Partner di Atas Ranjang

Partner di Atas Ranjang

last update최신 업데이트 : 2022-12-08
에:  Nona Ekha완성
언어: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
40 평가. 40 리뷰
100챕터
548.7K조회수
읽기
서재에 추가

공유:  

보고서
개요
목록
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.

Namanya Kasih, wanita manis dengan segala kesederhanaannya. Selalu bersikap ramah pada semua orang. Namun, wajah ceria wanita itu seketika sirna, Kasih harus menelan pil pahit ketika ibunya, orangtua satu-satunya yang dia punya, masuk rumah sakit akibat kecelakaan. Ditambah lagi, sang suami yang tengah bekerja di perantauan hilang tanpa kabar. Kasih bingung harus mencari uang ke mana. Hingga pada akhirnya, teman dekatnya menawarkan sebuah pekerjaan untuknya, yang langsung Kasih setujui tanpa pikir panjang. Dari situlah Kasih amat sangat menyesali keputusannya, karena telah menjadi budak nafsu dari seorang pria bernama Gilang.

더 보기

1화

Dijebak

"Mas lagi nggak ada duit, Kasih. Beberapa bulan ini kerjaan Mas sedang kurang kondusif, jadi kerjaan banyak liburnya."

Kasih menghela napas berat, suaminya selalu saja beralasan seperti itu. Hari ini Kasih benar-benar membutuhkan uang, untuk membelikan ibunya obat, karena stok obatnya sudah habis.

"Mas udah nggak punya simpanan lagi, coba kamu pinjam dulu deh ke tetangga, siapa tahu dapat," sambung Danu dari ujung sana.

"Utang yang kemarin aja belum dibayar, ini disuruh minjam lagi, pasti nggak bakalan dikasih, Mas," keluh Kasih.

"Habisnya mau gimana lagi, Mas benar-benar nggak ada duit."

Sudah beberapa bulan ini, Danu tidak pernah mengirimkan uang, Kasih memahami hal itu. Tapi, semakin ke sini, Kasih semakin curiga dengan tingkah suaminya yang belakangan ini tampak berbeda. Kasih merasa jika Danu tengah menyembunyikan sesuatu.

"Mas lagi nggak bohong sama aku, kan?" tanya wanita itu penuh selidik.

Kasih mendengar dengkusan kasar dari ujung sana.

"Kamu nuduh Mas berbohong?"

"Bukan begitu, hanya--"

"Itu sama saja kalau kamu anggap Mas bohong. Emang susah ya kalau bicara sama kamu, ini yang Mas nggak suka dari sifat kamu, bawaannya selalu curiga terus," sentak Danu.

"Maksud Mas apa?"

"Halah! Sudahlah, teleponnya Mas matikan saja."

Baru saja Kasih ingin membuka mulutnya, panggilan itu langsung terputus.

Kasih menghela napas berat. Kentara sekali jika wanita itu tengah kecewa. Danu, pria satu-satunya yang selalu dia andalkan, nyatanya tak dapat membantu, lantas ke mana lagi dia harus mencari bantuan?

Prang ....

Kasih terperanjat kaget ketika mendengar suara benda jatuh. Buru-buru dia melangkahkan kakinya menuju kamar ibunya.

Matanya membola ketika melihat serpihan gelas berhamburan di mana-mana.

"Ibu!" jerit Kasih.

Kasih tak memedulikan bagaimana kakinya yang terkena pecahan gelas itu, yang dia khawatirkan saat ini adalah ibunya. Mutia tampak memegangi kepalanya sambil meraung kesakitan.

"Sakit, Kasih," erang Mutia.

"Iya, Bu. Secepatnya aku akan membeli obatnya, Ibu yang sabar, ya," pinta Kasih dengan mata berkaca-kaca.

Kasih harus berusaha keras untuk meminjam uang. Secepatnya, kalau terus-terusan ditunda, ibunya akan semakin lama merasakan kesakitan.

'Maafin aku, Ibu. Karena telah gagal menjadi anak yang membanggakan,' batin Kasih sambil meneteskan air mata.

Kasih bernapas lega ketika melihat Mutia tidak lagi mengerang kesakitan. Ibunya tampak tertidur pulas. Kasih menatap ibunya cukup lama. Namun, semakin Kasih tatap, ada yang berbeda dari cara Mutia tertidur.

"Bu," panggil Kasih pelan, sambil menggoyangkan tubuh Mutia dengan pelan.

Tak ada respon, membuat Kasih kembali menggoyangkan tubuh ibunya.

"Ibu, jangan bikin aku takut, Bu. Ayo bangun, aku janji akan belikan Ibu obat," ucap Kasih yang tampak ketakutan.

Lagi-lagi Mutia tak menjawab, Kasih semakin cemas, tangannya gemetar, keringat dingin bercucuran. Kasih tahu bahwa saat ini Mutia tengah pingsan.

Tak ada cara lain, jalan satu-satunya adalah membawa Mutia ke rumah sakit, Kasih tak ingin mengambil risiko jika terjadi sesuatu pada ibunya.

***

Kasih tertunduk lesu ketika melihat nominal uang yang ada di kertas itu, pihak rumah sakit tak ingin membantunya jika dirinya belum membayar biaya administrasi.

Wanita itu tampak begitu frustrasi, tak ada jalan lain. Sepertinya dia harus meminjam uang lagi pada temannya, walau sebenarnya dia tahu, besar kemungkinan hasilnya nihil.

"Dicoba aja dulu deh," gumam wanita itu sambil merogoh ponselnya di saku celana.

Kasih harap-harap cemas ketika mendengar sambungan telepon itu terhubung, berdoa dalam hati semoga saja kali ini temannya mau membantunya.

"Halo, Kasih. Ada apa?"

Kasih tersenyum lebar ketika Diana mengangkat panggilannya.

"Halo, Di. Lagi sibuk nggak?" tanya Kasih pelan.

"Nggak terlalu sih, emangnya ada apa? Mau minjam uang lagi?"

Kasih tersenyum miris ketika Diana sudah bisa menebak pikirannya, pasti Diana risih karena dirinya selalu meminta bantuan padanya.

"Iya, Di. Apa kamu bisa membantuku, kali ini aja. Please," mohon Kasih.

"Aduh, maaf ya, Kasih. Kali ini aku nggak bisa bantu kamu. Soalnya aku juga lagi butuh uang. Tapi, aku ada kerjaan nih buat kamu, siapa tahu kamu tertarik."

Kasih menghela napas berat. "Aku butuh uangnya sekarang, Di," lirih wanita itu.

"Kamu tenang aja, kerja di sana bisa minta kasbon dulu kok. Bosnya itu baik banget. Kamu nggak tertarik kerja di sana? Daripada jualan, kan? Belum tentu dagangannya selalu laris."

Siapa yang tidak mau menerima tawaran yang begitu menggiurkan. Sama seperti Kasih saat ini, wanita itu tampak berbinar senang.

"Aku mau," jawab wanita itu cepat. "Tapi, kalau bisa, aku minta uangnya malam ini. Aku butuh banget uang buat biaya pengobatan ibu aku. Apa kamu bisa bantu aku?"

"Masalah itu gampang. Oke, jadi udah fix nih kamu terima tawaran itu?" tanya Diana.

"Iya, aku mau," jawab Kasih mantap.

"Oke, nanti malam aku datang ke rumah kamu, ya. Kita akan datang ke tempat kerja itu. Kamu harus berpakaian yang menarik."

"Siap, sekali lagi terima kasih ya, Di. Kamu memang teman yang sangat baik."

***

"Kita mau ke mana sih, Di. Memangnya ada ya, orang kerja malam-malam?" tanya Kasih heran, wanita itu tampak risih karena pakaiannya terlalu terbuka.

"Banyak kali, Kasih. Kamu dagang aja sampai malam, kan?"

"Iya, tapi kenapa harus pakai baju seperti ini?"

"Kamu takut? Atau kita balik aja deh, aku nggak mau kalau kamunya terkesan terpaksa."

"Jangan," sergah Kasih. "Oke, oke. Aku akan diam. Nggak akan komentar lagi."

Setelah itu, mereka berdua benar-benar terdiam. Sepanjang perjalanan, Kasih selalu duduk dengan gelisah. Feelingnya mengatakan jika akan terjadi sesuatu padanya.

Mata Kasih mengerjap ketika mobil Diana berhenti di sebuah diskotik. Kasih langsung menatap Diana dengan horor.

"Santai aja kali, aku datang ke sini mau ketemu sama teman, sebentar aja. Ayo ikut masuk," ajak wanita itu.

"Nggak deh, aku tunggu di sini aja," tolak Kasih.

"Yakin? Siapa tahu aku agak lama di sana, nggak takut kalau ada yang macam-macam sama kamu?"

Kasih menggigit bibir bawahnya, kentara sekali jika saat ini wajahnya pucat pasi, seumur hidupnya baru kali ini dia menginjakkan kaki di tempat seperti ini. Bagaimana nanti kalau suaminya tahu? Pasti akan mencercanya habis-habisan.

"Oke, aku ikut. Tapi jangan lama-lama ya."

"Sip, ya udah. Ayo turun."

Mereka berdua pun akhirnya turun dari mobil, Kasih menelan salivanya, berjalan dengan kaki gemetar, beruntungnya ada Diana yang kini tengah menuntunnya.

Semakin mereka masuk ke dalam ruangan itu, dada Kasih bergemuruh hebat. Bahkan saat ini Kasih memegang tangan Diana begitu erat.

"Itu dia, ayo kita ke sana," ajak Diana.

Kasih mencekal tangan Diana, lalu menggeleng pelan.

"Kamu tenang aja, nggak usah takut. Orang-orang di sini nggak apa-apa, kok," ucap Diana sambil tersenyum tipis.

Kasih diam saja, membuat Diana kembali melanjutkan langkahnya.

"Hai, aku datang. Sesuai yang aku janjikan, tentunya tepat waktu," sapa Diana pada sosok pria yang saat ini tengah duduk sambil menenggak sebotol minuman yang Kasih tak tahu itu minuman apa.

"Oke, tunggu aku di kamar nomor 15," ucap pria itu dengan suara serak, sambil menatap Kasih tajam.

Kasih yang ditatap seperti itu seketika merinding, wanita itu langsung membuang pandangannya ke sembarang arah.

"Oke, jangan lupa komisinya."

Setelah itu Diana membawa Kasih pergi, bukan ke arah luar, melainkan ke sebuah lorong yang begitu sepi.

"Kita mau ke mana?" tanya Kasih, kepalanya celingukan ke sana-sini, kemudian bergidik takut.

"Aku mau temuin teman dulu di kamarnya, katanya dia lagi ada di sana."

Kasih kembali terdiam, perasaannya tiba-tiba tak enak. Dia ingin membicarakan hal itu pada Diana, tapi diurungkan karena tak enak hati.

Tepat di sebuah kamar nomor 15, mereka berdua berhenti melangkah. Diana membuka knop pintu itu, lalu masuk, disusul juga oleh Kasih.

"Kamu duduk-duduk dulu di situ, aku mau lihat dia ada di mana."

Kasih menuruti perintah Diana, wanita itu duduk di sebuah ranjang yang begitu empuk.

"Kasih. Kayaknya ponsel aku ketinggalan di mobil deh, kamu bisa tunggu aku sebentar di sini, sebentar aja kok."

Kasih menggeleng tak setuju. "Nggak, aku mau ikut aja. Takut sendirian di sini, masa kamu tega."

"Ya ampun, cuma sebentar aja kok. Habis itu aku balik lagi ke sini. Suer deh, cuma sebentar," ucap Diana meyakinkan.

"Tapi, Di--"

"Cuma sebentar aja," sela Diana cepat.

Kasih menghela napas pasrah. "Ya udah deh, janji ya, cuma sebentar?"

"Iya," sahut Diana. Wanita itu pun akhirnya pergi dari kamar itu.

Kasih mendengar pintu itu dikunci dari luar, membuat wanita itu mengerutkan keningnya.

"Kok pintunya dikunci?" gumam wanita itu, tapi setelah itu dia mengedikkan bahunya acuh. Mungkin saja Diana melakukan seperti itu karena tidak ingin terjadi sesuatu padanya.

Selang beberapa menit, Kasih mendengar knop pintu terbuka, membuat wanita itu mengembangkan senyumnya.

"Sebentar banget, kamu ngambil ponselnya sambil lari-lari atau ...."

Kasih menggantungkan kalimatnya, matanya mengerjap beberapa kali karena melihat bukan Diana yang ada di ambang pintu itu, melainkan seorang pria yang tadi dia lihat sedang mengobrol dengan Diana.

Pria itu berjalan mendekati Kasih, tak lupa juga dia menutup pintu itu. Jelas saja membuat Kasih begitu ketakutan.

"Maaf, Diananya lagi nggak ada, tapi ... sebentar lagi dia akan--"

"Sssttttt," desah pria itu sambil membungkam bibir Kasih menggunakan jari telunjuknya. "Kamu cantik, tapi malam ini jauh lebih cantik."

Kasih memundurkan tubuhnya, menatap pria itu ketakutan. Dia tahu jika pria yang ada di hadapannya ini tengah mabuk.

"Aku bukan Diana, aku ini temannya. Tolong jangan bersikap kurang ajar sama saya!" kata Kasih tak terima.

Tiba-tiba saja pria itu tertawa keras, jenis tawa yang menurut Kasih begitu berbahaya.

"Ya, aku tahu hal itu. Kamu adalah Kasih, temanmu yang sudah menjualmu padaku, ngerti?"

Kasih mematung di tempat, apa maksud perkataan pria itu? Menjual? Diana? Apa Diana menjualnya? Tidak, Kasih yakin Diana tidak akan pernah melakukan perbuatan sekeji itu.

"Itu tidak mungkin, kamu jangan mengarang cerita," tandas Kasih.

"Kenyataannya memang seperti itu, Kasih," kata pria itu, lalu detik berikutnya pria itu mendorong tubuh Kasih ke ranjang. "Intinya, tubuhmu saat ini adalah milikku, aku sudah membayar mahal pada temanmu. Jadi, marilah kita lewati malam panjang ini dengan malam yang begitu panas," ujar pria itu seraya tersenyum menyeringai.

펼치기
다음 화 보기
다운로드

최신 챕터

독자들에게

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

댓글

10
100%(40)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
40 평가 · 40 리뷰
리뷰 작성하기
user avatar
Mamang Pangsoe
aslii ini cerita Ter baik di aplikasi ini,the best lahh pokonya
2025-02-04 14:48:36
0
user avatar
Indri Lissa
lo kenapa koin ku habis? padahal tadi banyak, trus kenapa bacanya kembali ke awal???
2025-01-02 17:27:51
0
user avatar
Vita Anisa
bagus bgt. gk ngebosenin. bab nya dikit. ceritanya gk muter2.. the best
2024-12-24 23:52:44
2
user avatar
Lizna
bagus ceritanya, sm episode nya jg sedikit jd gak ngebosenin gtu baca nya
2024-12-03 09:51:44
2
default avatar
n.manis
setia itu mahal ya gais ! jodoh juga gak salah alamat kalau sampe masanya. best !
2024-11-11 08:44:55
3
user avatar
Ayu Anita
bagus sekali buku ini
2024-10-22 07:11:01
0
user avatar
Agus Irawan
akhirnya selesai juga bagus novelnya
2024-10-21 20:05:53
0
user avatar
Aqmar Faujan
akhirnya udah selesai juga baca novel ini seruu juga ada lucu2nya humoris.. dan gak bikin boring panjang2 ceritanya good luck..!
2024-10-21 13:49:02
0
user avatar
Dirazio Age
Sangat keren,, terima kasih buat ku syok membacanya
2024-10-07 03:14:05
0
default avatar
eykadin88
seru banget ceritanya. tidak bertele-tele kelamaan gitu. terus masuk point ceritanya. cerita ini yang pertama aku habisi pembacaannya. yang lain-lain masih belum dihabisi
2024-09-24 10:35:07
0
user avatar
Rahayu Purwaningsih
bagus,alurnya tidak bertele2
2024-07-06 01:18:08
0
user avatar
Liana 95
cerita nya bagus, aku suka
2024-06-27 18:59:52
1
user avatar
Panca Utomo
mantaaapppppppp
2024-05-17 05:11:40
0
user avatar
Susi Yanti
bagus ceritanya
2024-05-02 19:16:38
1
user avatar
Gek Cynthia
ini bacanya emng harus bayar yaa pake koin walaupun udh tamat?
2024-03-04 10:39:18
5
  • 1
  • 2
  • 3
100 챕터
Dijebak
"Mas lagi nggak ada duit, Kasih. Beberapa bulan ini kerjaan Mas sedang kurang kondusif, jadi kerjaan banyak liburnya."Kasih menghela napas berat, suaminya selalu saja beralasan seperti itu. Hari ini Kasih benar-benar membutuhkan uang, untuk membelikan ibunya obat, karena stok obatnya sudah habis."Mas udah nggak punya simpanan lagi, coba kamu pinjam dulu deh ke tetangga, siapa tahu dapat," sambung Danu dari ujung sana."Utang yang kemarin aja belum dibayar, ini disuruh minjam lagi, pasti nggak bakalan dikasih, Mas," keluh Kasih."Habisnya mau gimana lagi, Mas benar-benar nggak ada duit."Sudah beberapa bulan ini, Danu tidak pernah mengirimkan uang, Kasih memahami hal itu. Tapi, semakin ke sini, Kasih semakin curiga dengan tingkah suaminya yang belakangan ini tampak berbeda. Kasih merasa jika Danu tengah menyembunyikan sesuatu."Mas lagi nggak bohong sama aku, kan?" tanya wanita itu penuh selidik.Kasih mendengar dengkus
last update최신 업데이트 : 2022-04-10
더 보기
Penawaran Kerja Sama
Kasih memberontak, sekuat tenaga dia mendorong tubuh pria itu, tapi tetap saja hasilnya nihil."Kautahu, Kasih, semakin kamu memberontak, jiwa kelakianku semakin menjadi-jadi, semakin bergairah. Atau ... kamu sudah tidak sabar untuk memulainya, hem?" tanya pria itu dengan suara serak."A--aku mohon, tolong lepaskan aku," rintih wanita itu."Bagaimana? Melepaskan? Kamu gila, mana mungkin aku melepaskan begitu saja. Asal kamu tahu, uangku sudah melayang banyak," kata pria itu disertai kekehan halus."Aku janji, aku akan mengembalikan uang itu padamu, iya ... aku janji."Pria itu tak mendengar ucapan Kasih, matanya malah tertuju pada bibir wanita itu. Rasanya tidak sabar untuk mengecupnya.Kepala pria itu akhirnya mendekat, semakin dekat, sampai akhirnya kini bibir mereka saling bersentuhan.Kasih mencoba untuk menggelengkan kepalanya agar tautan bibir itu terlepas, hal itu membuat pria itu menggeram kesal.Pria it
last update최신 업데이트 : 2022-04-10
더 보기
Licik
Kasih membaca kata demi kata itu dengan seksama. Sesekali dahinya mengernyit ketika ada yang mengganjal dalam pikirannya. Menurutnya, Gilang membuat surat perjanjian itu seenak jidat, hanya menguntungkan dirinya sendiri saja, bukan kedua belah pihak."Ini serius perjanjiannya seperti ini?" tanya Kasih dengan kedua alis bertaut."Ya, ada yang salah?" tanya pria itu."Untuk poin pertama. Tidak boleh mencampuri urusan pribadi. Oke, itu masih bisa diterima. Kedua, pihak kedua harus menuruti semua keinginan pihak pertama. Ini maksudnya pihak pertama siapa, dan pihak kedua siapa?"Gilang mendengkus pelan. Pria itu menunjuk surat perjanjian itu dari atas, menyuruh Kasih agar membacanya dari atas."Makanya, kalau baca itu mulai dari atas, jangan langsung lihat nomor," decak Gilang.Kasih meringis pelan. "Oh, sorry," kata wanita itu pelan.Sesuai perintah Gilang, Kasih pun membaca surat perjanjian itu dari awal. Wanita itu pun ma
last update최신 업데이트 : 2022-04-10
더 보기
Main Gila
Kasih masih tak menyangka jika Diana, teman satu-satunya yang sangat dia percaya ternyata tega melakukan seperti itu.Dan perkataan wanita itu, sedari tadi selalu saja mengganggunya. Benarkah suaminya di perantauan sana tengah berselingkuh?Di satu sisi, Kasih dengan tegas menampik ucapan wanita itu. Namun, di sisi lain dia juga mulai meragu dengan kesetiaan suaminya. Memang benar, belakangan ini suaminya kerap kali bertingkah aneh, jangankan mengirimkan dia uang, memberi kabar pun rasanya sangat jarang.Kasih menghela napas berat, lalu menggeleng tegas. Tidak! Dia tidak boleh terkecoh dengan ucapan siapa pun, biar bagaimanapun juga dia harus percaya dengan suaminya."Jangan gampang percaya dengan omongan yang belum tentu benar, Kasih. Suami kamu di sana mati-matian sedang mencari uang, seharusnya kamu banyak-banyak berdoa, bukan malah berpikir yang tidak-tidak," gerutu wanita itu, mengingatkan dirinya sendiri.Biarpun seperti itu, tetap
last update최신 업데이트 : 2022-04-26
더 보기
Unboxing
Sesuai dengan perintah Gilang, Kasih pun mendatangi alamat yang pria itu kirimkan.Wanita itu mengerutkan keningnya ketika yang ia datangi ternyata sebuah klub malam. Sekali lagi Kasih memandangi ponselnya, memastikan bahwa dia tidak salah alamat."Benar kok, apa dia ada di sana? Tapi kenapa harus menyuruhku datang ke sini?" gumam wanita itu.Karena Kasih masih ragu, wanita itu pun akhirnya memutuskan untuk menghubungi Gilang."Halo, Gilang. Aku sudah berada di tempat alamat yang kamu kirim. Kamu ada di mana?" tanya Kasih to the poin."Kau sudah datang? Masuk saja, aku ada di dalam.""Kenapa kamu tidak keluar saja?" tanya Kasih kesal."Tidak bisa, aku ditahan oleh seorang wanita. Bisakah kamu cepat datang ke sini?" pinta Gilang.Kasih mendesis lirih, kalau dia tidak membutuhkan banyak uang, tak mungkin dia mau menuruti perintah pria itu.Kasih masuk ke dalam klub itu, matanya mengedar pada segala arah, dan pada akhirnya pandangannya terhenti pada satu titik yang menurutnya mengganggu
last update최신 업데이트 : 2022-04-29
더 보기
Gagal?
Sesampainya di dalam kamar tersebut, mereka berdua tampak memandang satu sama lain. Gilang sepertinya tengah menilik penampilan Kasih dari atas sampai bawah, membuat Kasih yang ditatap seperti itu merasa risih."Kenapa menatapku seperti itu?" tanya wanita itu ketus.Gilang menjawab dengan gelengan kepala saja sambil tersenyum tipis."Sesuai dugaan, kamu adalah wanita yang baik-baik, itulah yang aku cari.""Maksud kamu?" tanya Kasih tak paham.Gilang menghela napas. "Sebenarnya wanita itu banyak, nggak cuma satu, yang cantik banyak, yang seksi juga banyak, apalagi yang aduhai. Hanya saja, berurusan dengan wanita seperti itu sangat menjengkelkan. Sudah dikasih uang, mereka pasti nantinya akan meminta lebih, dan aku yakin kamu tidak akan seperti itu."Kasih terus saja diam, karena dia masih tidak paham dengan apa yang Gilang maksud. Tanpa sadar dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada usai Gilang berkata seperti itu. Gilang yang melihatnya hanya mampu tertawa."Kamu juga cantik, k
last update최신 업데이트 : 2022-06-02
더 보기
Main Solo
"Iya, Sayang. Aku nggak macam-macam kok di sini, kamu tenang aja, ya. Cintaku tetap untuk kamu," ucap Gilang dengan senyum tipis."Janji, ya?" tanya wanita itu dari ujung sana dengan suara manja."Iya, Sayang. Aku janji, kamu kapan pulang? Aku udah kangen nih.""Masih lama, kemarin aku janji sama kamu cuma sebulan kan? Kayaknya diundur deh. Manager aku bilang kalau aku di sini selama tiga bulan. Kamu nggak marah, kan?"Gilang tersenyum kecut, pria itu menyugar rambutnya dengan kasar. Sudah dia duga kalau ujung-ujungnya akan berakhir seperti ini."Ya ... mau gimana lagi, nasib punya pasangan model, ya harus seperti ini," jawab Gilang pada akhirnya."Tapi kamu nggak apa-apa, kan?" tanya wanita itu sekali lagi."Nggak apa-apa, santai aja.""Beneran? Kok kamu tumben banget sih jawab kayak gitu. Biasanya juga selalu merengek nyuruh aku balik. Atau yang lebih parahnya malah nyuruh aku pensiun jadi model.""Berkali-kali aku nyuruh juga nggak bakalan kamu turutin, kan?" tanya Gilang sarkas. "
last update최신 업데이트 : 2022-06-02
더 보기
Meminta Imbalan
Kasih tersenyum lebar ketika melihat ibunya sudah sadar, senyumannya makin mengembang ketika netranya bertemu pandang pada ibunya yang saat ini tengah tersenyum padanya."Kasih," panggil wanita paruh baya itu."Ibu, akhirnya aku kembali melihat senyumanmu, aku sangat merindukannya," ucap Kasih sambil mendekap erat tubuh wanita itu, sesekali terdengar Isak lirih dari Kasih."Ibu sudah tidak apa-apa, Nak. Terima kasih karena sudah mau memperjuangkan Ibu."Kasih menggeleng, dia sama sekali tidak setuju dengan ucapan ibunya."Sudah sepantasnya aku sebagai anak harus mengurus Ibu, kenapa Ibu malah bicara seperti itu?" tanya Kasih agak ketus.Ditanya seperti itu wanita paruh baya itu hanya tertawa pelan. Namun tak lama kemudian dahinya berkerut, lalu menelisik ruangan itu dengan seksama."Ada apa, Bu?" tanya Kasih cemas. "Apa Ibu masih merasakan sakit?" tanyanya lagi.Mutia menggeleng, dia menatap Kasih dengan tajam."Dari mana kamu mendapatkan uang, Nak? Apa mungkin dari Dani? Tapi ... apa
last update최신 업데이트 : 2022-06-02
더 보기
Sebuah Pertanggungjawaban
[Sampai jam segini kamu belum datang? Apa kamu ingin bermain-main denganku, Kasih?]Kasih menelan salivanya dengan susah payah ketika mendapat pesan dari Gilang.Memang dia berniat tidak akan mendatangi pria itu. Alasannya karena hari ini mood dia benar-benar buruk karena ulah suaminya.Beberapa kali Gilang menghubunginya, tapi selalu Kasih abaikan. Dia pikir nanti ketika ditanya oleh Gilang, dia bisa saja mencari alasan.Tapi, isi pesan Gilang kali ini mampu membuat nyalinya menciut. Sepertinya Gilang mengetahui kalau dirinya tengah menghindari pria itu.[Aku sedang tidak enak badan. Lain kali saja aku menemuimu.]Tangan Kasih gemetar ketika mengetik pesan tersebut. Dia sangat berharap jika Gilang akan mengerti. Namun, matanya terbelalak ketika dia mendapat balasan pesan dari Gilang.[Benarkah? Aku sudah berada di depan rumahmu, cepat buka pintunya, jangan banyak alasan!]Kasih langsung beranjak dari tempat tidurnya, dia mendekati jendela untuk melihat apakah benar Gilang berada di d
last update최신 업데이트 : 2022-06-06
더 보기
Kebelet Kawin
Kasih masih terdiam ketika Gilang sudah menoleh ke arahnya. Wanita itu menatap Gilang dengan tatapan tak terbaca, begitu pun sebaliknya, Gilang juga menatap Kasih dengan senyum seringainya."Sudah siap?"Kasih menelan salivanya dengan susah payah, dia ingin berkata tidak, tapi tidak bisa, suaranya tercekat.Gilang yang melihat wajah Kasih tampak tegang pun mengerutkan keningnya."Are you oke? Apa kamu beneran tidak enak badan?"Kasih menggeleng, dia berdeham kecil untuk mengubah ekspresi wajahnya, berusaha keras untuk tersenyum, walaupun kaku."Nggak, nggak apa-apa.""Kalau tidak bisa jangan dipaksakan," tegur pria itu."Apa boleh lain kali saja?" tanya wanita itu dengan wajah berbinar. Ucapan Gilang merupakan angin segar untuknya."Sayangnya tidak bisa. Karena aku sudah ngebet banget pengin kawin," sahut Gilang dengan santainya.Senyum Kasih perlahan memudar, dia menatap pria itu dengan malas.'Tau gitu kenapa tadi ngomong seperti itu, kalau hasilnya juga sama aja,' gerutu Kasih dala
last update최신 업데이트 : 2022-06-06
더 보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status