“Minum ini dulu sebelum kita ke atas.”
Sore itu Vicco membawa Tamara ke sebuah hotel untuk bertemu dengan klien penting.
Katanya pada Tamara, kliennya itu merupakan pasangan paruh baya yang bersedia memberikan dukungan pada kampanyenya nanti, jika dia merasa Vicco merupakan pribadi yang hangat dan dapat dipercaya.
Saat ini Vicco sedang melebarkan sayapnya di dunia politik. Dalam sembilan bulan ke depan, Vicco akan mengikuti pemilihan pemimpin distrik sebagai wakil gubernur.
Jika berhasil dia bahkan akan menjadi wakil gubernur termuda.
Untuk itu dia membutuhkan penyokong dana yang sangat besar dan Tuan Kozlov adalah salah satunya.
Namun, dia perlu membuat dirinya memiliki citra diri seperti yang diharapkan Pasangan Kozlov.
Maka dari itu, Vicco meminta Tamara untuk mendampinginya di pertemuan sore ini.
Sebagai kekasih yang sangat mensupport kesuksesan satu sama lain, Tamara tentu saja bersedia.
Saat ini mereka sudah tiba di parkiran hotel dan Vicco menyodorkannya sebotol jus apel kesukaannya.
“Trims, Vic, kapan kamu membuat jus stroberi ini?” ucap Tamara sembari menyambut sebotol jus yang masih terlihat dingin dan segar, tanpa curiga sedikit pun.
Di benaknya sudah terbayang kelezatan minuman itu, terlebih lagi sore ini udara sangat kering dan panas.
“Segar?” tanya Vicco yang melihat Tamara meminum jus stroberi buatannya itu dengan tawa puas dalam hati.
Tamara hanya minum beberapa teguk saja, tapi Vicco tahu itu sudah lebih dari cukup.
Obat perangsang yang dituangnya di minuman itu memiliki efek yang kuat. Hanya minum setengah saja, Tamara takkan bisa menahan ledakan libido dalam dirinya.
Di hadapannya, Tamara mengangguk dengan senyum lebar. Kesegaran minuman tadi dianggapnya sebagai perhatian dan kasih sayang Vicco padanya.
“Ayo kita ke atas. Jangan biarkan pasangan Kozlov menunggu kita terlalu lama,” kata Vicco lagi sambil turun.
Pria 24 tahun itu juga membukakan pintu untuk Tamara dan bersama-sama mereka memasuki hotel.
Mereka menaiki lift dan saat tiba di depan pintu kamar tujuan mereka, Vicco tiba-tiba merogoh saku celana dan bajunya seperti kehilangan sesuatu.
“Sial! Ponselku ketinggalan di mobil. Kamu duluan saja ke kamar 1919, aku akan kembali ke mobil dulu untuk mengambil ponsel,” kata Vicco lagi seraya mendorong lembut tubuh Tamara agar melangkah lagi menuju kamar yang mereka tuju.
“Aku rasa, lebih baik aku ikut ke mobil juga, setelah itu baru kita naik sama-sama,” tolak Tamara yang enggan bertemu dengan rekan bisnis Vicco sendirian.
Biar bagaimana pun dia hadir hanya sebagai pendamping Vicco.
Tapi pria itu menolak.
“Jangan! Pasangan Kozlov selalu datang lebih cepat dan mereka tidak suka kalau partner bisnis mereka datang terlambat.
Ini sudah tinggal dua menit lagi menuju waktu perjanjian kita. Jadi lebih baik kamu duluan ke sana, ya. Lagipula kalau aku sendirian yang turun ke basement, aku bisa berlari dan lebih cepat kembali ke sini. Ayolah, Tamara, help me this time.”
Melihat raut memohon dari Vicco juga karena alasan yang dikemukakan pria itu masuk akal, Tamara pun menurutinya.
“Ini kuncinya. Mereka memiliki kunci sendiri dan pasti sudah di dalam kamar. Jadi, sapalah mereka dengan hormat. Oke, Baby?”
Tamara mengangguk dan Vicco gegas memasuki lift.
Tamara pun melangkah dan tiba di depan pintu kamar 1919.
Dia memastikan dua kali bahwa dia tidak salah kamar dan tangannya mulai terangkat untuk mengetuk pintu.
Tidak mendapatkan jawaban, Tamara pun membuka pintu kamar dan melangkah masuk.
Hanya saja, Tamara tak menyangka jika kamar itu masih dalam keadaan gelap.
Tamara maju perlahan mencari saklar, tapi sialnya pintu kamar itu menutup perlahan dengan sendirinya.
Ceklek!
Entah mengapa jantung Tamara nyaris melompat dari rongganya.
Kedua tangannya pun meraba-raba dinding mencari saklar untuk menyalakan lampu.
Di saat yang sama, penciumannya menangkap aroma cendana yang mahal bercampur musk yang maskulin. Jika memang pasangan Kozlov belum tiba, kenapa ada aroma maskulin di ruangan ini?
Tamara kembali mencari-cari saklar lampu berharap bisa segera melihat seisi ruangan ini.
Namun tiba-tiba saja sebuah tangan yang keras dan kokoh menangkap pinggangnya dan menarik tubuhnya dengan cepat.
“Argh!” Tamara berteriak terkejut tapi di detik yang sama tubuhnya sudah terhempas ke atas tempat tidur.
Meskipun gelap, Tamara bisa mengetahui ada seseorang -seorang pria- yang mengukungnya di atas ranjang.
Pria itu tidak mengenakan baju. Kulitnya terasa hangat dan dada serta lengannya terasa keras. Pria itu seperti beton tebal yang kokoh. Tenaga Tamara saat mendorongnya bukanlah apa-apa.
“Sia- siapa kamu?” tanya Tamara dengan deru jantung tak karuan. Adrenalinnya meningkat cepat.
Apakah Tn. Kozlov? Jika iya, kenapa pria itu menindihnya di tempat tidur? Lalu di mana Ny. Kozlov? Dan kenapa juga Tn. Kozlov tidak bertubuh lembek seperti seorang paruh baya?
“Kau tidak tahu siapa aku?” Suara yang berat yang terdengar berbahaya keluar dari bibir yang berada tepat di atas wajahnya itu.
Tamara sontak merinding. Bulu kuduknya meremang.
“Ap- apakah Anda ... Tn. Kozlov?” Tamara berusaha keras mengucapkan nama itu.
Pria itu terdengar mendengus kecil sebelum menjawabnya, “Itu nama belakangku.”
“La- lalu Anda mau apa?” tanya Tamara lagi yang mulai merasakan jari Tn. Kozlov merayapi pelipisnya hingga menjalar ke pipi sedangkan deru napas pria itu menerpa-nerpa wajahnya.
“Kau masih bertanya apa mauku?” tanya pria itu lagi seperti desissan ular mematikan. “Aku rasa kekasihmu itu tidak memberitahumu bahwa dia sudah menumbalkanmu padaku sebagai ganti dukungan yang akan dia dapatkan saat kampanye nanti, huh?”
Apa? Menumbalkannya?
Glek! Tamara menelan ludahnya dengan susah payah.
“Menumbalkanku bagaimana?” tanyanya lagi seakan dia salah mendengar.
Suara berat itu kembali bergema, “Ya, menjadikanmu sebagai tumbal! Kau tidak salah dengar! Dia ingin aku mensuport-nya selama masa kampanye agar keberhasilannya menang pun lebih besar.
Tapi karena dia tidak memiliki uang yang cukup untuk membayar dukunganku, dia pun memberikanmu sebagai gantinya!” ucap Tn. Kozlov lagi dengan nada cuek, seraya menurunkan rayapan jarinya menuju leher Tamara.
Gadis itu semakin gugup dan berusaha menepis tangan Tn. Kozlov.
Di sisi lain, Tamara juga takut pada Tn. Kozlov karena aura pria itu yang kuat dan mendominasi.
Dia takut membuat Tn. Kozlov marah. Sedangkan dia masih ingin tahu lebih banyak akan kebusukan Vicco.
“Tapi kenapa Tuan bersedia hanya karena mendapatkan seorang gadis? Dengan uangmu, Tuan bisa membeli gadis manapun daripada repot-repot menerima pemberian Vicco seraya harus mesupport Vicco lagi.”
Suara Tamara kini sudah mulai bergetar.
Terdengar kekehan sinis suara Tn. Kozlov. “Tidak perlu mempertanyakannya! Ini hanyalah bisnis. Aku mendapatkan apa yang aku butuhkan, begitu pun dia. Hanya hubungan timbal balik!” desis Tn. Kozlov lagi.
“La- lalu bagaimana denganku?” tanya Tamara lagi.
Tn. Kozlov diam sejenak dan mengambil waktu untuk mengamati wajah Tamara dalam keremangan kamar. Lewat tatapan dinginnya jari itu turun merayapi belahan dadanya, membuat sekujur kulit Tamara bagai disetrum listrik ringan. Jari itu akhirnya mengunci pinggang Tamara.
“Kamu? Aku hanya ingin menikmatimu malam ini. Setelah itu, kamu bebas.
Vicco menumbalkanmu padaku karena katanya kamu masih perawan. Aku ingin mencoba bagaimana rasanya perawan,” sahut Tn. Kozlov seiring bibirnya mulai membekap bibir Tamara dan langsung melumatnya dengan rakus.
“Hmmpt! Hmmpt!” teriak Tamara sambil berusaha mendorong tubuh Tn. Kozlov, tapi suara itu tertelan lumatan Tn. Kozlov, dan tenaganya pun tak mampu menggeser seinchi pun dari tubuh pria itu.
Ketika tangan besar dan kuat Tn. Kozlov mulai mengunci pergelangan tangan Tamara di atas kepalanya, lalu sebelah tangannya menjelajah tubuh Tamara, tubuh gadis itu pun mulai panas.
Degup jantungnya meningkat drastis. Deru napasnya memberat. Dan akhirnya kewanitaannya berdenyut-denyut bagai meronta ingin agar Tn. Kozlov segera menyentuh tubuhnya.
Di parkiran mobil, Vicco mengamati jarum jam di pergelangan tangannya. Dia tersenyum sinis membayangkan saat ini pastilah obat perangsang yang dituang ke jus stroberi tadi sudah bekerja pada tubuh Tamara.
Entah pukul berapa, Tamara mengerjap dan terbangun. Kepalanya terasa berat dan otot-otot tubuhnya terasa nyeri.Tapi kamar sudah lebih terang daripada semalam, sekalipun langit di luar belum terang benderang.“Di mana ini?” gumam gadis 21 tahun itu sembari memandang sekelilingnya. Dia baru menyadari jika dia berada di sebuah kamar hotel. Ingatannya tentang semalam pun mulai bertayangan di benaknya.Oh, tidak! Dia sudah digerayangi Tn. Kozlov dan pria itu seperti harimau buas melampiaskan hasrat pada dirinya.Tamara tercekat dan langsung menoleh ke sebelahnya.Deg! Jantungnya nyaris copot.Kejadian semalam adalah nyata. Pria itu masih tertidur di sampingnya. Berarti ... pria ini adalah Tn. Kozlov.Dengan jantung yang bertalu tak karuan, Tamara mengamati wajah tentram yang tertidur di sampingnya itu.Ternyata Tn. Kozlov bukanlah pria paruh baya. Malahan dia tampak masih cukup muda dan sangat tampan.Hidungnya mancung, bibirnya tipis dan dikelilingi sisa cukuran cambang yang halus. Alisn
Enam tahun kemudian ...“Waaah anak-anak mami sudah ganteng dan cantik-cantik nih!” puji Tamara dengan senyum lembut dan penuh kasih pada kembar tiga yang dilahirkannya lima tahun lalu.Apa yang saat dulu dia takutkan dan dipandangnya sebagai mimpi buruknya, ternyata tidaklah seburuk itu.Sekalipun, Tamara sampai diusir ayah dan ibu tirinya saat ketahuan hamil, setidaknya triplet yang dia kandung dan lahirkan ternyata memberinya warna ceria dalam hidup.Bagi Tamara kini, triplet adalah hartanya yang paling berharga. Tiga anak kembarnya itu adalah pusat hidupnya.Untuk merekalah dia hidup. Karena merekalah dia bersemangat, berkarya, dan berbahagia.“Kami cantik tentu saja karena mewarisi kecantikan Mami Ratu sejagad raya ini!” seru Tilly dengan nada diplomatisnya.Cekikikan Thea pun bergema mengiringi pujian setinggi langit Tilly pada sang mami.“Aduuuh, kamu bisa aja, Tilly!” seru Tamara sembari tersenyum merona. “Mami kan jadi malu ...”Di hadapan tiga kembarnya, Tamara menjadi sosok
Seperti lima tahun lalu, poster-poster yang serupa juga berjejer di sepanjang jalan dan di billboard-billboard besar.Hanya saja kali ini Vicco menjadi calon Gubernur, sedangkan lima tahun lalu dia menjadi calon wakil gubernur.Hati Tamara terasa bagai diremas kuat.Dia adalah korban keserakahan Vicco.Dia kehilangan mahkota yang dia jaga sebagai seorang wanita pada pria asing yang tak dia inginkan sehingga dia diusir keluarganya saat rahimnya membuahkan benih pria asing itu.Saat Tamara berjuang melahirkan triplet, Vicco dilantik menjadi wakil gubernur. Belum cukup sampai di sana, atas dukungan Vicco, Darla juga mencuri rancangan gaun pengantin karya-nya lalu menjadikan rancangan itu sebagai karyanya sendiri.Darla mendapatkan pujian dan hadiah bonus dalam jumlah besar, sedangkan Tamara dipecat karena dianggap tak mampu bersaing secara sportif sehingga dia menebar fitnah pada Darla.Selain itu juga, selama lima tahun ini Vicco menikmati kehidupan gemilangnya sebagai wakil gubernur.
Tamara kebingungan. Dia tidak merasa melakukan hal yang salah, tapi kenapa pelanggannya ini marah.“Maaf, Miss- Eh ... bukan, maksudku ... Bu. Aku memanggil Anda-”“Eh, eh, eh, tadi ‘Miss’ sekarang ‘Bu’! Kau pikir aku ibu-ibu?” Suara Miss El-May semakin melengking dan terdengar menjengkelkan.Tamara kembali terperangah. Baru kali ini dia berhadapan dengan pelanggan yang sangat sulit disenangkan.Jika bukan karena Ny. Julia berpesan untuk melayani pelanggan ini dengan baik, maka Tamara pastilah sudah menolak melayani Miss El-May ini.“Jadi Anda mau disapa dengan sebutan apa?” tanya Tamara lagi dengan suara lembut dan penuh kerendahan hati.Dia masih memberi muka pada Ny. Julia.“Panggil aku Nyonya! Aku akan menjadi istri dari seorang pebisnis besar di kota ini. Suamiku adalah pria paling berkuasa di kota ini. Bahkan Gubernur pun tunduk padanya!Aku hanya perlu mengadu padanya maka dia akan menghancurkan apapun yang kutunjuk!Uangnya bahkan mampu membeli hidup matimu!Bahkan meremukkanm
Tamara kebingungan. Dia tidak merasa melakukan hal yang salah, tapi kenapa pelanggannya ini marah.“Maaf, Miss- Eh ... bukan, maksudku ... Bu. Aku memanggil Anda-”“Eh, eh, eh, tadi ‘Miss’ sekarang ‘Bu’! Kau pikir aku ibu-ibu?” Suara Miss El-May semakin melengking dan terdengar menjengkelkan.Tamara kembali terperangah. Baru kali ini dia berhadapan dengan pelanggan yang sangat sulit disenangkan.Jika bukan karena Ny. Julia berpesan untuk melayani pelanggan ini dengan baik, maka Tamara pastilah sudah menolak melayani Miss El-May ini.“Jadi Anda mau disapa dengan sebutan apa?” tanya Tamara lagi dengan suara lembut dan penuh kerendahan hati.Dia masih memberi muka pada Ny. Julia.“Panggil aku Nyonya! Aku akan menjadi istri dari seorang pebisnis besar di kota ini. Suamiku adalah pria paling berkuasa di kota ini. Bahkan Gubernur pun tunduk padanya!Aku hanya perlu mengadu padanya maka dia akan menghancurkan apapun yang kutunjuk!Uangnya bahkan mampu membeli hidup matimu!Bahkan meremukkanm
Seperti lima tahun lalu, poster-poster yang serupa juga berjejer di sepanjang jalan dan di billboard-billboard besar.Hanya saja kali ini Vicco menjadi calon Gubernur, sedangkan lima tahun lalu dia menjadi calon wakil gubernur.Hati Tamara terasa bagai diremas kuat.Dia adalah korban keserakahan Vicco.Dia kehilangan mahkota yang dia jaga sebagai seorang wanita pada pria asing yang tak dia inginkan sehingga dia diusir keluarganya saat rahimnya membuahkan benih pria asing itu.Saat Tamara berjuang melahirkan triplet, Vicco dilantik menjadi wakil gubernur. Belum cukup sampai di sana, atas dukungan Vicco, Darla juga mencuri rancangan gaun pengantin karya-nya lalu menjadikan rancangan itu sebagai karyanya sendiri.Darla mendapatkan pujian dan hadiah bonus dalam jumlah besar, sedangkan Tamara dipecat karena dianggap tak mampu bersaing secara sportif sehingga dia menebar fitnah pada Darla.Selain itu juga, selama lima tahun ini Vicco menikmati kehidupan gemilangnya sebagai wakil gubernur.
Enam tahun kemudian ...“Waaah anak-anak mami sudah ganteng dan cantik-cantik nih!” puji Tamara dengan senyum lembut dan penuh kasih pada kembar tiga yang dilahirkannya lima tahun lalu.Apa yang saat dulu dia takutkan dan dipandangnya sebagai mimpi buruknya, ternyata tidaklah seburuk itu.Sekalipun, Tamara sampai diusir ayah dan ibu tirinya saat ketahuan hamil, setidaknya triplet yang dia kandung dan lahirkan ternyata memberinya warna ceria dalam hidup.Bagi Tamara kini, triplet adalah hartanya yang paling berharga. Tiga anak kembarnya itu adalah pusat hidupnya.Untuk merekalah dia hidup. Karena merekalah dia bersemangat, berkarya, dan berbahagia.“Kami cantik tentu saja karena mewarisi kecantikan Mami Ratu sejagad raya ini!” seru Tilly dengan nada diplomatisnya.Cekikikan Thea pun bergema mengiringi pujian setinggi langit Tilly pada sang mami.“Aduuuh, kamu bisa aja, Tilly!” seru Tamara sembari tersenyum merona. “Mami kan jadi malu ...”Di hadapan tiga kembarnya, Tamara menjadi sosok
Entah pukul berapa, Tamara mengerjap dan terbangun. Kepalanya terasa berat dan otot-otot tubuhnya terasa nyeri.Tapi kamar sudah lebih terang daripada semalam, sekalipun langit di luar belum terang benderang.“Di mana ini?” gumam gadis 21 tahun itu sembari memandang sekelilingnya. Dia baru menyadari jika dia berada di sebuah kamar hotel. Ingatannya tentang semalam pun mulai bertayangan di benaknya.Oh, tidak! Dia sudah digerayangi Tn. Kozlov dan pria itu seperti harimau buas melampiaskan hasrat pada dirinya.Tamara tercekat dan langsung menoleh ke sebelahnya.Deg! Jantungnya nyaris copot.Kejadian semalam adalah nyata. Pria itu masih tertidur di sampingnya. Berarti ... pria ini adalah Tn. Kozlov.Dengan jantung yang bertalu tak karuan, Tamara mengamati wajah tentram yang tertidur di sampingnya itu.Ternyata Tn. Kozlov bukanlah pria paruh baya. Malahan dia tampak masih cukup muda dan sangat tampan.Hidungnya mancung, bibirnya tipis dan dikelilingi sisa cukuran cambang yang halus. Alisn
“Minum ini dulu sebelum kita ke atas.”Sore itu Vicco membawa Tamara ke sebuah hotel untuk bertemu dengan klien penting.Katanya pada Tamara, kliennya itu merupakan pasangan paruh baya yang bersedia memberikan dukungan pada kampanyenya nanti, jika dia merasa Vicco merupakan pribadi yang hangat dan dapat dipercaya.Saat ini Vicco sedang melebarkan sayapnya di dunia politik. Dalam sembilan bulan ke depan, Vicco akan mengikuti pemilihan pemimpin distrik sebagai wakil gubernur.Jika berhasil dia bahkan akan menjadi wakil gubernur termuda.Untuk itu dia membutuhkan penyokong dana yang sangat besar dan Tuan Kozlov adalah salah satunya.Namun, dia perlu membuat dirinya memiliki citra diri seperti yang diharapkan Pasangan Kozlov.Maka dari itu, Vicco meminta Tamara untuk mendampinginya di pertemuan sore ini.Sebagai kekasih yang sangat mensupport kesuksesan satu sama lain, Tamara tentu saja bersedia.Saat ini mereka sudah tiba di parkiran hotel dan Vicco menyodorkannya sebotol jus apel kesuka