Share

Bab 3

last update Last Updated: 2025-01-14 21:04:29

William mengangguk, tak ada yang bisa membantah kemauan neneknya. Mereka memasuki rumah mewah dengan interior yang begitu megah.

Beberapa pelayan wanita berbaris sembari menundukkan kepala. Ini adalah hari yang sangat besar, kehadiran William adalah perayaan yang luar biasa.

“Aku tidak bisa berlama-lama, Nek. Aku ada banyak pekerjaan.” William duduk di sebelah wanita cantik yang sudah tak lagi muda.

“Nenek tidak peduli dengan pekerjaanmu. Ada Ethan yang bisa kamu minta, Willie.”

Ethan yang namanya disebut lantas mendongak, ia menatap William yang berdecak mengabaikan.

“Dia sudah banyak pekerjaan. Aku tidak mungkin membebani dirinya dengan pekerjaan lain,” celetuknya kasihan pada Ethan.

“Lupakan itu. Nenek sudah mengurus kencan buta untukmu, malam nanti datanglah ke–”

“Ini kencang buta yang ke-99 Nek. Apa tidak malu melihatku melakukan hal kekanakan ini?” William meraih cangkir teh miliknya lalu menyesapnya sedikit.

“Aku menolak, aku tidak ingin melakukan apa yang Nenek minta.”

Matilda berdecak kesal, “Jika kau tidak menikah, lalu bagaimana ada penggantimu? Apakah kau ingin aku mati tanpa melihat anakmu, William?”

William menutup telinga, lengkingan suara neneknya merusak gendang telinga mereka semua.

“Nek. Kau akan berusia panjang tanpa aku harus menikah,” tolak Willian.

“Tidak ada yang menjamin,” katanya, "jika kau tetap menolak berkencan, dalam dua hari kau bawa seorang gadis untuk menjadi istrimu, jika tidak, di hari ke tiga kau akan Nenek nikahkan dengan salah satu anak dari kerabat kita.”

“Nenek, jangan bercanda!” dengus William. Ia bahkan tak pernah berniat menikah dengan siapa pun.

“Aku tidak bercanda, William. Nenek bahkan sudah menyiapkan satu rumah dan lihat di sana,” tunjuknya dengan dagu, “di sana semua pemberian untuk wanita itu sudah nenek siapkan.”

“Nek, aku bahkan tak ada niat untuk menikah, bagaimana kau–”

“Karena itulah, pergi kencan buta. Mungkin saja wanita yang ini cocok untukmu, William.”

William merebahkan punggungnya ke badan sofa, memejamkan mata untuk menenangkan pikirannya.

“Aku akan menemukan wanita lain, Nek. Beri aku kesempatan beberapa hari untuk menemukannya,” putus William dengan mata masih terpejam.

“Dua hari. Jika kau tidak menemukan wanita itu, Nenek pastikan–”

“Aku akan menemukan wanita bodoh itu, Nenek.” William menegakkan tubuhnya, berdiri dan menatap pada Ethan yang langsung mengangguk.

“Tentu saja, kau harus menemukan wanita itu. Tapi, jangan mencoba membodohiku William. Nenekmu tidak akan membiarkan wanita bodoh manapun bermain-main denganku.”

William mengangguk, ia menunduk dan mengecup pipi neneknya bergantian. “Jangan terlalu memaksa. Aku khawatir kau semakin tua.”

“Willie,” tegur Matilda.

“Istirahatlah, aku akan segera kembali ke apartemen. Aku akan kembali beberapa hari bersama cucu menantumu.” William berbalik dan meminta Ethan ikut bersamanya.

“William, coba untuk menemuinya malam nanti, dia putri dari kerabat kita, kau pasti–”

“Jaga kesehatanmu Nek.” William tak berbalik, tetapi suaranya terdengar begitu jelas.

Matilda mendengus kasar, “Dia sama seperti ayahnya. Selalu mengikuti keinginannya sendiri,” ujarnya, “kemarilah!” panggilnya kemudian pada seseorang yang berdiri tak jauh darinya.

“Ada apa Bu?”

“Ikuti William diam-diam, beritahu apa pun yang dilakukan di belakangku selama beberapa hari,” tukasnya, “aku khawatir dia akan membayar gadis lugu untuk lolos dari tugasnya.”

“Saya akan melakukannya Bu.” Si pria pamit setelah membungkuk hormat.

Matilda menghela napas pelan, ia duduk kembali di sofa sembari menatap barang yang harus diserahkan pada calon istri William.

“Haruskah aku membuat sayembara?” gumamnya.

_________

Sementara itu, di tempat yang berbeda, William sudah sampai di ruangannya. Pria yang lebih menyukai hidupnya dengan bekerja tiba-tiba menjadi resah.

“Ethan, bukankah kau bilang jika mimpi hanya bunga tidur?” tanyanya pada Ethan yang duduk di sofa sembari membaca berkas yang diterima.

“Benar Pak. Orang tua saya mengatakan jika mimpi hanya bunga tidur,” jawab Ethan dengan yakin.

“Aku bermimpi jika nenek dalam kesedihan,” terang William menyampaikan apa yang dialami selama beberapa hari, “kau tahu, aku tidak berniat untuk menikah, tetapi bagaimana jika–”

William menghentikan ucapannya, ia menatap Ethan yang serius menyimak apa yang dibicarakannya.

“Cari gadis itu, siapa namanya?”

Ethan terdiam sesaat, “Gadis?”

“Gadis kemarin yang keluar dari apartemen,” kata William berdecak, “bujuk dia bagaimanapun caranya."

“Pak, tapi dia--” Ethan merasa ragu melanjutkan.

“Aku tidak ingin menikah dengan wanita manapun, jadi minta dia menjadi istri sementara.”

Ethan kembali terdiam, ini sangat berbahaya jika Metilda tahu, bukan hanya dirinya yang mendapat hukuman tetapi William juga.

“Pak, saya rasa ini sangat keterlaluan,” kata Ethan, “jika nenek tahu, beliau tidak akan memaafkan kita.”

William mendengus kasar, “Lalu apakah kau memiliki cara agar aku tidak menikah? Ayolah, Ethan, hanya gadis bodoh itu yang bisa menolong kita.”

Ethan menghela napas berulang kali, ia meraih ponsel di dalam saku celana dan menelepon seseorang. “Apakah kalian sudah yakin jika dia ditempat itu?”

William menyimak, pekerjaan Ethan memang sangat luar biasa. Selama ini, dialah satu-satunya yang paling mengerti dengan keinginannya.

“Bagaimana?” tanya William penasaran.

“Orang kita sudah meminta Rose untuk menunggu di cafe tidak jauh dari sini, Pak. Saya bisa menemuinya sendiri jika Anda sibuk.”

William terdiam sesaat, memikirkan apa yang harus dilakukannya.

“Baiklah, kau bisa menemuinya sendiri. Aku khawatir jika aku yang ikut, orang nenek akan curiga dan merusak rencana kita,” katanya setelah lama melihat kerja neneknya.

“Saya mengerti. Saya akan melakukan yang terbaik untuk Anda.” Ethan berdiri dan meninggalkan ruangan kerja bosnya. Ia harus mempersiapkan semuanya dengan maksimal.

Sementara itu, di tempat yang lain. Rose yang mendapatkan panggilan secara mendadak tak memiliki rencana lain selain bertemu dengan Ethan.

“Aku harap ini bukan penipuan,” gumamnya dengan wajah lesu.

Setelah mendapatkan panggilan, Rose memang sudah berada di cafe di mana mereka telah membuat janji. Kebetulan, Rose memang tidak jauh dari tempat itu sehingga tiba lebih cepat.

“Selamat siang, Rose.” Ethan berdiri menjulang di hadapan gadis dengan rambut tergerai.

Rose mendongak dengan mata memicing. “Selamat siang, Pak.” Rose berdiri mengulurkan tangan.

Ethan menyambut dan meminta Rose duduk. Mereka harus segera menyelesaikan pekerjaan mereka.

“Bisa Anda jelaskan apa maksudnya?” Rose tidak tahan untuk tidak bertanya lebih cepat.

“Seperti yang orang saya katakan. Kami akan langsung menerima Anda sebagai sekretaris jika Anda mau menerima penawaran saya,” jawabnya dengan tatapan lurus pada Rose.

“Tapi, kenapa bukan dia sendiri yang mengatakan ini?” tanya Rose kembali.

“Bos saya terlalu sibuk. Bagaimana, saya tidak bisa menunggu terlalu lama atau penawaran ini diberikan pada yang lain.”

Rose bimbang, ia membutuhkan pekerjaan untuk menunjukkan pada Nicholas jika dirinya mampu, "Saya akan memikirkan ini."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 4

    Rose berdiri dengan canggung di hadapan pria asing yang masih diingatnya dengan benar. Ia menelan ludah kasar dan melangkah ke arahnya dengan kepala tertunduk. “Kau pasti sudah dijelaskan dengan baik oleh Ethan,” kata William. Rose mendongak, ia mengangguk dengan tangan saling meremas. Ia menyembunyikan rasa gugup yang melanda. “Hum, saya … saya akan bekerja dengan baik Pak.” William mengangguk. Ia melangkah lebih dahulu ke dalam gedung yang akan mengubah kehidupannya. Rose menghela napas panjang, pengkhianatan Nicholas dan cacian yang diberikan untuknya sebentar lagi akan terbalas. “Kau harus tunjukkan pada Nicholas jika kau pantas menjadi wanita karier Rose,” katanya penuh semangat. Ia melangkah dengan yakin setelah Ethan memintanya untuk masuk ke dalam. Sekali lagi, Rose membuang napas pelan. Sesampainya di dalam, berbagai prosedur telah dilakukan dengan baik. William bernapas lega ketika memegang berkas berharga di tangannya. “Selamat atas pernikahan Anda, Pak.” E

    Last Updated : 2025-01-15
  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 5

    Rose duduk dengan jantung berdebar. Di hadapan ada William menatap dirinya begitu tajam dan dingin. “Saya tidak tahu jika Anda adalah pemilik dari perusahaan itu,” katanya setelah sama-sama terdiam. Dengan susah payah, akhirnya William berhasil membawa Rose keluar dari rumah neneknya. Akan tetapi, dengan persyaratan keduanya harus tinggal di rumah yang sudah Matilda siapkan. “Apakah kau tidak ingin minta maaf?” tanya William. “Minta maaf?” Rose berusaha untuk tenang. “Kau tidak merasa bersalah atas apa yang telah terjadi?” Rose menelan ludah kasar, ia meremas tangannya dengan kuat. “Saya sudah menebus kesalahan saya dengan pernikahan ini, kan?” “Kau menganggapnya seperti itu?” tanya William, “bagaimana jika aku tidak mengizinkanmu bekerja di kantor?” “Tidak boleh!” Rose berdiri protes. “Kenapa?” William bersedekap. “Pak, saya setuju menikah dengan Anda karena tujuan pekerjaan. Jika saya tidak boleh bekerja, lalu untuk apa–” “Untuk menebus kesalahanmu. Kau telah m

    Last Updated : 2025-01-15
  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 6

    Rose mengerjap beberapa kali. Ia menelan ludah kasar ketika William menatap dirinya begitu dalam.“Pak, bisakah Anda lepaskan saya?” katanya mencoba tidak terdengar gugup. Tubuhnya sudah tertahan di dinding dengan kedua tangan berada di atas kepala.“Ulangi apa yang kau katakan tadi?” Suara William terdengar parau, terlihat begitu menggoda dengan hidung mancungnya.“Pak, saya harus ke rumah Nicholas, ibunya–”“Ingin bertemu ibunya atau kekasihmu itu?” Rose menelan ludah lagi, ia gugup bukan karena merasa bersalah, tetapi karena aroma parfum William yang begitu lembut.“Saya sudah katakan, dia bukan kekasih saya lagi,” jelasnya, “tolong beri saya waktu beberapa jam untuk melihatnya.”William melepas cekalan tangannya pada lengan wanita yang baru saja dinikahi. Mundur beberapa langkah dan mengangguk. “Pergilah! Kau bisa meminta supir untuk menemanimu.”Rose melebarkan senyumnya, ia mengusap tangannya yang dicekal William. “Saya akan kembali sebelum tengah malam.”"Pergilah sebelum aku

    Last Updated : 2025-02-11
  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 7

    Di dalam kamar dengan cahaya yang tidak terlalu terang, di sisi pintu ada Nicholas dan Diana yang berdiri berdampingan. Sementara di sisi lain, ada Rose dan Margaret yang duduk di pinggir ranjang.Margaret mengangkat tangan tanda tak ingin mendengar apa pun lagi dari putranya. Wanita setengah abad itu, meminta Nicholas dan Diana keluar dari kamarnya.“Ibu …,” tolak Nicholas.“Aku ingin bicara dengan putriku Rose, kalian berdua tidak berhak mendengarnya,” ujar Margaret tanpa mengalihkan pandangan dari Rose yang terlihat menunduk.Diana menarik Nicholas keluar dengan paksa, tetapi pria itu, begitu penasaran apa yang akan ibunya katakan. Ia khawatir jika Rose berusaha mempengaruhi dengan kata-kata manis.“Ibu, tolong jangan membuatku bersamanya lagi. Aku tidak bisa mencintai wanita itu,” tegas Nicholas dengan nada yang begitu malas.Mendengar penolakan Nicholas yang begitu jelas, Rose hanya membuang napas pelan, bukankah selama enam bulan terakhir, kata-kata penolak sudah sering ia denga

    Last Updated : 2025-02-12
  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 8

    “Lagi?” Rose menghentikan kunyahannya, ia menatap William yang mengangguk seraya tersenyum. Pria itu, seperti itu saja sudah sangat tampan.Sudah tiga Minggu setelah mereka menikah, semua terasa baik-baik saja sebelum William keluar kota dalam waktu yang begitu insten.“Pak, Anda baru saja kembali dan besok harus pergi lagi?” tanya Rose kembali, ia begitu terkejut.“Ada ada dengan ekspresimu?” William meletakan sendok dengan anggunnya, kemudian menatap Rose yang berdehem karena malu.“Dan kenapa masih memanggilku dengan sebutan pak? Kau adalah istriku jadi kewajibanmu memanggilmu dengan sebutan yang lebih akrab,” selorohnya.“Saya masih belum terbiasa,” jawab Rose, “jadi, Anda akan pergi lagi?” jawabnya seraya mengulang pertanyaan.“Hanya beberapa hari,” balas William, “pergilah ke rumah nenek jika bosan kau bisa melakukan apa pun di sana.”Rose menggeleng pelan. “Pak, saya merasa gugup setiap kali di dekat nenek.”“Kenapa? Bukankah kulihat kalian begitu akrab?” “Benar, tapi–”Rose m

    Last Updated : 2025-02-13
  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 9

    Masih di dalam ruang kerja dengan warna hitam yang mendominasi. Ethan masih menatap serius pada pria tampan di hadapannya.“Singkirkan isi kepalamu itu, Ethan,” tukas William mendengus, “aku melakukan semua ini karena tidak ingin nenek mencurigaiku.”Entan mengangguk, ia menyandarkan tubuhnya pada badan sofa seraya menatap William dengan tatapan selidik. “Jika benar, tidak ada masalahnya juga Pak. Anda dan bu Rose sudah sah menjadi suami istri."“Ethan, jaga sikapmu. Aku adalah bosmu, bersikap sopanlah!” seru William dengan napas terengah. Aroma tubuh Rose begitu memabukkan.Ia menggosok leher dengan pelan, kemauan sesekali terlihat menatap pintu dengan gelisah.“Pak, naiklah ke kamar Anda, saya akan selesaikan ini sendiri,” kata Ethan mulai menyadari jika bosnya tengah menahan sesuatu.“Tidak perlu. Untuk apa naik, ini adalah tanggung jawabku juga,” tolak Willian serasa berdecak.“Ya mungkin saja–”William spontan berdiri, ia berdehem beberapa kali untuk menghilangkan rasa gugup dala

    Last Updated : 2025-02-14
  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 10

    Pagi telah bersambut, Rose terbangun dengan tubuh terasa remuk redam. Pertempuran semalam menguras semua tenaganya. Ia merentangkan tangan ke atas dengan ringisan kecil dari bibirnya yang kecil.“Oh tubuhku rasanya sakit semua,” desahnya dengan mata masih tertutup.Sesaat ia terdiam dengan tangan masih berada di atas kepala. Wajahnya langsung memerah saat mengingat kembali kejadian semalam. Sentuhan serta gerakan intens William begitu mendebarkan.Rose membuka mata, ia menatap sebelah sisinya, wangi William bahkan masih tercium begitu kuat.“Oh, andai saja pernikahan ini berlandaskan cinta. Aku sudah pasti menjadi wanita paling bahagia,” ucapnya dengan getir, “tapi kenyataannya aku bahkan merelakan diriku demi pekerjaan.”Rose bangkit dari tidurnya, duduk dengan wajah lesu. Ia mengedarkan pandangan ke segala arah. Kamar besar, lemari kaca yang indah dengan segala macam keindahan di dalamnya.Seluruh gajinya bahkan tidak akan mampu membeli satu lampu tidur di kamar William."Sempurna.

    Last Updated : 2025-02-15
  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 11

    Rose melangkah cepat. Ia memasuki koridor rumah sakit dengan wajah tegang. Beberapa menit yang lalu, ia harus membujuk William agar mengizinkan dirinya ke rumah sakit. Tak mudah, tetapi untungnya ia mendapatkannya.Ia berdiri di depan pintu kamar rawat Margaret. Namun sebelum ia masuk tak lupa dirinya berdoa.“Rose, ayo!” ujarnya menyemangati diri sendiri.Pintu didorong dengan pelan, Rose menatap sekeliling dan mendapati Margaret seorang diri. Wanita itu langsung memasang wajah sumringah ketika melihat kehadirannya.“Ibu, kau sendiri?” Rose melangkah ke arah ranjang, memeluk wanita yang dirawatnya selama beberapa tahun terakhir.“Dengan siapa lagi? Bukankah selama ini, hanya kau yang bersamaku,” jawabnya seraya tersenyum hangat.Menghela napas pelan, Rose duduk di kursi dekat ranjang. Mengusap lengan keriput yang terlihat kurus.“Maaf karena terlambat datang, Ibu,” katanya, “di mana Nico?”Tersenyum lemah, Margaret menggeleng dengan mata yang berkaca-kaca. “Dia memutuskan kembali ke

    Last Updated : 2025-02-16

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 50

    “Terima kasih,” kata Rose menerima susu dengan campuran peanut butter serta pisang madu.“Jika Anda membutuhkan yang lain, silakan pencet tombol seperti biasa Bu,” kata si pelayan dengan hormat.“Hum, terima kasih. Kau istirahatlah.”Si pelayan berbalik dan meninggalkan kamar dengan langkah terburu, diam-diam ia tersenyum kecil ketika susu buatannya diminum di depan mata.“Aku berharap di rumah ini ada penghuni baru,” katanya dengan suara seperti berbisik.Bersamaan dengan itu, Walliam sudah tiba di kediaman Matilda dengan Langkah yang tergesa. Ia merasa ada yang tidak beres dengan neneknya karena tak biasanya Matilda memanggilnya tanpa perantara asistennya.“Di mana nenekku?” tanyanya pada pria yang telah lama bekerja dengan Matilda. Pria yang paling setia di antara pekerja mereka yang lain.“Beliau ada di dalam,” katanya dengan sopan.William mengangguk kecil, kemudian tersenyum tipis pada pria yang masih setia berdiri di depan pintu, “Istirahatlah Paman, aku yang akan mengingatkan

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 49

    Rose segera menggeleng cepat dengan jantung yang mulai tak karuan. “Tidak ada hal seperti itu, Willie. Aku hanya lelah saja.”William menyipitkan mata, kemudian dengan segera mengangguk. “Baiklah, aku percaya padamu.”Rose berada lega, ia melirik Nicholas yang berada di sebelah William, pria itu juga melirik ke arahnya dengan tatapan yang sulit dibaca.“Silakan Pak Nicholas,” panggil William karena pria itu tidak bergerak dari tempatnya, “kita satu lift bersama.”Tanpa ragu, Nicholas melangkahkan kaki masuk ke dalam, menatap Rose dengan tatapan sinis. Ia berdiri tidak jauh dari keduanya dengan tangan mengepal kuat.“Kau ingin makan apa setelah ini?” tanya William pada Rose, tak peduli di sana ada Nicholas dengan segala kecemasannya.“Aku makan yang sudah disediakan saja,” jawab Rose seadanya.“Kenapa jawabanmu seperti itu?” selidik William, “kau baik-baik saja kan?”William membuang napas pelan, ia menatap Rose yang langsung menampilkan senyum ke arahnya. “Katakan, apa yang mengganggu

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 48

    “Maafkan aku,” kata Kanaya dengan wajah menyesal, “aku buatkan makanan cobalah!” William membuang napas pelan, ia menatap rantang yang ada di atas meja, “Bukankah kau masih sakit? Kenapa–” “Aku sudah sembuh, lihatlah sudah bisa memasak dan datang untukmu.” William menoleh ke arah pintu di mana Rose yang baru keluar dengan senyum tipis di bibirnya. Melihat itu, Kanaya pun berbalik dan mendesah kecewa. “Aku kira hanya kau saja yang di sini,” ungkap Kanaya merasa kesal. Rose berjalan ke arah keduanya, kemudian memilih duduk di sebelah William dengan tenang. “Hai Kanaya.” “Tidak bisakah kau tidak mengekor pada William?” ketus Kanaya. Rose menoleh pada suaminya, kemudian menatap Kanaya dalam kembali, “Maafkan aku, tapi salahnya di mana?” William tersenyum tipis, meraih tangan Rose dan mengecupnya. “Benar, tidak ada yang salah.” Mendengus kesal, Kanaya dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya menjadi ceria. Ia membuka rantang bawaannya dan membukanya di hadapan keduanya. “

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 47

    Setibanya di kantor, William turun dengan sang istri di sebelahnya. Semua mata kembali tertuju pada wanita yang pernah bekerja sehari di kantor, semakin cantik dengan aura yang begitu terang.Edwin yang malam itu juga syok hanya mematung di sebelah Nicholas yang mengepalkan tangan.“Pantas saja, Bu Rose sangat cantik, dia istri pak William,” bisik Edwin seolah tak menerima kenyataan ini.Nicholas mencoba untuk memamerkan senyum ketika keduanya berjalan ke arah mereka.“Selamat siang Pak.” Nicholas membungkuk kecil sebagai penghormatan, “selamat siang, Bu Rose.”William mengangguk. “Setelah makan siang, masuk ke ruanganku.”Nicholas tersenyum tipis. Ia kembali menganggukkan kepala tanda hormatnya, membiarkan William dan Rose melewatinya begitu saja.“Aku masih tidak mengangka ini,” kata Edwin, tatatapan masih tetap lurus pada Rose yang begitu anggun.“Wanginya saja masih bisa tercium, pak William sangat beruntung.”Nicholas mengepalkan tangan tatkala tak sengaja melihat tangan William

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 46

    Setelah memeriksa kesehatan Margaret, Rose mencari keberadaan Diana seperti yang Margaret inginkan. Akan tetapi, wanita yang akan menjadi istri Nicholas itu entah pergi ke mana.“Maaf Ibu, tapi sepertinya Diana sudah kembali,” lapor Rose merasa menyesal.“Bagaimana bisa dia meninggalkan kita dengan mobil putraku?” geram Margaret tak habis pikir.Rose melirik pada pria suruhan William yang hanya diam tak bergerak sejak tadi, “Ibu ikut saja dengan kami, aku akan antarkan ini kembali.”Margaret melirik pada pria tersebut, wajah datar dengan tubuh besar yang menakutkan, “Ibu bisa pulang dengan taksi saja, Rose.”“Tidak perlu, Ibu,” tolak Rose, “aku akan antarkan Ini sampai rumah, tapi sebelum itu, kita makan dulu, ya.”Margaret menggeleng cepat. “Tidak perlu Nak. Ibu tidak mau menjadi beban untukmu.”“Eh, tidak seperti itu, Bu. Ayo, aku juga sangat lapar,” ajak Rose dengan senyum hangat.Mereka meninggalkan rumah sakit saling bergandengan, tak melihat jika di sudut ruangan ada seseorang b

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 45

    Di kediaman William, pria itu turun dengan tergesa ke lantai bawah karena tak biasanya Rose tidak menyiapkan pakaian kerjanya seperti biasa.“Di mana istriku?” tanyanya pada pelayan yang berada di ruang makan. Ia duduk dan menyesal teh miliknya yang masih hangat.Si pelayan menoleh dengan gugup. Ia tersenyum lembut sebelum menjawab. “Ibu keluar beberapa menit sebelum Anda kembali, Pak. Kemungkinan akan kembali malam hari."Sebelum bokongnya benar-benar menempel pada kursi, William terlihat mengerut kening. “Malam hari? Kenapa tidak memberitahuku lebih awal?”Si pelayan menelan ludah kasar, ia ingin menjelaskan, tetapi William lebih cepat meninggalkan ruang makan dan berjalan ke ruang kerjanya. Di ruang tengah, ia bertemu dengan Ethan yang terlihat menegang.“Katakan apa yang kau ketahui?”Ethan mencoba untuk tersenyum, “Saya tidak tahu apa-apa Pak.”“Cari dia dan bawa kembali!” pinta William tidak ingin tahu.“Pak, tapi kita ada pertemuan satu jam lagi. Bagaimana jika–”William memija

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 44

    “Baiklah, kau kembali saja.” Ethan memijat pangkal hidung, merasa khawatir pada Rose yang kemungkinan pergi ke tempat yang tak disukai oleh William.Asisten William itu berjalan ke arah yang lebih sepi, meriah ponselnya dan menelpon seseorang dengan segera.“Halo, cari tahu kemana Bu Rose pergi,” perintah Ethan langsung pada seseorang di balik layar, ia tidak bisa membuang waktu lebih lama. “Periksa ke rumah mantan kekasihnya, aku curiga dia–”“Siapa yang kau telepon, Ethan?” Suara William mengejutkan Ethan yang tengah menelpon di balik ruangan.“Pak, Anda sudah kembali.” Ethan segera mematikan ponselnya dan dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya.William melangkah mendekati asistennya, pria itu menatap Ethan dalam-dalam. “Siapa yang pergi ke rumah mantannya, Ethan?”“Pak, Anda dari mana?” tanya Ethan balik, ia menatap William dengan penampilan yang berantakan.William berdecak, “Kanaya sakit, aku datang menjenguknya dan ketiduran di sana,” aku William, “katakan, siapa yang datang k

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 43

    Rose menuruni anak tangga dengan tergesa, ia langsung ke arah ruang kerja William. Senyumnya ragu-ragu, bingung harus menjelaskan apa pada suaminya.Di depan pintu ruangan, ia berdiri cukup lama, mengolah kata-kata agar terdengar lebih masuk akal.“Ayo, Rose!” serunya pada diri sendiri. Rose melangkah masuk dengan kepala tertunduk, berharap William menyambutnya dengan senyuman.Langkahnya terhenti di tengah ruangan, ketika menyadari jika William tidak tercium di ruangan ini. “William, kau tidak di dalam?” tanya Rose tidak yakin. Ia menoleh ke belakang berharap jika William tiba-tiba masuk dan menyambut dirinya.Hening.Ruangan ini terasa lebih dingin ketika sang pemilik tidak berada di dalamnya.“Di mana dia?” gumam Rose mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Gak ada tanda-tanda bahwa William memasuki ruangan meski itu semalam.Tidak ingin berlama-lama, ia keluar dari ruangan dan langsung ke halaman belakang tempat yang kemungkinan William berada dengan peliharaan mereka.“Selamat

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 42

    William meletakkan ponselnya di atas meja, lalu beranjak masuk ke dalam kamar dan langsung menuju kamar mandi.Tidak berselang lama, ia sudah kembali dengan tubuh yang lebih segar. Ia berjalan masuk ke ruang ganti dengan langkah tanpa suara.Memilih pakaian yang harus dikenakan dan merapikan dirinya dengan cepat. “Aku akan minta maaf padanya besok pagi,” ujarnya mendesah pelan, ia meninggalkan kamar dengan hati yang gelisah.Sampai di tempat tujuan, William masuk dengan tergesa, ia bahkan tak perlu menunggu tuan rumah untuk membukakan pintu. William masuk ke dalam kamar dan mendapati wanita muda terbaring dengan selimut tebal.“Akhirnya kau datang juga, William,” katanya dengan senyuman lembut, “kemarilah!”William menghembuskan napas panjang, kemudian melepaskan pakaian tebalnya. Ia duduk di kursi dekat dengan ranjang, memperhatikan wajah wanita muda yang menatapnya lembut.William mengulurkan tangan, memeriksa suhu tubuh yang ternyata memang benar terasa panas.“Siapkan dirimu, kit

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status