Marry Me, Om Duda!

Marry Me, Om Duda!

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Oleh:  ZuOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
8 Peringkat. 8 Ulasan-ulasan
60Bab
4.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Damian Narendra terjebak pesona seorang anak dari rekan kerja yang dititipkan padanya. Pria berstatus duda yang menyatakan membenci perempuan kecil dan cerewet itu, tanpa sadar terpikat oleh sosok Adisthy Anyelir. Keduanya lagi-lagi harus terjebak dalam dunia pernikahan karena Damian yang tanpa sengaja melakukan sebuah kesalahan. Di saat Damian dan Anyelir mulai saling mencintai, masa lalu Damian tiba-tiba datang dan mengacaukan keadaan. Akankah Damian mempertahankan Anyelir? Atau Damian harus merelakan perempuan itu pada orang yang masih Anyelir cintai hingga kini? *** Pict by Pixabay. Edit by AddText. Free for commercial use.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Titip Anyelir

"Jadi ... Anye sementara tinggal di sini, Pa?"

Perempuan dengan rambut sebahu itu, menyorot sang Papa tidak habis pikir. Bagaimana mungkin dia tinggal di sini? Tentu saja dengan pria tua (di mata Anyelir) yang kini tengah menatapnya dengan wajah super seram.

"Iya, Sayang. Jadi, mulai sekarang tolong bersikap sopan sama Nak Damian. Turuti perintah dia, jadilah gadis yang penurut dan tidak nakal!" perintah Pak Ardi yang diangguki Anyelir pasrah.

"Kalau gitu Papa berangkat dulu, ingat ya, Anyelir, jangan bandel!" peringat Pak Ardi lagi pada putri semata wayangnya.

Pria itu mengecup sejenak puncak kepala gadis 19 tahun tersebut kemudian keluar diiringi Damian. Pria dengan setelan kemeja putih dibalut jas hitam itu, menyorot Pak Ardi dengan senyum hangat.

"Tolong jaga anak saya ya, Nak Damian. Dia satu-satunya harta paling berharga yang saya punya di sini, kalau bukan karena dia, saya nggak akan bertahan sampai sekarang," pesan Pak Ardi sambil menepuk bahu rekan kerja sekaligus anak sahabatnya.

"Jangan khawatir, Pak Ardi. Tanpa diminta pun, saya akan melakukannya. Terlebih jika mengingat jasa Pak Ardi pada Almarhum Papa saya, menitipkan Anyelir beberapa hari di sini saja tidak bisa untuk menebusnya." Damian menyahut menenangkan.

"Kamu memang mirip seperti Almarhum Papamu, oleh karena itu saya mempercayakan Anye padamu." Pak Ardi tersenyum lega berikutnya berbalik hendak pergi.

Tapi, belum sampai beberapa langkah, sebuah tangan mungil melingkupi pinggangnya. Begitu menoleh, Pak Ardi menemukan Anyelir di sana dengan mata berkaca-kaca.

"A-apa aku nggak boleh ikut, Pa? Aku janji kok kalau diizinin ikut, nggak bakal nyusahin." Gadis dengan baju gantung berterusan rok itu, meminta penawaran pada sang papa.

Pak Ardi melepaskan pelukan sang putri di pinggangnya. Pria itu berbalik dan mengecup sekali lagi puncak kepala Anyelir.

"Tolong mengerti, Anyelir. Ini perjalanan yang jauh, Jepang itu tidak dekat. Jadi tolong mengerti keadaan Papa," ucap Pak Ardi mencoba memberi pemahaman.

Akhirnya, meski enggan, Anyelir mengangguk patuh. Selesai berpamitan, Pak Ardi masuk ke dalam mobilnya dan menghilang di belokan jalan rumah besar tersebut.

Damian yang sedari tadi menonton gadis berbaju biru muda itu menangis, akhirnya mendengkus jengah. "Ini sudah hampir setengah jam kau berdiri di situ sambil menangis, Anyelir. Bisakah kita masuk sekarang?" tanya Duda 27 tahun itu agak kesal.

Sebenarnya, dia paling malas jika harus dihadapkan dengan seorang anak kecil seperti ini. Pasti merepotkan dan cerewet.

"Hei Anak kecil, ayo masuk!" ajak Damian lagi begitu tidak mendapatkan respon dari gadis bertubuh kecil itu.

"Aku bukan anak kecil! Lagipula, ngapain ngajak-ngajak aku ngomong, kata papa nggak boleh ngomong apalagi mau diajak sama orang asing." Gadis berambut sebahu itu menyahut di sela tangisnya.

Damian memegang kepala frustasi. "Jadi Papamu belum mengenalkanku padamu?" tanya pria bertubuh kekar itu tidak habis pikir.

"Belum, dia cuma ngasih tau namanya Om. Tapi, kita belum kenalan, jadi aku nggak mau nurutin ajakan Om," jawab gadis itu santai masih sibuk memandangi arah mobil yang membawa sang papa pergi.

"Yasudah, ayo kenalan!" tekan Damian sambil mengulurkan tangannya.

Anyelir mengalihkan pandangan ke pria itu dan mendongkak. "Kenalin, namaku Adisthy Anyelir, Om Duda." Gadis berpipi tembam itu membalas uluran tangan Damian.

"Aku Damian Narendra, pemilik rumah ini sekaligus ayah sementaramu di sini," jawab Damian dengan wajah datar.

"Ayahku cuma satu!" teriak Anyelir tidak terima. Matanya menyorot Damian memusuhkan.

Damian memutar bola mata malas. "Bukan begitu maksudku, Anak kecil! Makannya dengar dulu, maksudku intinya kau harus mematuhiku seperti ayahmu di sini!" perjelas pria jangkung itu lagi.

Anyelir mengangguk-angguk paham.

"Yasudah, sekarang ayo masuk! Di luar ada banyak serigala liar yang bisa memangsamu kalau kau kelayapan," ajak Damian lagi.

"Ini bukan hutan, Om. Mana ada serigala keliaran di sini," komentar Anyelir tidak mengerti.

Damian menghela napas berat. Sesusah ini ya, berbicara sama anak kecil? Padahal maksud Damian dari kata 'serigala liar' itu adalah perumpamaan untuk 'pria hidung belang'. Anyelir ini beneran sudah 19 tahun atau belum sih? Kok begitu saja tidak mengerti?

"Ayo masuk atau pulang saja sana ke rumahmu, Nona Adisthy!" tegas Damian sambil menyeret koper anak dari rekan kerjanya kelewat sebal.

Anyelir mengikuti dengan patuh. Matanya menoleh ke segala arah. Memperhatikan setiap interior rumah megah ini dengan biasa. Tentu saja, rumahnya juga besar. Bahkan mungkin lebih besar.

"Kamarku dimana, Om?" tanya Anyelir sambil terus berjalan menatap sekeliling.

Tak sadar karena sibuk melihat rumah yang asing di matanya, dia malah menabrak tubuh besar di depannya yang entah sejak kapan berhenti mendadak. Mengusap hidungnya yang sakit karena menabrak punggung Damian, Anyelir mendengkus kesal.

"Sakit tauk, Om. Hidungku bisa pesek kalau begini caranya," protes Anyelir sambil mengusap-usap hidungnya.

Damian melengos tidak peduli. "Ayo ... biar kutunjukkan kamarmu," ucap Damian sambil menarik Anyelir berikut kopernya menaiki tangga.

Membuka sebuah pintu di samping kamarnya, Damian meletakkan koper gadis cerewet itu di sana. "Ini kamarmu, yang di sebelah kiri itu kamarku. Ingat, jangan sampai ada drama salah kamar atau apalah itu!" peringat Damian mengantisipasi Anyelir berulah di rumahnya yang tenang dan damai.

Anyelir mengangguk paham.

"Kamar mandinya sama nggak, kayak kamar mandi di rumahku?" tanya Anyelir  yang di telinga Damian terdengar sangat unfaedah sekali.

"Memang apa masalahnya kalau beda? Kamu tetep mandi pakai air, 'kan, bukan tanah?" tanya Damian balik. Malah ikutan ngawur.

"Papa dulu pernah mandi air comberan waktu nolong aku pas kecebur karena jatuh dari sepeda," jawab Anyelir polos.

Damian menggemelatukkan gigi meminta ketabahan hati. "Aku tidak peduli apa Papamu mandi pakai air comberan atau air kembang tujuh rupa sekalipun, sana masuk! Kalau butuh sesuatu, kamu bisa ketuk pintu kamar sebelah!" jawab Damian mencoba sabar kemudian melangkah meninggalkan Anyelir menuju kamarnya.

Menyebalkan sekali. Padahal baru beberapa jam gadis kecil itu memijakkan kaki di rumahnya, tapi Damian sudah merasa kesabarannya bakal habis kapan saja. Apa kabar Pak Ardi yang 19 tahunan ini mengurus putrinya sendiri, ya? Bisa-bisanya kepala pria tua itu tidak meledak.

Masuk ke kamar dan membuka pakaiannya guna membersihkan diri di kamar mandi, sebuah ketukan di pintu membuat Damian tidak bisa menahan dengkusan sebalnya.

Segera berjalan menuju pintu kamar dengan menahan segenap perasaan kesal, Damian membuka pintu cepat. Lalu, kekesalannya lagi-lagi harus berada di puncak tertinggi begitu menemukan wajah Anyelir yang tersenyum cengengesan ke arahnya.

"Kenapa lagi, Adisthy Anyelir?!"

"Hehe ... enggak papa kok, Om. Cuma penasaran, aku nggak pernah ngetuk pintu orang soalnya. Kalau mau ketemu Papa, biasanya langsung masuk, ehehe."

Damian berkacak pinggang.

"Jadi hanya itu?" tanya Damian tidak habis pikir.

Anyelir mengangguk. Matanya menyorot duda 27 tahun itu dari atas hingga bawah.

"Hei ... apa-apaan ini? Berdiri tanpa baju di depan gadis dewasa sepertiku? Kamu berniat menggodaku, Om?" tanya Anyelir dengan senyum genit.

Damian melengos malas. "Sudahlah, aku mau mandi." Tangan pria dewasa itu menyentil dahi Anyelir dan berucap lagi, "dan kau, jangan sok mengaku dewasa, Anak kecil!"

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Zu
Bingung mau review apa'-'
2021-05-25 13:33:29
0
user avatar
Annisa
Keren banget 😭 Semangat Qaqa 😗
2021-04-13 11:12:58
0
user avatar
Arizumi
Keren kak, tulisanya juga rapi.. mangats kak..🤗, ooh ya lapaku judulnya Terjerat Cinta dosen
2021-04-12 22:46:05
0
user avatar
MissDey
Keren keren.. semangat, lanjut yokk..
2021-04-12 22:28:55
0
user avatar
MissDey
Keren keren.. semangat, lanjut yokk..
2021-04-12 22:28:53
0
user avatar
Elraa Hafa06
Pembawaan ceritanya kerennn, lanjut thor!^^
2021-04-12 22:25:13
0
user avatar
Elraa Hafa06
Pembawaan ceritanya kerennn, lanjut thor!^^
2021-04-12 22:25:12
0
user avatar
Putri Oktaviani
Wtf! selain namanya yang unik, Alieen, cara penulisan dan alurnya cukup amazing. Goodluck atas tulisannya, smoga kelar🤩😍😍😍
2021-04-12 22:12:56
0
60 Bab
Titip Anyelir
"Jadi ... Anye sementara tinggal di sini, Pa?" Perempuan dengan rambut sebahu itu, menyorot sang Papa tidak habis pikir. Bagaimana mungkin dia tinggal di sini? Tentu saja dengan pria tua (di mata Anyelir) yang kini tengah menatapnya dengan wajah super seram."Iya, Sayang. Jadi, mulai sekarang tolong bersikap sopan sama Nak Damian. Turuti perintah dia, jadilah gadis yang penurut dan tidak nakal!" perintah Pak Ardi yang diangguki Anyelir pasrah."Kalau gitu Papa berangkat dulu, ingat ya, Anyelir, jangan bandel!" peringat Pak Ardi lagi pada putri semata wayangnya. Pria itu mengecup sejenak puncak kepala gadis 19 tahun tersebut kemudian keluar diiringi Damian. Pria dengan setelan kemeja putih dibalut jas hitam itu, menyorot Pak Ardi dengan senyum hangat."Tolong jaga anak saya ya, Nak Damian. Dia satu-satunya harta paling berharga yang saya punya di sini, kalau bukan karena dia, saya nggak akan bertahan sampai sekarang," pesan Pak Ardi sambil menepuk bahu rekan kerja sekaligus anak sahab
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-10
Baca selengkapnya
Makan (Tengah) Malam
Damian baru saja masuk ke kamar sehabis makan malam saat menemukan seorang gadis keluar dari kamar mandinya. Siapa lagi kalau bukan Anyelir.Gadis itu berjalan santai dengan handuk yang melilit tubuh. Benda berbulu berwarna merah muda tersebut tentu saja hanya mampu menutup setengah paha dan dadanya. Selebihnya ... aih tidak usah disebutkan."Dasar anak kecil! Mentang-mentang kecil apa kau kira boleh keluar masuk kamarku dengan baju setidak layak itu? Kau sedang menggodaku atau bagaimana, Anyelir?!" tanya Damian lebih tepatnya memekik sambil melempari wajah putri seorang pengusaha kaya bernama Ardi itu dengan bantal kamar.Anyelir mendengkus begitu sebuah bantal menabrak wajah sekaligus hidungnya lagi. Kalau begini, dia bakal benar-benar terancam pesek inimah. Dasar duda tidak berperasaan!"Salahku apa, Om Duda? Aku cuma numpang mandi, air di kamar tidak bisa menyala." Anyelir cemberut sambil bersedekap dada.Damian mengalihkan pandangan. Mencoba mencari objek lain selain figur perempu
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-10
Baca selengkapnya
Satu Minggu Paling Berantakan
Damian berkacak pinggang begitu masuk ke rumah besarnya. Seketika, begitu melihat keadaan ruang tengah, dia jadi mau membanting orang yang membuat pepatah 'rumahku adalah surgaku'.Coba saja lihat kelakuan gadis kecil yang gemar bikin masalah besar itu! Satu minggu rupanya bukan masa yang cukup untuk dia menghancurkan mood juga rumah Damian."Kamu ngapain, Nona Adisthy?!" teriak Damian murka membuat orang yang diteriaki kontan keluar dari persembunyiannya. "Eh, sudah pulang kerja, Om. Hai!" sapa Anyelir polos sambil melambaikan tangan heboh dari sofa ruang tengah."Ini apa, Anye?!" tanya Damian tidak santai.Anyelir melihat sekeliling ruangan yang ditata sedemikian rupa mirip area Buper (bumi perkemahan) juga sang sahabat yang memandangnya takut. Tadi pagi dia memang mengundang Ima---mantan teman sebangkunya semasa SMA ke sini. Katanya Anyelir ingin pergi kemah pramuka tapi tidak punya teman.Jadi, berakhirlah Ima di sini. Meladeni keinginan Anyelir untuk bikin kemah rumahan karena P
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-10
Baca selengkapnya
Kepulangan Papa
Anyelir mondar-mandir di kamarnya dengan perasaan gelisah. Sudah sejak kemarin gadis itu tidak mau keluar kamar dan menolak makan. Damian bahkan kebingungan dengan tingkahnya yang tidak seperti biasa.'Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi ....'Gadis dengan piyama ungu itu melempar ponselnya ke ranjang dengan perasaan marah. Papanya kemana? Sudah satu minggu dan dia belum dijemput juga untuk pulang. Bahkan, pria itu sudah tidak meneleponnya lagi.Dia jarang sekali jauh dari Papanya begini. Jadi, rasanya aneh dan menyebalkan saat Anyelir tidak melihatnya dalam jangka waktu yang lama. Tok ... tok ... tok ..."Siapa?" tanya gadis itu begitu mendengar suara ketukan pintu di luar kamarnya."Kalau Bi Wati yang mau nyuruh aku sarapan, balik aja ke dapur. Aku nggak mau," jawab Anyelir begitu tidak mendengar suara apapun lagi."Boleh masuk?" Menyadari orang yang ada di sana, Anyelir segera membukakan pintu. Damian berdiri di sana dengan wajah khawatir begitu
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-10
Baca selengkapnya
Kabar Duka
Anyelir sudah bersiap-siap dengan koper juga terusan pink selututnya sejak setengah jam lalu. Tapi, tidak ada tanda-tanda taksi yang membawa sang papa berhenti di halaman rumah Damian. Bahkan, saking tidak sabarannya, Anyelir meminta satpam rumah untuk membuka gerbang rumah sang duda tampan lebar-lebar. Kata Anyelir biar ia leluasa menghadap jalan. Katanya juga, biar Papanya tidak lupa jalan menuju rumah Damian dan tersesat masuk ke rumah orang lain. Memang alasan yang tidak masuk akal. Tapi, Damian membiarkan saja gadis cerewet itu bertingkah sesuka hati. Mumpung hari ini adalah hari terakhirnya berada di sini.Besok-besok, rumah Damian tentu saja bakal kembali damai dan sepi. Tidak seperti ketika Anyelir mendirikan perkemahan di ruang tengah. Tidak seperti ketika Anyelir menghancurkan dapur pukul 3 malam. Tidak seperti ketika gadis itu masih bisa keliaran di sini dan merecoki kehidupan Damian."Anye ... Papamu belum datang juga?" tanya Damian ikutan heran.Anyelir menoleh dengan mat
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-12
Baca selengkapnya
Papa Sudah Janji
Damian menghela napas berat. Merasa kasihan sekaligus kebingungan harus membujuk Anyelir bagaimana lagi. Gadis yang kini duduk di lantai sambil memeluk lutut itu, terlihat kacau dan sangat berantakan.Tadi, sehabis menjemput jenazah Pak Ardi, gadis itu mengamuk lagi di sana. Polisi bahkan sampai kesusahan untuk mengevakuasi korban juga bekas kecelakaan karena Anyelir yang terus memeluk jenazah Papanya yang penuh luka.Akhirnya, dengan perasaan luar biasa tidak tega, Damian membawa paksa gadis itu untuk kembali ke rumahnya. Sudah cukup lama Damian menenangkannya tapi gadis itu terus melempar berbagai macam benda yang mampu ia gapai ke arah Damian.Anyelir baru bisa tenang saat Damian bilang jenazah sang papa bakal diurus dan diantar ke rumah Damian. Pria itu sangat kasihan melihat kondisi Anyelir. Gadis itu seperti orang yang kehilangan kewarasan semenjak mengetahui kematian Papanya. Bahkan, Damian kuwalahan untuk mengendalikannya."Kamu nggak mau ganti baju dulu? Bentar lagi jenazah Pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-12
Baca selengkapnya
Anyelir Sakit
Anyelir mengerjapkan mata guna menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Begitu matanya terbuka sempurna, hal pertama yang mampu gadis itu tangkap adalah langit-langit ruangan berwarna putih susu.Ini di mana? Sudah jelas ini bukan kamarnya ataupun kamar Damian. "Sudah sadar, Anye?" Begitu mendengar suara si duda tampan, Anyelir hendak menoleh tapi kepalanya malah terserang nyeri. Gadis itu memilih memejamkan mata lagi guna meredakan pening yang menghinggapi kepala. Lehernya terasa kaku dan tegang. Tubuhnya juga terasa remuk redam. Jangan tanyakan perutnya yang bergejolak tak mengenakkan serta tenggorokannya yang kering."Kenapa?"Pertanyaan dengan nada khawatir itu membuat Anyelir membuka kelopak mata. Begitu menemukan keberadaan Damian di depannya, gadis itu mengernyit bingung."Kamu di rumah sakit, kemarin kamu pingsan di pemakaman papa kamu," jawab Damian meski gadis itu tidak bertanya.Sejenak, gadis itu tertegun. Jadi, kematian Papa memang nyata, ya? Padahal hati kecil Anyelir
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-12
Baca selengkapnya
Pulang ke Rumah
Anyelir memandangi Damian yang tengah mempersiapkan kepulangannya dalam diam. Sejenak, gadis itu tersenyum lega. Beruntung karena dipertemukan dengan orang sebaik duda tampan itu. Meski lumayan ketus dan galak pada Anyelir, pria itu selalu siaga satu kala ia membutuhkan atau menginginkan sesuatu."Ayo kita pulang, Anye." Damian mengajak sambil mendorong sebuah kursi roda ke depan gadis itu.Anyelir yang melihat benda itu, menggeleng keras."Aku nggak mau naik ini, dikira aku patah tulang apa? Pokoknya gamau," tolak gadis itu sambil bersedekap dada dan memalingkan wajah. Khas anak kecil yang ngambek karena tidak dibelikan mainan impiannya.Damian memutar bola mata malas. "Emang kamu kuat jalan sampai mobil saya di luar?" tanya Damian yang dibalas Anyelir dengan gelengan.Dia tidak cukup punya tenaga meski hanya untuk berbicara dengan nada lantang. Apalagi berjalan sampai parkiran. Tubuhnya juga masih terasa lemas dan tidak bertenaga."Yaudah makannya, ayok naik ini aja!" titah Damian sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-12
Baca selengkapnya
Tugas Utama Istri
Damian mengendarai mobilnya memasuki gerbang rumah. Setelah melewati banyak macam bujukan juga paksaan, akhirnya Anyelir mau ikut pulang dengannya ke sini lagi. Awalnya, gadis pendek itu keukeuh ingin tetap tinggal di rumahnya sendiri. Tapi, Damian tidak setuju. Karena di pertemuan terakhir ia dan Pak Ardi, pria itu menitipkan Anyelir padanya. Dia tidak mungkin juga tega membiarkan gadis ceroboh itu tinggal sendiri tanpa pengawasan.Tapi, Anyelir tetaplah Anyelir. Gadis itu selalu punya banyak macam cara untuk merepotkan Damian. Gadis itu bilang tetap bakal tinggal di rumahnya dan segera mencari pekerjaan untuk bertahan hidup sendiri. Kalau saja Damian tidak mengancam bakal memotong leher kucing betina kesayangannya, mungkin sekarang pria itu tidak bisa membawa Anyelir ke rumah ini lagi berikut kucingnya."Waaah ... Mama Dolly lapar, ya? Ayok kita cari makanan di kulkasnya Om Duda, di sana ada banyak snack loh, aku yang suka masukin ke freezer." Anyelir berucap sambil mengelus kepala
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-12
Baca selengkapnya
Orang Mencurigakan
Damian baru saja membuka pintu kamarnya saat menemukan Anyelir tengah berlari hanya dengan berbalut handuk merah muda di lantai bawah. Dengan tidak pakai malunya, gadis itu mengenakan handuk pendek sambil mengejar kucingnya yang dari sependengar Damian, tidak mau mandi dan kabur di guyuran air pertama.Damian mungkin akan bersikap abai jika pakaian yang dikenakan gadis itu cukup sopan. Tapi, handuk dengan tinggi setengah paha juga hanya mampu menutup dada itu bukan hal yang sopan untuk gadis 19 tahun loh. Dia juga tahu gadis itu tepos. Tapi tidak usah pamer-pamer juga lah. Dikira Damian bakal peduli apa?"Anyeee ... setidaknya sana mandi dulu kamunya, urusan kucing biar belakangan!" tegur Damian mulai kesal sendiri melihat gadis itu yang tidak berhenti berlari.Anyelir menghentikan langkahnya. Tangannya berkacak pinggang berikutnya melenggang menaiki tangga lagi guna ke kamar mandi."Dasar Mama Dolly! Disuruh mandi kok nggak mau?! Kayaknya mau ngikut kakaknya yang bau," dumel gadis itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-12
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status