Damai dalam Poligami

Damai dalam Poligami

last updateHuling Na-update : 2023-01-28
By:  WeningOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
38 Mga Ratings. 38 Rebyu
84Mga Kabanata
16.4Kviews
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Adalah Sarah. Seorang ibu tiga anak yang kecewa dalam pernikahannya. Hidupnya jadi penuh warna ketika dirinya memutuskan memberikan izin pada sang suami untuk menikah lagi. Sayang, semua tak selalu berjalan sesuai harapan. Berbagai konflik rumah tangga dalam berbagi suami, mertua dan anak menjadi kerikil tajam yang harus dilaluinya.

view more

Kabanata 1

Suami yang Pelit

Sarah terkantuk di ruang tv. Kehamilan ketiga membuatnya tampak malas dan tak bertenaga. Usia Sarah memang tidak muda lagi. Demi merindukan seorang anak perempuan Sarah  memaksakan diri berusaha hamil lagi. Beberapa kali gagal tidak membuatnya kapok menahan sakit oleh tindakan dokter setiap  keguguran. Walaupun tak yakin benar-benar akan melahirkan anak perempuan, Sarah bahagia menjalani hari-hari kehamilan.

“Tak apa... kalau memang laki-laki lagi, asalkan sehat pasti itulah yang terbaik Allah berikan padaku,” katanya legowo.

Sarah bahkan tidak mau dokter memberitahukan perkiraan jenis kelamin yang terbaca saat di-USG.

“Biarlah buat kejutan, Dok, yang penting sehat.”

Tidak seperti Sarah yang bahagia dengan kehamilan itu, keluarga besar Sarah justru menatapnya prihatin.

“Sarah ... untuk dua putra saja kau berjuang keras. Suamimu bukan lelaki yang berpikir dewasa mengikuti usianya. Bagaimana kau bisa berpikir menambah momongan, sementara berkali-kali juga kau hampir menyerah dari perkawinan?” Ibu menyayangkan keputusan putrinya saat diberi kabar kehamilan Sarah lewat telephon.

“Ibu, proses itu tidak penting. Selama aku masih bertahan menjadi istrinya, aku tetap miliknya. Anugrah dari-Nya satu hal yang berbeda. Ini kepercayaan besar bagiku sebagai wanita. Bagaimana mungkin tidak bahagia? Tidak semua wanita mendapatkannya, Bu.” Ibu Sarah hanya mengela napas panjang menghadapi kekerasan hati Sarah.

“Baiklah. Jaga diri baik-baik. Kabari ibu segera kalau merasa tidak sehat,” pesan ibu akhirnya.     

~

Fadhil suami Sarah, sesungguhnya lelaki yang baik.  Sarah sangat memahaminya. Kisah masa kecil membuat Fadhil tidak tahu cara mencintai.  Kerap egois  dan berlaku kikir pada anak istri. Suami yang satu ini sangat mencintai Sarah, hanya kadang dengan cara yang salah. Fadhil kerap membuat Sarah menangis.

Terlebih lagi, Fadhil tak pernah menyadari kesalahannya. Walaupun keluar maaf dari bibir, itu hanya untuk menenangkan istrinya. Sarah terkadang lelah dianggap anak kecil yang selalu dibohongi agar menjadi tenang.  Sarah memang kerap histeris saat tidak sabar lagi mengingatkan dengan halus akan kewajiban Fadhil sebagai suami dan ayah.

“Menikahlah lagi! Kau akan  tahu setiap wanita menuntut haknya pada suami. Tidak hanya aku!” Fadhil tertegun.

Itu hanya ucapan wanita yang marah. Sarah mencintai suaminya. Sangat. Sejujurnya diri tak pernah rela berbagi. Namun Sarah perempuan yang lembut hati walau terkadang keras pendirian. Bahkan ketika Sarah benar-benar ingin berbagi, itu tak ada hubungannya dengan segala kemarahan.

Entah suatu kelebihan atau kekurangan, Sarah memiliki sifat yang lemah. Mudah kasihan juga terbawa perasaan. Pedulinya teramat besar hingga kerap dimanfaatkan mereka yang membutuhkan. “Tak apa. Bismillah, dengan  niat baik pasti akan baik juga akhirnya.” Begitu dalihnya tiap diingatkan. Hanya saja kali ini, Sarah seperti menggali lubang perangkapnya sendiri.

~

“Kakakku telah memasuki usia 40 tahun . Beliau wanita sholehah dan pandai. Rajin beribadah dan ulet mencari nafkah sendiri tanpa kekurangan. Bahkan jatah yatim salah satu agenda pengeluaran wajibnya. Sayang... keinginan menyempurnakan separuh ibadahnya tidak tersampaikan.” Curhatan hati seorang sahabat sangat membekas di hati Sarah.

Zubaidah. Nama yang anggun seperti orangnya dengan kulit sawo matang dan postur tinggi agak kurus. Zubaidah memang tidak bisa dibilang cantik, tapi cukup manis terutama saat tersenyum. Zubaidah selalu bersikap dewasa dan berkarisma. Berbeda dengan Sarah yang bertubuh mungil dan berisi. Berkulit bersih dan pembawaan ceria. Namun untuk hal tertentu, Sarah seorang yang tegas dan tanggap. Hingga  tak banyak yang bisa membantah pada suatu keadaan, termasuk Fadhil sang suami.

“Dia ingin menyempurnakan ibadah, Pa ... aku ingin membantunya.”

“Tapi tidak dengan cara memberikan suamimu, kan?!” Fadhil marah.

“Kau memang berkali-kali minta cerai dariku. Tidak akan pernah! Sekarang kau cari cara lain lepas dariku? Kau tidak mencintaiku pun aku tidak peduli!” Fadhil membawa amarahnya pergi meninggalkan Sarah yang terpaku menatapnya.

“Kalau aku ingin lepas, bukan karena tidak cinta lagi,  tapi lelah menuntutmu,” guram Sarah dengan mata merebak.

~

Hari-hari Sarah  sebagai istri bukanlah yang diam duduk manis, menadah tangan pada suami. Hanya saja Fadhil bukan suami yang paham perjuangan isteri. Dirinya selalu menuntut isteri lebih dan lebih lagi. Bebas dari uang saku anak-anaknya, membuat Fadhil ingin juga  bebas dari uang dapur. Tidak disiplin kewajiban bukanlah sifat Sarah seperti menunda kewajiban pembayaran. Fadhil yang santai dan cuek membuat Sarah hilang sabar dan terjadi pertengkaran. Fadhil pandai menenangkan Sarah dengan permohonan maaf tapi tidak pernah benar-benar bersedia merubah sikap hingga pertengkaran demi pertengkaran terjadi. Sarah menjadi lelah dan ingin menyerah.

Fadhil akan berubah sementara hingga Sarah menjadi tenang kemudian mengulanginya lagi. Begitulah hingga berjalan belasan tahun. Lalu Sarah menyebutnya sifat dari sananya tidak bisa dirubah.

~

Nama Zubaidah kembali menghangat. Rupanya suami Sarah diam-diam memikirkan tawaran istrinya untuk menikah lagi. Membayangkannya membuat Fadhil senyum senyum sendiri saat melamun di mobil yang membawanya ke kantor pagi itu.

“Heh! Kesambet?” Anton sahabatnya menyenggol bahu.

“Kadang aku tak habis pikir. Istriku menawarkan kakak iparmu untuk kujadikan istri kedua.”

Anton suami Laras, sahabat Sarah,  teman sekantor Fadhil. Rumah mereka yang terbilang dekat dan searah saat kekantor memungkinkan keduanya saling bergantian menumpang kendaraan untuk berhemat. Dalam perjalanan bersama  itulah mereka saling bicara urusan lelaki dengan leluasa.

“Bagus dong, lanjutkan saja. Kakak iparku cuma sangat ingin menyempurnakan ibadah, aku yakin beliau tidak akan memberatkan kalian. Itu keberuntungan langka untuk lelaki dan suami.  Barakallah!”

“Ha, ha, ha!” Mereka tergelak bersama.

~

“Sarah ... aku menerima tawaranmu menikahi Zubaidah.”

 Sarah kaget mendengar pernyataan suaminya. Hati bergetar hebat. Benar dirinya pernah menawarkan tapi batin ternyata tidak pernah siap. Sarah membiarkan air meluap dari gelas yang tengah diisi untuk diberikan pada Fadhil.

“Sarah, airnya! Kau tidak apa-apa?” Fadhil mengambil gelas dari tangan istrinya dan membawa  ke meja makan. Sarah mengikuti langkah Fadhil dengan kaku dan duduk  di kursi.

“Kau benar... Zubaidah sangat ingin mengabdi pada seorang suami. Menyempurnakan ibadah karena Allah. Tawaranmu adalah kehormatan bagiku. Maaf aku salah mengartikannya waktu itu. Mari kita lakukan!”

Ketidak pekaan Fadhil tak diragukan lagi. Dirinya sama sekali tidak menyadari,darah menggenangi hati Sarah yang meradang. Sarah berusaha keras mengendalikan  hatinya agar tidak meledakkan emosi.

“Sungguh ucapan adalah doa,” gumamnya.

Hari-hari Sarah kemudian adalah bara di dadanya. Sujud- sujud panjang mengiringi usaha keras hatinya untuk ikhlas. Hingga pernikahan sederhana penuh khidmad berlangsung diiringi tetes air mata beda makna dari orang-orang terdekat. Bahagia dan iba. Sarah dan kedua putranya tidak hadir dalam acara itu.

~

Hari pertama menjadi istri dan madu Zubaidah dipertemukan dengan Sarah. Tak ada lagi mata sembab semalam. Sarah menghapusnya dengan riasan yang lebih tebal dari biasanya. Ketegarannya meneladani karang. Dengan bahasa yang tegas tapi santun, Sarah mengajukan beberapa persyaratan.

“Tidak boleh hadir  bersamaan dalam satu acara keluarga. Tidak boleh hadir dalam acara pribadi kita masing-masing. Untuk mendampingi acara suami, Mas Fadhil akan membawa salah satu dari kita. Urusan anak adalah prioritas. Waktu bergilir kita satu pekan, hanya malam dan akhir pekan. Hari biasa adalah waktu suami melakukan banyak hal. Dirumah siapa pun, mari jangan permasalahkan.”

Deretan panjang persyaratan yang dianjurkan Sarah tak sedikitpun dibantah Zubaidah.

~

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

10
92%(35)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
5%(2)
1
3%(1)
10 / 10.0
38 Mga Ratings · 38 Rebyu
Sulatin ang Repaso
user avatar
Bella
...️...️...️...️...️
2023-03-26 06:04:01
1
user avatar
Mardiah Jamal
mana kelanjutan cerita nya, ceritanya bagus
2022-06-07 12:48:23
2
user avatar
Adang Taofik
lanjutan nya mana???
2022-03-12 22:43:55
1
user avatar
Lilis Setiati
lanjutan nya, bagus ya jd bikin penasaran
2022-02-05 09:04:56
1
user avatar
ngaisatul Lutofah
ditunggu lanjutannya
2021-12-31 08:12:23
2
user avatar
ngaisatul Lutofah
ditunggu lanjutannya
2021-12-31 08:12:06
1
user avatar
Norma Aminya Davina
udh sarah kuat semangat utk janin dan ank2 mu, tinggalin aja suami yg ga bs bersikap adil juga madu yg ga tau diri.. please thor happy ending buat sarah yaaaa
2021-11-19 22:06:14
1
user avatar
Rai Seika
Kasihan ya Sarah. Berikan happy ending thor untuk dia yang telah banyak mengalah. Semangat buat author
2021-11-19 08:30:23
1
user avatar
Minara Sora
Semangat ka updatenyaa
2021-11-18 15:45:09
1
user avatar
Nila Zulkifli
Lanjuttt terusss, ditunggu upnya thoorr
2021-11-18 15:40:15
1
user avatar
Rezquila
kisah bawang inih tuh pasti...
2021-11-18 15:38:49
0
user avatar
Saturnus uranus1
ditunggu kelanjutannya kak
2021-11-18 15:33:06
0
user avatar
Nur Ahayati
Ceritanya bagus tapi semakin hari Sarah semakin terketepi. Damainya hanya Sarah yang pasrah dan madu serta suaminya semakin egois. Semangat menulis thor...
2021-11-09 21:03:32
1
user avatar
Mama Gusvara
kisah yang inspiratif
2021-10-21 21:09:53
1
user avatar
Ani Sugiharto
terima kasih dukungannya teman2
2021-10-14 17:29:34
0
  • 1
  • 2
  • 3
84 Kabanata
Suami yang Pelit
Sarah terkantuk di ruang tv. Kehamilan ketiga membuatnya tampak malas dan tak bertenaga. Usia Sarah memang tidak muda lagi. Demi merindukan seorang anak perempuan Sarah  memaksakan diri berusaha hamil lagi. Beberapa kali gagal tidak membuatnya kapok menahan sakit oleh tindakan dokter setiap  keguguran. Walaupun tak yakin benar-benar akan melahirkan anak perempuan, Sarah bahagia menjalani hari-hari kehamilan.“Tak apa... kalau memang laki-laki lagi, asalkan sehat pasti itulah yang terbaik Allah berikan padaku,” katanya legowo.Sarah bahkan tidak mau dokter memberitahukan perkiraan jenis kelamin yang terbaca saat di-USG.“Biarlah buat kejutan, Dok, yang penting sehat.”Tidak seperti Sarah yang bahagia dengan kehamilan itu, keluarga besar Sarah justru menatapnya prihatin.“Sarah ... untuk dua putra saja kau berjuang keras. Suamimu bukan lelaki yang berpikir dewasa mengikuti usianya. Bagaimana kau bisa berpikir m
last updateHuling Na-update : 2021-09-05
Magbasa pa
Sulitnya Berbagi
Acara yang lancar siang tadi membuat Fadhil lega. Namun malam pertama ternyata membuatnya gelisah. Bayangan Sarah tak lepas dari kepala. Bukan. Bukan hanya karena secara fisik Sarah jauh lebih bisa membangkitkan hasrat walaupun telah memberinya anak-anak. Fadhil sadar bahwa cinta perlu proses. Begitupun dirinya dengan Sarah di waktu dulu. “Kenapa, Mas? Kau baik baik saja?” tanya Zubaidah lembut. Fadhil tergagap. Panggilan ‘mas’ dari Zubaidah membuatnya merasa tak nyaman. “Em, tak ada apa apa. Anu, kau bisa memanggilku, Abang. Bagaimana?” Dahi Zubaidah berkerur. “Kenapa?” “Tidak. Sarah sudah memanggilku begitu,” kata Fadhil ragu. “O, baiklah.” Wanita yang kini tak menggunakan hijabnya di depan sang suami hanya tersenyum maklum. Sungguh istri yang penurut tanpa banyak protes. Fadhil berteka
last updateHuling Na-update : 2021-09-06
Magbasa pa
Sulitnya Adil
Sarah menyadari perubahan sikap Fadhil. Kalau dulu suaminya cenderung padanya, kini sebaliknya. Fadhil kerap berlaku curang pada jatah kunjungan padanya. Lebih sering tidur di kamar anak dengan dalih kangen atau di depan tv sambil nonton bola kesukaan dan tertidur hingga pagi. Sarah tak punya waktu untuk merayunya pindah ke kamar karena kesibukan siang hari sudah menyita tenaganya hingga tertidur lelap saat menemukan bantal di ranjangnya. “Sibuk.” Begitu alasan yang di dapat saat Sarah minta penjelasan. “Kau, kan juga sibuk sama anak-anak, nanti kecapekan kalau aku sering pulang ke rumahmu dan minta jatah lebih,” katanya sambil tersenyum tengil menutupi kesalahannya. Sarah ingin membantah dan mengingatkan kembali agar suami berlaku adil. Namun Sarah memilih diam. Percuma mengajak diskusi suami yang pasti akan berakhir dengan naiknya temperamen masing masing. Pembagian waktu bergilir antara Zubaida
last updateHuling Na-update : 2021-09-07
Magbasa pa
Sebuah Pengorbanan
Fadhil melangkah pelan-pelan menuju rumah Sarah. Ia menyusupkan tangan ke saku celana. Udara malam mebuatnya merasa sejuk. Sampai depan pagar dirinya tertegun. Suasana sangat sepi. Tak seorang pun terlihat di luar rumah. Hari memang sudah larut. “Ah, iya, kuncinya. Aku lupa di mana menyimpannya.” Fadhil hanya bisa terpaku menatap rumah. Pandangannya menyapu ke seluruh bagian di area depan rumahnya. Bangunan yang menjadi saksi perjuangannya bersama Sarah. Saat dirinya hanyalah pegawai lapangan dengan gaji mingguan yang sangat minim untuk mencukupin kebutuhan keluarga, Istrinya masih bisa menyisihkan untuk ditabung sampai terbeli sebuah rumah sederhana yang bangunannya telah rusak di sana sini. “Kita bangun rumah ini dengan keringat dan akrab sama lapar demi satu sak semen.” Fadhil menyentuk ujung matanya yang basah. Baru disadari rumah  itu lebih asri dari sebelumnya. Tana
last updateHuling Na-update : 2021-09-07
Magbasa pa
Ego
Di rumahnya, Zubaidah bersimbah air mata. Kepalanya dipenuhi bayangan sang suami. Selama di tanah suci kemarin Fadhil khusuk beribadah. Bersikap dingin padanya dan tidak banyak bicara. Berbeda sekali dengan awal rencana keberangkatan yang disambut dengan suka cita . Hingga pulang ke tanah air, lelaki yang kini telah merampas utuh seluruh hatinya itu tak bersemangat di setiap acara yang digelar di rumah istri keduanya. Hanya  kata seperlunya saja yang keluar jika dimintai pendapat dan bantuan. Cukup dikerjakannya saja apa pun yang diminta Zubaidah tanpa banyak suara. Terakhir menyelinap pergi diam-diam saat keluarga besar sang istri masih berkumpul dan berbincang hangat. Sekarang telah dini hari tanpa kabar dan juga enggan menjawab panggilan. Hal itu jelas meresahkan hati dan pikirannya. “Ada apa kak?” Laras yang malam itu menginap tengah menidurkan anaknya di kamar tamu, mendengar isak tanggis kakaknya.
last updateHuling Na-update : 2021-09-07
Magbasa pa
Mereka yang Berharga
Laras meninggalkan rumah Zubaidah tanpa pamit. Kakaknya itu berdiam di kamar sampai siang. Setelah perdebatan bersama kakaknya hingga pagi, Laras tidak tidur lagi. Ia menguping segala yang terjadi di luar kamar. Laras tahu, kakaknya sangat sedih dan menyesal. Laras bertahan pura-pura mengabaikannya. “Kakak harus belajar.” Tekadnya bulat untuk membantu jangan sampai kakaknya itu salah jalan. Cinta dan kecemburuan memang acap kali membuat kecerdasan seseorang tiba tiba menghilang. Sebagai seorang guru di sekolah yang berbasis dakwa, Zubaidah sebenarnya sangat paham akan hukum agama juga hokum pernikahan poligami yang dilakukannya. Sayang ego dan napsunya membuat ilmu yang tinggi tak berfungsi sebagaimana mestinya.~Sore hari Laras membawa anaknya mengunjungi Sarah. Langkahnya pelan sambil menimbang, apa yang perlu disampaikan pada sahabatnya. Ada rasa bersalah akan sikap kakaknya. Bagaimanapun dirinyalah yang mendoro
last updateHuling Na-update : 2021-09-20
Magbasa pa
Wanita yang Baik
Suasana pagi dimana orangorang tengah sibuk dengan segala aktifitas, Zubaidah masih saja mondar mandir di tengah ruang keluarga di rumahnya. Bahkan lupa dengan pekerjaannya sebagai seorang guru di sebuah sekolah menengah. “Aku tidak bisa memaafkan diri kalau sesuatu yang buruk terjadi padanya.” Dia bergumam panik. Zubaidah tidak bisa ikut kerumah Sarah bersama Fadhil. Juga tidak bisa menjenguknya di rumah sakit. Zubaidah berharap, suaminya cepat memberi kabar. Suara ponsel mengagetkannya. Disambarnya segera mengira Sang  Suami yang menelephon tapi segera saja kekecewaan hinggap. Sekolah tempatnya mengajar yang menghubungi karena ketidak hadirannya hari ini. Zubaidah mulai panic. “Ya ampun, lupa izin!” pekiknya.~Di rumah sakit Sarah segera ditangani oleh seorang dokter. Setelah diperiksa dengan teliti, dokter kembali mengalihkan perhatian pada wajah tegang
last updateHuling Na-update : 2021-09-25
Magbasa pa
Mari Berdamai
Sepekan lamanya Sarah berada di rumah sakit. Selama itu pula Fadhil berada di sampingnya tanpa sehari pun pulag ke rumah  Zubaidah.Tak mengapa bagi wanita berkulit langsat yang kini tampak lebih hidup setelah menikah. Meski menjadi yang kedua dan harus berjuang keras untuk mendapakan cinta Sang Suami, Zubaidah sangat menghargai pernikahannya. Dengan kerendahan hati dirinya juga akan menerima konsekuensi dari  sebuah keputusan menerima seorang pria beristri sebagai seorang suami yang membuatnya harus terus mengalah pada yang pertama. Pagi hari ketika  Zubaidah tengah menikmati sarapan pagi sendirian dikejutkan oleh sebuah pelukan hangat dari belakang  tubuhnya. Aroma yang  kini telah familiar di hidungnya dan sangat dirindukan di harihari belakangan ini membuat perasaanya membuncah. Bisikan di telinga dengan deru napas yang menghangatkan di area sensitive  leher belakang  membuatnya membeku. “Aku merin
last updateHuling Na-update : 2021-10-05
Magbasa pa
Bab. 9
  Pesawat membawa Fadhil pulang dari daerah Kepulauan kembali ke kota dimana diri dan keluarganya tinggal. Kelelahan baru dirasakannya ketika tubuh menyentuh kursi penumpang yang nyaman. Demi tak ingin berlama lama meninggalkan keluarga dirinya memaksimalkan waktu mengurus pekerjaan agar selesai segera.   Fadhil menyelesaikan semua dalam waktu sepekan saja. Tawaran bersantai menikmati wisata local ditolaknya dengan halus beralasan keluarga sudah menunggunya saat ini. Binar terpesona tampak pada beberapa rekan wanita mengingat langkanya pria yang mengutamakan keluarga dari sebuah kesenangan. Terlebih saat baru saja berjibaku dengan kepenatan pekerjaan.   Tanpa mengabari siapa pun Fadhil menarik koper di bandara dan memanggil taksi untuk membawanya pulang ke rumah Zubaidah. Istri ke duanya itu merasa surprice ketika mendapati Sang Suami menjulang di depan pintu yang baru saja terbuka. Jemari panjang sedikit kurusnya terangkat menu
last updateHuling Na-update : 2021-10-07
Magbasa pa
Bab.10
Aroma kopi menggelitik hidung dan membangunkan tidur Fhadil. Pagi tadi lelaki berambut ikal itu kembali jatuh tertidur di sofa begitu istri keduanya pamit mengajar setelah sarapan bersama. Sesaat direnggangkannya tangan dan menghidu aroma kesukaan lebih kuat.   “Siapa yang membuat kopi?” gumamnya.     Memutar kepala, Fadhil memindai seluruh ruang kosong yang  terasa sangat luas ketika sendirian. Rumah Zubaidah memang selalu sepi. Tiada sesiapa tinggal kecuali mereka berdua dan akan kosong ketika Siang hari saat keduanya berkegiatan di luar. Tanpa sadar dirinya menghela napas menyadari betapa Zubaidah telah begitu sabar menjalani hidup sendirian dalam kesepian. Sebersit rasa kasihan melintas begitu saja.   “Kenapa melamun? Nanti kopinya keburu dingin.”   “Baidah. Bukannya kamu tadi …”   “Iya aku sudah pamit ngajar tadi tapi izin setelah selesaikan jam pertama pelajaran.
last updateHuling Na-update : 2021-10-09
Magbasa pa
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status