Jebakan dari kekasih jahat membuat Tamara kehilangan kesuciannya. Enam tahun kemudian, Tamara mendapatkan pekerjaan baru. . Siapa menduga pria berkuasa yang mempekerjakannya adalah ayah dari tiga anak kembarnya. . “Paman Penguasa Jagad Raya, apa Paman ada teman yang tampan, kaya, dan juga berkuasa yang cocok untuk Mommy?" . “Hei ... kalian masih kecil, kenapa mengurusi hal dewasa?” . “Siapa bilang kami masih kecil? Kami bahkan cukup besar untuk memberi/menolak izin kalau sampai Paman jatuh cinta pada Mommy.” . “Aku tidak akan jatuh cinta pada mommy kalian!” . “Apa? Paman berani tidak jatuh cinta pada Mommy? Keterlaluan!”
View More“Minum ini dulu sebelum kita ke atas.”
Sore itu Vicco membawa Tamara ke sebuah hotel untuk bertemu dengan klien penting.
Katanya pada Tamara, kliennya itu merupakan pasangan paruh baya yang bersedia memberikan dukungan pada kampanyenya nanti, jika dia merasa Vicco merupakan pribadi yang hangat dan dapat dipercaya.
Saat ini Vicco sedang melebarkan sayapnya di dunia politik. Dalam sembilan bulan ke depan, Vicco akan mengikuti pemilihan pemimpin distrik sebagai wakil gubernur.
Jika berhasil dia bahkan akan menjadi wakil gubernur termuda.
Untuk itu dia membutuhkan penyokong dana yang sangat besar dan Tuan Kozlov adalah salah satunya.
Namun, dia perlu membuat dirinya memiliki citra diri seperti yang diharapkan Pasangan Kozlov.
Maka dari itu, Vicco meminta Tamara untuk mendampinginya di pertemuan sore ini.
Sebagai kekasih yang sangat mensupport kesuksesan satu sama lain, Tamara tentu saja bersedia.
Saat ini mereka sudah tiba di parkiran hotel dan Vicco menyodorkannya sebotol jus stroberi kesukaannya.
“Trims, Vic, kapan kamu membuat jus stroberi ini?” ucap Tamara sembari menyambut sebotol jus yang masih terlihat dingin dan segar, tanpa curiga sedikit pun.
Di benaknya sudah terbayang kelezatan minuman itu, terlebih lagi sore ini udara sangat kering dan panas.
“Segar?” tanya Vicco yang melihat Tamara meminum jus stroberi buatannya itu dengan tawa puas dalam hati.
Tamara hanya minum beberapa teguk saja, tapi Vicco tahu itu sudah lebih dari cukup.
Obat perangsang yang dituangnya di minuman itu memiliki efek yang kuat. Hanya minum setengah saja, Tamara takkan bisa menahan ledakan libido dalam dirinya.
Di hadapannya, Tamara mengangguk dengan senyum lebar. Kesegaran minuman tadi dianggapnya sebagai perhatian dan kasih sayang Vicco padanya.
“Ayo kita ke atas. Jangan biarkan pasangan Kozlov menunggu kita terlalu lama,” kata Vicco lagi sambil turun.
Pria 24 tahun itu juga membukakan pintu untuk Tamara dan bersama-sama mereka memasuki hotel.
Tiba di atas, Vicco tiba-tiba merogoh saku celana dan bajunya seperti kehilangan sesuatu.
“Sial! Ponselku ketinggalan di mobil. Kamu duluan saja ke kamar 1919, aku akan kembali ke mobil dulu untuk mengambil ponsel,” kata Vicco lagi seraya mendorong lembut tubuh Tamara agar melangkah lagi menuju kamar yang mereka tuju.
“Aku rasa, lebih baik aku ikut ke mobil juga, setelah itu baru kita naik sama-sama,” tolak Tamara yang enggan bertemu dengan rekan bisnis Vicco sendirian.
Biar bagaimana pun dia hadir hanya sebagai pendamping Vicco.
Tapi pria itu menolak.
“Jangan! Pasangan Kozlov selalu datang lebih cepat dan mereka tidak suka kalau partner bisnis mereka datang terlambat.
Ini sudah tinggal dua menit lagi menuju waktu perjanjian kita. Jadi lebih baik kamu duluan ke sana, ya. Lagipula kalau aku sendirian yang turun ke basement, aku bisa berlari dan lebih cepat kembali ke sini. Ayolah, Tamara, help me this time.”
Melihat raut memohon dari Vicco juga karena alasan yang dikemukakan pria itu masuk akal, Tamara pun menurutinya.
“Ingat 1919. Ketuk pelan tiga kali karena mereka pasti sudah menunggu di dalam kamar. Setelah itu sapalah mereka dengan hormat. Oke, Baby?”
Tamara mengangguk dan Vicco gegas memasuki lift.
Tamara pun melangkah dan tiba di depan pintu kamar 1919.
Dia memastikan dua kali bahwa dia tidak salah kamar dan tangannya mulai terangkat untuk mengetuk pintu tiga kali seperti yang Vicco jelaskan tadi.
Terdengar bunyi 'ceklek' tanda pintu dibuka. Tapi tidak ada siapa-siapa di balik pintu dan kamar ternyata dalam keadaan gelap.
Sedikit ragu Tamara melangkah masuk.
Tangannya mencari-cari saklar, tapi sialnya pintu kamar itu menutup perlahan dengan sendirinya.
Ceklek!
Entah mengapa jantung Tamara nyaris melompat dari rongganya.
Kedua tangannya semakin buru-buru meraba dinding mencari saklar untuk menyalakan lampu.
Di saat yang sama, penciumannya menangkap aroma cendana yang mahal bercampur musk yang maskulin. Jika memang pasangan Kozlov belum tiba, kenapa ada aroma maskulin di ruangan ini?
Tamara kembali mencari-cari saklar lampu berharap bisa segera melihat seisi ruangan ini.
Namun tiba-tiba saja sebuah tangan yang keras dan kokoh menangkap pinggangnya dan menarik tubuhnya dengan cepat.
“Argh!” Tamara berteriak terkejut tapi di detik yang sama tubuhnya sudah terhempas ke atas tempat tidur.
Meskipun gelap, Tamara bisa mengetahui ada seseorang -seorang pria- yang mengukungnya di atas ranjang.
Pria itu tidak mengenakan baju. Kulitnya terasa hangat dan dada serta lengannya terasa keras. Pria itu seperti beton tebal yang kokoh. Tenaga Tamara saat mendorongnya bukanlah apa-apa.
“Sia- siapa kamu?” tanya Tamara dengan deru jantung tak karuan. Adrenalinnya meningkat cepat.
Apakah Tn. Kozlov? Jika iya, kenapa pria itu menindihnya di tempat tidur? Lalu di mana Ny. Kozlov? Dan kenapa juga Tn. Kozlov tidak bertubuh lembek seperti seorang paruh baya?
“Kau tidak tahu siapa aku?” Suara yang berat yang terdengar berbahaya keluar dari bibir yang berada tepat di atas wajahnya itu.
Tamara sontak merinding. Bulu kuduknya meremang.
“Ap- apakah Anda ... Tn. Kozlov?” Tamara berusaha keras mengucapkan nama itu.
Pria itu terdengar mendengus kecil sebelum menjawabnya, “Ya! Itu nama belakangku.”
“La- lalu Anda mau apa?” tanya Tamara lagi yang mulai merasakan jari Tn. Kozlov merayapi pelipisnya hingga menjalar ke pipi sedangkan deru napas pria itu menerpa-nerpa wajahnya.
“Kau masih bertanya apa mauku?” tanya pria itu lagi seperti desissan ular mematikan.
“Aku rasa kekasihmu itu tidak memberitahumu bahwa dia sudah menumbalkanmu padaku sebagai ganti dukungan yang akan dia dapatkan saat kampanye nanti, huh?”
Apa? Menumbalkannya?
Glek! Tamara menelan ludahnya dengan susah payah.
“Menumbalkanku bagaimana?” tanyanya lagi seakan dia salah mendengar.
Suara berat itu kembali bergema, “Ya, menjadikanmu sebagai tumbal! Kau tidak salah dengar! Dia ingin aku mensuport-nya selama masa kampanye agar dia bisa menang di pemilihan nanti.
Tapi karena dia tidak memiliki uang yang cukup untuk membayar dukunganku, dia pun memberikanmu sebagai gantinya!” ucap Tn. Kozlov lagi dengan nada cuek, seraya menurunkan rayapan jarinya menuju leher Tamara.
Gadis itu semakin gugup dan berusaha menepis tangan Tn. Kozlov.
Di sisi lain, Tamara juga takut pada Tn. Kozlov karena aura pria itu yang kuat dan mendominasi.
Dia takut membuat Tn. Kozlov marah. Sedangkan dia masih ingin tahu lebih banyak akan kebusukan Vicco.
“Tapi kenapa Tuan bersedia hanya karena mendapatkan seorang gadis? Dengan uangmu, Tuan bisa membeli gadis manapun daripada repot-repot menerima pemberian Vicco seraya harus mesupport Vicco lagi.”
Suara Tamara kini sudah mulai bergetar.
Terdengar kekehan sinis suara Tn. Kozlov. “Tidak perlu mempertanyakannya! Ini hanyalah bisnis. Aku mendapatkan apa yang aku butuhkan, begitu pun dia. Hanya hubungan timbal balik!” desis Tn. Kozlov lagi.
“La- lalu bagaimana denganku?” tanya Tamara lagi.
Tn. Kozlov diam sejenak dan mengambil waktu untuk mengamati wajah Tamara dalam keremangan kamar. Lewat tatapan dinginnya jari itu turun merayapi belahan dadanya, membuat sekujur kulit Tamara bagai disetrum listrik ringan. Jari itu akhirnya mengunci pinggang Tamara.
“Kamu? Aku hanya ingin menikmatimu malam ini. Setelah itu, kamu bebas.
Vicco menumbalkanmu padaku karena katanya kamu masih perawan. Aku ingin mencoba bagaimana rasanya perawan,” sahut Tn. Kozlov seiring bibirnya mulai membekap bibir Tamara dan langsung melumatnya dengan rakus.
“Hmmpt! Hmmpt!” teriak Tamara sambil berusaha mendorong tubuh Tn. Kozlov, tapi suara itu tertelan lumatan Tn. Kozlov, dan tenaganya pun tak mampu menggeser seinchi pun dari tubuh pria itu.
Ketika tangan besar dan kuat Tn. Kozlov mulai mengunci pergelangan tangan Tamara di atas kepalanya, lalu sebelah tangannya menjelajah tubuh Tamara, tubuh gadis itu pun mulai panas.
Degup jantungnya meningkat drastis. Deru napasnya memberat. Dan akhirnya kewanitaannya berdenyut-denyut bagai meronta ingin agar Tn. Kozlov segera menyentuh tubuhnya.
Di parkiran mobil, Vicco mengamati jarum jam di pergelangan tangannya. Dia tersenyum sinis membayangkan saat ini pastilah obat perangsang yang dituang ke jus stroberi tadi sudah bekerja pada tubuh Tamara.
Berbekal kecepatan dari Koenigsegg Jesko Absolut-nya, Trevor bisa tiba di restoran tempat Logan dan Tamara bersama dalam waktu lima menit saja.Ketika tiba, Trevor melihat Travish terlihat tenang dan menikmati perjalanan mereka yang mengebut layaknya sedang berbalapan.“Kau tidak takut?” tanya Trevor sambil melepas seatbeltnya lalu dia melepaskan seatbelt Travish.“Takut untuk?”“Karena kita mengebut tadi.”“Tidak!” sahut Travish singkat.Trevor merasa terkesan. Sangat mengejutkan bahwa bocah itu tetap tenang dan bahkan menikmati kengebutan mobilnya!Itu semua membuat Trevor semakin merasa senang dalam hatinya, juga bangga.Travish benar adalah putranya. Darah dagingnya.“Restoran yang mereka datangi yang mana, Paman?” tanya Travish tiba-tiba ketika dia melongokkan kepala dari jendela mobil dan melihat jejeran restoran yang ada di sepanjang jalan.“Kita turun dulu,” kata Trevor, dengan mencondongkan tubuh untuk membukakan pintu mobil di sebelah Travish, kemudian barulah Trevor turun d
Trevor merasa inilah saatnya. Saat ini Tamara harus menjelaskan pada Logan tentang kehadirannya. Dia tidak akan mengalah dan membiarkan Tamara pergi makan malam bersama pria lemah letih lesu ini.Selain karena dia harus menepati janji pada Travish, juga karena dia yang datang lebih dulu dari si lemah letih lesu ini.Dipandanginya Tamara menantang Tamara memberikan jawaban yang memuaskannya.Tapi Tamara malah berkata, “Signor Trevor hendak pergi makan malam bersama Travish.”Sontak sebelah alis Trevor terangkat. Meskipun Tamara mengatakan yang sebenarnya, tapi hati Trevor tidak bisa menerimanya.“Oh begitu. Jadi, kita makan malam tanpa Travish?” tanya Logan lagi.Tamara mengangguk.Dan itu membuat Trevor meradang.Apa-apaan mereka berdua ini?Lalu Logan berkata lagi, “Oh, baiklah kalau begitu. Kita pergi sekarang?”Tamara mengangguk lagi dengan senyuman lembut pada Logan.Trevor rasanya ingin mencabik-cabik wajah Logan karena menerima semua senyuman Tamara.Sedangkan dirinya, belum sek
Trevor mengamati si pria lemah letih lesu di hadapannya, yang baru saja melangkah memasuki ruang tamu Tamara.Pria itu mengenakan kaos berkerah berwarna krem. KREM!Warna yang berada di antara warna oranye dan coklat itu merupakan warna yang paling anti dipakai Trevor.Seperti cat tembok saja!Lalu ketika dia merayapkan pandangannya ke bawah, si pria lemah letih lesu ternyata mengenakan celana panjang berbahan kain yang lembut. Lalu sepatu pantofel.‘Hah! Paduan model dan warna yang sangat tidak cocok!’ rutuk Trevor dalam hatinya.Dia mendengus perlahan sembari mengalihkan pandangan ke arah lain dan malah melihat sepasang mata Tamara yang berbinar-binar menyambut kedatangan si lemah letih lesu.Dan ketika Tamara menyambut si lemah letih lesu dengan kata-katanya, Trevor merasa dia nyaris muntah darah. “Oh, Logan, kau sudah tiba. Kami juga sudah siap untuk makan malam bersamamu. Kita hanya perlu menunggu Bibi Beatrice saja. Sabar sebentar, ya! Silakan duduk dulu, Logan.”Hah! Si lemah
“Oh, suruh paman masuk saja, Tilly! Mommy lagi bersiap-siap,” sahut Tamara lagi.Tilly menjawab senang, “Oke, Mommy!”Gadis kecil itu melebarkan daun pintu dan mempersilakan Trevor masuk. Ruangan itu masih penuh mawar merah yang diberikannya pada Tamara.Aromannya masih semerbak sedangkan susunan lima puluh keranjang mawar merah itu masih terlihat seperti saat dia meninggalkannya.Itu berarti, tidak disentuh sama sekali. Entah dia harus senang karena tidak dibuang atau kecewa karena mawar-mawarnya tidak disentuh sama sekali.Tapi dia tidak membahasnya sama sekali. Trevor mendaratkan bokongnya di sofa panjang yang ada di sana.Baju-baju triplets yang sebelumhya sempat dipajang di sofa itu, kini sudah tak ada lagi.Itu berarti Tamara menerima baju anak-anak pemberiannya. Memikirkan itu, hati Trevor menjadi senang kembali.“Tilly, cepat ganti bajumu! Thea, kalau kau sudah ganti baju, cepat temani paman di depan.Dan kau Travish, cepat bereskan lego-legomu itu, setelah itu, beritahu Bibi
Tamara dan tiga triplets kembali ke unit mereka lebih dulu dari Trevor. Untuk saat ini, dia masih belum menyadari sama sekali keanehan di apartemen itu.“Oh, Travish! Kau belum janjian dengan paman jahat kapan mau makan malam?” seru Tilly tiba-tiba ketika mereka sudah berada di dalam unit dan Tamara menutup pintu mereka.“Jangan sampai kau melepaskan paman jahat dari hukuman mentraktir kita makan malam! Keenakan dia, Travish!”“Ah, biarkan saja! Aku juga malas makan malam bersamanya,” ujar Travish yang langsung disahut dengan seru kekecewaan Tilly dan Thea.“Yaaaah, kok begitu?”Travish mengernyit. “Memangnya kalian mau makan malam dengan paman jahat?”“Hm ... Mau mau saja, sih! Pasti paman bisa bawa kita ke restoran yang bagus. Setidaknya, kita bisa jalan-jalan seru!Ayo dong, Travish, balik ke taman sana bilang sama paman jahat, nanti malam harus ingat hukumannya. Kita tunggu paman jam 7 di sini!”Tamara cukup terkejut mendengar antusias Tilly dan Thea. Dua gadis itu sepertinya cuku
‘Kenapa dia tak kelihatan lagi? Apa dia terjatuh?’ Trevor jadi merasa khawatir. Pria itu pun hendak berhenti dan berlari ke arah Travish kembali untuk melihat apa yang terjadi pada putranya itu.Namun, setelah dia pikir-pikir, Travish itu bocah yang tangguh, tidak mungkin Travish terjatuh lalu tak bisa berdiri lagi.Tapi tak lama kemudian ... terdengar sorakan suara Tilly dan Thea ...“Yeeeaaaay! Kau menang, Trav! Kau berhasil! Horeeee!!!” seruan itu membuat Trevor mengernyit heran.Travish sudah sampai? Bagaimana bisa?Trevor tak habis pikir, tapi saat dia mencapai titik finish, Travish memang sudah di sana!Kedua tangannya melipat di depan dada, lalu tatapannya datar terarah padanya. Sungguh Trevor merasa Travish mewakili keangkuhan yang sesungguhnya saat menatapnya seperti ini!“Yeay! Travish menang! Travish menang!” seru Tilly dan Thea lagi dengan sorak sorakan girang. Yang makin lama terdengar seperti ejekan. “Paman jahat kalah! Paman jahat kalah!”Hati Trevor menjadi panas mende
Trevor merasa pendengarannya telah salah menangkap suara.Tapi menatap ke wajah Travish yang begitu tenang tapi menghanyutkan, Trevor pun sadar, Travish serius.Berani sekali putranya itu menantangnya dengan gaya dan cara yang meremehkan seperti ini? Travish sepertinya perlu diberi pelajaran kecil.Sementara Trevor berpikir, Travish sudah berkata lagi, “Paman tidak berani? Paman hanya berani mengganggu para perempuan sepertinya!”Sontak saja jiwa lelaki Trevor tersinggung.Jika tadinya dia berpikir bagaimana dia bisa belari cepat dengan sepatu seperti ini, lalu pakaian yang tidak elastis dibuat untuk berolahraga, kini Trevor tak memikirkannya lagi selain langsung menjawab dengan raungan suaranya menyatu, “Siapa bilang aku tak berani?! Deal! Kita berlomba siapa cepat dia menang.Tapi ... yang kalah harus mengundang makan malam dan mentraktir yang menang. Deal?”Travish tak bergeming, tapi beberapa detik kemudian, bocah itu menjawab mantap. “DEAL!” ***“Kalian harus lari dua putar
“Oke, sekarang kita sudah siap untuk berjogging,” kata Tilly setelah mereka selesai pemanasan dan gadis kecil itu langsung melaju cepat. “Aku duluan! Dadaaaah!”Tilly sudah mendahului yang lainnya. Tentu saja Thea tidak mau kalah. Dia sangat bersemangat mengejar Tilly.“Aku juga mau memimpin di depan!” seru Thea berusaha mendahului.Tinggallah Travish dan Tamara. Wanita itu menoleh pada Travish dan tersenyum lembut.“Ayo!” kata Tamara sambil mengelus kepala Travish dengan lembut sementara wajahnya pun menampilkan senyum keibuan yang tak kalah lembut dan penuh kasih.Trevor yang baru pertama kalinya melihat senyum Tamara seperti itu sampai takjub dan mematung.Pria itu seperti tak lagi memijak di bumi, melainkan melayang-layang di luar angkasa hingga nyaris mendarat di mars.Bagaimana Trevor tidak kesal. Tamara sering tersenyum pada orang lain, tapi belum pernah tersenyum padanya sama sekali. Trevor juga tak pernah sekalipun melihat senyum Tamara yang seperti ini diberikan wanita itu p
“Ayo kita pemanasan!” ajak Tamara ketika mereka tiba di jalanan setapak yang mengitari taman terdekat.“Ayo! Biar aku yang memimpin, ya!” sahut Tilly dan mulai maju hendak memberikan paduan gerak pemanasan.Di kamar sebelah Tamara, Trevor tidak bisa tidur nyenyak setelah satu malam di hotel bintang lima, lalu pindah ke unit tepat di sebelah Tamara yang belum dibersihkan.Dia terpaksa tidur di atas tempat tidur bekas penyewa sebelumnya. Trevor hanya mengganti seprai dan melapisinya dengan bed cover tebal.Tapi tetap saja, Trevor tidak bisa merasa nyaman seperti di rumah, atau di hotel.Masalah baru pun muncul lagi ketika dia tanpa sengaja terbangun dan mulai bersin-bersin.“Sial!” Pria itu menyambar ponsel dan memencet nomor Lorenzo.“Ya?” sahut Lorenzo dengan suara setengah sadar. Dia masih tidur dan sudah diganggu sepagi ini. Sungguh mengesalkan.“Aku menyuruhmu memesan cleaning service profesional. Tapi kenapa masih banyak debu tak terlihat di ruangan ini?!” deru Trevor kesal.“Apa?
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments