2025-01-15
  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 6

    Rose mengerjap beberapa kali. Ia menelan ludah kasar ketika William menatap dirinya begitu dalam.“Pak, bisakah Anda lepaskan saya?” katanya mencoba tidak terdengar gugup. Tubuhnya sudah tertahan di dinding dengan kedua tangan berada di atas kepala.“Ulangi apa yang kau katakan tadi?” Suara William terdengar parau, terlihat begitu menggoda dengan hidung mancungnya.“Pak, saya harus ke rumah Nicholas, ibunya–”“Ingin bertemu ibunya atau kekasihmu itu?” Rose menelan ludah lagi, ia gugup bukan karena merasa bersalah, tetapi karena aroma parfum William yang begitu lembut.“Saya sudah katakan, dia bukan kekasih saya lagi,” jelasnya, “tolong beri saya waktu beberapa jam untuk melihatnya.”William melepas cekalan tangannya pada lengan wanita yang baru saja dinikahi. Mundur beberapa langkah dan mengangguk. “Pergilah! Kau bisa meminta supir untuk menemanimu.”Rose melebarkan senyumnya, ia mengusap tangannya yang dicekal William. “Saya akan kembali sebelum tengah malam.”"Pergilah sebelum aku

    Last Updated : 2025-02-11
  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 7

    Di dalam kamar dengan cahaya yang tidak terlalu terang, di sisi pintu ada Nicholas dan Diana yang berdiri berdampingan. Sementara di sisi lain, ada Rose dan Margaret yang duduk di pinggir ranjang.Margaret mengangkat tangan tanda tak ingin mendengar apa pun lagi dari putranya. Wanita setengah abad itu, meminta Nicholas dan Diana keluar dari kamarnya.“Ibu …,” tolak Nicholas.“Aku ingin bicara dengan putriku Rose, kalian berdua tidak berhak mendengarnya,” ujar Margaret tanpa mengalihkan pandangan dari Rose yang terlihat menunduk.Diana menarik Nicholas keluar dengan paksa, tetapi pria itu, begitu penasaran apa yang akan ibunya katakan. Ia khawatir jika Rose berusaha mempengaruhi dengan kata-kata manis.“Ibu, tolong jangan membuatku bersamanya lagi. Aku tidak bisa mencintai wanita itu,” tegas Nicholas dengan nada yang begitu malas.Mendengar penolakan Nicholas yang begitu jelas, Rose hanya membuang napas pelan, bukankah selama enam bulan terakhir, kata-kata penolak sudah sering ia denga

    Last Updated : 2025-02-12
  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 8

    “Lagi?” Rose menghentikan kunyahannya, ia menatap William yang mengangguk seraya tersenyum. Pria itu, seperti itu saja sudah sangat tampan.Sudah tiga Minggu setelah mereka menikah, semua terasa baik-baik saja sebelum William keluar kota dalam waktu yang begitu insten.“Pak, Anda baru saja kembali dan besok harus pergi lagi?” tanya Rose kembali, ia begitu terkejut.“Ada ada dengan ekspresimu?” William meletakan sendok dengan anggunnya, kemudian menatap Rose yang berdehem karena malu.“Dan kenapa masih memanggilku dengan sebutan pak? Kau adalah istriku jadi kewajibanmu memanggilmu dengan sebutan yang lebih akrab,” selorohnya.“Saya masih belum terbiasa,” jawab Rose, “jadi, Anda akan pergi lagi?” jawabnya seraya mengulang pertanyaan.“Hanya beberapa hari,” balas William, “pergilah ke rumah nenek jika bosan kau bisa melakukan apa pun di sana.”Rose menggeleng pelan. “Pak, saya merasa gugup setiap kali di dekat nenek.”“Kenapa? Bukankah kulihat kalian begitu akrab?” “Benar, tapi–”Rose m

    Last Updated : 2025-02-13
  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 9

    Masih di dalam ruang kerja dengan warna hitam yang mendominasi. Ethan masih menatap serius pada pria tampan di hadapannya.“Singkirkan isi kepalamu itu, Ethan,” tukas William mendengus, “aku melakukan semua ini karena tidak ingin nenek mencurigaiku.”Entan mengangguk, ia menyandarkan tubuhnya pada badan sofa seraya menatap William dengan tatapan selidik. “Jika benar, tidak ada masalahnya juga Pak. Anda dan bu Rose sudah sah menjadi suami istri."“Ethan, jaga sikapmu. Aku adalah bosmu, bersikap sopanlah!” seru William dengan napas terengah. Aroma tubuh Rose begitu memabukkan.Ia menggosok leher dengan pelan, kemauan sesekali terlihat menatap pintu dengan gelisah.“Pak, naiklah ke kamar Anda, saya akan selesaikan ini sendiri,” kata Ethan mulai menyadari jika bosnya tengah menahan sesuatu.“Tidak perlu. Untuk apa naik, ini adalah tanggung jawabku juga,” tolak Willian serasa berdecak.“Ya mungkin saja–”William spontan berdiri, ia berdehem beberapa kali untuk menghilangkan rasa gugup dala

    Last Updated : 2025-02-14
  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 10

    Pagi telah bersambut, Rose terbangun dengan tubuh terasa remuk redam. Pertempuran semalam menguras semua tenaganya. Ia merentangkan tangan ke atas dengan ringisan kecil dari bibirnya yang kecil.“Oh tubuhku rasanya sakit semua,” desahnya dengan mata masih tertutup.Sesaat ia terdiam dengan tangan masih berada di atas kepala. Wajahnya langsung memerah saat mengingat kembali kejadian semalam. Sentuhan serta gerakan intens William begitu mendebarkan.Rose membuka mata, ia menatap sebelah sisinya, wangi William bahkan masih tercium begitu kuat.“Oh, andai saja pernikahan ini berlandaskan cinta. Aku sudah pasti menjadi wanita paling bahagia,” ucapnya dengan getir, “tapi kenyataannya aku bahkan merelakan diriku demi pekerjaan.”Rose bangkit dari tidurnya, duduk dengan wajah lesu. Ia mengedarkan pandangan ke segala arah. Kamar besar, lemari kaca yang indah dengan segala macam keindahan di dalamnya.Seluruh gajinya bahkan tidak akan mampu membeli satu lampu tidur di kamar William."Sempurna.

    Last Updated : 2025-02-15

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 50

    “Terima kasih,” kata Rose menerima susu dengan campuran peanut butter serta pisang madu.“Jika Anda membutuhkan yang lain, silakan pencet tombol seperti biasa Bu,” kata si pelayan dengan hormat.“Hum, terima kasih. Kau istirahatlah.”Si pelayan berbalik dan meninggalkan kamar dengan langkah terburu, diam-diam ia tersenyum kecil ketika susu buatannya diminum di depan mata.“Aku berharap di rumah ini ada penghuni baru,” katanya dengan suara seperti berbisik.Bersamaan dengan itu, Walliam sudah tiba di kediaman Matilda dengan Langkah yang tergesa. Ia merasa ada yang tidak beres dengan neneknya karena tak biasanya Matilda memanggilnya tanpa perantara asistennya.“Di mana nenekku?” tanyanya pada pria yang telah lama bekerja dengan Matilda. Pria yang paling setia di antara pekerja mereka yang lain.“Beliau ada di dalam,” katanya dengan sopan.William mengangguk kecil, kemudian tersenyum tipis pada pria yang masih setia berdiri di depan pintu, “Istirahatlah Paman, aku yang akan mengingatkan

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 49

    Rose segera menggeleng cepat dengan jantung yang mulai tak karuan. “Tidak ada hal seperti itu, Willie. Aku hanya lelah saja.”William menyipitkan mata, kemudian dengan segera mengangguk. “Baiklah, aku percaya padamu.”Rose berada lega, ia melirik Nicholas yang berada di sebelah William, pria itu juga melirik ke arahnya dengan tatapan yang sulit dibaca.“Silakan Pak Nicholas,” panggil William karena pria itu tidak bergerak dari tempatnya, “kita satu lift bersama.”Tanpa ragu, Nicholas melangkahkan kaki masuk ke dalam, menatap Rose dengan tatapan sinis. Ia berdiri tidak jauh dari keduanya dengan tangan mengepal kuat.“Kau ingin makan apa setelah ini?” tanya William pada Rose, tak peduli di sana ada Nicholas dengan segala kecemasannya.“Aku makan yang sudah disediakan saja,” jawab Rose seadanya.“Kenapa jawabanmu seperti itu?” selidik William, “kau baik-baik saja kan?”William membuang napas pelan, ia menatap Rose yang langsung menampilkan senyum ke arahnya. “Katakan, apa yang mengganggu

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 48

    “Maafkan aku,” kata Kanaya dengan wajah menyesal, “aku buatkan makanan cobalah!” William membuang napas pelan, ia menatap rantang yang ada di atas meja, “Bukankah kau masih sakit? Kenapa–” “Aku sudah sembuh, lihatlah sudah bisa memasak dan datang untukmu.” William menoleh ke arah pintu di mana Rose yang baru keluar dengan senyum tipis di bibirnya. Melihat itu, Kanaya pun berbalik dan mendesah kecewa. “Aku kira hanya kau saja yang di sini,” ungkap Kanaya merasa kesal. Rose berjalan ke arah keduanya, kemudian memilih duduk di sebelah William dengan tenang. “Hai Kanaya.” “Tidak bisakah kau tidak mengekor pada William?” ketus Kanaya. Rose menoleh pada suaminya, kemudian menatap Kanaya dalam kembali, “Maafkan aku, tapi salahnya di mana?” William tersenyum tipis, meraih tangan Rose dan mengecupnya. “Benar, tidak ada yang salah.” Mendengus kesal, Kanaya dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya menjadi ceria. Ia membuka rantang bawaannya dan membukanya di hadapan keduanya. “

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 47

    Setibanya di kantor, William turun dengan sang istri di sebelahnya. Semua mata kembali tertuju pada wanita yang pernah bekerja sehari di kantor, semakin cantik dengan aura yang begitu terang.Edwin yang malam itu juga syok hanya mematung di sebelah Nicholas yang mengepalkan tangan.“Pantas saja, Bu Rose sangat cantik, dia istri pak William,” bisik Edwin seolah tak menerima kenyataan ini.Nicholas mencoba untuk memamerkan senyum ketika keduanya berjalan ke arah mereka.“Selamat siang Pak.” Nicholas membungkuk kecil sebagai penghormatan, “selamat siang, Bu Rose.”William mengangguk. “Setelah makan siang, masuk ke ruanganku.”Nicholas tersenyum tipis. Ia kembali menganggukkan kepala tanda hormatnya, membiarkan William dan Rose melewatinya begitu saja.“Aku masih tidak mengangka ini,” kata Edwin, tatatapan masih tetap lurus pada Rose yang begitu anggun.“Wanginya saja masih bisa tercium, pak William sangat beruntung.”Nicholas mengepalkan tangan tatkala tak sengaja melihat tangan William

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 46

    Setelah memeriksa kesehatan Margaret, Rose mencari keberadaan Diana seperti yang Margaret inginkan. Akan tetapi, wanita yang akan menjadi istri Nicholas itu entah pergi ke mana.“Maaf Ibu, tapi sepertinya Diana sudah kembali,” lapor Rose merasa menyesal.“Bagaimana bisa dia meninggalkan kita dengan mobil putraku?” geram Margaret tak habis pikir.Rose melirik pada pria suruhan William yang hanya diam tak bergerak sejak tadi, “Ibu ikut saja dengan kami, aku akan antarkan ini kembali.”Margaret melirik pada pria tersebut, wajah datar dengan tubuh besar yang menakutkan, “Ibu bisa pulang dengan taksi saja, Rose.”“Tidak perlu, Ibu,” tolak Rose, “aku akan antarkan Ini sampai rumah, tapi sebelum itu, kita makan dulu, ya.”Margaret menggeleng cepat. “Tidak perlu Nak. Ibu tidak mau menjadi beban untukmu.”“Eh, tidak seperti itu, Bu. Ayo, aku juga sangat lapar,” ajak Rose dengan senyum hangat.Mereka meninggalkan rumah sakit saling bergandengan, tak melihat jika di sudut ruangan ada seseorang b

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 45

    Di kediaman William, pria itu turun dengan tergesa ke lantai bawah karena tak biasanya Rose tidak menyiapkan pakaian kerjanya seperti biasa.“Di mana istriku?” tanyanya pada pelayan yang berada di ruang makan. Ia duduk dan menyesal teh miliknya yang masih hangat.Si pelayan menoleh dengan gugup. Ia tersenyum lembut sebelum menjawab. “Ibu keluar beberapa menit sebelum Anda kembali, Pak. Kemungkinan akan kembali malam hari."Sebelum bokongnya benar-benar menempel pada kursi, William terlihat mengerut kening. “Malam hari? Kenapa tidak memberitahuku lebih awal?”Si pelayan menelan ludah kasar, ia ingin menjelaskan, tetapi William lebih cepat meninggalkan ruang makan dan berjalan ke ruang kerjanya. Di ruang tengah, ia bertemu dengan Ethan yang terlihat menegang.“Katakan apa yang kau ketahui?”Ethan mencoba untuk tersenyum, “Saya tidak tahu apa-apa Pak.”“Cari dia dan bawa kembali!” pinta William tidak ingin tahu.“Pak, tapi kita ada pertemuan satu jam lagi. Bagaimana jika–”William memija

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 44

    “Baiklah, kau kembali saja.” Ethan memijat pangkal hidung, merasa khawatir pada Rose yang kemungkinan pergi ke tempat yang tak disukai oleh William.Asisten William itu berjalan ke arah yang lebih sepi, meriah ponselnya dan menelpon seseorang dengan segera.“Halo, cari tahu kemana Bu Rose pergi,” perintah Ethan langsung pada seseorang di balik layar, ia tidak bisa membuang waktu lebih lama. “Periksa ke rumah mantan kekasihnya, aku curiga dia–”“Siapa yang kau telepon, Ethan?” Suara William mengejutkan Ethan yang tengah menelpon di balik ruangan.“Pak, Anda sudah kembali.” Ethan segera mematikan ponselnya dan dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya.William melangkah mendekati asistennya, pria itu menatap Ethan dalam-dalam. “Siapa yang pergi ke rumah mantannya, Ethan?”“Pak, Anda dari mana?” tanya Ethan balik, ia menatap William dengan penampilan yang berantakan.William berdecak, “Kanaya sakit, aku datang menjenguknya dan ketiduran di sana,” aku William, “katakan, siapa yang datang k

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 43

    Rose menuruni anak tangga dengan tergesa, ia langsung ke arah ruang kerja William. Senyumnya ragu-ragu, bingung harus menjelaskan apa pada suaminya.Di depan pintu ruangan, ia berdiri cukup lama, mengolah kata-kata agar terdengar lebih masuk akal.“Ayo, Rose!” serunya pada diri sendiri. Rose melangkah masuk dengan kepala tertunduk, berharap William menyambutnya dengan senyuman.Langkahnya terhenti di tengah ruangan, ketika menyadari jika William tidak tercium di ruangan ini. “William, kau tidak di dalam?” tanya Rose tidak yakin. Ia menoleh ke belakang berharap jika William tiba-tiba masuk dan menyambut dirinya.Hening.Ruangan ini terasa lebih dingin ketika sang pemilik tidak berada di dalamnya.“Di mana dia?” gumam Rose mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Gak ada tanda-tanda bahwa William memasuki ruangan meski itu semalam.Tidak ingin berlama-lama, ia keluar dari ruangan dan langsung ke halaman belakang tempat yang kemungkinan William berada dengan peliharaan mereka.“Selamat

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 42

    William meletakkan ponselnya di atas meja, lalu beranjak masuk ke dalam kamar dan langsung menuju kamar mandi.Tidak berselang lama, ia sudah kembali dengan tubuh yang lebih segar. Ia berjalan masuk ke ruang ganti dengan langkah tanpa suara.Memilih pakaian yang harus dikenakan dan merapikan dirinya dengan cepat. “Aku akan minta maaf padanya besok pagi,” ujarnya mendesah pelan, ia meninggalkan kamar dengan hati yang gelisah.Sampai di tempat tujuan, William masuk dengan tergesa, ia bahkan tak perlu menunggu tuan rumah untuk membukakan pintu. William masuk ke dalam kamar dan mendapati wanita muda terbaring dengan selimut tebal.“Akhirnya kau datang juga, William,” katanya dengan senyuman lembut, “kemarilah!”William menghembuskan napas panjang, kemudian melepaskan pakaian tebalnya. Ia duduk di kursi dekat dengan ranjang, memperhatikan wajah wanita muda yang menatapnya lembut.William mengulurkan tangan, memeriksa suhu tubuh yang ternyata memang benar terasa panas.“Siapkan dirimu, kit

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status