Trevor melirik jam di dinding lalu melirik dinding kaca di ruang tidurnya.Langit sudah terang. Pagi sudah tiba dan matahari mulai meninggi.Giorgio juga sudah datang dan berupada mengurangi efek bius pada triplet.Hanya saja, triplet masih belum tersadar.“Mereka tidak akan kenapa-kenapa, Signor. Biarkan dulu, nanti mereka akan sadar sendiri. Setelah sadar, perhatikan mereka. Jika ada ketidak beresan di tubuh mereka, atau cara bicara mereka, baru panggil aku lagi.”Trevor mengangguk sembari kedua matanya tetap terpaku pada triplet.Sungguh, hari ini benar-benar hari yang di luar nalarnya.Tak pernah terbayangkan olehnya dia akan mendapatkan triplet dan bocah-bocah yang diperkirakan sebagai hasil benih nya itu ada di atas tempat tidurnya.Hidupnya yang semula datar dan kelam, tiba-tiba berubah drastis ketika dia mulai teringat perawan enam tahun lalu.Lalu hanya dalam beberapa bulan, statusnya tiba-tiba berubah dari seorang suami rasa pria lajang, menjadi seorang daddy beranak tiga!Tr
Sedang berpikir keras, tiba-tiba semerbak bau roti panggang dengan selai cokelat yang manis menguar di udara dan merasuk di penciuman mereka.Thea dan Tilly segera memegangi perut mereka.“Aku lapar ...” kata Thea dengan wajah memelas dan perut itu seakan mengiyakan ucapannya dengan mengeluarkan bunyi krucuk ... krucuk ...“Ayo makan kalau begitu!” kata sebuah suara bariton rendah secara tiba-tiba.Tiga bocah menoleh ke arah pintu kamar dan membelalak lebar seketika itu juga. “Paman menyeramkan?!” seru Tilly benar-benar tak percaya dengan penglihatannya. ***Trevor secara tiba-tiba sudah berada di ambang pintu. Pria itu berdiri dengan bahu bersandar pada kusen pintu. Tatapannya menyorot fokus ke arah triplets, tapi bibir tipisnya itu, sedikit terangkat di setiap ujungnya.Wajah yang biasanya sangar, keras, dan tajam, kini terlihat tenang, damai, dan ... mendamba.“Paman menyeramkan?” Tilly memandangi sekelilingnya, kemudian berlabuh di wajah Travish dan Thea berganti-gantian.“S
Tilly jelas tak puas jika dia disuruh mempercayai apa yang Trevor ucapkan. Jadi, dia menanyakannya pada Thea dan Travish.“Aku juga tidak percaya. Apa yang dikatakan paman menyeramkan tadi itu tidaklah mungkin terjadi.” Thea sudah menyuarakan pikirannya.Kini Tilly memandangi Travish meminta pendapatnya.“Paman itu berkata jujur. Hanya saja ... tentu saja kejadiannya tidak persis seperti itu, bodoh!Paman menyeramkan hanya menceritakan setengah bagian saja. Yang sebenarnya terjadi adalah kita pastilah diculik oleh pengawal-pengawal paman menyeramkan itu. Jadi, saat ini kita adalah tahanan paman menyeramkan.”Mendengar penuturan Travish, dan kata diculik dan tahanan, sontak Tilly dan Thea membelalak ketakutan.“Aku tidak mau menjadi tahanan paman menyeramkan!”“Aku juga tidak!”Tilly dan Thea berseru bergantian.Tapi Travish menjawab dengan santai. “Aku juga tidak mau. Tapi ini sudah terjadi. Kita sudah menjadi tahanan paman menyeramkan. Tak ada gunanya kau berseru tidak mau!”Wajah Til
Dengan hati tercubit secuil ... Trevor mendelik tajam pada Tilly, wajah itu mulai menggelap dan kepala itu mendongak tinggi untuk menatap dua bocah itu dari atas.Dua tangan nya pun sudah berkacak pinggang. Tarikan napasnya sangat dalam dan akhirnya keluar sangat amat perlahan.Untuk pertama kalinya, dia berhasil mengendalikan kekesalannya dan berhasil menyingkirkan ke sudut lain yang tak terpakai. Setidaknya untuk saat ini.Trevor memilih untuk mengalihkan pertanyaan mereka.“Kenapa kalian sampai memanggang roti sendiri pakai kompor pula?Apa kalian tidak takut terkena api dari kompor?” tanya Trevor dengan nada galak tapi hangat. Siapapun bisa mendengar dengan jelas kepedulian dari nada suaranya itu.Ada rasa tak rela membayangkan dua putrinya yang begitu menggemaskan berkutat dengan kompor di usia sekecil ini.Dirinya sendiri saja baru setelah dewasa menyentuh kompor dan membuat roti bakar sendiri. Itu pun sangat jarang dia lakukan. Hanya di moment-moment terpaksa.“Ck, paman macam
Suara garang dan berat tadi seketika melunak, menyisakan suara yang serak seakan menampung penyesalan Trevor dari dalam hati.Tatapan berang itu pun telah berubah menjadi sendu.Di matanya sekarang ini, dua gadis kecil itu menjelma menjadi bocah yang tak pernah mendapatkan kasih sayang darinya selama lima tahun.Tak pernah sekalipun Trevor pernah membayangkan selama ini bahwa anak-anaknya akan hidup dalam kondisi berkekurangan seperti ini, yang harus berjuang untuk diri mereka sendiri, tanpa ada sosok ayah selama lima tahun, bahkan sosok ibu pun harus meninggalkan mereka di pagi hingga sore hari demi mencari nafkah.Anak-anaknya ... darah dagingnya ... harus melalui kehidupan seperti itu! Sedangkan dia sebagai ayah mereka ...?Sulit untuk merelakan atas segala hal yang mereka alami. Dan lebih sulit lagi memaafkan dirinya sendiri.Selama ini dia tak pernah berkekurangan. Dia bahkan menggaji banyak orang untuk melakukan segala hal untuknya!Waktu luangnya bahkan diisi dengan penuh kesen
“Apa tidak salah kau memberitahunya tentang penculikan anak-anaknya? Apa otakmu masih waras?” raung Percy pada Lorry.Rasanya Percy tak percaya rekan kerjanya bisa melakukan tindakan seblo-on itu.Tapi di hadapannya, Lorry malah tersenyum bangga dan mengangguk. “Tentu saja aku masih waras. Aku juga cerdas dan baik hati. Tiga hal itu haruslah ada bersamaan. Baru lengkap!”“Tapi untuk apa?” bentak Percy tak habis pikir.Lorry tampak menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak percaya pertanyaan itu bisa datang dari Percy.“Kalau aku tidak memberitahukannya, saat pagi ini dia bangun dan mendapati tripletsnya tidak ada di apartemen, bisa-bisa dia histeris dan ketakutan. Apa kau tidak kasihan padanya?”Percy merasakan kepalanya ditusuk ribuan jarum. Entah kepalanya yang eror atau Lorry yang eror.Tapi dilihat dari raut wajahnya, Lorry terlihat tidak eror.“Kita ini pengawal seorang boss mafia. Lalu kau masih kasihan pada wanita seperti Tamara? Yang menjadi target operandi kita? Atau kau ada perasa
Trevor mangut-mangut, dengan wajah mencibir. Tapi dia bukan mencibir Travish. Dia lebih tepatnya mencibir dirinya sendiri karena mendapat jawaban seperti itu dari bocah berusia lima tahun. Mau-maunya!“Oke! Memang tidak ada keharusan. Tapi tadi kan aku hanya bertanya,” kilahnya.“Tidak perlu bertanya terlalu detil, Paman. Nanti paman semakin ingin tahu. Dan itu akan membuat kami tidak nyaman.”Apaaa? Pakai menasehatinya pula!Kepalanya kembali terasa berdenyut.“Oke, oke. Kalau begitu, kita kembali ke roti panggang ... kau mau pakai selai apa? Cokelat? Kacang? Nanas? Atau ... krim keju?”“Kacang saja,” sahut Travish lagi masih dengan sikap dinginnnya.“Kacang?” Trevor terkesima. Selai kacang di roti bakar adalah favoritnya.“Iya. Kenapa?” Travish memicing curiga.“Tidak apa-apa. Tapi aku menyukai selai kacang,” aku Trevor.Dia tidak berharap apa-apa dari Travish. Tapi ketika kata-katanya itu keluar dan Travish malah memicingkan matanya, Trevor kembali merasa menemui lawan yang sulit u
Darla membaca pesan teks yang masuk.Dari Pablo.[Datang ke tempatku nanti sore. Aku sudah mendapatkan calon bayi untukmu 8 bulan lagi. Aku juga sudah menyiapkan sesuatu yang harus kau berikan pada suamimu tercinta itu.]Darla membaca dan merasakan hatinya dipenuhi kekesalan.Dia memang pada akhirnya mengiyakan tawaran Pablo, sekalipun hatinya tak rela bahwa dia harus mau tidur dengan Pablo kapanpun Pablo mau.Tapi apa daya ... dia membutuhkan bantuan dan penyokong baru.Vicco sudah membuagnnya diam-diam. Trevor tak bisa dia jangkau.Terpaksa dia menyetujui Pablo.Darla : [Apa yang kau punya untuk kuberikan pada suamiku?]Pablo : [Ramuan yang akan membuat dia tak bisa menolakmu lagi.]Darla menatap chat balasan Pablo.Ramuan yang membuat Trevor tak bisa menolaknya lagi?Rasa penasarannya mencuat beriringan dengan hatinya yang mulai senang. Di benaknya ramuan itu pastilan semacam obat perangsang sehingga Trevor tak bisa menolaknya lagi.Darla tersenyum. Pablo memang hebat.Dia pun gega
Ketika hati Trevor geram dengan kata-kata Tilly dan Thea, pikiran Tamara malah mengembara sedikit jauh.Dia teringat beberapa kali Thea dan Tilly selalu mengungkapkan keinginan mereka untuk memiliki ayah.Mereka iri melihat anak-anak lain bermain bersama ayah mereka, jalan-jalan besama ayah mereka.Anak-anak yang mempunyai ayah pun memiliki rutinitas menyambut sang ayah pulang kerja.Ini adalah hal-hal yang tak pernah mereka rasakan.Yang mereka sambut sepulang kerja hanyalah dirinya, sang mommy. Tapi mereka belum pernah menyambut sang ayah.Juga ketika anak-anak lain bisa merengek minta dibelikan es krim pada ayah mereka. Beberapa kali Tamara sempat melihat tatapan anak-anaknya itu ke arah para ayah yang menggandeng tangan anak-anak mereka saat jalan-jalan, lalu membelikan es krim, dan berjongkok memberikan es krim itu keapda anaknya.Adegan seperti itu mungkin adalah adegan kecil bagi anak-anak lainnya, tapi bagi mereka, mereka sangat merindukan adegan sederhana seperti itu.Namun,
Tatapan Trevor beralih dari wajah tesoro-nya, lalu pakaian yang berjejer rapi, lalu berakhir di Tamara.Tatapannya pun berubah dari hangat ke dingin dan tajam. “Sebagai ayah mereka, aku ingin memberikan sesuatu yang berkelas. Yang elegan. Yang tidak bisa kau berikan pada mereka. Karena mereka adalah bagian dari The Kozlov. Mereka adalah Tesoro-ku.”Trevor mengangkat dagu pertanda dia sangat puas akhirnya bisa mengucapkan kata-katanya itu. Terlebih lagi saat dilihatnya wajah Tamara tampak tersinggung, hatinya dipenuhi kepuasan yang menyebar seperti partikel parfum yang disemprotkan.Trevor sampai tak menyadari bahwa lima wajah di hadapannya, termasuk Bibi Beatrice, terlihat mematung.“Aku hanya berharap kalian menerimanya dengan senang hati,” kata Trevor lagi sambil menatap wajah ketiga triplets.Seakan dia tidak pernah mengatakan kata-kata yang menyakiti hati mommy mereka.Keadaan masih sunyi berdetik-detik lamanya.Sampai kemudian, Travish yang akhirnya bicara. Suaranya datar dan ta
Mendengar celetukan sinis dari entah Thea atau Tilly, untuk pertama kalinya, senyum tipis di bibir Trevor berthan lebih lama dari seharusnya.Biar bagaimana pun karena yang mengatakan hal seperti ini adalah darah dagingnya yang masih kecil, maka bagi Trevor kata-kata itu lucu. Menggemaskan.“Aku ke sini mau menyapa kalian. Menengok kalian. Sudah lama kita tak berjumpa.”Bulu mata panjang nan lentik itu mengerjap cepat lagi.“Paman tidak salah bicara? Menengok kami? Kenapa? Untuk apa?”“Ya ... supaya kalian ... tidak marah lagi.”Entah Thea atau Tilly di depannya itu, tapi wajah itu kini memicing tak suka.Kemudian dari arah dalam terdengar suara Tamara bertanya, “Tilly ... siapa yang datang?”“Eh ... In- ini, Mommy ... ada ... err ...”Sebelah alis Trevor naik setingkat melihat Tilly yang susah payah mencari kata yang tepat untuk menyebutkan dirinya. Dan dia ingin tahu, apa yang akan disebutkan gadis kecilnya itu.“Siapa, Tilly? Kalau tidak kenal cepat tutup pintu!”“Eh, iya, Mommy. I
Trevor memelototi foto-foto itu dan nyaris meremukkan ponselnya.Dia begitu kesal dan marah.Siapa lelaki lemah- letih- lesu di dalam foto bersama Tamara ini?Mengapa lelaki itu ada bersama Tamara? Bahkan mengantar triplet ke sekolah?Sialan!Bahkan jemarinya yang gemulai singgah di pundak Tamara.Dia tak bisa menahan kemarahannya lagi.Trevor pun segera mempercepat menyusun pakaiannya dalam koper, lalu menelpon Boris agar menyewakannya kamar hotel terbaik di kota itu.Setelah itu, Trevor gegas menuju garasi mobil dan demi sampai di tempat Tamara secepat mungkin, Trevor memilih Koenigsegg Jesko Absolut.Mobil sport berdesign mewah dan elegan serta maskulin ini merupakan mobil tercepat yang mampu melaju dengan kecepatan 499km/jam.Sudah pasti niat Trevor tiba secepat kilat di tempat Tamara.Tapi begitu dia masuk, dia teringat lagi dengan pakaian-pakaian Triplet.Trevor pun mengarahkan mobil ke sebuah pusat perbelanjaan terlebih dahulu. ***Hanya butuh tiga puluh menit saja untuk
Di tempat tinggal Tamara yang baru ....“Ayo bangun! Hari ini hari pertama kalian sekolah, bukan?”Mendengar sang mommy mengatakan sekolah, Thea dan Tilly langsung membuka mata dan menegakkan tubuh.“Kami akan segera siap, Baginda Ratu Tercantik dan Terbaik Hati Sejagad Raya!” seru Thea dan Tilly bersamaan, membuat Tamara tersenyum geli melihat tingkah mereka.Travish bangun tak lama kemudian dengan kesunyian dari dirinya. Dia tak bersuara dan langsung bersiap.Tiga puluh menit kemudian, triplet sudah siap dan hanya perlu sarapan.“Ayo ini sarapan kalian. Hari ini kita akan menaiki kereta gantung untuk tiba di sekolah kalian. Jadi, kalian harus kenyang agar kuat berjalan jauh dan naik turun tangga.”“Tentu saja kami kuat, Mommy! Jangan khawatir. Anak-anak mommy ini tangguh dan energik, jadi tidak mungkin kami kelelahan hanya karena jalan jauh.”“Good! Itu yang ingin mami dengar.”Ketika mereka baru saja duduk dan hendak mulai makan, bell pintu berbunyi.“Mommy ... mungkin itu paman ba
“Pak tua, kau terlalu cemas. Tidak perlu kau pikirkan kalau masalah itu. Aku bisa mengurusnya sendiri!”Trevor jadi ketus karena selalu ditagih ayahnya.Tentu saja dia sangat berniat menjadi daddy.Dia bahkan berbunga-bunga membayangkan dirinya menjadi daddy dari tiga triplets yang sifatnya bervariatif itu.Tapi karena mereka tak mau menerimanya, Trevor merasakan hatinya perih. Bagai ada serpihan kayu tipis yang menetap di dalam daging hatinya.Tak terlihat, tapi menimbulkan perih yang teramat sangat. Bahkan bisa jadi mematikan.Trevor masih terus berusaha keras melepaskan diri rasa periih itu. Dan selama itu juga, dia sengaja tidak mencari Tamara dan Triplet.Tapi bukan berarti dia tidak khawatir akan keberadaan Tamara dan Triplet.Dia telah mengutus pasukan khusus -Ombra Nera- yang berisikan lima tentara terbaik dan terlatihnya, u ntuk mencaritahu di mana keberadaan Tamara dan triplet sekarang ini.Mereka sudah menemukan kota tempat Tamara pindah dan hanya perlu mencaritahu aparteme
Darla menangis di hadapan Rodrigo dan Rosemary. Dia menangis tersedu-sedu.Kedua orang tua Trevor itu sampai merasa bersalah dan tak tahu apa yang harus mereka lakukan.“Menantuku, jangan menangis lagi. Kami bisa memberimu uang setelah kau bercerai dengan Trevor.”Darla terdiam. Bahkan tangisnya pun terdiam. “Uang? Aku tidak ingin uang. Aku ingin pengakuan anakku. Aku istri sahnya, kenapa dia memperlakukanku seperti ini?”“Kami pun tidak mengerti. Tapi yang tadi dia katakan, bahwa kau menipunya, hal tentang apa itu?”“Eh?” Darla kembali terdiam. Dia bahkan tak sanggup menjawabnya lagi.Memang dia menipu Trevor, tapi semua itu gara-gara Vicco. Jika bukan Vicco membujuknya untuk mengakui diri sebagai Tamara, tidak mungkin dia akan berani melakukan ini semua.“It- itu ... Trevor hanya salah paham, Suocero.”“Oh, kalau begitu, aku akan mencoba bicara pada Trevor. Ya, setidaknya jika memang kau mengandung cucu kami, kami akan memastikan Trevor tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai seor
Drrrttt drrrrtttt drrrtttttPonsel Trevor bergetar-getar ketika pria itu sedang berdiri kaku menatap pepohonan pinus di sekelilingnya.Tidak ada lampu di sana.Pencahayaan hanya berdasarkan rembulan di langit.Angin dingin menusuk tapi Trevor seperti tidak bisa merasakan semua itu.Pandangannya hanya menyesapi kegelapan di sekelilingnya.Ini seperti yang terjadi 6 tahun lalu di kamar hotel. Ruangan yang temaram hanya ada aroma stroberi Tamara yang begitu membuai.Jika saat itu Tamara yang berada dalam kegelapan seperti ini, kali ini dirinya yang dikelilingi gelap malam yang pekat.Bagaimana tidak ... Tamara pergi dengan membawa triplet untuk ke dua kalinya.Semua terasa bagaikan dejavu bagi Trevor. Namun dejavu ini berupa pukulan telak.Setelah dia mengetahui bahwa triplet darah dagingnya, bahkan setelah seluruh keluarganya tahu tentang keberadaan triplet, Tamara kembali membawa triplet pergi.Pukulan kali ini menohok sampai menembus ulu hatinya.Jantung hatinya terasa robek dan berlu
“Kau masih di sini?”Rodrigo baru selesai menyantap makan malam hendak menuju toilet.Dia keluar dari ruang makan dan menemukan Trevor bersandar di pagar balkon sambil melamun.Suara ayahnya membuat Trevor menoleh.“Ya ... kenapa memangnya?”“Kenapa? Kau tidak membawa anak-anakmu kembali ke sini?”“Mereka dengan mommy mereka.”“Lalu? Kenapa kau di sini?”Trevor tidak menjawab. Dia kembali melempar pandangannya jauh ke pekarangan depan rumah.Sudah lima belas menit lamanya dia begini. Hanya melamun ditemani angin malam.“Mereka sudah lima tahun. Lima tahun lamanya aku tidak tahu mereka ada. Lima tahun lamanya aku tidak pernah muncul di hadapan mereka.Lima tahun lamanya mereka harus menjalani hari-hari mereka tanpa ayah.Sekarang aku tiba-tiba tahu dan memaksa untuk masuk dalam kehidupan mereka, tentulah mereka sulit menerimaku.Bagi mereka, aku hanyalah orang luar. Tidak berarti apa-apa untuk mereka. Apalagi Travish sangat membenciku.”Rodrigo terkejut mendengar ucapan Trevor.Baru ini