Andai Reina memiliki suami yang peka, dan pengertian terhadapnya memberi tanggung jawab penuh pada keluarga, tidak mungkin ia sampai hati mengkhianati Roy sang suami, hingga Reina mencari kenyamanan dari lelaki lain. Ditambah Roy memiliki sifat yang arogan juga pelit, dan tak pernah ingin tahu kesulitan ekonomi Reina, apalagi saat ibu Reina terserang penyakit batu ginjal, Roy lepas tanggung jawab dan tak mau tahu soal kesulitan yang dialami Reina. Hingga perempuan 24 tahun itu nekat dan mencari uang dengan jalan pintas, menjual kehangatan dan menggadaikan cintanya pada lelaki yang ia kenal lewat media sosial, lelaki tampan dan mapan bernama Andrew.
Lihat lebih banyakReina membawa belanjaannya ke dapur dan meletakkan plastik berisi kebutuhan pokok di atas meja makan. Ia membuka lemari pendingin dan menata semua sayuran ke vegetable room dan menyimpan; ayam juga ikan serta daging di chiller room, untuk persediaan satu Minggu ke depan. Ponsel yang berada dalam saku celana Reyna bergetar tanda panggilan masuk dari seseorang. Gegas Reina mengusap layar pada benda pipih tersebut dan menjauh, ia masuk ke dalam kamar mandi, takut sewaktu-waktu Roy masuk dan mendengar percakapannya dengan seseorang di seberang sana. "Halo, Mas. Ada apa?" tanya Reina dengan suara tertahan. Ada rasa kekhawatiran dalam hatinya ketika berbicara dengan Andrew, karena lelaki itu tak bisa ditebak, terkadang ia meminta bertemu di waktu yang tidak tepat dan terkadang memaksa. "Hai, sayang. Kamu lagi apa?" tanya Andrew basa-basi. "Apa kamu sudah pulang ke rumah?" "Baru, aja sampe." Reina menjawab. "Mas, badanku capek banget, sakit semua, sehabis dari apartemen mu tadi. Dan aku
"Michelle, sayang, kita sudah sampai. Ayo turun, Nak!" pinta Reina. "Iya, mah," sahut gadis itu dibarengi anggukan, kemudian keduanya turun dari taksi. Ibu dan anak itu berjalan memasuki gedung apartemen. Reina menggenggam tangan Michelle, menaiki lift menuju tempat tinggal Andrew yang berada di lantai 15. "Mah, kita mau ngapain kesini? Ini rumah atau tempat apa?" tanya Michelle polos. Reina tersenyum seraya menatap putrinya, "Ini, rumah Om baik. Mama, ada urusan pekerjaan dengannya. Nanti, kamu jangan ganggu mama ya, sayang!" ucap Reina sebelum menekan bell yang berada di sampingku pintu. "Baik, Mah," angguk Michelle lagi. Reina menekan tombol bell yang ada di sisi pintu atas, tak lama kemudian seorang wanita berbaju dress putih kombinasi warna hitam, membukakan pintu dan menyambut ramah kedatangan Reina. "Selamat siang, Bi," sapa Reina dengan senyuman. "Pak Andrew, ada?" "Siang, Bu. Silahkan ma
"Mas, kamu di rumah saja, ya! Biasanya juga aku belanja sendiri, takutnya kamu bosan menemaniku seharian keliling mall," ujar Reina seraya memoles wajah cantiknya dengan bedak, dan lipstik natural ia oles tipis. "Kan, tahu sendiri, kalau aku belanja gak cukup waktu sebentar."Roy hening sejenak, "Ok, aku akan diam di rumah. Tapi, ajak Michelle!""Iya, tapi, Michelle belum pulang, Mas,""Tunggu, sebentar lagi! Aku tak mau direpotkan sama anakmu! Kalau dia ditinggal di rumah, mengganggu saja!" ujarnya dingin.Bukannya Michelle juga anak Roy. Lelaki itu, memang tak pernah merasa punya tanggung jawab, bahkan dengan darah dagingnya sendiri, ia tak mau direpotkan, apalagi membantu mengurus. Lebih parahnya, ia tak mau menyebutnya anak kita, seolah Michelle anak Reina sendiri."Iya, Mas. Lagipula, Michelle udah lama gak aku ajak jalan,""Terserah, kamu! Sebelum pergi temani aku makan," pinta Roy. Reina mengangguk setuju, ia berjalan menuju dapur.
Setelah semua masakan matang, Reina menyiapkannya dengan sesegera mungkin, Roy bisa marah jika ia telat sedikit saja. Perempuan berkemeja biru navy seragam kerja, yang belum sempat ia ganti, dan bawahan celana jeans hitam itu menata makanan dengan rapi diatas meja, dan beranjak menuju ruang tengah, dimana Roy berada."Mas, makanannya sudah siap. Ayo kita makan dulu! Nanti, keburu dingin," ucap Reina berdiri di dekat sofa yang diduduki oleh Roy."Aku tidak lapar," tolaknya dengan nada dingin seperti biasa."Mas, bukannya kamu tadi pengen makan? Aku sudah masak enak, buat kamu," ucap Reina dengan hati-hati."Aku tidak ingin makan, aku minta, kamu melayaniku sekarang, juga!" pinta Roy lugas, seraya menyentak tangan Reina, menarik tubuh wanita itu hingga hampir jatuh."I-iya, Mas," jawab Reina gugup bercampur takut.Roy menarik tangan Reina ke dalam kamar dengan kasar, tanpa menunjukkan adanya rasa cinta sedikitpun terhadap istrinya."Mas
"Reina!" panggil Roy, suaranya menggelegar memenuhi ruang kamar. Membuat Reina mengangkat tubuhnya seraya menoleh."Apa lagi, Mas? Apa kamu tidak puas menyakitiku?" ucap Reina, meskipun takut. Namun, ia selalu menunjukkan bahwa ia adalah wanita yang tegar dan berani."Aku takkan pernah puas. Jika kamu belum menjadi istri seperti yang kuinginkan!""Apa maksudmu? Aku sudah menjadi wanita penurut, dan tak pernah menuntut apapun darimu. Cukup tak cukup uang yang kamu berikan, aku selalu terima dengan ikhlas, apa kurangnya aku?!""Oh, jadi. Sekarang kamu berani berkata seperti itu, tak terima dengan yang kujatah setiap bulannya? Semenjak kamu memiliki penghasilan sendiri.""Bukannya aku tak terima, tapi, sebagai suami seharusnya kamu mengerti! Kamu selalu mengekangku, dan selalu mencurigaiku. Kerja salah, tidak kerja apalagi. Jika aku hanya mengandalkan uang pemberian kamu, aku dan Michelle bisa kelaparan, Mas!""Beberapa bulan terakhir ini, kamu
"Re-Reina, buka matamu! aku mencintaimu, sayang. Aku tak mau kehilanganmu, bangunlah Reina!" Roy mengusap pipi istrinya dengan punggung ruas jemari tangan, lalu mengangkat kepala Reina dan meletakkannya di atas pangkuan.Hampir lima belas menit Reina masih terbaring tak berdaya. Roy merasa sangat takut akan kehilangan istrinya, meskipun dia kesal dan marah, tapi, ia tidak rela jika sang istri meninggalkannya dengan cara seperti ini. Bukan karena rasa sayang, melainkan takut dengan hukum yang berlaku di negara ini."Reina, maafkan aku."Baru pertama kalinya Roy mengucapkan kata maaf pada Reina, mungkin dia keceplosan saking paniknya, ia merasa cemas karena istrinya tak kunjung membuka mata, ia menepuk-nepuk pipi Reina pelan, lalu meraba pergelangan tangannya, untuk memastikan bahwa sang istri masih bernyawa."Syukurlah, masih ada denyut nadinya," gumam Roy lega. "Rei, bangun! Reina, cepat bangun! Kau jangan menakut-nakuti aku!" Roy mulai panik, karen
"Jam berapa ini, Reina?""Mas, kamu kok ada di rumah, gak kerja?" Reina balik bertanya dengan gugup."Heh, malah balik tanya! Jelaskan, sama aku! Kamu semalam habis dari mana, hah? Jam segini baru pulang!" bentak Roy dengan tatapan menelisik, ia menyambar tangan Reina dengan kasar."Apa sih, Mas? Kok pertanyaannya kayak gitu? kan, kamu tahu. Aku ini baru pulang kerja, masuk shift malam, bukannya aku sudah meminta izin, tadi, aku di suruh over time," jawab Reina dengan tenang.Ia tersenyum untuk menyamarkan dustanya, lalu melepaskan tangan Roy dari pergelangan, kemudian berjalan masuk ke kamarnya, tubuhnya butuh istirahat dan terasa begitu letih, tenaganya terkuras karena pergumulannya semalam dengan lelaki lain."Oh, iya. Sudah mulai pintar berbohong, rupanya kamu sekarang," ucap Roy tersenyum miring."Mas, aku tidak berbohong," ujar Reina tanpa menatap Roy, ia meletakan tas kecil di atas kasur."Halaaah … mana ada pemboh
"Jam berapa ini, Reina?""Mas, kamu kok ada di rumah, gak kerja?" Reina balik bertanya dengan gugup."Heh, malah balik tanya! Jelaskan, sama aku! Kamu semalam habis dari mana, hah? Jam segini baru pulang!" bentak Roy dengan tatapan menelisik, ia menyambar tangan Reina dengan kasar."Apa sih, Mas? Kok pertanyaannya kayak gitu? kan, kamu tahu. Aku ini baru pulang kerja, masuk shift malam, bukannya aku sudah meminta izin, tadi, aku di suruh over time," jawab Reina dengan tenang.Ia tersenyum untuk menyamarkan dustanya, lalu melepaskan tangan Roy dari pergelangan, kemudian berjalan masuk ke kamarnya, tubuhnya butuh istirahat dan terasa begitu letih, tenaganya terkuras karena pergumulannya semalam dengan lelaki lain."Oh, iya. Sudah mulai pintar berbohong, rupanya kamu sekarang," ucap Roy tersenyum miring."Mas, aku tidak berbohong," ujar Reina tanpa menatap Roy, ia meletakan tas kecil di atas kasur."Halaaah … mana ada pemboh
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen