Share

Bab 6

last update Last Updated: 2025-02-11 10:31:39

Rose mengerjap beberapa kali. Ia menelan ludah kasar ketika William menatap dirinya begitu dalam.

“Pak, bisakah Anda lepaskan saya?” katanya mencoba tidak terdengar gugup. Tubuhnya sudah tertahan di dinding dengan kedua tangan berada di atas kepala.

“Ulangi apa yang kau katakan tadi?” Suara William terdengar parau, terlihat begitu menggoda dengan hidung mancungnya.

“Pak, saya harus ke rumah Nicholas, ibunya–”

“Ingin bertemu ibunya atau kekasihmu itu?”

Rose menelan ludah lagi, ia gugup bukan karena merasa bersalah, tetapi karena aroma parfum William yang begitu lembut.

“Saya sudah katakan, dia bukan kekasih saya lagi,” jelasnya, “tolong beri saya waktu beberapa jam untuk melihatnya.”

William melepas cekalan tangannya pada lengan wanita yang baru saja dinikahi. Mundur beberapa langkah dan mengangguk. “Pergilah! Kau bisa meminta supir untuk menemanimu.”

Rose melebarkan senyumnya, ia mengusap tangannya yang dicekal William. “Saya akan kembali sebelum tengah malam.”

"Pergilah sebelum aku berubah pikiran."

Tak ingin hal itu terjadi, Rose melewati William dengan langkah terburu. Wanita yang baru saja mengucap janji padanya seolah tak memedulikan status mereka.

William memijat pangkal hidung dan berbalik. “Gadis itu, berapa sebenarnya usianya.”

Ia berdecak, berjalan ke arah kursi kerjanya, kemudian menelpon Ethan untuk pekerjaan selanjutnya. Namun, ketika mengingat jika Rose keluar dari rumah bersama supir, ia kembali meminta Ethan untuk mengikuti secara diam-diam.

______

Di kediaman Nicholas, Diana bersedekap dengan wajah masam. Kegiatan mereka tertunda karena ibu Nicholas harus berdrama seperti biasa.

“Ibu, makanlah satu sendok saja,” bujuk Nicholas mulai terlihat menyerah.

“Bawa Rose ke hadapanku. Aku hanya ingin makan dari tangannya,” katanya menolak suapan dari sang putra.

Nicholas berdiri, ia mengusap wajah kasar sembari mengumpat Rose diam-diam. Gadis kecil itu sudah mempengaruhi ibunya terlalu jauh.

“Sayang,” rengek Diana seperti berbisik.

“Tenang dulu, aku akan menelpon wanita kecil itu lagi,” katanya sudah merogoh ponsel, tetapi ketika pintu kamar terbuka, ia membuang napas lega.

Diana berdecak, ia sungguh tidak menyukai kehadiran Rose di sekitarnya. Sementara itu, ibu Nicholas—Margaret begitu sumringah dengan kedua tangan menyambut kehadiran anak perempuannya.

“Oh Sayang, aku sungguh merindukanmu,” katanya seperti ingin menangis.

Rose melirik ke arah Nicholas dan Diana, keduanya seolah malas melihat kehadirannya.

“Ibu, tolong maafkan aku,” kata Rose mengabaikan tatapan kesal Nicholas, “Ibu sudah makan?”

Margaret menggeleng pelan. “Aku hanya ingin makan dari tanganmu, Nak. Lihatlah, bagaimana mereka memaksaku makan tetapi dengan tatapan mengerikan.”

Rose melirik ke arah Nicholas dan Diana lagi. Keduanya bahkan dengan berani memamerkan kemesraan mereka di depan Margaret.

Rose melirik meja, di sana sudah ada semangkuk sup dan nasi, hanya saja seketika Rose menyentuh permukaan mangkuk, ia bisa mengetahui jika sup tersebut sudah dingin.

“Ibu, supnya sudah dingin. Bisakah Ibu menunggu beberapa menit sementara aku hangatkan?”

Margaret mengangguk terharu. “Kau memang wanita yang baik, Rose. Sayang sekali, Nicholas tidak melihat itu darimu.”

Rose tersenyum getir, ia begitu mencintai Nicholas, tetapi yang telah pria itu lakukan padanya, bukanlah hal yang harus dimaafkan.

“Tunggu sebentar, ya Bu.” Rose meraih nampan yang berisi makanan dingin, kemudian Melawati Nicholas dan Diana begitu saja. Ia akan buktikan jika dirinya baik-baik saja setelah mereka berdua sakiti.

Sampai di dapur, istri William itu langsung mengerjakan pekerjaannya. Ia tidak bisa membuang waktu lama, terlebih supir William masih menunggu di luar.

“Aw!” Rose mengasih ketika tubuhnya terjatuh dan punggungnya membentur ujung kursi. Ia mendongak dan mendapati Diana menatap dirinya dengan tangan bersedekap di dada.

“Apa kau sengaja datang untuk merebut hati Nicholas?” sinis Diana melangkah maju, ia menunduk dan mengapit dagu Rose dengan kuat.

“Lepaskan tanganmu!” sentak Rose keras.

“Kau!” tukas Diana kesal, “aku adukan pada Nicholas agar dia mengusirmu.”

Rose berdiri dengan bantuan kursi di sebelahnya, kemudian membuang napas tak acuh. “Kau yang mendorongku, kenapa bersikap aku adalah penjahatnya.”

Diana kembali membalik paksa punggung Rose yang membelakanginya. “Setelah tugasmu selesai, keluar dari rumah ini, kau tidak dibutuhkan lagi.”

“Apa kau berguna?” balas Rose datar.

Suara langkah seseorang menghentikan tangan Diana yang hendak menyentuh tubuh Rose lah, wanita itu berjalan mendekat ke arah Nicholas dengan memasang wajah yang masam.

“Sayang, dia mengatakan aku tak terguna,” adunya pada Nicholas, “aku begitu sedih karena dia–”

“Kau percaya jika aku mengatakan itu, Nich?”

Nicholas dan Diana semakin maju. Sejak tadi, ia begitu penasaran dengan cincin di jari manis mantan kekasihnya. Berkilau dan juga elegan.

“Cincin siapa yang kau pakai?” Nicholas meraih tangan Rose dan memperhatikan detail perhiasan yang ditaksir seharga jutaan dolar.

“Menurutmu, apakah gadis yatim piatu sepertinya bisa mendapatkan barang semewah itu?” tanya Diana pada Nicholas, tatapannya tertuju pada cincin berlian yang bergitu berkilau.

“Tentu saja tidak, kecuali dia mencurinya.”

Rose menarik tangannya, kemudian menatap malas pada kedua pasangan yang semakin memuakkan. “Aku tidak seburuk itu.”

Diana terkekeh, “Lalu, dari mana kau dapatkan?”

“Bukan urusanmu!” Rose kembali melanjutkan pekerjaan yang tertunda. Ia abaikan Nicholas dan Diana yang seolah mengejek dirinya di belakang.

“Sayang, apakah kau yakin jika dia wanita baik-baik? Saat bersamamu dia terlihat sangat buruk, tetapi ketika kau putuskan dia memakai cincin dijarinya.”

Rose membuang napas pelan, ia tidak mungkin mengatakan pada Nicholas jika dia telah menikah.

“Atau jangan-jangan dia menjual dirinya setelah kau putuskan?”

Rose memejamkan mata, setelah makanan Margaret hangat, ia segera membawa ke dalam kamar. Mengabaikan ejekan Nicholas dan Diana yang tak ada hentinya.

Setibanya di kamar, Margaret kembali menyambutnya dengan hangat. Rose duduk di hadapannya dan mulai menyendokkan sup. “Ibu, ayo buka mulutmu.”

Margaret membuka mulut, ia tersenyum bahagia karena akhirnya bisa melihat Rose lagi.

“Apakah kalian bertengkar?” tanyanya, “tolong jangan tinggalkan putraku, wanita itu tidak baik untuknya,” bisiknya melirik pada Diana yang memasuki kamar bersama Nicholas.

“Ibu, kami baik-baik saja. Ayo habiskan makananmu dan minum obat, ya.”

“Berjanjilah pada Ibu, Rose. Kau dan Nicholas harus menikah sebelum–”

“Ibu, aku tidak bisa menikahinya. Aku mencintai Diana.”

“Jangan membantah Nicholas. Ibu tidak menyukai wanita lain selain Rose menjadi istrimu,” tukas Margaret dengan tatapan marah.

“Tapi, Ibu, aku tidak–”

Related chapters

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 1

    Suara benda terjatuh berhasil mengacaukan semuanya. Di depan pintu kamar, seorang gadis dengan gaun putih berdiri dengan tubuh terlihat bergetar. Di bawahnya, terlihat paper bag dengan sesuatu yang terlihat seperti kue tumpah mengotori lantai marmer. “Nic-nicholas, apa yang kau lakukan dan siapa dia?" Rose berjalan mendekat dengan langkah lemah, air matanya sudah berada di ujung mata. “Siapa dia? Apa yang kamu lakukan dengannya, Nich?” Rose kembali bertanya dengan tatapan nanar kecewa. Dengan napas yang terengah, Rose mencoba menelisik suasana kamar, pakaian sudah tercecer di mana-mana. Bahkan ia berhasil melihat sesuatu di atas nakas. Benda yang seharusnya tidak Nicholas sentuh. “Katakan? Apa yang kau lakukan dengannya, Nicholas?” pekiknya dengan napas terengah, “tidak ingatkah kau jika hari ini adalah anniversary hubungan kita?” Nicholas mencoba turun dari ranjang, meraih baju kaos yang tergeletak di bawah kaki mereka. Sementara itu, wanita yang berada bersamanya hanya meng

    Last Updated : 2025-01-11
  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 2

    “Ah …,” lenguhan lembut terdengar begitu indah. Tubuh yang masih dipenuhi dengan keringat terbaring dengan napas memburu. Matanya terpejam dengan bibir sedikit terbuka. “Nicholas, aku sudah katakan, aku bukan wanita bodoh, aku hebat,” gumamnya dengan bibir tersenyum kecil. Si pria yang masih berada di atasnya kini membaringkan tubuh, menempelkan kulit basah mereka berdua. “Dia bermain denganku, tetapi masih menyebut nama pria lain,” decaknya dengan napas yang sama memburu. Karena lelah, ia memejamkan mata dengan sebelah tangan berada di atas kepala. Bibirnya tersenyum kecil membayangkan panasnya permainan mereka. “Gadis bodoh,” imbuhnya sekali lagi sebelum ia benar-benar tak tertidur karena kantuk. Di tempat yang lain, Nicholas tengah mengumpat karena mendapatkan telepon dari ibunya. “Kemana dia?” geram Nicholas mematikan ponselnya, berjalan ke arah kamar di mana masih ada Diana dengan wajah yang muram. “Kenapa masih saja memikirkan dia, Nich. Bukankah kau sudah memutus

    Last Updated : 2025-01-13
  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 3

    William mengangguk, tak ada yang bisa membantah kemauan neneknya. Mereka memasuki rumah mewah dengan interior yang begitu megah. Beberapa pelayan wanita berbaris sembari menundukkan kepala. Ini adalah hari yang sangat besar, kehadiran William adalah perayaan yang luar biasa. “Aku tidak bisa berlama-lama, Nek. Aku ada banyak pekerjaan.” William duduk di sebelah wanita cantik yang sudah tak lagi muda. “Nenek tidak peduli dengan pekerjaanmu. Ada Ethan yang bisa kamu minta, Willie.” Ethan yang namanya disebut lantas mendongak, ia menatap William yang berdecak mengabaikan. “Dia sudah banyak pekerjaan. Aku tidak mungkin membebani dirinya dengan pekerjaan lain,” celetuknya kasihan pada Ethan. “Lupakan itu. Nenek sudah mengurus kencan buta untukmu, malam nanti datanglah ke–” “Ini kencang buta yang ke-99 Nek. Apa tidak malu melihatku melakukan hal kekanakan ini?” William meraih cangkir teh miliknya lalu menyesapnya sedikit. “Aku menolak, aku tidak ingin melakukan apa yang Nenek

    Last Updated : 2025-01-14
  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 4

    Rose berdiri dengan canggung di hadapan pria asing yang masih diingatnya dengan benar. Ia menelan ludah kasar dan melangkah ke arahnya dengan kepala tertunduk. “Kau pasti sudah dijelaskan dengan baik oleh Ethan,” kata William. Rose mendongak, ia mengangguk dengan tangan saling meremas. Ia menyembunyikan rasa gugup yang melanda. “Hum, saya … saya akan bekerja dengan baik Pak.” William mengangguk. Ia melangkah lebih dahulu ke dalam gedung yang akan mengubah kehidupannya. Rose menghela napas panjang, pengkhianatan Nicholas dan cacian yang diberikan untuknya sebentar lagi akan terbalas. “Kau harus tunjukkan pada Nicholas jika kau pantas menjadi wanita karier Rose,” katanya penuh semangat. Ia melangkah dengan yakin setelah Ethan memintanya untuk masuk ke dalam. Sekali lagi, Rose membuang napas pelan. Sesampainya di dalam, berbagai prosedur telah dilakukan dengan baik. William bernapas lega ketika memegang berkas berharga di tangannya. “Selamat atas pernikahan Anda, Pak.” E

    Last Updated : 2025-01-15
  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 5

    Rose duduk dengan jantung berdebar. Di hadapan ada William menatap dirinya begitu tajam dan dingin. “Saya tidak tahu jika Anda adalah pemilik dari perusahaan itu,” katanya setelah sama-sama terdiam. Dengan susah payah, akhirnya William berhasil membawa Rose keluar dari rumah neneknya. Akan tetapi, dengan persyaratan keduanya harus tinggal di rumah yang sudah Matilda siapkan. “Apakah kau tidak ingin minta maaf?” tanya William. “Minta maaf?” Rose berusaha untuk tenang. “Kau tidak merasa bersalah atas apa yang telah terjadi?” Rose menelan ludah kasar, ia meremas tangannya dengan kuat. “Saya sudah menebus kesalahan saya dengan pernikahan ini, kan?” “Kau menganggapnya seperti itu?” tanya William, “bagaimana jika aku tidak mengizinkanmu bekerja di kantor?” “Tidak boleh!” Rose berdiri protes. “Kenapa?” William bersedekap. “Pak, saya setuju menikah dengan Anda karena tujuan pekerjaan. Jika saya tidak boleh bekerja, lalu untuk apa–” “Untuk menebus kesalahanmu. Kau telah m

    Last Updated : 2025-01-15

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 6

    Rose mengerjap beberapa kali. Ia menelan ludah kasar ketika William menatap dirinya begitu dalam.“Pak, bisakah Anda lepaskan saya?” katanya mencoba tidak terdengar gugup. Tubuhnya sudah tertahan di dinding dengan kedua tangan berada di atas kepala.“Ulangi apa yang kau katakan tadi?” Suara William terdengar parau, terlihat begitu menggoda dengan hidung mancungnya.“Pak, saya harus ke rumah Nicholas, ibunya–”“Ingin bertemu ibunya atau kekasihmu itu?” Rose menelan ludah lagi, ia gugup bukan karena merasa bersalah, tetapi karena aroma parfum William yang begitu lembut.“Saya sudah katakan, dia bukan kekasih saya lagi,” jelasnya, “tolong beri saya waktu beberapa jam untuk melihatnya.”William melepas cekalan tangannya pada lengan wanita yang baru saja dinikahi. Mundur beberapa langkah dan mengangguk. “Pergilah! Kau bisa meminta supir untuk menemanimu.”Rose melebarkan senyumnya, ia mengusap tangannya yang dicekal William. “Saya akan kembali sebelum tengah malam.”"Pergilah sebelum aku

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 5

    Rose duduk dengan jantung berdebar. Di hadapan ada William menatap dirinya begitu tajam dan dingin. “Saya tidak tahu jika Anda adalah pemilik dari perusahaan itu,” katanya setelah sama-sama terdiam. Dengan susah payah, akhirnya William berhasil membawa Rose keluar dari rumah neneknya. Akan tetapi, dengan persyaratan keduanya harus tinggal di rumah yang sudah Matilda siapkan. “Apakah kau tidak ingin minta maaf?” tanya William. “Minta maaf?” Rose berusaha untuk tenang. “Kau tidak merasa bersalah atas apa yang telah terjadi?” Rose menelan ludah kasar, ia meremas tangannya dengan kuat. “Saya sudah menebus kesalahan saya dengan pernikahan ini, kan?” “Kau menganggapnya seperti itu?” tanya William, “bagaimana jika aku tidak mengizinkanmu bekerja di kantor?” “Tidak boleh!” Rose berdiri protes. “Kenapa?” William bersedekap. “Pak, saya setuju menikah dengan Anda karena tujuan pekerjaan. Jika saya tidak boleh bekerja, lalu untuk apa–” “Untuk menebus kesalahanmu. Kau telah m

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 4

    Rose berdiri dengan canggung di hadapan pria asing yang masih diingatnya dengan benar. Ia menelan ludah kasar dan melangkah ke arahnya dengan kepala tertunduk. “Kau pasti sudah dijelaskan dengan baik oleh Ethan,” kata William. Rose mendongak, ia mengangguk dengan tangan saling meremas. Ia menyembunyikan rasa gugup yang melanda. “Hum, saya … saya akan bekerja dengan baik Pak.” William mengangguk. Ia melangkah lebih dahulu ke dalam gedung yang akan mengubah kehidupannya. Rose menghela napas panjang, pengkhianatan Nicholas dan cacian yang diberikan untuknya sebentar lagi akan terbalas. “Kau harus tunjukkan pada Nicholas jika kau pantas menjadi wanita karier Rose,” katanya penuh semangat. Ia melangkah dengan yakin setelah Ethan memintanya untuk masuk ke dalam. Sekali lagi, Rose membuang napas pelan. Sesampainya di dalam, berbagai prosedur telah dilakukan dengan baik. William bernapas lega ketika memegang berkas berharga di tangannya. “Selamat atas pernikahan Anda, Pak.” E

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 3

    William mengangguk, tak ada yang bisa membantah kemauan neneknya. Mereka memasuki rumah mewah dengan interior yang begitu megah. Beberapa pelayan wanita berbaris sembari menundukkan kepala. Ini adalah hari yang sangat besar, kehadiran William adalah perayaan yang luar biasa. “Aku tidak bisa berlama-lama, Nek. Aku ada banyak pekerjaan.” William duduk di sebelah wanita cantik yang sudah tak lagi muda. “Nenek tidak peduli dengan pekerjaanmu. Ada Ethan yang bisa kamu minta, Willie.” Ethan yang namanya disebut lantas mendongak, ia menatap William yang berdecak mengabaikan. “Dia sudah banyak pekerjaan. Aku tidak mungkin membebani dirinya dengan pekerjaan lain,” celetuknya kasihan pada Ethan. “Lupakan itu. Nenek sudah mengurus kencan buta untukmu, malam nanti datanglah ke–” “Ini kencang buta yang ke-99 Nek. Apa tidak malu melihatku melakukan hal kekanakan ini?” William meraih cangkir teh miliknya lalu menyesapnya sedikit. “Aku menolak, aku tidak ingin melakukan apa yang Nenek

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 2

    “Ah …,” lenguhan lembut terdengar begitu indah. Tubuh yang masih dipenuhi dengan keringat terbaring dengan napas memburu. Matanya terpejam dengan bibir sedikit terbuka. “Nicholas, aku sudah katakan, aku bukan wanita bodoh, aku hebat,” gumamnya dengan bibir tersenyum kecil. Si pria yang masih berada di atasnya kini membaringkan tubuh, menempelkan kulit basah mereka berdua. “Dia bermain denganku, tetapi masih menyebut nama pria lain,” decaknya dengan napas yang sama memburu. Karena lelah, ia memejamkan mata dengan sebelah tangan berada di atas kepala. Bibirnya tersenyum kecil membayangkan panasnya permainan mereka. “Gadis bodoh,” imbuhnya sekali lagi sebelum ia benar-benar tak tertidur karena kantuk. Di tempat yang lain, Nicholas tengah mengumpat karena mendapatkan telepon dari ibunya. “Kemana dia?” geram Nicholas mematikan ponselnya, berjalan ke arah kamar di mana masih ada Diana dengan wajah yang muram. “Kenapa masih saja memikirkan dia, Nich. Bukankah kau sudah memutus

  • Terjerat Cinta Ceo Posesif    Bab 1

    Suara benda terjatuh berhasil mengacaukan semuanya. Di depan pintu kamar, seorang gadis dengan gaun putih berdiri dengan tubuh terlihat bergetar. Di bawahnya, terlihat paper bag dengan sesuatu yang terlihat seperti kue tumpah mengotori lantai marmer. “Nic-nicholas, apa yang kau lakukan dan siapa dia?" Rose berjalan mendekat dengan langkah lemah, air matanya sudah berada di ujung mata. “Siapa dia? Apa yang kamu lakukan dengannya, Nich?” Rose kembali bertanya dengan tatapan nanar kecewa. Dengan napas yang terengah, Rose mencoba menelisik suasana kamar, pakaian sudah tercecer di mana-mana. Bahkan ia berhasil melihat sesuatu di atas nakas. Benda yang seharusnya tidak Nicholas sentuh. “Katakan? Apa yang kau lakukan dengannya, Nicholas?” pekiknya dengan napas terengah, “tidak ingatkah kau jika hari ini adalah anniversary hubungan kita?” Nicholas mencoba turun dari ranjang, meraih baju kaos yang tergeletak di bawah kaki mereka. Sementara itu, wanita yang berada bersamanya hanya meng

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status