Sungguh kebetulan yang luar biasa.
Selain itu juga, entah mengapa dia merasa dua wajah di hadapannya ini cukup familier.
Trevor sampai tak bisa mengalihkan tatapannya dari mereka.
Hanya saja, sekalipun dia mengaduk-aduk ingatannya, Trevor tidak bisa menyebutkan satu pun nama yang memiliki kemiripan wajah di hadapannya itu.
Rasa penasarannya semakin bergejolak.
“Siapa kalian?” tanyanya pada dua gadis kecil itu.
Sontak saja, Thea dan Tilly berkacak pinggang.
“Paman yang siapa?” sahut Tilly tak merasa takut sama sekali. Suaranya yang cempreng pun terdengar lucu.
Karena pertanyaannya malah dibalas dengan pertanyaan juga, Trevor semakin penasaran. Dia pun terkekeh pelan.
“Namaku Trevor. Apa kalian mengenaliku?”
Dengan polosnya, Thea dan Tilly menggelengkan kepala mereka.
“Aku sudah memperkenalkan namaku. Sekarang giliran kalian,” titah Trevor.
Meskipun tidak ada kelembutan dalam suaranya, tapi tatapannya pada dua anak itu sangat berbeda.
Tidak seperti biasanya, di mana Trevor selalu melayangkan tatapan membunuh.
Tapi pada dua bocah perempuan yang imut ini, Trevor malah menatap mereka dengan lembut.
“Namaku Tilly, sedangkan ini adikku, namanya Thea.”
Tilly memperkenalkan dirinya dengan meletakkan dua telapak tangannya di dada, lalu tangan itu menunjuk ke arah Thea.
Thea pun mengangguk mendengar Tilly turut memperkenalkan dirinya pada Trevor.
“Kalian kembar?” tanya Trevor dengan menunjukkan ekspresi takjubnya yang sebenarnya tertuju pada cara Tilly yang begitu sopan memperkenalkan diri.
Selain takjub pada keberanian dua bocah perempuan di hadapannya itu, Trevor juga merasa takjub pada dirinya sendiri yang untuk pertama kalinya merasa tertarik berinteraksi dengan anak kecil.
Selama ini dia tak pernah tertarik pada anak-anak. Jangankan berinteraksi, Trevor akan menjaga jarak dirinya dari anak-anak.
Baginya anak-anak adalah makhluk pengganggu yang berisik.
Ini adalah pengalaman pertamanya dan Trevor merasa hal ini cukup menarik. Apalagi dua bocah perempuan di hadapannya ini terlihat tidak merasa takut sama sekali pada kehadirannya serta para pengawalnya.
Thea dan Tilly tampak mengangguk bersamaan.
"Benar kami kembar,” sahut Tilly lagi, lalu dia memprotes dengan merengut, “Apa paman tidak bisa melihat kesamaan di wajah kami?! Kok masih bertanya kami kembar, sih?"
Trevor nyaris tertawa melihat wajah itu merengut kesal hanya karena dia memberikan pertanyaan yang tidak berbobot.
“Ya, aku melihatnya. Tapi aku ingin mendengarnya sendiri dari bibirmu yang mungil ini.”
Satu keanehan lagi. Trevor sampai tanpa terduga menyentuh bibir mungil Tilly dengan telunjuknya.
Dia merasakan getaran yang aneh saat melakukan hal tak biasa ini.
Kenapa tiba-tiba saja dia merasa perbuatannya ini seperti dipenuhi aura penuh kasih sayang yang lembut. Ini sungguh aneh.
“Iiih, paman kenapa pegang-pengang? Jari Paman nanti ada kuman, aku jadi kena kuman dong! Haduuuuuh!”
Tilly langsung mengelap bibirnya dengan kain bajunya.
Itu membuat Percy yang melihatnya dari belakang Trevor sampai terkesiap. Percy menahan marah atas kata-kata Tilly.
Beraninya bocah itu mengatai jari boss-nya berkuman. Gadis kecil ini cari masalah.
Percy menunggu Trevor bangkit berdiri dan memberi perintah untuk memberi dua gadis kecil ini pelajaran kecil.
Tapi yang terjadi, Percy malah mendengar Trevor terkekeh.
“Tanganku selalu bersih. Aku sering cuci tangan. Tidak perlu takut kuman.”
“Benarkah? Awas kalau aku tiba-tiba sariawan di sini!”
“Kalau itu terjadi, kau boleh mendatangiku dan meminta pertanggung jawaban. Aku akan membawamu ke dokter dan membelikanmu obat.”
“Benar ya, Paman?” Tilly tiba-tiba merasa tenang. Lalu jari kelingkingnya terarah pada Trevor.
“Janji lho!”
“Janji!” Trevor pun mau-maunya menautkan jari kelingkingnya di jari Tilly.
“Tapi bagaimana aku memberitahu Paman?”
Trevor tiba-tiba tersadar. Dia memberi perintah pada Percy lewat jarinya.
“Beri mereka kartu namaku.”
“Baik, Boss.”
Trevor kembali menatap Tilly dan Thea.
“Sekarang, kenapa kalian bisa berlarian di sini? Mana orang tua kalian?”
Wajah Tilly dan Thea yang sudah berbinar tadi tiba-tiba meredup dan terlihat sedih.
“Kami tidak datang dengan orang tua. Kami hanya memiliki mami, tapi tidak memiliki daddy. Dan saat ini kami datang dengan Bibi yang menyelematkan mami saat mami mengandung kami.”
Kedua mata biru keperakan Thea dan Tilly berkaca-kaca saat mengatakan itu.
Sekali lagi, Trevor merasa heran kenapa hatinya seakan ikut tercubit hanya karena mendengar kisah sedih ini dari Thea dan Tilly.
Dia pun berdeham demi mengalihkan perasaan hatinya sendiri dari kesedihan yang tiba-tiba melilitnya.
Lalu sebuah suara terdengar dari kejauhan meneriakkan nama kedua bocah itu.
“Tilly! Thea! Di mana kalian? Sudah tiba giliran kalian!”
“Eh, itu Bibi Beatrice. Ayo kita ke sana!” Thea menyikut Tilly.
Lalu dua gadis itu menatap Trevor. “Sudah ya, Paman. Kami mau imunisasi. Kata mami, imunisasi membuat kami kuat melawan virus. Dah ... paman! Paman juga jangan lupa diimunisasi ya!”
Trevor melihat Thea dan Tilly berlari menjauhinya sambil melambaikan tangan mereka kepadanya.
Dua gadis itu tertawa girang dan penuh semangat, seakan kesedihan tentang ketiadaan daddy mereka lenyap begitu saja.
Bangkit berdiri, Trevor masih terus menatap ujung koridor tempat Tilly dan Thea menghilang.
Ada perasaan aneh yang tadi menjalari relung hatinya, kini bagai menetap di dalam sana.
Kini kondisinya yang mandul selama 12 bulan tak lagi mengisi benaknya.
Pernikahannya dengan gadis perawan palsu pun juga tidak lagi dia pikirkan.
Trevor hanya terus menatap ujur koridor dengan benaknya terus menampilkan keceriaan dua gadis kecil tadi.
Thea dan Tilly. Mereka benar-benar imut, lucu, dan menggemaskan.
Namun yang paling membuat Trevor tak bisa mengalihkan pikirannya dari dua gadis kecil itu adalah aroma manis yang tercium dari tubuh mereka.
Aroma yang menguar dari dua gadis kecil itu terasa seperti aroma stroberi yang manis, yang persis sama dengan aroma gadis yang disodorkan Vicco padanya 6 tahun lalu.
Trevor memejamkan mata berusaha mencari perbedaan dari dua aroma yang dihirupnya di dua waktu yang berbeda ini.
Sesaat kemudian, Trevor menggeleng.
Tidak ada yang berbeda.
Aroma dua gadis kecil ini sama persis dengan aroma yang terpatri dalam ingatannya tentang gadis perawan enam tahun lalu.
Sungguh aneh.
Bagaimana bisa?
“Kalian ini, kenapa tadi berlarian di rumah sakit sampai Bibi cukup lama mencari kalian!” Bibi Beatrice terlihat cemas ketika Thea dan Tilly berlarian kembali ke tempat antrian mereka.Dua gadis kecil itu bukannya merasa bersalah malah tertawa-tawa mendengar gerutuan Bibi Beatrice.Mereka sampai tak melihat di samping Bibi Beatrice, Travish melayangkan tatapan super tajam pada mereka.Jika ada Bibi Beatrice atau mommy bersama mereka, mau Travish menatap tajam atau bahkan menggeram marah pun mereka tidak akan takut.Lain hal jika hanya ada mereka bertiga saja. Mereka sudah pasti tidak akan berani macam-macam pada Travish.“Kami bosan menunggu, Bibi!” seru Tilly menjawab Bibi Beatrice.“Lain kali jangan seperti itu lagi! Kalau tadi kalian hilang dan tersesat bagaimana?” tanya Bibi Beatrice lagi.Wanita yang cocok untuk menjadi nenek mereka ini memiliki hati seluas samudera. Kesabaran Bibi Beatrice sangat besar. Dia tak per
Tamara terkesiap.Setahu Tamara, wajah Travish merupakan miniatur dari wajah pria yang di malam enam tahun lalu.Tapi lalu Tilly dan Thea mengatakan wajah paman galak yang mereka temui di rumah sakit mirip dengan Travish, bahkan tatapan matanya pun persis sama.Tamara terkejut juga penasaran.Bagaimana bisa?Apakah paman galak yang mereka sebut itu merupakan pria enam tahun lalu?Biar bagaimana pun, pria enam tahun lalu memiliki wajah yang tidak pasaran. Jika benar paman galak itu adalah pria enam tahun lalu, Tamara merasa bersyukur Thea dan Tilly tidak diapa-apakan pria itu.Tamara juga bersyukur bahwa pria itu tidak bertemu dengan Travish.Malam itu, kembali Tamara tidur dihantui kejadian enam tahun lalu, lalu saat dia melahirkan triplet.Tamara sedang duduk sambil menggendong triplet di lengan kanan, kiri, bahkan merebahkan baby Travish di tengah-tengah dua kakinya yang bersila ketika pria enam tahun lalu tiba-tiba muncul dengan wajah seram, lalu mendekat dan mengambil Travish dari
Di saat bersamaan, ada rekan kerjanya yang memasuki ruangan gaun.Tamara pun langsung menjauh lagi dari tembok agar tidak sampai ketahuan ingin mengintip.Tapi dia masih bisa mendengar suara di ruang depan.“Miss El-May, Anda pasti mau mencoba gaun yang kemarin kan?”Sembari memasang telinganya baik-baik, Tamara bisa membayangkan Lady El-May akan menaikkan kaca mata hitamnya hingga bertengger di atas kepala.Benar saja suara wanita itu terdengar angkuh saat berkata lagi, “Iya! Ada beberapa yang kusuka. Sudah dicatatkan asistenmu, bukan?”“Ada beberapa?” Ny. Julia terdengar bingung.Tamara menjadi tegang. Bukankah dua hari lalu Lady El-May hanya bilang dia menginginkan gaun dari designer Paris yang eksklusif hanya dibuat untuk tujuh negara saja?Tamara jelas sudah mencatat yang itu, lalu mempersiapkan gaun itu dengan hati-hati kemarin.Kenapa sekarang katanya Lady El-May dia memiliki beberapa gaun yang dia taksir?Suara Lady El-May terdengar lagi, lebih menekan. “Iya, ada beberapa. Jan
Deg!Tamara seperti dicabut rohnya sehingga tubuhnya mematung bagai tak bernyawa.Pria itu menatap ke arahnya. Wajahnya masih seperti enam tahun lalu. Sungguh tak berubah.Dan benar apa yang tertanam dalam ingatannya bahwa wajah pria itu sama persis seperti Travish. Travish seolah merupakan miniatur pria itu!Dengan roh yang terbirit-birit, Tamara segera mengalihkan tatapannya ke lantai.Namun, degup jantungnya tak mampu berhenti dari rontakannya.Tamara sampai tak menyadari jika Lady El-May sudah menunjuk dua dari lima gaun yang dibawanya untuk dicobanya ke ruang ganti.“Ssttt! Psssttt!”Rekan kerja Tamara mencolek lengan Tamara agar tersadar dari lamunannya.Tamara gelagapan dan detik berikutnya terdengar lagi suara Lady El-May, “Hei, kamu melamunin apa sih?”Lady El-May tampak kesal. Tamara yang tak berani bersuara pun gegas membawa gaun yang sedang dipegangnya.Ada pria enam tahun lalu, tentu saja Tamara tak berani bersuara. Dia takut pria itu mengenali suaranya.Tapi setelah dia
Benar sekali. Aroma stroberi itu makin kental tercium dari balik tirai.Apakah ini berarti gadis berambut cokelat gelap itulah yang merupakan gadis 6 tahun lalu?Trevor masih perlu mendengar suaranya. Walaupun waktu telah lama berlalu dan suara gadis itu sudah tak mampu dia ingat lagi, tapi Trevor yakin jika dia mendengarnya lagi, dia akan mengingatnya.Trevor semakin diam berdiri di balik tirai, menunggu gadis asisten berambut coklat itu mengatakan sesuatu.Sedang menunggu, tiba-tiba yang terdengar dari dalam adalah suara El-May yang membentak gadis asisten butik.“Kau bisa kerja tidak sih? Kau sengaja ya membuat kulitku terkait zipper, hah?”Trevor terkejut.Inilah bukti aneh yang dicarinya selama ini.Rasa-rasanya tidak mungkin jika gadis enam tahun lalu berperawak kasar dan membentak-bentak angkuh seperti ini.Lalu bentakan itu masih berlanjut.“Kalau tidak bisa kerja, seharusnya kau berhenti dari sini, jangan membuat marah pelanggan terus-terusan. Atau kau memang sengaja membuatku
“Mohon maaf, Tuan, tapi asisten saya sudah pulang. Aku mohon maaf,” ucap Ny. Julia sambil menyembunyikan kecemasannya. Dia mengira kedatangan Trevor ke butiknya mencari Tamara setelah mengantar El-May pulang pastilah karena pria itu ingin membuat perhitungan pribadi dengan Tamara. Ny. Julia berkeluh kesah dalam hatinya. Tamara telah membuat keadaan yang tak bagus untuk kelangsungan bisnisnya. Lebih baik besok pagi dia langsung memecat Tamara. Di hadapannya, Trevor terlihat kesal. “Kalau begitu, di mana tempat tinggalnya?” Tak sanggup rasanya untuk menunggu walau satu hari lagi saja. Ny. Julia tercengang lagi. Namun lagi-lagi dia berpikir Tamara pastilah akan segera tamat karena pria seperti Trevor begitu ingin mencarinya dan menghadapinya secara langsung. Habislah Tamara! Dan itu berarti, dia dan bisnis bridalnya tidak boleh terkena imbas hal ini. Sayangnya, dia tidak mendata karyawannya. “Maaf, Tuan, tapi aku tidak tahu tempat tinggalnya. Aku tidak mendata karyawanku.” Begitu
Sepanjang malam sebelumnya ...Empat pria berjalan sempoyongan mengelilingi kota Palermo sepanjang malam. Tujuan mereka mencari Tamara.Sekalipun Trevor mengatakan Tamara pernah menghabiskan malam bersamanya di Rosewood Castiglion, tetap saja empat tangan kanannya ini tak bisa menemukan jejak Tamara.“Hah, ini gila! Boss dan wanita itu bermalam di hotel sudah enam tahun lalu. Bagaimana kita bisa mencari wanita ini setelah enam tahun berlalu? Enam tahun, man! Bukan enam hari!” Arnold akhirnya mengeluh karena mereka sudah berkeliling kota sepanjang malam tapi tak bisa menemukan Tamara.Kepala sudah berat menahan kantuk, tapi tidak ada tanda-tanda dari boss besar memperbolehkan mereka rehat sejenak.Untuk menelpon dan melaporkan hasil yang masih nihil, mereka tidak berani.“Benar! Setidaknya juga boss memberikan kita foto wanita itu. Sungguh aneh! Gara-gara satu wanita, kita jadi harus berkeliling kota dari malam sampai pagi.Boss ini terkena virus cinta atau obsesi sih? Tiba-tiba minta
“Ayo cepat! Kita harus merayakan kesembuhan Trevor!”Eduardo berseru kencang seraya menahan gelak tawanya setelah mereka semua melihat wajah masam nan malu yang terpampang di wajah Trevor.“Benar, kita harus merayakannya!” Giliran Thomas yang mengolok-olok Trevor.Mumpung Trevor benar-benar membuat kesalahan dari dirinya sendiri, mereka tidak akan sungkan mengolok-oloknya.Jika di situasi biasa, mana mereka berani mengolok-olok Trevor.Namun, Eduardo jelas tak main-main. Dia bangkit dan menarik tangan Trevor.“Ayo! Kau tiba-tiba sembuh, tidak impoten lagi. Kita harus rayakan. Aku akan mencarikanmu wanita cantik dengan pelayanan paripurna!”Sudah beberapa tahun terakhir ini mereka mencurigai Trevor menjadi impoten.Dia tak pernah lagi terlihat bermain-main di club mahal sekalipun. Dengan wanita sosialita yang cantik-cantik nan seksi pun Trevor terlihat makin dingin dan tak tersentuh.Mereka penasaran dan tak mengetahui bahwa hasrat Trevor sudah lenyap seiring dengan pencariannya pada p
Bruno hanya bisa menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal.Dia tak tahu harus menjawab apa.Memang sudah tak heran jika boss-nya suka keterlaluan dalam memerintah pekerjaan.Tapi siapapun yang bekerja di sana sudah tahu jelas, mereka betah di sana karena gaji yang besar.Jadi, tak pernah dalam sejarah ada yang pernah mengomel seperti Tamara.Baru kali ini.Padahal ... bukankah Boss sudah memberikan kompensasi? Libur lima hari, plus disediakan mobil dan driver untuk mengajak keluarga jalan-jalan?“Err ... Tamara ... aku rasa lebih baik kita kembali ke dapur. Sarapan ini bisa kau makan saja supaya tidak mubazir. Dan ya ... setidaknya dengan berangkatnya Tuan ke luar negeri, kau bisa pergi mengajak anak-anakmu jalan-jalan. Ya, kan?So ... nikmati saja ...”Bruno berusaha menghibur Tamara, walau dia tidak mengerti kenapa Tamara harus kesal.Dan beruntung bagi Bruno, Tamara sepertinya memahami apa yang disamp
Tamara bangun saat matahari belum bertugas di angkasa.Rasanya begitu gugup dengan perintah dan ancaman hukuman dari Signor Trevor, sampai-sampai Tamara tidak bisa tidur nyenyak malam harinya.Begitu bangun, wanita itu langsung mandi dan bersiap-siap. Meskipun udara terasa dingin menusuk di fajar buta seperti ini, Tamara tetap bertahan.Waktu baru pukul 04.10 ketika Tamara hendak meninggalkan paviliunnya dengan mantel panjang menutupi tubuhnya.Thea dan Tilly masih tidur nyenyak, terlalu lelah karena semalaman ikut menungguinya. Travish yang biasanya bangun pagi pun masih tertidur.Tapi Tamara yakin, setengah jam kemudian, Travish sudah akan bangun.“Aku pergi dulu, Bibi. Kalau ada bahan makanan yang habis, bisa dicatat. Kita akan mencari waktu untuk berbelanja,” kata Tamara.Bibi Beatrice mengangguk.“Juga untuk mendaftarkan sekolah anak-anak,” lanjut Tamara lagi.“Tentu, Tamara. Kau pergil
Tamara berjalan cepat keluar dari paviliun pohon yang arsitekturnya terasa menyatu dengan alam, sederhana, namun tetap modern dengan semua furnitur dan design interior-nya.Jika bukan karena sentimen pribadinya terhadap Trevor, menurut Tamara selera artistik pria itu sangat bagus.Tamara senang melihat keindahan paviliun, serta kamar yang ditempati pria itu.Namun itu hanya terjadi jika Trevor tidaklah membuatnya memiliki rasa sentimen pribadi.Kenyataannya, sangat berbalik.Langkah Tamara sampai mengentak karena kekesalan hatinya.Setelah meminta dibuatkan snack malam di waktu yang begitu larut, ketika akhirnya dengan effort yang dia paksakan dia berhasil membuat snack yang diminta, pria itu tiba-tiba mengatakan dia kenyang!Bagaimana Tamara tidak dongkol?Kedua telapak tangannya sampai menggenggam erat dengan hati menahan diri agar tidak memukul Trevor.Ya, memang dia takkan berani juga memukul boss-nya. Tapi tetap saja... andai dia bisa, andai mereka bukan atasan dan bawahan, Tamar
Lady El berjalan cepat menuju dapur. Dia harus menemukan Trevor.Di dapur, dia berharap menemukan Bruno atau Betty.Salah satu dari mereka pasti tahu kamar mana yang sekarang dipakai suaminya itu.Tapi ketika sampai di dapur, ruangan itu tidak berisi satu manusia pun.Lady El berdecak kesal.“Ke mana semua orang sih?”Dia seperti tidak ingat jika saat ini sudah tengah malam.Lalu ketika dia sedang diredam kesal, terdengar bunyi embusan angin yang terdengar mendesis.Lady El menoleh untuk memelototi dua bocah yang dianggapnya tak berbudi tadi.Tapi ternyata, tidak ada siapa-siapa di luar.Bahkan daun pohon pun tidak terlihat bergerak.Langit malam pun tidak terlalu berbintang sehingga suasana terasa suram. Lampu taman terasa minim. Entah karena Lady El baru pertama kali ini merasakan suasana malam di tempat ini, atau memang Trevor menghemat lampu taman.Tapi rasanya tidak mungkin dengan semua kekayaan Trevor dia masih menghemat lampu taman.Tapi kenapa rasanya lampu yang ada tidak cuku
Dua gadis kecil itu berceloteh dengan gerakan tangannya seakan-akan bertemu dengan Lady El adalah hal yang menyebalkan.Dan itu membuat Lady El semakin tak senang.Dia mendengus kesal.“Hei, kau meniruku? Jangan meniruku!” seru Lady El ketus.“Idiiih, siapa yang meniru Bibi?”“Tadi...! Kau meniru kalimatku!”“Aku tidak meniru! Lagian untuk apa meniru bibi? Kami jauh lebih imut dan menggemaskan daripada Bibi yang sudah menuju tua.”“Apa kau bilang? Apa mami kalian sudah tua juga? Aku sama mami kalian sama usia, tahu?!”Dua gadis kecil terlihat berpikir dengan serius lalu menjawab lagi. Tapi Thea seakan bicara pada Tilly.“Masa ya? Mami terlihat lebih muda dari bibi ini. Wajah mami glowing alami. Kalau bibi ini kan kayaknya penuh bedak.”“Eh, eh, eh, bocil saja kok bicara seenaknya sih? Kalian ini tidak tahu sopan santun!”“Lho ... bibi itu daritadi marah-marah saja. Kami kan hanya berbincang saja. Kenapa bibi harus marah?”“Kalau berbincang jangan membicarakan orang lain! Apalagi di had
“Tentu saja aku mempunyai keluarga! Kalau tidak mempunyai keluarga, apakah aku lahir dari batu?” sahut Tamara dengan susah payah menahan kedongkolannya.Tapi Trevor yang masih penasaran, terus bertanya,“Bukan itu maksudku. Tapi ... keluarga yang kau bentuk lewat pernikahan. Apa kau mempunyai suami dan anak? Kalau kau di sini bekerja seorang diri saja, kau tentu tidak keberatan jika lembur sampai fajar sekalipun, bukan?Tentu saja uang lembur akan aku bayarkan dalam jumlah besar. Kau bisa segera membeli rumah besar jika kau lembur tiap hari selama satu tahun.”Tamara nyaris melotot mendengar kata-kata Trevor. Bahkan otot di kepalanya sudah berdenyut kesal.“Lembur satu tahun? Kau mau membunuhku?” seru Tamara sampai-sampai dia lupa memanggil Trevor dengan Anda.“Aku bukan mau membunuhmu. Aku hanya bertanya, apakah kau punya keluarga sehingga merasa berat untuk lembur?Kau sepertinya ingin cepat pulang. Apa yang membuatmu ingin cepat pulang?”Tamara sampai berteriak dalam hatinya, bahwa
“Pelayan yang membawakan bahan-bahan ke sini?”Tamara merasa lemas lagi. Apa yang telah dia rencanakan demi membuat Thea dan Tilly menjauh dari paviliun Trevor sepertinya harus dia batalkan.Itu juga berarti dia harus berharap dalam hati saja agar Thea dan Tilly tidak sampai ke tempat ini dan Tuan Trevor tidak sampai melihat mereka.‘Tenang, Tamara. Tempat ini cukup tersembunyi. Ada di balik daun-daun pohon yang lebat.’Hati Tamara sedikit lebih tenang.Dia pun berkata, “Baiklah.”Sungguh Tamara pun merasa malas berdebat.Namun, justru itu yang membuat Trevor semakin kesal.Dia menggeram dalam hatinya. Jika memang tidak senang, kenapa tidak membantah?Ada rasa bahwa Trevor ingin membuat Tamara agar berdebat dengannya.Tapi Tamara menerima tanpa debat, Trevor pun terpaksa ikut diam.Sepuluh menit kemudian, pelayan telah tiba mengantarkan berbagai bahan makanan untuk membuat snack malam.Tamara menerimanya dan gegas menuju ke dapur.Sampai di sana, alangkah terkejutnya Tamara karena tern
Selesai mengetik, Trevor hendak menekan tombol send, tapi kemudian, dia ragu-ragu.Trevor menggeleng dan bergumam, “Tidak! Dia akan menertawakanku! Lagipula kenapa aku menulis menjadi kekasih? Aku bukan hendak menjadikan Tamara kekasih. Aku hanya ingin mendapatkan kepastian darinya, bahwa dia adalah wanita enam tahun lalu! Itu saja!”Trevor pun menghapus kembali ketikannya dan menutup ponsel dengan sentakan kesal.Di benaknya, dia memikirkan nama para capo regime lain yang bisa dia tanyakan. Selain Lucas, ada Lorenzo, Edoardo, juga Tomasso, dengan berbagai karakter yang berbeda-beda.Tapi pada akhirnya, Trevor tetap menggeleng. Dia tak yakin pada mereka semua. Yang ada malah dia yang akan ditertawakan. Lagipula, mereka tidak jauh berbeda darinya.Jadi, tidak mungkin dia bisa mendapatkan informasi istimewa dari mereka-mereka yang gaya hidupnya tak jauh berbeda dari dirinya.Tring! Ide lain pun muncul di benak Trevor.Pria itu membuka ponselnya lagi dan mengetik di kolom search goo-gle.
“Ma- maaf, aku tak sengaja sampai di sini. Tadi aku mencari-cari ruang kerja tapi malah nyasar ke sini.Di sini pemandangannya begitu indah sehingga aku tak sadar malah sudah di balkon ini. Maafkan aku, maafkan aku!” Tamara begitu cemas sampai berkali-kali meminta maaf, hingga wajahnya pun tertunduk menghindari tatapan TrevorTak diduga, pria itu malah menyahuti dengan santai. “Pemandangan di sini memang indah. Udaranya pun paling sejuk.”Dia bahkan ikut memandangi sekelilingnya.“Iy- iya.” Tamara menjawab lagi dengan ketakutan yang masih terdengar kental di nada suaranya. Namun entah mengapa, Tamara menyempatkan diri melirik ke arah Trevor, mencari kemarahan di wajah itu.Namun yang dia dapatkan, untuk pertama kalinya, raut wajah Trevor terlihat begitu santai sehingga ketampanannya memancar jauh lebih kuat dari biasanya. Tamara tanpa sadar terpukau akan ketampanan Trevor.Melihat Tamara menatapnya, Trevor jadi terheran. Wajahnya kembali serius dan terlihat mengerikan.Lekas Tamara me