Tamara kebingungan. Dia tidak merasa melakukan hal yang salah, tapi kenapa pelanggannya ini marah.
“Maaf, Miss- Eh ... bukan, maksudku ... Bu. Aku memanggil Anda-”
“Eh, eh, eh, tadi ‘Miss’ sekarang ‘Bu’! Kamu pikir aku ibu-ibu?” Suara Miss El-Mia semakin melengking dan terdengar menjengkelkan.
Tamara kembali terperangah. Baru kali ini dia berhadapan dengan pelanggan yang sangat sulit disenangkan.
Jika bukan karena Ny. Julia berpesan untuk melayani pelanggan ini dengan baik, maka Tamara pastilah sudah menolak melayani Miss El-Mia ini.
“Jadi Anda mau disapa dengan sebutan apa?” tanya Tamara lagi dengan suara lembut dan penuh kerendahan hati.
Dia masih memberi muka pada Ny. Julia.
“Panggil aku Lady! Aku akan menjadi istri dari seorang pebisnis besar di kota ini. Suamiku adalah pria paling berkuasa di kota ini. Bahkan Gubernur pun tunduk padanya!
Aku hanya perlu mengadu padanya maka dia akan menghancurkan apapun yang kutunjuk!
Uangnya saja mampu membeli hidup matimu!
Bahkan meremukkanmu hidup-hidup di bawah sepatunya pun dia mampu!
Jangan main-main denganku, ya!”
Tamara ingin mendengus marah atas apa yang dikatakan Miss El-Mia. Tapi dia berusaha tenang dan tetap rendah hati.
Sebagai asisten butik, dia adalah bagian dari wajah butik Ny. Julia. Tamara tidak bisa seenaknya memarahi customer, apalagi Miss El-Mia adalah customer VIP.
Dengan tetap tenang, Tamara menjawabnya, “Baiklah, Lady El-Mia. Maafkan aku tadi. Aku hanya meniru panggilan dari Ny. Julia terhadap Anda.”
“Itu kan dia! Sebagai pebisnis wanita yang sukses, Ny. Julia berhak memanggilku Miss. Tidak sepertimu yang hanya pelayan! Sekarang, berhenti basa basi. Tunjukkan padaku koleksi premium kalian!”
Tamara menyanggupi permintaan Lady El-Mia. Baginya kasarnya Lady El-Mia tidak ada apa-apanya dibandingkan pengkhianatan Vicco dan Darla terhadapnya.
Jadi, dia masih bisa menahannya. Lagipula dia tak mengenal Lady El-Mia secara pribadi. Ini hanyalah tuntutan profesionalisme dalam pekerjaan.
Tidak perlu memasukkan sikap kasarnya ini ke hati.
Tak sampai lima menit kemudian, Tamara sudah membawa Lady El-Mia ke lantai dua, lalu menunjukkan gaun-gaun pengantin premium koleksi dari Julia’s Bridal.
Lady El-Mia menatap semua itu satu per satu dengan takjub.
Dia membuka dan mulai melihat-lihat. Namun, sesekali Lady El-Mia melirik Tamara yang terlihat sabar menantinya.
“Mana gaun paling baru, paling mahal?” tanyanya dengan nada sok.
“Yang ini, Lady. Gaun ini hasil rancangan designer Paris yang ternama. Gaun eksklusif ini hanya diproduksi satu item di satu negara. Dan hanya ada tujuh negara saja yang kebagian gaun ini.”
Tamara masih menyematkan senyum kecil di penghujung penjelasannya.
Lady El-Mia melihatnya dengan hati yang terasa panas dan marah.
Tamara ini ... entah tidak mengerti atau memang tidak mampu mencerna hinaan yang ditujukan padanya.
Wanita ini masih sanggup bersikap tenang, menjelaskan dengan bagus, dan bahkan mengulas senyum kecil.
Sungguh, beda antara bersikap masa bodoh dan bodoh beneran itu setipis tissue.
Lady El-Mia jelas-jelas kesal tapi dia seakan tidak menemukan celah lain untuk membuatnya bersikap kasar pada Tamara.
Lady El-Mia akhirnya memilih gaun yang ditunjukkan Tamara tadi.
Dia ingin tampil terbaik di pernikahannya ini nanti. Tentu saja. Wanita mana yang tidak mengidam-idamkan pernikahannya nanti?
“Ya sudah! Berhubung boss-mu sedang tidak di tempat, besok saja aku datang lagi! Calon suamiku akan menjemput dan mengajakku dinner romantis malam ini, jadi aku tidak bisa lama-lama di sini!”
Tamara terperangah. Kenapa tidak dari tadi saja pulang, malah ini membuatnya mengeluarkan berbagai koleksi gaun yang berat-berat begini. Dasar!
Tapi semua kata-kata itu hanya bergema di kepala Tamara saja. Di permukaan, Tamara memberikan anggukkan kepala dengan rasa hati yang lega.
Lady El-Mia mengibas rambut pirang panjangnya dengan angkuh ketika berjalan keluar diantar oleh Tamara.
Senyum sumringah baru terkembang ketika sebuah mobil Masserati klasik hitam berhenti di depannya.
Dari tempatnya berdiri dia bisa melihat bayang-bayang pria pujaannya duduk di bagian belakang mobil.
Driver tampak tergesa turun dari mobil untuk membukakan calon nyonya-nya itu pintu mobil.
Lady El-Mia pun memasuki mobil dengan gaya elegan yang dibuat-buat dan tanpa mengucapkan terima kasih.
Baginya, itu memang pekerjaan si driver.
Pintu mobil ditutup dengan lembut dan Lady El-Mia langsung bergelanyut manja di lengan kekar pria bertampang serius yang duduk di sampingnya.
Mobil mulai dijalankan dan Lady El-Mia berkata dengan manjanya, “Kita akan ke mana, Trevor?”
Dengan suara rendah yang terdengar tak peduli, calon suami Lady El-Mia menjawabnya, “Mengantarmu pulang ke rumah.”
“Apa?” protes wanita itu, “Jangan pulang dong, aku masih ingin bersamamu. Bagaimana kalau kita ke resort tepi pantai? Setelah itu kita bisa bersantai di jakuzi dan bermesraan,” bisik Lady El-Mia lagi berusaha menggoda Trevor.
Mendapatkan Trevor sebagai calon suaminya, El-Mia seperti mendapati sekotak peti harta karun. Trevor begitiu diidamkan para wanita di negara ini.
Bahkan sampai negara lain, nama Trevor mampu membuat wanita-wanita sosialita berkedut-kedut.
Jika mereka melihat tampilan Trevor yang begitu perkasa dan berkuasa, para wanita bukan lagi berkedut namun langsung basah menggenang.
Tapi pria yang paling diidamkan para wanita sosialita di seluruh dunia ini ada di sampingnya. Pria ini juga menjemputnya dan bersedia menikahinya.
El-Mia merasa begitu bersyukur.
Tapi perjuangannya belum selesai. Dia masih harus menaklukkan hati Trevor.
“Tidak. Aku masih banyak pekerjaan. Jadi aku akan mengantarmu pulang,” kata suara berat pria itu begitu dingin.
El-Mia merajuk sedikit. “Kamu ini kenapa bekerja terus? Kapan kamu ada waktu untukku?”
Tapi kemudian, trevor menoleh padanya dengan tatapan tajam menghunus wajah El-Mia.
Wanita itu sontak terdiam dan tertegun.
“Kalau kau tidak ingin diturunkan di jalanan ini, sebaiknya kau diam. Dan duduklah di sana! Spase kosong di sana masih luas, jangan menempel-nempel terus padaku?”
El-Mia merasakan wajahnya merah padam karena malu. Masih untung tidak ada orang lain di sekitar mereka. Jika ada teman-temannya di sana, El-Mia akan merasakan malu yang tak tertolongkan lagi.
Segera El-Mia beringsut mundur dan duduk di sisi lain dari tempat duduk Trevor.
Wanita itu memandang ke luar jendela dengan pikirannya yang menerawang kesal.
Sedangkan Trevor mendengus kesal di dalam hatinya.
Dua bulan lalu Vicco kembali meminta dukungannya untuk kampanye kali ini menjadi Gubernur.
Saat itu, Trevor mengajukan syarat tambahan bahwa Vicco harus menyerahkan padanya gadis perawan yang dia tiduri enam tahun lalu.
Trevor tak bisa melupakan gadis itu. Dia terngiang akan rasa dan aroma gadis itu. Juga, gadis itulah satu-satunya perawan yang pernah dia tiduri.
Dan saat ini dengan desakan keluarganya agar dia segera menikah dan memberikan penerus, Trevor menginginkan gadis yang tidak tersentuh pria lain sebagai istrinya.
Vicco memberikan El-Mia padanya. Kata Vicco, dialah gadis enam tahun lalu.
Trevor memang mengambil El-Mia dan mempersiapkan pernikahan mereka.
Hanya saja semakin hari Trevor merasa aneh. Kesannya tentang Lady El-Mia ini sangat berbeda jauh dari memorinya tentang gadis perawan di enam tahun lalu.
“Apa analisis Anda ini tidak salah? Jangan bermain-main dengan saya!” Suara Trevor bergema kuat di ruang konsultasi dokter yang dia kunjungi. Trevor mengantarkan Lady El-Mia kembali ke rumah tadi karena dia hendak menuju rumah sakit untuk berkonsultasi tentang kesehatannya, bukan karena dia sibuk seperti katanya pada El-Mia tadi. Namun, Trevor berang saat baru saja mendengar analisis dokternya yang mengatakan bahwa dia menderita penyakit yang membuat kesuburannya terganggu. Dari penjelasan dokter, penyakitnya ini skala ringan, tanpa gejala dan tanpa nyeri, sehingga tidak dibutuhkan tindakan pembedahan sama sekali. Tindakan pengobatan pun hanya memerlukan olahraga ringan seperti jalan kaki, berenang, dan bersepeda. Hanya saja, yang menyebabkan Trevor kesal setengah mati adalah bahwa penyakit ini bisa mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas spermanya, sedangkan orang tuanya sudah tak sabar untuk menimang cucu. “Maaf, Tn. Kozlov, seperti itulah efek dari penyakit ini. Tapi A
Sungguh kebetulan yang luar biasa.Selain itu juga, entah mengapa dia merasa dua wajah di hadapannya ini cukup familier.Trevor sampai tak bisa mengalihkan tatapannya dari mereka.Hanya saja, sekalipun dia mengaduk-aduk ingatannya, Trevor tidak bisa menyebutkan satu pun nama yang memiliki kemiripan wajah di hadapannya itu.Rasa penasarannya semakin bergejolak.“Siapa kalian?” tanyanya pada dua gadis kecil itu.Sontak saja, Thea dan Tilly berkacak pinggang.“Paman yang siapa?” sahut Tilly tak merasa takut sama sekali. Suaranya yang cempreng pun terdengar lucu.Karena pertanyaannya malah dibalas dengan pertanyaan juga, Trevor semakin penasaran. Dia pun terkekeh pelan.“Namaku Trevor. Apa kalian mengenaliku?”Dengan polosnya, Thea dan Tilly menggelengkan kepala mereka.“Aku sudah memperkenalkan namaku. Sekarang giliran kalian,” titah Trevor.Meskipun tidak
“Kalian ini, kenapa tadi berlarian di rumah sakit sampai Bibi cukup lama mencari kalian!” Bibi Beatrice terlihat cemas ketika Thea dan Tilly berlarian kembali ke tempat antrian mereka. Dua gadis kecil itu bukannya merasa bersalah malah tertawa-tawa mendengar gerutuan Bibi Beatrice. Mereka sampai tak melihat di samping Bibi Beatrice, Travish melayangkan tatapan super tajam pada mereka. Jika ada Bibi Beatrice atau mommy bersama mereka, mau Travish menatap tajam atau bahkan menggeram marah pun mereka tidak akan takut. Lain hal jika hanya ada mereka bertiga saja. Mereka sudah pasti tidak akan berani macam-macam pada Travish. “Kami bosan menunggu, Bibi!” seru Tilly menjawab Bibi Beatrice. “Lain kali jangan seperti itu lagi! Kalau tadi kalian hilang dan tersesat bagaimana?” tanya Bibi Beatrice lagi. Wanita yang cocok untuk menjadi nenek mereka ini memiliki hati seluas samudera. Kesabaran Bibi Beatrice sangat besar. Dia tak pernah marah menghadapi tingkah laku triplet, senakal apapun m
Tamara terkesiap.Setahu Tamara, wajah Travish merupakan miniatur dari wajah pria yang di malam enam tahun lalu.Tapi lalu Tilly dan Thea mengatakan wajah paman galak yang mereka temui di rumah sakit mirip dengan Travish, bahkan tatapan matanya pun persis sama.Tamara terkejut juga penasaran.Bagaimana bisa?Apakah paman galak yang mereka sebut itu merupakan pria enam tahun lalu?Biar bagaimana pun, pria enam tahun lalu memiliki wajah yang tidak pasaran. Jika benar paman galak itu adalah pria enam tahun lalu, Tamara merasa bersyukur Thea dan Tilly tidak diapa-apakan pria itu.Tamara juga bersyukur bahwa pria itu tidak bertemu dengan Travish.Malam itu, kembali Tamara tidur dihantui kejadian enam tahun lalu, lalu saat dia melahirkan triplet.Tamara sedang duduk sambil menggendong triplet di lengan kanan, kiri, bahkan merebahkan baby Travish di tengah-tengah dua kakinya yang bersila ketika pria enam tahun lalu tiba-tiba muncul dengan wajah seram, lalu mendekat dan mengambil Travish dari
Di saat bersamaan, ada rekan kerjanya yang memasuki ruangan gaun. Tamara pun langsung menjauh lagi dari tembok agar tidak sampai ketahuan ingin mengintip. Tapi dia masih bisa mendengar suara di ruang depan. “Miss El-Mia, Anda pasti mau mencoba gaun yang kemarin kan?” Sembari memasang telinganya baik-baik, Tamara bisa membayangkan Lady El-Mia akan menaikkan kaca mata hitamnya hingga bertengger di atas kepala. Benar saja suara wanita itu terdengar angkuh saat berkata lagi, “Iya! Ada beberapa yang kusuka. Sudah dicatatkan asistenmu, bukan?” “Ada beberapa?” Ny. Julia terdengar bingung. Tamara menjadi tegang. Bukankah dua hari lalu Lady El-Mia hanya bilang dia menginginkan gaun dari designer Paris yang eksklusif hanya dibuat untuk tujuh negara saja? Tamara jelas sudah mencatat yang itu, lalu mempersiapkan gaun itu dengan hati-hati kemarin. Kenapa sekarang katanya Lady El-Mia dia memiliki beberapa gaun yang dia taksir? Suara Lady El-Mia terdengar lagi, lebih menekan. “Iya, ada bebe
Deg!Tamara seperti dicabut rohnya sehingga tubuhnya mematung bagai tak bernyawa.Pria itu menatap ke arahnya. Wajahnya masih seperti enam tahun lalu. Sungguh tak berubah.Dan benar apa yang tertanam dalam ingatannya bahwa wajah pria itu sama persis seperti Travish. Travish seolah merupakan miniatur pria itu!Dengan roh yang terbirit-birit, Tamara segera mengalihkan tatapannya ke lantai.Namun, degup jantungnya tak mampu berhenti dari rontakannya.Tamara sampai tak menyadari jika Lady El-May sudah menunjuk dua dari lima gaun yang dibawanya untuk dicobanya ke ruang ganti.“Ssttt! Psssttt!”Rekan kerja Tamara mencolek lengan Tamara agar tersadar dari lamunannya.Tamara gelagapan dan detik berikutnya terdengar lagi suara Lady El-May, “Hei, kamu melamunin apa sih?”Lady El-May tampak kesal. Tamara yang tak berani bersuara pun gegas membawa gaun yang sedang dipegangnya.Ada pria enam tahun lalu, tentu saja Tamara tak berani bersuara. Dia takut pria itu mengenali suaranya.Tapi setelah dia
Benar sekali. Aroma stroberi itu makin kental tercium dari balik tirai.Apakah ini berarti gadis berambut cokelat gelap itulah yang merupakan gadis 6 tahun lalu?Trevor masih perlu mendengar suaranya. Walaupun waktu telah lama berlalu dan suara gadis itu sudah tak mampu dia ingat lagi, tapi Trevor yakin jika dia mendengarnya lagi, dia akan mengingatnya.Trevor semakin diam berdiri di balik tirai, menunggu gadis asisten berambut coklat itu mengatakan sesuatu.Sedang menunggu, tiba-tiba yang terdengar dari dalam adalah suara El-May yang membentak gadis asisten butik.“Kau bisa kerja tidak sih? Kau sengaja ya membuat kulitku terkait zipper, hah?”Trevor terkejut.Inilah bukti aneh yang dicarinya selama ini.Rasa-rasanya tidak mungkin jika gadis enam tahun lalu berperawak kasar dan membentak-bentak angkuh seperti ini.Lalu bentakan itu masih berlanjut.“Kalau tidak bisa kerja, seharusnya kau berhenti dari sini, jangan membuat marah pelanggan terus-terusan. Atau kau memang sengaja membuatku
“Mohon maaf, Tuan, tapi asisten saya sudah pulang. Aku mohon maaf,” ucap Ny. Julia sambil menyembunyikan kecemasannya. Dia mengira kedatangan Trevor ke butiknya mencari Tamara setelah mengantar El-May pulang pastilah karena pria itu ingin membuat perhitungan pribadi dengan Tamara. Ny. Julia berkeluh kesah dalam hatinya. Tamara telah membuat keadaan yang tak bagus untuk kelangsungan bisnisnya. Lebih baik besok pagi dia langsung memecat Tamara. Di hadapannya, Trevor terlihat kesal. “Kalau begitu, di mana tempat tinggalnya?” Tak sanggup rasanya untuk menunggu walau satu hari lagi saja. Ny. Julia tercengang lagi. Namun lagi-lagi dia berpikir Tamara pastilah akan segera tamat karena pria seperti Trevor begitu ingin mencarinya dan menghadapinya secara langsung. Habislah Tamara! Dan itu berarti, dia dan bisnis bridalnya tidak boleh terkena imbas hal ini. Sayangnya, dia tidak mendata karyawannya. “Maaf, Tuan, tapi aku tidak tahu tempat tinggalnya. Aku tidak mendata karyawanku.” Begitu
“Apa tidak salah kau memberitahunya tentang penculikan anak-anaknya? Apa otakmu masih waras?” raung Percy pada Lorry.Rasanya Percy tak percaya rekan kerjanya bisa melakukan tindakan seblo-on itu.Tapi di hadapannya, Lorry malah tersenyum bangga dan mengangguk. “Tentu saja aku masih waras. Aku juga cerdas dan baik hati. Tiga hal itu haruslah ada bersamaan. Baru lengkap!”“Tapi untuk apa?” bentak Percy tak habis pikir.Lorry tampak menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak percaya pertanyaan itu bisa datang dari Percy.“Kalau aku tidak memberitahukannya, saat pagi ini dia bangun dan mendapati tripletsnya tidak ada di apartemen, bisa-bisa dia histeris dan ketakutan. Apa kau tidak kasihan padanya?”Percy merasakan kepalanya ditusuk ribuan jarum. Entah kepalanya yang eror atau Lorry yang eror.Tapi dilihat dari raut wajahnya, Lorry terlihat tidak eror.“Kita ini pengawal seorang boss mafia. Lalu kau masih kasihan pada wanita seperti Tamara? Yang menjadi target operandi kita? Atau kau ada perasa
Suara garang dan berat tadi seketika melunak, menyisakan suara yang serak seakan menampung penyesalan Trevor dari dalam hati.Tatapan berang itu pun telah berubah menjadi sendu.Di matanya sekarang ini, dua gadis kecil itu menjelma menjadi bocah yang tak pernah mendapatkan kasih sayang darinya selama lima tahun.Tak pernah sekalipun Trevor pernah membayangkan selama ini bahwa anak-anaknya akan hidup dalam kondisi berkekurangan seperti ini, yang harus berjuang untuk diri mereka sendiri, tanpa ada sosok ayah selama lima tahun, bahkan sosok ibu pun harus meninggalkan mereka di pagi hingga sore hari demi mencari nafkah.Anak-anaknya ... darah dagingnya ... harus melalui kehidupan seperti itu! Sedangkan dia sebagai ayah mereka ...?Sulit untuk merelakan atas segala hal yang mereka alami. Dan lebih sulit lagi memaafkan dirinya sendiri.Selama ini dia tak pernah berkekurangan. Dia bahkan menggaji banyak orang untuk melakukan segala hal untuknya!Waktu luangnya bahkan diisi dengan penuh kesen
Dengan hati tercubit secuil ... Trevor mendelik tajam pada Tilly, wajah itu mulai menggelap dan kepala itu mendongak tinggi untuk menatap dua bocah itu dari atas.Dua tangan nya pun sudah berkacak pinggang. Tarikan napasnya sangat dalam dan akhirnya keluar sangat amat perlahan.Untuk pertama kalinya, dia berhasil mengendalikan kekesalannya dan berhasil menyingkirkan ke sudut lain yang tak terpakai. Setidaknya untuk saat ini.Trevor memilih untuk mengalihkan pertanyaan mereka.“Kenapa kalian sampai memanggang roti sendiri pakai kompor pula?Apa kalian tidak takut terkena api dari kompor?” tanya Trevor dengan nada galak tapi hangat. Siapapun bisa mendengar dengan jelas kepedulian dari nada suaranya itu.Ada rasa tak rela membayangkan dua putrinya yang begitu menggemaskan berkutat dengan kompor di usia sekecil ini.Dirinya sendiri saja baru setelah dewasa menyentuh kompor dan membuat roti bakar sendiri. Itu pun sangat jarang dia lakukan. Hanya di moment-moment terpaksa.“Ck, paman macam
Tilly jelas tak puas jika dia disuruh mempercayai apa yang Trevor ucapkan. Jadi, dia menanyakannya pada Thea dan Travish.“Aku juga tidak percaya. Apa yang dikatakan paman menyeramkan tadi itu tidaklah mungkin terjadi.” Thea sudah menyuarakan pikirannya.Kini Tilly memandangi Travish meminta pendapatnya.“Paman itu berkata jujur. Hanya saja ... tentu saja kejadiannya tidak persis seperti itu, bodoh!Paman menyeramkan hanya menceritakan setengah bagian saja. Yang sebenarnya terjadi adalah kita pastilah diculik oleh pengawal-pengawal paman menyeramkan itu. Jadi, saat ini kita adalah tahanan paman menyeramkan.”Mendengar penuturan Travish, dan kata diculik dan tahanan, sontak Tilly dan Thea membelalak ketakutan.“Aku tidak mau menjadi tahanan paman menyeramkan!”“Aku juga tidak!”Tilly dan Thea berseru bergantian.Tapi Travish menjawab dengan santai. “Aku juga tidak mau. Tapi ini sudah terjadi. Kita sudah menjadi tahanan paman menyeramkan. Tak ada gunanya kau berseru tidak mau!”Wajah Til
Sedang berpikir keras, tiba-tiba semerbak bau roti panggang dengan selai cokelat yang manis menguar di udara dan merasuk di penciuman mereka.Thea dan Tilly segera memegangi perut mereka.“Aku lapar ...” kata Thea dengan wajah memelas dan perut itu seakan mengiyakan ucapannya dengan mengeluarkan bunyi krucuk ... krucuk ...“Ayo makan kalau begitu!” kata sebuah suara bariton rendah secara tiba-tiba.Tiga bocah menoleh ke arah pintu kamar dan membelalak lebar seketika itu juga. “Paman menyeramkan?!” seru Tilly benar-benar tak percaya dengan penglihatannya. ***Trevor secara tiba-tiba sudah berada di ambang pintu. Pria itu berdiri dengan bahu bersandar pada kusen pintu. Tatapannya menyorot fokus ke arah triplets, tapi bibir tipisnya itu, sedikit terangkat di setiap ujungnya.Wajah yang biasanya sangar, keras, dan tajam, kini terlihat tenang, damai, dan ... mendamba.“Paman menyeramkan?” Tilly memandangi sekelilingnya, kemudian berlabuh di wajah Travish dan Thea berganti-gantian.“S
Trevor melirik jam di dinding lalu melirik dinding kaca di ruang tidurnya.Langit sudah terang. Pagi sudah tiba dan matahari mulai meninggi.Giorgio juga sudah datang dan berupada mengurangi efek bius pada triplet.Hanya saja, triplet masih belum tersadar.“Mereka tidak akan kenapa-kenapa, Signor. Biarkan dulu, nanti mereka akan sadar sendiri. Setelah sadar, perhatikan mereka. Jika ada ketidak beresan di tubuh mereka, atau cara bicara mereka, baru panggil aku lagi.”Trevor mengangguk sembari kedua matanya tetap terpaku pada triplet.Sungguh, hari ini benar-benar hari yang di luar nalarnya.Tak pernah terbayangkan olehnya dia akan mendapatkan triplet dan bocah-bocah yang diperkirakan sebagai hasil benih nya itu ada di atas tempat tidurnya.Hidupnya yang semula datar dan kelam, tiba-tiba berubah drastis ketika dia mulai teringat perawan enam tahun lalu.Lalu hanya dalam beberapa bulan, statusnya tiba-tiba berubah dari seorang suami rasa pria lajang, menjadi seorang daddy beranak tiga!Tr
“Bagaimana?”Suara Arnold bergema menatap Lorry yang baru saja menelpon boss mereka.Dia cukup was-was setiap kali Lorry yang memutuskan untuk menelpon Boss. Sudah beberapa kali Lorry ketika selesai menelpon malah seperti nge-blank dengan apa yang diperintahkan boss mereka.Pernah juga Lorry malah mengartikan lain dari perintah boss mereka.Lorry masih bisa bekerja seperti ini, bersama mereka, semua hanya karena boss mereka masih memberikan Percy kesempatan.Mungkin karena boss juga merasa Lorry cukup kasihan, tidak lagi memiliki keluarga dan tidak memiliki keterampilan lain untuk bisa membuatnya memiliki pekerjaan lain jika dipecat dari jajaran bodyguard Trevor ini.Tapi sungguh, setiap kali boss mereka sedang murka, Arnold selalu berpikir Lorry hanya tinggal menunggu saatnya saja dia untuk dipecat.Sungguh keberuntungan masih berpihak di diri Lorry hingga sampai saat ini dia belum dipecat.“Perintah Boss masih sama. Boss mau kita menangkap Tamara dan anak-anaknya lalu bawa mereka ke
Udara cukup dingin dan kencang membuat Tamara menyesal tidak meraih mantel yang tebal.Tapi tadi dia buru-buru dan pikirannya sedikit kacau melihat kondisi Thea seperti itu.Tamara tak mengingat lagi jika udara malam sekarang sudah mulai lebih dingin dari satu bulan yang lalu.Menghalau dingin sebisanya, Tamara terpaksa mengurai lagi rambut cokelat gelap panjang yang diikatnya asal tadi, kemudian merapatkan cardigannya saat dia hendak menyeberangi jalan.Hatinya kembali sesak memikirkan apa yang baru saja Thea alami hari itu.Jujur saja, Tamara senang ada Logan di sana yang sigap menyelamatkan Thea.Andai pria itu tidak ada di sana, Tamara belum tentu segesit itu langsung melompat ke kolam untuk menyelamatkan Thea. Tamara tidak terlalu pandai berenang.Meski demikan, Tamara sedikit kecewa atas Logan yang membiarkan anak yang mendorong Thea pergi begitu saja.Seharusnya, anak itu dituntut untuk meminta maaf pada Thea. Itu yang Tamara harapkan.Gadis kecilnya tidak boleh diperlakukan de
Demento melakukannya tanpa banyak tanya.Pria itu merupakan programmer handal dan terpercaya Trevor. Jenius dalam teknologi itu mampu menyelinap dalam jaringan resmi pemerintah.Dengan bantuan Demento, Trevor bisa bergerak mudah mencari keberadaan musuh dan informasi-informasi rahasia.Sedangkan Darrio yang ada di sampingnya, dengan tampilan kaku, pendiam, dan begitu dingin, merupakan sniper andalan dan terpercaya Trevor.Dua orang itu menjadikan gudang rahasia sebagai markas mereka.“Ini, Boss. Apa yang dicari?”Demento memperlihatkan dengan satu kali klik dan tampak di layar TV besar di hadapan Trevor berbagai tampilan CCTV jalan raya.Trevor memperhatikan dengan seksama.‘Sial! Sebanyak ini. Harusnya tadi aku mengajak Bruno! Biar dia yang memperhatikan semua ini!’Kemudian Trevor menunjukkan ponsel Tamara pada Demento.“Aku hanya ada foto anak-anaknya. Ibunya tidak ada foto.” Trevor pun mneunjukkan foto triplets yang ada di ponsel Tamara.Demento mengambilnya, melihat, kemudian kem