Share

Main Solo

Penulis: Nona Ekha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-02 12:34:00

"Iya, Sayang. Aku nggak macam-macam kok di sini, kamu tenang aja, ya. Cintaku tetap untuk kamu," ucap Gilang dengan senyum tipis.

"Janji, ya?" tanya wanita itu dari ujung sana dengan suara manja.

"Iya, Sayang. Aku janji, kamu kapan pulang? Aku udah kangen nih."

"Masih lama, kemarin aku janji sama kamu cuma sebulan kan? Kayaknya diundur deh. Manager aku bilang kalau aku di sini selama tiga bulan. Kamu nggak marah, kan?"

Gilang tersenyum kecut, pria itu menyugar rambutnya dengan kasar. Sudah dia duga kalau ujung-ujungnya akan berakhir seperti ini.

"Ya ... mau gimana lagi, nasib punya pasangan model, ya harus seperti ini," jawab Gilang pada akhirnya.

"Tapi kamu nggak apa-apa, kan?" tanya wanita itu sekali lagi.

"Nggak apa-apa, santai aja."

"Beneran? Kok kamu tumben banget sih jawab kayak gitu. Biasanya juga selalu merengek nyuruh aku balik. Atau yang lebih parahnya malah nyuruh aku pensiun jadi model."

"Berkali-kali aku nyuruh juga nggak bakalan kamu turutin, kan?" tanya Gilang sarkas. "Jadi untuk apa membahas itu terus, ujung-ujungnya nanti kita berdebat, aku nggak mau kayak gitu. Capek, Ra," keluh Gilang.

"Iya, aku paham kok. Cuma, aku nggak suka aja sama kamu yang terlihat pasrah. Kayak aku tuh udah nggak ada gunanya lagi."

Gilang tersenyum tipis. "Tenang aja, nama kamu selalu di hatiku, kok. Nggak bakal hilang."

"Beneran loh, ya. Awas aja kalau kamu sampai macam-macam. Aku akan beri kamu pelajaran," ancam wanita itu.

Bukannya takut, Gilang malah tertawa terbahak-bahak.

'Main-main sesekali juga nggak apa-apa. Lagian aku juga butuh menyalurkan hasratku, Ra. Nggak mungkin aku betah puasa, menunggu kamu selama itu,' batin Gilang.

"Oh, ya, Sayang. Kamu lagi apa?"

"Santai aja, kenapa? Mau nemenin?"

"Boleh deh, aku ganti video call, ya?"

Seketika wajah Gilang menjadi pias, dia menatap tubuhnya dari atas sampai bawah, baru menyadari kalau dirinya tak memakai sehelai benang pun.

'Mampus, apa yang harus aku lakukan sekarang?'

"Eeeee ... jangan sekarang ya, Sayang. Soalnya aku lagi di kamar mandi, lagi buang air besar," dusta Gilang.

"Nggak apa-apa, bukannya kita udah terbiasa seperti itu, ya? Bahkan aku sudah sering melihatmu tidak memakai pakaian satu pun, kenapa harus malu?"

"Masalahnya bukan gitu, aku ... aku lagi ... diare, ya ... diare. Aduh, sakit banget perutku. Yura, nanti aku telepon lagi, ya. Bye, Sayang. Aku cinta kamu."

Gilang cepat-cepat mematikan sambungan teleponnya, menatap wajahnya dari kaca lalu menghela napas dengan kasar.

Wajahnya berubah menjadi sendu. Dia memiliki segalanya. Uang, kekayaan, semua dia punya. Hanya saja hidupnya selalu kesepian.

Wanita yang selama dua tahun ini bersamanya, menemani hari-harinya, selalu sibuk sendiri dengan dunianya.

Memang sudah risiko Gilang mempunyai pasangan wanita karir, terlebih lagi seorang model. Namun, dia tidak pernah menyangka jika hidupnya selalu dilanda kehampaan. Seandainya saja mereka sudah memiliki anak, mungkin keadaannya tidak akan seperti ini.

Sayangnya, Yura, wanita itu tidak mau memiliki anak terlalu cepat, wanita itu berkata ingin fokus dengan karirnya lebih dulu, dan juga wanita itu berpikir jika mereka masih terlalu muda untuk memiliki anak.

"Aku ini manusia biasa, Yura. Pasti memiliki batas kesabaran, bagaimana jika aku ...."

Gilang menggantungkan kalimatnya, matanya membulat ketika dia baru mengingat ada seorang wanita yang saat ini mungkin tengah menunggunya.

"Ya Tuhan, Kasih," gumam pria itu.

***

Gilang tertegun ketika melihat Kasih tampak tertidur pulas dengan memakai selimut sampai ke lehernya.

Gilang sangat yakin jika saat ini Kasih belum memakai pakaiannya kembali.

Tanpa sadar pria itu mendekat, lalu membelai wajah Kasih dengan perlahan. Tak tega melihat bagaimana wajah wanita itu begitu polosnya ketika terlelap.

Jauh di lubuk hatinya, dia juga menyesal karena sudah menjebak Kasih. Menjadikan wanita itu sebagai pelampiasan nafsunya. Namun, di sisi lain dia juga bangga karena bisa membantu wanita itu yang tengah kesusahan ekonomi.

Pria itu tersentak ketika melihat pergerakan kecil dari Kasih, dia buru-buru melepaskan tangannya dari wajah wanita itu.

"Sudah bangun?" tanya pria itu lembut.

"Ya, maaf aku ketiduran," jawab Kasih, wanita itu berusaha untuk duduk.

"Apa karena terlalu lama menungguku?"

Kasih tersenyum canggung. "Sepertinya tidak, akulah yang terlalu mengantuk. Akhir-akhir ini aku kurang tidur, mungkin karena itu aku ketiduran," kata wanita itu beralasan.

Gilang mengangguk paham, lalu menatap Kasih dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

Kasih yang ditatap seperti itu seketika merinding.

'Apakah dia akan melanjutkan yang tadi sempat tertunda?' Batin Kasih bertanya-tanya. 'Kenapa dia menatapku seperti itu,' keluhnya lagi.

"Apa kamu ingin melanjutkan aktivitas tadi?" tanya Kasih malu-malu dengan kepala tertunduk.

"Kasih," panggil Gilang.

"Ya?"

"Kenapa terus menunduk?"

"Tidak apa-apa."

"Tatap mata aku ketika aku sedang mengajakmu berbicara," titah pria itu.

Dengan gerakan lamban, akhirnya Kasih pun memberanikan diri menatap pria itu.

"Ada apa?" tanya wanita itu gugup.

"Apa kamu sangat membutuhkan uang?"

"Ya, sangat!" jawab Kasih tegas.

Gilang tersenyum lebar, sayangnya Kasih salah mengartikan senyuman yang pria itu berikan. Dia mengira jika Gilang tengah mengejeknya.

Mungkin Gilang tidak mengatakan, tapi dalam hatinya, pasti pria itu berkata jika dirinya adalah wanita murahan, begitulah pikirnya.

"Aku paham dengan apa yang kamu pikirkan."

Gilang mengerutkan keningnya, tak paham dengan ucapan Kasih.

"Maksud kamu?"

"Pasti kamu berpikir jika aku ini adalah wanita ja-- ehem, ya ... seperti itulah intinya."

"Ja? Apa?"

Kasih mengibaskan tangannya. "Lupakan saja. Jadi, ini aktivitas tadi mau dilanjut atau tidak? Kamu nggak risih dengan penampilan kita sekarang? Tanpa memakai busana."

Detik berikutnya Kasih menutupi mulutnya karena sudah berbicara terlalu frontal.

'Ya ampun, pasti dia semakin menduga kalau aku beneran wanita yang nggak benar,' decak wanita itu dalam hati.

"Bagaimana kalau kita lanjutkan?" tawar Gilang.

"Begitu, ya?" tanya Kasih. "Ya sudah, baiklah."

Seketika tawa Gilang pecah ketika mendengar jawaban dari Kasih.

'Nih cewek beneran lagi ngebet kayaknya. Akibat kurang belaian dari suami, makanya diajak ayo-ayo aja. Berkedok demi uang, padahal juga butuh pelepasan. Aish! Nggak ada bedanya sama aku. Bukannya aku juga kurang belaian? Sialan.'

"Kenapa? Apa ada yang lucu?"

Gilang menggeleng. "Pakai baju kamu lagi, aku tidak jadi menagihnya sekarang. Mungkin nanti."

"Loh? Tapi, kan--"

"Kamu tenang aja, uangnya aku kasih sekarang. Saat ini kesehatan ibu kamu lebih penting, jadi aku harus memakluminya. Aku orangnya nggak setega itu kok. Udah, cepat pakai baju kamu sebelum aku berubah pikiran."

"Terima kasih," ucap Kasih dengan antusias. Wanita itu penuh semangat memakai pakaiannya.

Sebelum Kasih pergi, wanita itu kembali mendekati Gilang.

"Terima kasih karena sudah mau menolongku. Tapi, rasanya tidak etis kalau sudah mendapatkan uang tapi kamu belum mendapat imbalannya. Jadi ...."

Kasih tak melanjutkan ucapannya, dia menatap Gilang dengan ragu. Entah keberanian dari mana, dia tiba-tiba saja mendaratkan bibirnya di bibir Gilang.

Awalnya hanya sekadar menempel, lalu Kasih melumatnya sebentar, yang langsung dibalas oleh Gilang. Sayangnya ciuman itu hanya berlangsung sebentar, karena Kasih melepas ciuman itu secara paksa.

"Sampai jumpa, Gilang. Aku pergi dulu."

Gilang hanya menatap Kasih dengan wajah melas. Menyesal karena sudah melepaskan wanita itu begitu saja.

"Kasih, cepat kembali!" panggil pria itu dengan suara nyaring.

Hening, tak ada sahutan dari luar.

"Kasih?" panggil Gilang sekali lagi, kepalanya menyembul dari pintu untuk melihat keberadaan wanita itu.

"Sial! Cepat banget dia pergi. Mana burungnya udah berdiri gini. Arggghhhh! Lagi-lagi terpaksa main solo."

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ayu Anita
lebay pacar Gilang
goodnovel comment avatar
Bunda Alya
makinn seruu...
goodnovel comment avatar
Inggar Inggar
...main solo
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Partner di Atas Ranjang   Meminta Imbalan

    Kasih tersenyum lebar ketika melihat ibunya sudah sadar, senyumannya makin mengembang ketika netranya bertemu pandang pada ibunya yang saat ini tengah tersenyum padanya."Kasih," panggil wanita paruh baya itu."Ibu, akhirnya aku kembali melihat senyumanmu, aku sangat merindukannya," ucap Kasih sambil mendekap erat tubuh wanita itu, sesekali terdengar Isak lirih dari Kasih."Ibu sudah tidak apa-apa, Nak. Terima kasih karena sudah mau memperjuangkan Ibu."Kasih menggeleng, dia sama sekali tidak setuju dengan ucapan ibunya."Sudah sepantasnya aku sebagai anak harus mengurus Ibu, kenapa Ibu malah bicara seperti itu?" tanya Kasih agak ketus.Ditanya seperti itu wanita paruh baya itu hanya tertawa pelan. Namun tak lama kemudian dahinya berkerut, lalu menelisik ruangan itu dengan seksama."Ada apa, Bu?" tanya Kasih cemas. "Apa Ibu masih merasakan sakit?" tanyanya lagi.Mutia menggeleng, dia menatap Kasih dengan tajam."Dari mana kamu mendapatkan uang, Nak? Apa mungkin dari Dani? Tapi ... apa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-02
  • Partner di Atas Ranjang   Sebuah Pertanggungjawaban

    [Sampai jam segini kamu belum datang? Apa kamu ingin bermain-main denganku, Kasih?]Kasih menelan salivanya dengan susah payah ketika mendapat pesan dari Gilang.Memang dia berniat tidak akan mendatangi pria itu. Alasannya karena hari ini mood dia benar-benar buruk karena ulah suaminya.Beberapa kali Gilang menghubunginya, tapi selalu Kasih abaikan. Dia pikir nanti ketika ditanya oleh Gilang, dia bisa saja mencari alasan.Tapi, isi pesan Gilang kali ini mampu membuat nyalinya menciut. Sepertinya Gilang mengetahui kalau dirinya tengah menghindari pria itu.[Aku sedang tidak enak badan. Lain kali saja aku menemuimu.]Tangan Kasih gemetar ketika mengetik pesan tersebut. Dia sangat berharap jika Gilang akan mengerti. Namun, matanya terbelalak ketika dia mendapat balasan pesan dari Gilang.[Benarkah? Aku sudah berada di depan rumahmu, cepat buka pintunya, jangan banyak alasan!]Kasih langsung beranjak dari tempat tidurnya, dia mendekati jendela untuk melihat apakah benar Gilang berada di d

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Partner di Atas Ranjang   Kebelet Kawin

    Kasih masih terdiam ketika Gilang sudah menoleh ke arahnya. Wanita itu menatap Gilang dengan tatapan tak terbaca, begitu pun sebaliknya, Gilang juga menatap Kasih dengan senyum seringainya."Sudah siap?"Kasih menelan salivanya dengan susah payah, dia ingin berkata tidak, tapi tidak bisa, suaranya tercekat.Gilang yang melihat wajah Kasih tampak tegang pun mengerutkan keningnya."Are you oke? Apa kamu beneran tidak enak badan?"Kasih menggeleng, dia berdeham kecil untuk mengubah ekspresi wajahnya, berusaha keras untuk tersenyum, walaupun kaku."Nggak, nggak apa-apa.""Kalau tidak bisa jangan dipaksakan," tegur pria itu."Apa boleh lain kali saja?" tanya wanita itu dengan wajah berbinar. Ucapan Gilang merupakan angin segar untuknya."Sayangnya tidak bisa. Karena aku sudah ngebet banget pengin kawin," sahut Gilang dengan santainya.Senyum Kasih perlahan memudar, dia menatap pria itu dengan malas.'Tau gitu kenapa tadi ngomong seperti itu, kalau hasilnya juga sama aja,' gerutu Kasih dala

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Partner di Atas Ranjang   Sensasi yang Luar Biasa

    "Hai, Sayang. Tumben cepat banget pulangnya," ucap Gilang.Dahi pria itu tampak berkeringat karena terlalu panik. Dia berusaha keras menutupi kegugupannya."Kenapa? Kok kayak nggak suka gitu kalau aku pulang? Terus ngapain kamu ada di kamar tamu?"Gilang mengusap keringatnya, terdiam cukup lama untuk memberi jawaban yang tepat untuk Yura, istrinya."Nggak ada sih, tadi aku kecapean. Mau ke kamar kita rasanya malas, makanya aku istirahat di ruang tamu," kata pria itu beralasan."Masa sih, terus kenapa kamu keringetan begitu?""Itu, AC di dalam kamar mati. Kenapa sih, kok kayak curiga gitu?"Yura menggeleng pelan, dia mengedikkan bahunya. "Nggak apa-apa sih, cuma tanya aja."Tiba-tiba wanita itu mendekat sambil tersenyum nakal. Yura merangkul pundak Gilang."Sayang, aku kangen," ujar wanita itu manja."Iya, sama. Aku juga kangen banget sama kamu."'Sial, kenapa tubuh Kasih masih terbayang jelas di pikiranku,' keluh pria itu dalam hati."Kita main yuk. Terserah deh mau berapa lama. Pokok

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-07
  • Partner di Atas Ranjang   Dasar Mata Keranjang

    Sepanjang ia berjalan, pria itu tak pernah berhenti mengulas senyum. Rasanya beban yang dia rasa di badan telah musnah. Itu semua berkat wanita itu, ya dia adalah Kasih.Gilang menghela napas panjang ketika sudah mencapai di pintu kamarnya. Membuka pintu itu secara perlahan, kemudian kembali menutupnya dengan amat sangat pelan.Dilihatnya sang istri sedang tertidur, pria itu mendekati Yura, mengelus rambutnya dengan pelan.'Maaf, kamu pasti sangat lama menungguku, sampai-sampai ketiduran,' batin pria itu.Kendati demikian, Gilang sama sekali tidak menampilkan raut wajah merasa bersalah karena telah membuat wanitanya menunggu, lebih parahnya lagi, dia sama sekali tidak menyesal karena sudah bercinta dengan wanita lain dalam satu atap yang sama.Pria itu merebahkan tubuhnya di samping Yura, menatap langit-langit kamar sambil tersenyum lebar. Rasa penasarannya pada Kasih telah terbayarkan, dan sesuai dugaannya, jika wanita itu sangat memuaskan."Hah! Leganya," gumam pria itu."Lega kenap

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-10
  • Partner di Atas Ranjang   Ganteng Doang Otak Mesum

    "Seperti biasa, kau selalu memukau."Kasih mengernyit heran. Entah mengapa, dia merasa kalau Gilang akhir-akhir agak lebay. Ya, semenjak mereka sudah melakukan hubungan terlarang, Gilang selalu bertindak berlebihan.Seperti tadi contohnya, tiba-tiba saja pria itu memuji kecantikannya."Untuk apa menyuruhku datang menemuimu?" tanya Kasih to the poin."Santai dong, buru-buru banget. Nggak sabar banget ya pengin ke kamar."Kasih memutar bola matanya malas. Heran dengan pria itu, otaknya selalu saja tidak jauh-jauh dalam urusan ranjang. Sebelumnya Gilang tidak seperti ini.'Cih, ganteng doang. Otak mesum!' umpat Kasih dalam hati.Karena melihat Kasih diam saja, akhirnya pria itu berdeham sejenak. Berniat mengutarakan tujuannya."Jadi, ada yang mau aku omongin sama kamu." Suara Gilang kali ini cukup serius.Kasih mengangguk paham, pertanda dia siap mendengarkan ucapan Gilang."Tentang hubungan kita kedepannya."Kasih masih menatap Gilang dengan sorot mata tajam."Hubungan?" ulang wanita it

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-12
  • Partner di Atas Ranjang   Zamannya Pelakor

    "Hai, Sayang. Sudah selesai?" tanya Gilang sambil mencium pipi Yura."Hemm, kenapa jemputnya lama sekali," gerutu wanita itu."Oh, aku baru saja selesai berolahraga.""Pantas saja, wajahmu terlihat sangat segar," puji Yura, menatap suaminya dengan takjub."Benarkah?""Ehem-ehem. Yang lagi mesra-mesraan, tolong dong ditunda dulu, kasihan nih ada jomblo di sini."Gilang dan Yura langsung mengalihkan pandangannya, menatap ke arah sumber suara.Tatapan Gilang terlihat bingung, Yura pun akhirnya menjelaskan."Dia Dea, temanku. Dan Dea, kenalkan, dia suamiku.""Hai," sapa Dea sambil mengulurkan tangannya, sayangnya tak dibalas oleh Gilang."Apa sesi pemotretannya sudah selesai?" tanya Gilang mengalihkan pembicaraan."Sudah, kamu mau langsung pulang atau mau mampir ke suatu tempat dulu?""Sepertinya langsung pulang, tapi sebelum pulang aku ingin ke toilet dulu."Dea yang melihat sikap dingin Gilang hanya mampu menggigit bibir bawahnya.Terlihat sangat jelas kalau wanita itu begitu terpesona

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-15
  • Partner di Atas Ranjang   Rindu Aroma Tubuhmu

    Seminggu telah berlalu, Kasih bisa bernapas lega karena sampai saat ini Gilang tidak pernah datang menemuinya.Entah apa yang terjadi dengan pria itu, mungkin tengah sibuk dengan istrinya. Kasih sama sekali tidak mempermasalahkannya, dia malah senang jika pria itu tidak datang padanya, bahkan dia juga berharap Gilang sama sekali tidak akan menemuinya lagi.Hari ini dia berjanji akan mengajak ibunya berbelanja bulanan. Kasih mengatakan bahwa dia diberikan sedikit bonus oleh bosnya karena beberapa kali lembur, tentu saja itu hanya akal-akalan Kasih."Kamu belanjain Ibu banyak banget, Kasih. Apa uangmu nggak habis?" tanya Mutia dengan dahi berkerut.Kasih tersenyum. "Kan, tadi aku bilang kalau bos aku ngasih bonus. Dia baik banget, kan, Bu. Belum ada sebulan aku kerja udah dikasih uang," celetuk Kasih beralasan agar tak menimbulkan kecurigaan."Memangnya pekerjaan kamu itu apa sih, Nak?" "Ya biasa, kalau asisten rumah tangga pastinya selalu beres-beres rumah, Bu."Mutia tersenyum tulus,

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17

Bab terbaru

  • Partner di Atas Ranjang   Perihal Burung

    Tidak ada yang paling membahagiakan menurut Gilang selain menikah dengan orang yang dia cintai.Wanita yang selama ini dia tunggu-tunggu kehadirannya akhirnya sudah berada digenggamannya untuk selamanya.Kebahagiaan Gilang terasa sangat lengkap karena kedua anak yang lahir dari perut Kasih, wanita yang dicintainya.Ya, bukankah pria itu dari dulu sangat menginginkan hal itu? Mungkin dulunya Kasih menganggap jika omongan Gilang hanya candaan belaka, tapi tidak menurut Gilang, pria itu benar-benar sangat serius mengatakannya.Dulu, hubungan mereka sangatlah salah, tidak pantas ditiru untuk siapapun. Sebatas partner di atas ranjang, karena dia begitu kesepian, dan dia memanfaatkan Kasih karena wanita itu sangat membutuhkan bantuan.Gilang menggeleng seraya tersenyum kecil ketika mengingat awal pertemuan mereka yang menurut pria itu sangat berkesan."Ngapain senyum-senyum sendiri? Hayo, pasti lagi mikirin sesuatu," celetuk Kasih. Wanita itu menatap suaminya penuh curiga."Iya nih, tahu aj

  • Partner di Atas Ranjang   Permainan yang Sesungguhnya Pun dimulai

    "Selamat ya, akhirnya hari-hari yang kalian tunggu tiba juga," celetuk Fandi seraya menyalami Gilang."Makasih, Bro. Kalau bukan karena kamu, pasti hari ini nggak akan terjadi," ucap Gilang dengan suara tulus.Fandi tertawa kecil. "Habisnya aku greget banget sama hubungan kalian berdua. Sama-sama mau tapi gengsinya gede banget. Wanita itu memang harus digertak, kalau nggak digituin nanti malah teus mengulur waktu. Dan ya ... rencanaku berhasil, kan. Pada dasarnya itu Kasih cinta sama kamu, terlihat begitu jelas dengan tatapan matanya. Cuma ya seperti tadi yang aku bilang, gengsinya wanita itu besar. Yang dia mau lelaki harus berusaha sekuat mungkin berjuang buat meyakinkan dia, kalau sudah dirasa cukup barulah dia nerima kamu. Pikiran wanita itu gampang ditebak," celoteh Fandi panjang lebar."Ya, ya, ya. Terserah kamu bilang apa, intinya aku berterima kasih karena pada akhirnya kami sudah menikah, itu semua berkat kamu."Fandi menepuk pundak Gilang dengan pelan. "Sama-sama, tapi aku y

  • Partner di Atas Ranjang   Sama-sama Janji

    "Apa kamu menyesal karena sudah melakukan kesalahan fatal, Dina?" tanya Bima sinis.Wanita itu tak berani menatap calon suaminya itu, dia benar-benar begitu malu.Karena melihat Dina diam saja, Bima pun duduk di hadapan wanita itu, pria itu menghela napas berat."Sejujurnya aku nggak mau lihat kamu seperti ini, tapi ... kamu memang pantas dihukum seperti ini, karena kesalahanmu itu. Apa sampai saat ini kamu belum menyadari kesalahanmu itu? Apa sampai saat ini kamu masih menyalahkan aku dan Kasih karena kami dekat? Dan masih benci dengan Bastian yang jelas-jelas anak itu tidak memiliki kesalahan apapun? Apa kamu masih mempertahankan egomu itu, Dina?" tanya Bima secara beruntun.Tak lama setelah itu, terdengar suara isak tangis dari wanita itu. Sejujurnya Bima tak tega mendengarnya, ingin sekali memeluk wanita itu, tapi mati-matian ia tahan, dia ingin kalau Dina menyadari kesalahannya."Aku ... aku sangat menyesal, Mas. Aku menyesal. Seandainya saja waktu bisa diputar kembali, aku nggak

  • Partner di Atas Ranjang   Disamakan Seperti Kucing?

    Gilang tersenyum puas karena pada akhirnya Tiara sudah masuk ke dalam penjara. Untuk sebagai bukti yang akan dia tujukan pada calon istrinya itu, Kasih, jadi dia mengambil foto Tiara ketika sedang di dalam penjara."Gimana? Enak, kan, rasanya hidup di sini. Makan gratis, nggak ngapa-ngapain lagi, harusnya kamu berterima kasih sama aku," kata pria itu dengan bangga.Tiara menggerakkan giginya. Rasa amarah dan juga malu menjadi satu.Niatnya ingin memiliki pria itu, malah berakhir seperti ini. Sungguh mengenaskan."Saya mohon, Pak. Tolong bebaskan saya dari sini," mohon wanita itu."Gimana? Kamu minta untuk dibebaskan? Bukannya di sini tempatnya sungguh nyaman?" Lagi-lagi Gilang mengejek wanita itu."Saya tidak mau tinggal di sini, Pak. Tolong keluarkan saya dari penjara ini, Pak. Saya janji akan menuruti semua perintah Anda kalau Anda mau mengeluarkan saya dari sini." Lagi-lagi Tiara memohon ampun.Wanita itu sangat menyesal karena sudah masuk ke dalam kehidupan pria itu. Sungguh, keja

  • Partner di Atas Ranjang   Tubuhmu itu Canduku

    "Aku sudah menuruti semua keinginanmu, sekarang giliran aku menagih janjimu.""Janji? Emangnya aku punya janji sama kamu?" tanya Kasih heran."Oh, jadi kamu mau melupakan hal itu?""Aku serius!" bantah Kasih."Bukankah kamu yang bilang sendiri kalau aku sudah berhasil memecahkan kasus siapa yang menabrak Bastian, kamu mau menikah denganku? Apa kamu mencoba untuk ingkar janji?" tanya Gilang dengan sorot mata tajam."Oh, yang itu. Aku kira apaan. Masih ada satu lagi yang belum kamu selesaikan.""Mencoba cari alasan lagi?"Kasih menggeleng. "Aku sama sekali nggak cari alasan," bantah wanita itu dengan mata melotot."Ya sudah, katakan saja. Aku harap ini yang terakhir kalinya kamu mencari alasan. Setelah itu, tidak ada lagi yang namanya ngeles, kamu harus menikah denganku secepatnya.""Kenapa harus terburu-buru?" tanya Kasih dengan senyum remeh."Serius kamu bertanya seperti itu? Baiklah, aku akan menjawabnya dengan sejujur-jujurnya. Apa lagi kalau tidak merindukan tubuhmu. Tubuhmu itu ca

  • Partner di Atas Ranjang   Nabung Bayi Dulu

    "Untuk apa kamu datang ke sini?" tanya Kasih heran. Bima menghela napas berat, dia melirik ke arah Gilang yang saat ini tengah duduk anteng di dekat Kasih. Tatapan mereka berdua bertemu, Bima memberi kode pada Gilang agar pria itu pergi dari situ, karena Bima ingin berbicara berdua saja dengan Kasih. Sayangnya yang diberi kode sama sekali tak mengerti, lebih tepatnya Gilang pura-pura tidak tahu apa maksud Bima, pria itu malah melengos. "Bim?" panggil Kasih heran karena melihat pria itu tampak diam saja. "Tadi katanya mau ngomong, kok malah diam aja?" "Bisakah hanya kita berdua saja di sini, nggak lama kok," pinta Bima. Gilang mendelik kesal ketika mendengar Bima berbicara seperti itu. Tidak cukup jelaskah kalau tadi Gilang menolak usiran dari pria itu melalui tatapannya? Lantas kenapa harus diperjelas lagi? "Kalian ngobrol aja, anggap aja aku nggak ada di sini. Aku nggak bakalan dengar pembicaraan kalian berdua kok," kata Gilang dengan suara tenang. "Gilang, biarkan kami berdua

  • Partner di Atas Ranjang   Jangan Lihat Covernya Aja, tapi Lihat Isinya Juga

    "Mas aku beneran minta maaf, Mas. Tolong maafin aku, Mas. Please," mohon Dina."Kamu itu salah, Din. Salah besar! Apa pantas aku maafin kamu?" tanya pria itu sinis."Aku benar-benar khilaf, Mas. Aku minta maaf, Mas. Aku harus gimana supaya kamu mau maafin aku?"Bima terus menggeleng. "Aku benar-benar masih nggak nyangka aja, Din. Wanita yang selama ini aku anggap baik, nyatanya aku salah kira. Di depanku aja kamu terlihat begitu baik, tapi di belakangku ... hatimu begitu busuk," desis pria itu."Aku akui kalau aku ini salah, Mas. Aku ini cemburu melihat kedekatan kalian, Mas," kata Dina jujur."Aku selalu meluangkan waktu untukmu, Din. Bahkan aku menemui Kasih dan Bastian itu termasuk jarang, itu semua aku lakukan demi menjaga hati kamu. Tapi apa? Kamu malah egois!" tandas pria itu."Aku nggak egois, Mas. Aku hanya ingin mempertahankan hubungan kita!" kata Dina tak terima.Bima yang melihat sikap arogan Dina pun tertawa sinis."Kamu itu ya, udah tahu salah bukannya minta maaf tapi mal

  • Partner di Atas Ranjang   Nggak Nyangka

    "Iya bentar!" Bima terlihat begitu kesal karena sedari tadi ada yang mengetuk pintu rumahnya dengan sangat kencang.Pria itu berjalan menuju ke arah pintu dengan terburu-buru, setelah itu dia pun membuka pintu, matanya terbelalak ketika melihat siapa yang datang ke rumahnya."Selamat siang," sapa pria itu.Bima tak segera menjawab, dia masih kaget dengan kedatangan pria itu."Ehem! Selamat siang," kata pria itu sekali lagi."Siang," jawab Bima kikuk."Apa aku mengganggu waktumu?""Nggak, nggak kok," sahut Bima seraya menggeleng cepat. "Omong-omong ada apa ya datang ke sini, apa ada yang bisa dibantu?""Apa aku tidak dipersilahkan untuk duduk?""Oh, ya, silakan duduk. Tunggu sebentar, aku buatkan minum dulu.""Nggak usah, aku datang ke sini bukan untuk minta minum, tapi ada yang harus aku selesaikan.""Kamu datang ke sini mau cari Kasih? Sorry aja ya, Kasih nggak pernah datang ke sini," jelas Bima, dia mengira kedatangan Gilang ke rumahnya karena ingin mencari wanita itu."Kedatangank

  • Partner di Atas Ranjang   Keceplosan

    "Kasih!" teriak Diana, wanita itu berlari kecil mendekati sahabatnya. "Selama ini kamu ke mana aja sih, kok nggak pernah ada kabar," lanjut wanita itu seraya memeluk erat tubuh Kasih."Pelan-pelan, Di. Aku sesak napas, kamu meluknya kekencengan," keluh wanita itu."Oh, sorry-sorry." Diana pun langsung melepaskan pelukannya itu. "Ke mana aja sih kamu, kok nggak pernah kasih aku kabar. Udah lupa ya sama aku?"Kasih tertawa kecil. "Kalau udah lupa, nggak mungkin aku ngajak kamu ketemu, Di.""Terus selama ini kamu ke mana?" tanya Diana lagi."Nggak ke mana-mana sih, cuma menenangkan diri aja."Diana mendengkus keras. "Nyatanya dirimu nggak bisa tenang, kan, selain di sini?" cibir wanita itu.Lagi-lagi Kasih menanggapinya dengan tawa. "Kok tahu sih?" "Ya tahu lah, secara, kan, pujaan hatimu ada di sini. Gimana? Udah ketemu belum sama dia? Pasti udah dong ya. Omong-omong, si Manda itu anak kamu sama Gilang, kan? Itu beneran nggak sih, takutnya dia bohongin aku, siapa tahu itu anaknya sama

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status