Share

Tak Sadarkan Diri

Penulis: Winda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Re-Reina, buka matamu! aku mencintaimu, sayang. Aku tak mau kehilanganmu, bangunlah Reina!" Roy mengusap pipi istrinya dengan punggung ruas jemari tangan, lalu mengangkat kepala Reina dan meletakkannya di atas pangkuan.

Hampir lima belas menit Reina masih terbaring tak berdaya. Roy merasa sangat takut akan kehilangan istrinya, meskipun dia kesal dan marah, tapi, ia tidak rela jika sang istri meninggalkannya dengan cara seperti ini. Bukan karena rasa sayang, melainkan takut dengan hukum yang berlaku di negara ini.

"Reina, maafkan aku." 

Baru pertama kalinya Roy mengucapkan kata maaf pada Reina, mungkin dia keceplosan saking paniknya, ia merasa cemas karena istrinya tak kunjung membuka mata, ia menepuk-nepuk pipi Reina pelan, lalu meraba pergelangan tangannya, untuk memastikan bahwa sang istri masih bernyawa.

"Syukurlah, masih ada denyut nadinya," gumam Roy lega. "Rei, bangun! Reina, cepat bangun! Kau jangan menakut-nakuti aku!" Roy mulai panik, karena istrinya tak jua merespon apapun yang dilakukannya, ia bangkit mengambil sesuatu dari laci nakas, dan kembali, kemudian mengolesi minyak angin di bawah hidung Reina. Namun, wanita itu tetap bergeming.

"Sudahlah, Rei, jangan buat aku cemas! Lagipula, jika kau mati juga, aku tak peduli! Tapi, aku gak mau dipenjara gara-gara kamu!"

Roy meletakkan kepala Reina di lantai, merasa putus asa, lalu bangkit dan mengusap wajah serta rambutnya kasar frustasi, hatinya kian dilanda kecemasan yang amat sangat.

 "Bagaimana ini? Kenapa dia tak sadar juga? Kalau begini terus, dia mati," ucap Roy sambil berdiri dengan gusar, memindai tubuh dan wajah Reina yang sangat pucat. "Aku tidak mau, membusuk di penjara gara-gara dia. Aku harus cari cara, agar perempuan sialan ini bangun. Ya, aku tahu." Roy merasa ada angin segar setelah melihat sisa air dalam gelas yang ada di atas nakas, ia teringat sesuatu. 

Kemudian Roy berlalu ke kamar mandi mengambil gayung berisi air setengah berlari. 

Byur!!

Tanpa ada rasa belas kasihnya, karena merasa kesal bercampur khawatir juga takut. Dengan kasar ia mengguyur wajah Reina menggunakan air tersebut.

"Awas saja, kalau kau masih berpura-pura!" Roy benar-benar seperti orang tak waras, ia malah mengatakan bahwa Reina berpura-pura pingsan. Padahal ia tahu Reina seperti itu akibat perbuatannya.

Karena guyuran air, membuat Reina terkesiap dan membuka matanya seketika, ia mengerjap seraya menggelengkan kepala menghilangkan rasa pusing. Kedua tangannya mengusap wajahnya yang basah karena air yang sengaja disiramkan oleh Roy.

"Bangun ...!" bentak Roy setelah Reina sadar, rasa panik dan simpatinya seketika hilang entah kemana.

Roy berdiri tegak di hadapan Reina, sambil berkacak pinggang, tangan kanannya masih memegang gayung air bekas menyiram wajah dan tubuh Reina.

"Mas, aku pusing, apa yang terjadi padaku?" tanya Reina dengan suara parau, ia berusaha mengumpulkan kesadarannya.

Wanita itu menarik tubuh dan menyandarkan punggung di tembok kamar. Kepalanya terasa berdenyut hebat, lehernya pun masih terasa sakit. Dia menengadah seraya bergeming mengingat-ngingat, kenapa leher dan tubuhnya terasa begitu ngilu. 

"Iya, aku baru ingat, ini bekas perbuatan suamiku tadi." Batin Reina, ia menatap Roy sekilas dengan rasa takut, "Dasar, lelaki gila! Aku selingkuh gara-gara kamu, coba kalau kamu memperlakukanku seperti semestinya, aku takkan pernah menduakanmu," gumamnya dalam hati.

Pria berkemeja putih dan celana bahan warna hitam itu, mendekat dan berlutut di samping Reina.

"Kau, hampir membuat aku mati berdiri, Reina!" ucap Roy kesal, ia menggertakkan giginya, dan melemparkan benda penciduk air itu ke lantai hingga pecah berkeping-keping.

"Hak," hati Reina terhenyak dengan kelakuan suaminya.

"Kau, belum menjawab, pertanyaanku yang tadi! Kamu semalam kemana?" tanya Roy lagi, masih dengan pertanyaan yang sama. Tatapan matanya berkilat, bak belati yang siap menghujam jantung Reina.

"Meski sekalipun kau membunuhku, jawabanku tetap sama," ucap Reina masih tetap berbohong.

"Sudah bosan hidup rupanya, kau!" suara Roy begitu berat dan mengerikan. 

Karena belum mendapatkan jawaban pasti dari bibir Reina, dan ia tidak yakin dengan perkataan istrinya, sehingga ia terus mendesak wanita yang kini dalam keadaan takut, untuk berkata jujur.

Kejadian tadi tak membuat Roy sedikitpun merasa simpati, dia tetap kasar pada Reina. Dia menatap wanita yang sedang ketakutan itu dengan tatapan nyalang, tangan kiri Roy menyambar dagu Reina, lalu mencengkramnya kuat, dan menengadahkan wajahnya.

"Mas." Reina menatap sekilas wajah tampan Roy, dan gegas membuang kembali pandangannya ke arah lain, ia tak mampu menatap sorot matanya yang tajam menghujam, membuat tubuh Reina bergetar melihat wajah sang suami, yang merah dipenuhi amarah.

"Kau, mau mengatakan apa? Apa kau mau mengakui, kelakuanmu yang sebenarnya di belakangku?"

Reina menggeleng, "Kan tadi, sudah aku jelaskan, berulang kali, semalam aku kerja Mas," jawab Reina dengan suara gemetar.

"Aku tetap, tak percaya!" ucap Roy lugas.

"Mas, apa kamu mendengar berita buruk tentang aku? tolong … Mas, jangan kamu dengarkan, aku tak mungkin mengkhianatimu! Kamu jangan berasumsi bahwa aku akan menduakanmu," ujar Reina takut, tanpa menatap wajah Roy.

"Kau jangan berbohong terus, Reina! Temanmu, yang mengatakan kamu tidak masuk kerja. Tadi pagi, aku telepon dia, katanya tak ada karyawan yang lembur hari ini, termasuk kamu, kamu juga semalam gak ada di pabrik," tekan Roy membuat jantung Reina berdegup dengan kencang, takut kebohongannya terbongkar.

"Gak Mas, aku beneran kerja, kumohon kamu percaya sama aku! Jangan dengar perkataan orang lain, percayalah sama istrimu sendiri!" Reina menangkupkan kedua telapak tangannya memohon ampun pada sang suami.

Terpaksa ia terus mengatakan kebohongan, semata untuk membela diri dan menyelamatkan hidupnya. Reina sangat takut kalau sampai Roy tahu, ia semalam pergi dengan Andrew dan tidur di hotel menghabiskan malam berdua.

Bukan ingin Reina untuk menghianati suaminya. Namun, ia tak bisa menolak keinginan Andrew, dialah yang telah membantu Reina dalam masalah ekonomi dan kesulitan, dia juga sering mengirimi uang pada ibu Reina di kampung membantu kehidupannya, yang tak memiliki pekerjaan, ibunya juga seorang janda miskin.

 Mau tak mau, Reina harus melakukan itu, dan melayani Andrew. Kini ia terjerat di antara dua pria dalam hidupnya, suami dan selingkuhannya, merasa punya hutang Budi pada Andrew, hingga ia tak bisa membayarnya dengan apapun, hanya itu yang bisa Reina lakukan. Menuruti apa yang diminta Andrew, termasuk memberikan tubuh dan melayani pria itu layaknya seorang istri terhadap suaminya.

Reina bertindak bodoh! Mengapa dulu menyetujui kesepakatan dengan pria itu yang kini malah menambah masalah dalam hidupnya.

Dan ia harus selalu siap melayani kekasihnya. Tak ia pungkiri kini di hati Reina telah tumbuh benih-benih cinta untuk Andrew. Namun, yang ia tak suka dari sikap lelaki dua puluh tujuh tahun itu. Ia terlalu posesif dan memaksa, jika sedang ingin sesuatu dari Reina.

"Percaya, hm." Roy tersenyum miring, sembari melepaskan tangannya dari dagu Reina dengan kasar, "Aku ingin percaya, sama kamu, tapi, bukti mengarah kalau kau menghianatiku." Roy berdiri membelakangi Reina, mengayunkan kakinya maju satu langkah.

"Aku tak segan, untuk mengakhiri hidupmu! Meskipun nanti aku harus membusuk di penjara, karena pengkhianatan tak bisa dibayar dengan apapun, termasuk kata maaf." Roy mengangkat tangannya yang terkepal, "Tangan ini, yang akan mengantarmu ke neraka!"

"Mas Roy, jangan berkata seperti itu! Ucapan adalah doa, ingat kita punya anak yang masih kecil, jika suatu saat kau khilaf dan apa yang kamu ucapkan terjadi, bagaimana dengan Michelle?"

"Tak usah bawa-bawa anak! Michelle urusan gampang," ucap Roy berlalu dari kamar, sementara Reina bangkit dan duduk di tepi ranjang.

"Tuhan, bagaimana jika perbuatanku terbongkar, jika Mas Roy tahu, bahwa aku sudah mengkhianati dia, dan menjual tubuh ini pada lelaki lain. Aku tak punya pilihan, hanya waktu yang bisa menjawabnya," ungkap Reina menelungkupkan wajahnya di atas bantal.

Bab terkait

  • Terjerat Di Antara 2 Pria   Dipaksa Bersujud

    "Reina!" panggil Roy, suaranya menggelegar memenuhi ruang kamar. Membuat Reina mengangkat tubuhnya seraya menoleh."Apa lagi, Mas? Apa kamu tidak puas menyakitiku?" ucap Reina, meskipun takut. Namun, ia selalu menunjukkan bahwa ia adalah wanita yang tegar dan berani."Aku takkan pernah puas. Jika kamu belum menjadi istri seperti yang kuinginkan!""Apa maksudmu? Aku sudah menjadi wanita penurut, dan tak pernah menuntut apapun darimu. Cukup tak cukup uang yang kamu berikan, aku selalu terima dengan ikhlas, apa kurangnya aku?!""Oh, jadi. Sekarang kamu berani berkata seperti itu, tak terima dengan yang kujatah setiap bulannya? Semenjak kamu memiliki penghasilan sendiri.""Bukannya aku tak terima, tapi, sebagai suami seharusnya kamu mengerti! Kamu selalu mengekangku, dan selalu mencurigaiku. Kerja salah, tidak kerja apalagi. Jika aku hanya mengandalkan uang pemberian kamu, aku dan Michelle bisa kelaparan, Mas!""Beberapa bulan terakhir ini, kamu

  • Terjerat Di Antara 2 Pria   Melayani Roy

    Setelah semua masakan matang, Reina menyiapkannya dengan sesegera mungkin, Roy bisa marah jika ia telat sedikit saja. Perempuan berkemeja biru navy seragam kerja, yang belum sempat ia ganti, dan bawahan celana jeans hitam itu menata makanan dengan rapi diatas meja, dan beranjak menuju ruang tengah, dimana Roy berada."Mas, makanannya sudah siap. Ayo kita makan dulu! Nanti, keburu dingin," ucap Reina berdiri di dekat sofa yang diduduki oleh Roy."Aku tidak lapar," tolaknya dengan nada dingin seperti biasa."Mas, bukannya kamu tadi pengen makan? Aku sudah masak enak, buat kamu," ucap Reina dengan hati-hati."Aku tidak ingin makan, aku minta, kamu melayaniku sekarang, juga!" pinta Roy lugas, seraya menyentak tangan Reina, menarik tubuh wanita itu hingga hampir jatuh."I-iya, Mas," jawab Reina gugup bercampur takut.Roy menarik tangan Reina ke dalam kamar dengan kasar, tanpa menunjukkan adanya rasa cinta sedikitpun terhadap istrinya."Mas

  • Terjerat Di Antara 2 Pria   Menemui Andrew

    "Mas, kamu di rumah saja, ya! Biasanya juga aku belanja sendiri, takutnya kamu bosan menemaniku seharian keliling mall," ujar Reina seraya memoles wajah cantiknya dengan bedak, dan lipstik natural ia oles tipis. "Kan, tahu sendiri, kalau aku belanja gak cukup waktu sebentar."Roy hening sejenak, "Ok, aku akan diam di rumah. Tapi, ajak Michelle!""Iya, tapi, Michelle belum pulang, Mas,""Tunggu, sebentar lagi! Aku tak mau direpotkan sama anakmu! Kalau dia ditinggal di rumah, mengganggu saja!" ujarnya dingin.Bukannya Michelle juga anak Roy. Lelaki itu, memang tak pernah merasa punya tanggung jawab, bahkan dengan darah dagingnya sendiri, ia tak mau direpotkan, apalagi membantu mengurus. Lebih parahnya, ia tak mau menyebutnya anak kita, seolah Michelle anak Reina sendiri."Iya, Mas. Lagipula, Michelle udah lama gak aku ajak jalan,""Terserah, kamu! Sebelum pergi temani aku makan," pinta Roy. Reina mengangguk setuju, ia berjalan menuju dapur.

  • Terjerat Di Antara 2 Pria   Menemui Andrew bagian 2

    "Michelle, sayang, kita sudah sampai. Ayo turun, Nak!" pinta Reina. "Iya, mah," sahut gadis itu dibarengi anggukan, kemudian keduanya turun dari taksi. Ibu dan anak itu berjalan memasuki gedung apartemen. Reina menggenggam tangan Michelle, menaiki lift menuju tempat tinggal Andrew yang berada di lantai 15. "Mah, kita mau ngapain kesini? Ini rumah atau tempat apa?" tanya Michelle polos. Reina tersenyum seraya menatap putrinya, "Ini, rumah Om baik. Mama, ada urusan pekerjaan dengannya. Nanti, kamu jangan ganggu mama ya, sayang!" ucap Reina sebelum menekan bell yang berada di sampingku pintu. "Baik, Mah," angguk Michelle lagi. Reina menekan tombol bell yang ada di sisi pintu atas, tak lama kemudian seorang wanita berbaju dress putih kombinasi warna hitam, membukakan pintu dan menyambut ramah kedatangan Reina. "Selamat siang, Bi," sapa Reina dengan senyuman. "Pak Andrew, ada?" "Siang, Bu. Silahkan ma

  • Terjerat Di Antara 2 Pria   Ingin Kasih Sayang.

    Reina membawa belanjaannya ke dapur dan meletakkan plastik berisi kebutuhan pokok di atas meja makan. Ia membuka lemari pendingin dan menata semua sayuran ke vegetable room dan menyimpan; ayam juga ikan serta daging di chiller room, untuk persediaan satu Minggu ke depan. Ponsel yang berada dalam saku celana Reyna bergetar tanda panggilan masuk dari seseorang. Gegas Reina mengusap layar pada benda pipih tersebut dan menjauh, ia masuk ke dalam kamar mandi, takut sewaktu-waktu Roy masuk dan mendengar percakapannya dengan seseorang di seberang sana. "Halo, Mas. Ada apa?" tanya Reina dengan suara tertahan. Ada rasa kekhawatiran dalam hatinya ketika berbicara dengan Andrew, karena lelaki itu tak bisa ditebak, terkadang ia meminta bertemu di waktu yang tidak tepat dan terkadang memaksa. "Hai, sayang. Kamu lagi apa?" tanya Andrew basa-basi. "Apa kamu sudah pulang ke rumah?" "Baru, aja sampe." Reina menjawab. "Mas, badanku capek banget, sakit semua, sehabis dari apartemen mu tadi. Dan aku

  • Terjerat Di Antara 2 Pria   Pertengkaran

    "Jam berapa ini, Reina?""Mas, kamu kok ada di rumah, gak kerja?" Reina balik bertanya dengan gugup."Heh, malah balik tanya! Jelaskan, sama aku! Kamu semalam habis dari mana, hah? Jam segini baru pulang!" bentak Roy dengan tatapan menelisik, ia menyambar tangan Reina dengan kasar."Apa sih, Mas? Kok pertanyaannya kayak gitu? kan, kamu tahu. Aku ini baru pulang kerja, masuk shift malam, bukannya aku sudah meminta izin, tadi, aku di suruh over time," jawab Reina dengan tenang.Ia tersenyum untuk menyamarkan dustanya, lalu melepaskan tangan Roy dari pergelangan, kemudian berjalan masuk ke kamarnya, tubuhnya butuh istirahat dan terasa begitu letih, tenaganya terkuras karena pergumulannya semalam dengan lelaki lain."Oh, iya. Sudah mulai pintar berbohong, rupanya kamu sekarang," ucap Roy tersenyum miring."Mas, aku tidak berbohong," ujar Reina tanpa menatap Roy, ia meletakan tas kecil di atas kasur."Halaaah … mana ada pemboh

Bab terbaru

  • Terjerat Di Antara 2 Pria   Ingin Kasih Sayang.

    Reina membawa belanjaannya ke dapur dan meletakkan plastik berisi kebutuhan pokok di atas meja makan. Ia membuka lemari pendingin dan menata semua sayuran ke vegetable room dan menyimpan; ayam juga ikan serta daging di chiller room, untuk persediaan satu Minggu ke depan. Ponsel yang berada dalam saku celana Reyna bergetar tanda panggilan masuk dari seseorang. Gegas Reina mengusap layar pada benda pipih tersebut dan menjauh, ia masuk ke dalam kamar mandi, takut sewaktu-waktu Roy masuk dan mendengar percakapannya dengan seseorang di seberang sana. "Halo, Mas. Ada apa?" tanya Reina dengan suara tertahan. Ada rasa kekhawatiran dalam hatinya ketika berbicara dengan Andrew, karena lelaki itu tak bisa ditebak, terkadang ia meminta bertemu di waktu yang tidak tepat dan terkadang memaksa. "Hai, sayang. Kamu lagi apa?" tanya Andrew basa-basi. "Apa kamu sudah pulang ke rumah?" "Baru, aja sampe." Reina menjawab. "Mas, badanku capek banget, sakit semua, sehabis dari apartemen mu tadi. Dan aku

  • Terjerat Di Antara 2 Pria   Menemui Andrew bagian 2

    "Michelle, sayang, kita sudah sampai. Ayo turun, Nak!" pinta Reina. "Iya, mah," sahut gadis itu dibarengi anggukan, kemudian keduanya turun dari taksi. Ibu dan anak itu berjalan memasuki gedung apartemen. Reina menggenggam tangan Michelle, menaiki lift menuju tempat tinggal Andrew yang berada di lantai 15. "Mah, kita mau ngapain kesini? Ini rumah atau tempat apa?" tanya Michelle polos. Reina tersenyum seraya menatap putrinya, "Ini, rumah Om baik. Mama, ada urusan pekerjaan dengannya. Nanti, kamu jangan ganggu mama ya, sayang!" ucap Reina sebelum menekan bell yang berada di sampingku pintu. "Baik, Mah," angguk Michelle lagi. Reina menekan tombol bell yang ada di sisi pintu atas, tak lama kemudian seorang wanita berbaju dress putih kombinasi warna hitam, membukakan pintu dan menyambut ramah kedatangan Reina. "Selamat siang, Bi," sapa Reina dengan senyuman. "Pak Andrew, ada?" "Siang, Bu. Silahkan ma

  • Terjerat Di Antara 2 Pria   Menemui Andrew

    "Mas, kamu di rumah saja, ya! Biasanya juga aku belanja sendiri, takutnya kamu bosan menemaniku seharian keliling mall," ujar Reina seraya memoles wajah cantiknya dengan bedak, dan lipstik natural ia oles tipis. "Kan, tahu sendiri, kalau aku belanja gak cukup waktu sebentar."Roy hening sejenak, "Ok, aku akan diam di rumah. Tapi, ajak Michelle!""Iya, tapi, Michelle belum pulang, Mas,""Tunggu, sebentar lagi! Aku tak mau direpotkan sama anakmu! Kalau dia ditinggal di rumah, mengganggu saja!" ujarnya dingin.Bukannya Michelle juga anak Roy. Lelaki itu, memang tak pernah merasa punya tanggung jawab, bahkan dengan darah dagingnya sendiri, ia tak mau direpotkan, apalagi membantu mengurus. Lebih parahnya, ia tak mau menyebutnya anak kita, seolah Michelle anak Reina sendiri."Iya, Mas. Lagipula, Michelle udah lama gak aku ajak jalan,""Terserah, kamu! Sebelum pergi temani aku makan," pinta Roy. Reina mengangguk setuju, ia berjalan menuju dapur.

  • Terjerat Di Antara 2 Pria   Melayani Roy

    Setelah semua masakan matang, Reina menyiapkannya dengan sesegera mungkin, Roy bisa marah jika ia telat sedikit saja. Perempuan berkemeja biru navy seragam kerja, yang belum sempat ia ganti, dan bawahan celana jeans hitam itu menata makanan dengan rapi diatas meja, dan beranjak menuju ruang tengah, dimana Roy berada."Mas, makanannya sudah siap. Ayo kita makan dulu! Nanti, keburu dingin," ucap Reina berdiri di dekat sofa yang diduduki oleh Roy."Aku tidak lapar," tolaknya dengan nada dingin seperti biasa."Mas, bukannya kamu tadi pengen makan? Aku sudah masak enak, buat kamu," ucap Reina dengan hati-hati."Aku tidak ingin makan, aku minta, kamu melayaniku sekarang, juga!" pinta Roy lugas, seraya menyentak tangan Reina, menarik tubuh wanita itu hingga hampir jatuh."I-iya, Mas," jawab Reina gugup bercampur takut.Roy menarik tangan Reina ke dalam kamar dengan kasar, tanpa menunjukkan adanya rasa cinta sedikitpun terhadap istrinya."Mas

  • Terjerat Di Antara 2 Pria   Dipaksa Bersujud

    "Reina!" panggil Roy, suaranya menggelegar memenuhi ruang kamar. Membuat Reina mengangkat tubuhnya seraya menoleh."Apa lagi, Mas? Apa kamu tidak puas menyakitiku?" ucap Reina, meskipun takut. Namun, ia selalu menunjukkan bahwa ia adalah wanita yang tegar dan berani."Aku takkan pernah puas. Jika kamu belum menjadi istri seperti yang kuinginkan!""Apa maksudmu? Aku sudah menjadi wanita penurut, dan tak pernah menuntut apapun darimu. Cukup tak cukup uang yang kamu berikan, aku selalu terima dengan ikhlas, apa kurangnya aku?!""Oh, jadi. Sekarang kamu berani berkata seperti itu, tak terima dengan yang kujatah setiap bulannya? Semenjak kamu memiliki penghasilan sendiri.""Bukannya aku tak terima, tapi, sebagai suami seharusnya kamu mengerti! Kamu selalu mengekangku, dan selalu mencurigaiku. Kerja salah, tidak kerja apalagi. Jika aku hanya mengandalkan uang pemberian kamu, aku dan Michelle bisa kelaparan, Mas!""Beberapa bulan terakhir ini, kamu

  • Terjerat Di Antara 2 Pria   Tak Sadarkan Diri

    "Re-Reina, buka matamu! aku mencintaimu, sayang. Aku tak mau kehilanganmu, bangunlah Reina!" Roy mengusap pipi istrinya dengan punggung ruas jemari tangan, lalu mengangkat kepala Reina dan meletakkannya di atas pangkuan.Hampir lima belas menit Reina masih terbaring tak berdaya. Roy merasa sangat takut akan kehilangan istrinya, meskipun dia kesal dan marah, tapi, ia tidak rela jika sang istri meninggalkannya dengan cara seperti ini. Bukan karena rasa sayang, melainkan takut dengan hukum yang berlaku di negara ini."Reina, maafkan aku."Baru pertama kalinya Roy mengucapkan kata maaf pada Reina, mungkin dia keceplosan saking paniknya, ia merasa cemas karena istrinya tak kunjung membuka mata, ia menepuk-nepuk pipi Reina pelan, lalu meraba pergelangan tangannya, untuk memastikan bahwa sang istri masih bernyawa."Syukurlah, masih ada denyut nadinya," gumam Roy lega. "Rei, bangun! Reina, cepat bangun! Kau jangan menakut-nakuti aku!" Roy mulai panik, karen

  • Terjerat Di Antara 2 Pria   Pertengkaran

    "Jam berapa ini, Reina?""Mas, kamu kok ada di rumah, gak kerja?" Reina balik bertanya dengan gugup."Heh, malah balik tanya! Jelaskan, sama aku! Kamu semalam habis dari mana, hah? Jam segini baru pulang!" bentak Roy dengan tatapan menelisik, ia menyambar tangan Reina dengan kasar."Apa sih, Mas? Kok pertanyaannya kayak gitu? kan, kamu tahu. Aku ini baru pulang kerja, masuk shift malam, bukannya aku sudah meminta izin, tadi, aku di suruh over time," jawab Reina dengan tenang.Ia tersenyum untuk menyamarkan dustanya, lalu melepaskan tangan Roy dari pergelangan, kemudian berjalan masuk ke kamarnya, tubuhnya butuh istirahat dan terasa begitu letih, tenaganya terkuras karena pergumulannya semalam dengan lelaki lain."Oh, iya. Sudah mulai pintar berbohong, rupanya kamu sekarang," ucap Roy tersenyum miring."Mas, aku tidak berbohong," ujar Reina tanpa menatap Roy, ia meletakan tas kecil di atas kasur."Halaaah … mana ada pemboh

DMCA.com Protection Status