Niat Aiden Woo mendekati Katarina Lee hanya untuk sebuah misi balas dendam, semua kejadian sudah direncanakan dengan kakaknya. Aiden bersama kakaknya merencanakan untuk menyakiti Katarina bagaimana keluarga Katarina dulu membuat ibunya merasakan sakit sampai ia meninggal. Semua rencana berjalan seperti yang mereka susun, namun setelah pertemuan Katarina dengan Lelaki yang bernama Daniel Soo yang hangat dan selalu membuat Katarina tersenyum ketika bersamanya, dan semua itu membuat Aiden Woo merasa ada sesuatu yang menggelitik hatinya, merasa tidak suka dengan kedekatan mereka, karena Aiden tahu sejak pertama Daniel melihat Katarina ada ketertarikan di mata Daniel. Apakah selama ini Aiden memang ada cinta untuk Katarina? Haruskah dia membuang semua dendamnya, apa mungkin kakaknya dan keluarga Katarina memberinya izin untuk bersama? Banyak kelakuan Aiden yang diluar sifatnya ketika Katarina dan Daniel bersama. Akankah Katarina kembali lagi pada Aiden atau menerima cintanya Daniel. Apakah Katarina bisa mengubur perasaannya kepada Aiden? Apakah keluarga mereka juga akan berbaikan? apakah dendamnya akan begitu saja terhapus?. terkadang Benci dan Cinta hanya terhalang oleh tirai yang sangat tipis.
Lihat lebih banyak“Nyonya Mona, apa anda baik-baik? Saya lihat tadi anda tidak antusias saat karya-karya para peserta di tampilkan? Biasanya anda orang yang sangat teliti dalam menilai sebuah desain.” Tanya Tn. Smith salah satu juri yang sudah senior dalam dunia fashion sedikit heran sikapku. “Oh, tidak. Aku baik-baik saja! Cuma aku rasa semua desain yang ditampilkan tadi memang sudah baik, yang tiga desain yang aku pilih menurutku itu yang sudah memenuhi penilaian.” Jawabku sambil tersenyum padanya menutupi kecemasanku. Ingin rasanya aku cepat meninggalkan tempat ini, namun ini akan membuat reputasiku diragukan. ‘Sekretaris Koo, bagaimana? Kamu sudah mendapatkan identitas orang itu?’ sebuah pesan aku kirimkan pada sekretarisku. ‘Belum nyonya, dia sepertinya hapal dimana CCTV berada, disemua waktu yang diperkirakan datang perginya sudah ditelusuri namun tak menemukan hasil.’ balasnya. Emosiku semakin tak bisa kukendalikan, namun aku masih ingat saat ini sedang berada dimana. ‘Coba kamu teliti lagi m
P.O.V Mona Chou Hari yang dinantikan para kompetitor akan segera tiba, aku sebagai tamu VVIP dan juga menjadi salah satu penilai mendapatkan undangan khusus. Hari ini adalah hari pengumpulan hasil rancangan para kompetitor, maka kami para penilai datang untuk mengadakan rapat akhir terkait acara besok malam. “Selamat pagi! Anda nyonya Mona Chou?” Tanya seorang gadis berpakaian rapih dengan kartu pengenal yang menandakan dia bagian dari panitia acara. “Ya, betul.” Jawabku singkat “Perkenalkan saya Claudy, saya ditugaskan untuk mengantar anda ke ruangan tamu VVIP yang telah disediakan, anda bisa beristirahat dulu disana sebelum acara dimulai. Mari saya tunjukkan ruangan anda.” gadis itu berjalan didepanku menuju ruangan yang dimaksud. “Silahkan anda bisa beristirahat didalam, ini kunci masuknya! Nanti akan kami hubungi jika semua sudah siap, silahkan anda bisa hubungi panitia apabila ada perlu sesuatu.” “Baik, terimakasih nona.” “Kalau begitu saya permisi.” pamitnya seraya membung
Saat kami keluar dari bandara aku seperti melihat sosok yang baru saja ku kenal, dengan berpakaian rapi seperti seorang eksekutif muda dia berjalan dengan percaya diri ke arahku. “Hai, kita bertemu lagi. Memang dunia ini terlalu bermurah hati kepada kita untuk terus saling bertemu.” ucapnya seraya tersenyum menggoda. Aku yang terkejut bertemu dengan Daniel hanya mampu membalas dengan sebuah senyuman. “Siapa dia?” tanya Matteo berbisik sambil menyikut tanganku. “Kenalkan ini kakakku Matteo!” ucapku sambil menunjuk kakakku, “Kak, dia Daniel, orang yang Aiden tabrak!” ucapku polos, dan keduanya serempak menatapku dengan menautkan kedua halis masing-masing, entah apa yang membuat mereka melakukan itu. “Salam kenal!” ucapnya sambil mengulurkan tangan untuk berjabatan. Sedang Matteo hanya menatapnya dingin tak membalas uluran tangannya. “Hehmm.” Matteo hanya mengeluarkan suara lalu melengos meninggalkan Daniel yang terpaku melihat sikap Matteo yang tak peduli padanya dengan tagan masih
Setengah jam sebelum pemberangkatan pesawat yang akan ayah tumpangi kami duduk bertiga di ujung ruang tunggu. “Selama sepuluh tahun ini ayah pergi kemana? Apa tak ada keinginan ayah untuk menemui kami?” itu hal pertama yang terlintaas dibenakku untuk aku tanyakan padanya. “Apa kami tidak penting bagi ayah? Apa ayah memilih pergi kepadanya?” “Tidak ada yang terpenting bagi ayah selain kalian, namun selama ini ayah tidak berada dinegara ini. Ini pertama kalinya ayah datang kesini lagi.” Ucapnya penuh sesal. “Apa ayah tak ada waktu untuk sekedar mengunjungi kami atau memberi tahu kabar ayah!” Matteo bertanya dengan sedikit emosi, “karena ayah tahu wanita itu meninggal karena ulah ibu kan? Karena ayah malu untuk menemui keluarga wanita itu?” Matteo menatap ayah tajam, “dimana mereka sekarang, apa ayah tahu tentang keluarga wanita itu? Apa ayah pernah berpikir bahwa kejadian dulu itu mungkin menorehkan luka pada anak wanita itu dan mungkin saja mereka akan membalaskan atas sakit yang dide
Esok harinya saat aku akan pergi mengirimkan hasil rancanganku, Amara datang dengan Matteo ke apartemenku dengan wajah yang serius. “Kak, kak Amara ada apa datang kesini pagi-pagi.” tanyaku heran pada mereka. Kulihat mereka berdua saling berpandangan. Matteo menuntunku duduk, “Aku mendapatkan berita tentang ayah dan keluarga wanita itu....” kalimatnya terpenggal, “saat ini mereka ada dibandara untuk pergi dari negara ini. Kamu harus ikut menemuinya sekarang.” “Baiklah, ayo kita temuin mereka, mungkin kita tidak akan menebak-nebak siapa orang yang akan membalaskan dendam pada keluarga kita.” tapi sesaat aku teringa belum mengirimkan hasil karyaku. “Tapi sempatkah kita kalau pergi mengantarkan hasil karyaku ke Kantor Gedung Seni Pusat? Tanyaku dengan perasaan bimbang. “Kamu belum mengantarkannya?” Ucap Matteo. “Kemarin aku tidak sempat pergi.” Aku hanya menghela napas, karena kemarin aku pulang larut malam bersama Aiden. Kulihat Matteo beberapa kali melihat jam tangannya, seakan w
Keesokan harinya setelah sarapan, kami berkemas untuk pulang, namun sesuai rencana tadi malam, Aiden akan mengajakku ke sebuah pantai yang terkenal indahnya dikota sebelah, meski nanti harus berputar arah saat pulang, karena arah yang berbeda. Pagi ini ku lihat Aiden sangat berbeda, dia sangat perhatian dan selalu menebar senyum yag membuat hatiku makin tak bisa lepas darinya. “Kamu sudah beres berkemas?” Aiden mengintip dibalik pintu kamar. Aku yang sedang berdiri didepan jendela menengok ke arah pintu datangnya suara. “Sudah.” Jawabku, “mau berangkat sekarang?” aku menatapnya. Dia berjalan ke arahku dengan penuh pesonanya, dia menatapku tajam lalu mencium keningku, memutarkan tubuhku membelakanginya dan memelukku, kami menatap ke arah luar jendela, terlihat burung burung berterbangan membuat sarang diatas pohon. Aku terlena dengan aroma harum tubuhnya. Ku pejamkan mata ini hanya untuk menikmati pelukkannya. “Ehemm,” Suara deheman dari arah pintu menyadarkan lamunanku. Aku melong
Aiden kembali kerumah di Greentown dengan suasana hati yang sudah bisa dikendalikan. Dia langsung menuju dapur untuk membuat hidangan makan malam. Dia membawa sekeranjang bahan makanan dari pasar yang dia lewati. “Kamu tadi pergi kemana?” Tanyaku saat Aiden sedang mengolah makanan di dapur. “ada yang bisa aku bantu?” aku mendekatinya “Kamu kan tamu, duduk saja! Aku akan buatkan makanan special.” Dia merangkulkan tangannya kepinggangku, lalu mendudukan aku dikursi. “ee-h... Boleh aku bertanya soal keluargamu?” ucapku gugup “Apa yang ingin kamu tahu? Kamu sudah tahu siapa aku, kamu mau tanya soal keluargaku yang mana?” ucapnya sambil meneruskan memasaknya “Apakah kamu pernah tinggal disini dengan keluargamu?” Aiden sekilas menatapku lalu melanjutkan kembali aktifitasnya, aroma masakannya sudah mulai tercium menggoda lidah. “Ya, kami hanya tinggal beberapa hari disini, setelah itu kami berpisah.” Senyumnya pahit “Bersama orangtuamu?” aku hati-hati bertanya “Ibu dan saudariku.” dia
POV AIDEN Aiden pergi kesuatu tempat yang berjarak satu kilometer dari rumahnya di Greentown, menuju sebuah pemakaman yang berada disebuah bukit yang asri, berjalan gontai mendaki tangga batu yang disusun rapih. RIP CINTYA LIN. sebuah nama tertulis dibatu nisan yang dikunjungi Aiden. “Apa kabar bu?, aku merindukan mu bu. aku kesini membawa anak dari wanita yang membuat ibu menderita sampai terbaring disini. Apa ibu bahagia ketika kami nantinya membuat mereka merasakan apa yang dulu ibu rasakan?” Ucapnya lirih, tak terasa embun dimatanya menjadi tetesan airmata yang tak bisa ia bendung. Ingatannya kembali mengulang kejadian sepuluh tahun lalu ketika ibunya akan pergi menghadiri pengumuman kompetisi desainer internasional. Dengan senyum yang mengembang Aiden dan kakaknya menemani ibunya ke gedung seni terbesar dipusat kota. Kami duduk di meja yang telah disediakan sesuai dengan nomor yang tertera di undangan kami. “Bu, bukannya itu Tuan David Lee?” Kakakku menunjuk ke salah satu meja
Kendaraan yang kami kemudikan sudah mulai memasuki wilayah Greentown, sudah terasa udara yang sangat segar, sepanjang tepi jalan ditumbuhi oleh pohon pinus merah. Terlihat sebuah rumah sederhana dengan ornamen klasik sehingga terlihat menarik. Ada beberapa rumah yang ada di daerah ini, salah satunya rumah yang dituju Daniel. Jarak rumah Aiden dan rumah yang dikunjungi Daniel berdekatan bisa dikatakan mereka bertetanggaan. “Kamu sering kesini?” tanyaku pada Aiden. “Mungkin ini kedua kalinya aku berkunjung ke rumah ini.” jawabnya sambil memarkirkan mobilnya. Tapi ku lihat rumah ini sangat bersih seolah selalu terurus dengan baik. “Jadi selama ini ditempati oleh siapa?” tanyaku penasaran. Namun tak berapa lama datang seorang lelaki tua dari dalam rumah, mungkin umurnya sekitar enam puluh tahunan. “Selamat datang Tuan Aiden!” Sapanya seraya membungkukkan badan tanda menghormatinya. “Apa kabar paman Joo?” Aiden merangkul lelaki tua itu tanpa ragu, “lama tak jumpa, apa kamu baik-baik s
Kehidupan Katarina Lee sungguh beruntung, terlahir dari keluarga Lee yang kaya dan terpandang, membuat gadis lain kadang merasa iri kepadanya, ditambah dia mempunyai seorang kakak Matteo Lee yang tampan dan sangat perhatian kepada sang adik satu-satunya itu. Belum lagi memiliki sahabat dan kekasih yang begitu mencintainya membuat kehidupan seorang Katarina sungguh sempurna. Memiliki darah seni seperti ibunya Mona Chou seorang desainer ternama, Katarina mahir dalam merancang pakaian, walaupun masih jauh dengan kemampuan sahabatnya Angela Shin, namun Katarina selalu menjadi yang terbaik setiap mengikuti kompetisi desain pakaian ataupun yang berhubungan dengan mode. “Katy, gimana perkembangan desainmu?” tanya Angela biasa memanggilku dengan sebutan Katy. Kali ini Katarina mengikuti kompetisi desain pakaian yang diadakan oleh perusahaan France mode yang sudah memiliki cabang perusahaan diberbagai negara, apabila terpilih menjadi desainer terbaik dalam kompetisi ini bukan saja nominal uan...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen