Pengasuh Kesayangan CEO

Pengasuh Kesayangan CEO

last updateLast Updated : 2024-07-25
By:  Mama UwaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
121Chapters
10.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Maya seorang TKI asal Hongkong pulang kampung. Saat pulang itu, ternyata bertepatan dengan hari pernikahan adiknya, Sarah. Betapa kagetnya dia ternyata iparnya itu adalah kekasihnya sendiri, Agung. Maya marah besar. Apalagi keluarganya seakan mendukung pernikahan itu. Usut punya usut ternyata disebabkan Maya bukan anak kandung ayahnya, Sutrisno. Bahkan Maya akhirnya diusir dari rumah yang dibangunnya sendiri dari uang kirimannya sebagai TKI. Ibunya tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah kepergiannya. Sayang, nasib tragis tetap berpihak pada Maya. Saat ia merantau ke ibukota, tasnya dicopet dan barang bawaannya entah kemana. Bagaimana nasib Maya selanjutnya? Hidup di ibukota tanpa sepeser uang pun, tanpa ada orang yang ia kenal, bahkan tanpa sehelai baju kecuali yang ia kenakan.

View More

Chapter 1

Bab 1

Maya tampak tergopoh-gopoh masuk rumahnya. Rumah yang ditinggalkan selama tiga tahun itu sudah banyak berubah. Yang dulu berupa bangunan dari kayu bambu, kini sudah berupa tembok yang kokoh.

"Bapak, Ibu, ada apa ini kok ramai sekali?" teriaknya saat turun dari ojek online yang ia tumpangi. Membawa satu koper besar dan satu koper kecil yang diseretnya.

Tampak seorang perempuan menemuinya. Mengenakan kebaya dan kain panjang khas orang desa. "Syukurlah kamu sudah sampai. Adikmu sebentar lagi menikah," ujar ibu Maya, yang bernama Sumirah.

"Apa? Ibu kok tidak bilang kemarin. Tahu begitu kan aku bisa belikan kado yang  istimewa," ujar Maya.

"Ibu juga lupa. Kamu datang itu sudah kado istimewa buat adikmu," ujar ibu lagi.

"Baiklah. Di mana kamarku?" tanya Maya .

"Itu di sebelah kiri, nomor dua dari depan," ujar Sumirah. Ia menunjuk sebuah kamar dengan tirai warna biru.

Maya segera menyeret kopernya ke sana. Penerbangan hampir empat jam dari Hongkong ke Indonesia cukup melelahkan. Belum lagi jalan darat delapan jam yang harus ia tempuh untuk sampai ke kampung halamannya.

"Aku akan mebersihkan diri, habis itu tidur," ucap Maya dalam hati.

Setelah meletakkan koper, Maya segera menuju kamar mandi yang terletak di dekat dapur. Beberapa tetangga yang ia lewati menyalami Maya. Biasa, di kampung begitu setiap orang yang baru datang harus menyalami orang yang ditemui. Anehnya, tidak hanya menanyakan kabar. Tapi mereka juga banyak yang menasehati Maya untuk bersabar.

"Baru pulang Mbak Maya? Yang sabar ya," ujar bude Sumi, kakak bapak Maya.

"Pasti bawa oleh-oleh banyak ya Mbak? Mbak mandi dulu habis itu makan, biar kuat menghadapi kenyataan," ucap bulik Sarmi, adik ibu.

"Bulik ini ada-ada saja. Bisa guyon kekinian. Kenapa tidak sekalian, agar silaturahmi tidak putus, boleh pinjam seratus," canda Maya.

"Akh Mbak Maya ini, pinter bercanda. Selalu ceria. Semoga apapun yang terjadi nanti Mbak Maya selalu ceria," tambah lik Yanah, tetangga ibu Maya.

"Sarah di mana sekarang?" tanya Maya mengenai adiknya.

"Kan lagi dirias, habis ini ijab qobul," jawab bulik Sarmi.

Setelah mandi, Maya kembali ke kamar dengan menggunakan handuk kimono. Ia segera berganti baju. Ia memilih baju warna peach untuk acara ijab qobul adiknya. Berdandan tipis agar terlihat lebih segar.

"Maya, ayo makan dulu. Kamu pasti belum sarapan." Bulik Sarmi membawakan sepiring nasi ke kamar Maya.

Kenapa bukan ibuku yang perhatian seperti ini kepadaku? batin Maya dalam hati. 

"Terima kasih Bulik," ujar Maya. Namun bulik Sarmi sudah berlalu dan kembali ke dapur.

Setelah Maya makan, tampak rombongan pengantin pria sudah datang. Semua orang menyambut dengan suka cita. Demikian juga Maya. Meskipun ia tidak tahu calon suami adiknya tidak masalah. Meskipun ia dilangkahi adiknya yang menikah duluan, juga tidak masalah. Melihat Sarah bahagia itu sudah cukup.

Maya menuju kamar adiknya. Sejak datang ia belum menemui adiknya.

""Sarah, akhirnya kamu yang duluan dapat jodoh. Selamat ya Dik," ujar Maya.

Anehnya adiknya hanya menjawab dengan anggukan. Tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Apalagi kata sambutan selamat datang. Padahal mereka sudah berpisah selama tiga tahun.

Sarah diiringi MUA keluar dari kamarnya menuju ke tempat pengantin pria yang sudah menunggu. Acara ijab ini akan dilangsungkan di sebuah masjid desa tidak jauh dari depan rumahnya. Hanya sedikit menyeberang jalan.

Sedangkan Maya sendiri baru menyusul beberapa saat kemudian. Sayang saat akan menyeberang jalan itu, Maya kurang hati-hati. Sebuah mobil mewah melintas. Maya hampir saja ditabrak mobil tersebut. Untung hanya bagian kakinya yang sedikit terluka jatuh terbentur aspal jalan.

Seorang pemuda turun dari kemudi. Mengenakan kacamata hitam. Dari penampilannya terlihat dia bukan warga desa tersebut. Mungkin pendatang yang kebetulan lewat.

"Hai kalau nyeberang hati-hati! Untung saja saya jalannya pelan," teriak pemuda tersebut dengan berkacak pinggang 

"Hai Sombong. Ada orang jatuh malah dimarahi, tidak ditolong," sahut Maya balik.

"Namaku bukan Sombong, tapi Jonathan. Kamu jatuh karena kecerobohanmu sendiri, ya bangun sendiri dong," teriak pemuda tersebut tidak mau kalah.

"Awas ya kalau lewat sini lagi, aku bawakan golok!" ancam Maya.

Jonathan hanya menyeringai.

Maya segera bangkit dari jatuhnya. Ia merasakan sedikit memar pada lututnya yang terkena aspal. Ia kembali pulang, untuk berganti baju yang sedikit robek di bagian lututnya. 

Melihat Maya tidak terluka serius, pemuda tersebut masuk ke mobil dan menjalankan kembali mobilnya. Warga yang menyaksikan kejadian itu juga kembali dengan aktivitas masing-masing. Sebagian menuju masjid untuk menyaksikan acara ijab qobul.

Sementara itu, saat Maya kembali pulang, acara ijab qobul pernikahan Sarah dan Agung sedang berlangsung di masjid.

"Baik, kita mulai ya acara ijab qobul pagi ini. Ananda Agung sudah siap?" tanya penghulu.

"Sangat siap!" terdengar suara pengantin pria, Agung.

Sarah berdampingan dengan Agung menghadap penghulu di depan meja. Di samping penghulu ada ayah Sutrisno dan ibu Sumirah di sisi lainnya.

"Baik ikuti kata-kata saya," ujar penghulu.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Agung Firmansyah bin Sucipto dengan Sarah Febriyanti binti Sutrisno dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang Rp 10 juta rupiah dibayar tunai."

"Saya terima nikahnya Sarah Febriyanti binti Sutrisno dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ujar Agung.

"Bagaimana para saksi dan hadirin semua?" tanya penghulu.

"Saaaaaah!" ujar para hadirin yang menyaksikan acara ijab tersebut.

"Kurang ajar!" teriak Maya yang baru tiba di lokasi mengagetkan semuanya. Betapa kagetnya ia saat mengetahui pemuda yang menikahi adiknya adalah pacarnya sendiri. 

Ia berjalan mendekati Agung. Mencengkeram kerah baju Agung dan menarik ke arahnya 

Agung membiarkan saja ulah barbar mantan pacarnya tersebut. Sedangkan Sarah hanya terbengong kaget melihat aksi kakaknya tersebut.

Suasana menjadi gaduh. Para hadirin tidak jelas. Ada yang menyalahkan Maya, namun juga banyak yang mendukung.

"Jadi begini ya balasan usahaku sampai ke luar negeri untuk cinta kita?" teriakannya masih mencengkeram kerah baju Agung.

Bulik Sarmi yang duduk di belakang tergopoh-gopoh mendekati Maya. Dia peluk keponakannya tersebut dengan iba.

“Mbak Maya tenang Mbak. Ayo kita pulang,” bulik Sarmi memeluk Maya.

Tangis Maya pecah. Semua orang memandangnya. Ada yang memandang iba, ada yang memandang mencibir karena telah merusak suasana khidmat ijab adiknya sendiri.

Maya mengikuti bulik Sarmi yang menggandengnya mengajak pulang. Dia dibawa ke kamar. “Sudah kukatakan, Maya harus bersabar,” ucapnya.

"Kenapa tidak ada yang bilang dari awal. Biar aku lebih siap Bulik," ujar Maya masih menangis sesenggukan di atas kasur. Ia menutup wajahnya dengan bantal.

Tidak lama kemudian datanglah Sarah bersama Agung suami.

"Apa maksud Mbak membuat kekacauan di hari bahagiaku? Mbak tidak terima mas Agung jadi suamiku? Salah Mbak sendiri kenapa punya pacar ditinggal pergi jauh," ujar Sarah.

Kemarahan Maya semakin membuncah. "Cih begini balasanmu sebagai adik? Dasar adik durhaka!" teriak Maya.

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Mama Uwa
Ini novel pertamaku di GN. Alhamdulillah banyak respon positif yang saya terima. mari ramaikan dan mampir, untuk mengikuti cinta seorang Jonathan dan Maya.
2024-05-03 23:47:45
1
user avatar
Afifah Maulida
Recomended, Gaes
2024-03-15 19:46:33
1
121 Chapters
Bab 1
Maya tampak tergopoh-gopoh masuk rumahnya. Rumah yang ditinggalkan selama tiga tahun itu sudah banyak berubah. Yang dulu berupa bangunan dari kayu bambu, kini sudah berupa tembok yang kokoh."Bapak, Ibu, ada apa ini kok ramai sekali?" teriaknya saat turun dari ojek online yang ia tumpangi. Membawa satu koper besar dan satu koper kecil yang diseretnya.Tampak seorang perempuan menemuinya. Mengenakan kebaya dan kain panjang khas orang desa. "Syukurlah kamu sudah sampai. Adikmu sebentar lagi menikah," ujar ibu Maya, yang bernama Sumirah."Apa? Ibu kok tidak bilang kemarin. Tahu begitu kan aku bisa belikan kado yang istimewa," ujar Maya."Ibu juga lupa. Kamu datang itu sudah kado istimewa buat adikmu," ujar ibu lagi."Baiklah. Di mana kamarku?" tanya Maya ."Itu di sebelah kiri, nomor dua dari depan," ujar Sumirah. Ia menunjuk sebuah kamar dengan tirai warna biru.Maya segera menyeret kopernya ke sana. Penerbangan hampir empat jam dari Hongkong ke Indonesia cukup melelahkan. Belum lagi j
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more
Bab 2
"Cih begini balasanmu sebagai adik? Kau adik durhaka!" teriak Maya Maya meludah tepat di hidung adiknya yang masih ber make up cantik tersebut.Agung tidak terima istri yang baru dinikahi beberapa menit yang lalu diperlakukan seperti itu. "Biad*b kau Maya!" ujarnya. seraya mendorong Maya hingga jatuh. Untung jatuh ke kasur, sehingga tidak sakit.Agung meraih kotak tisu di meja. Dibersihkan wajah Sarah dengan tisu tersebut. Seakan dengan sengaja memamerkan kemesraan di hadapan Maya ."Kamu tidak apa -apa Sayang? Sebaiknya kita keluar saja," ujarnya pada Sarah."Mbak memang sudah kesetanan. Kita keluar saja biar nggak ketularan gila," kata Sarah pada suaminya.Belum sempat mereka keluar Sumirah masuk. Ia mendengar keributan yang terjadi di kamar itu. "Ada apa Maya? Baru datang sudah bikin keributan dengan adik sendiri. Apa ngga malu dilihat tamu?" tanya ibu."Seharusnya dia yang malu Bu. Masak pacar mbaknya sendiri diembat. Adik macam apa itu?" balas Maya balik bertanya .Ibunya hanya
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more
Bab 3
Maya menatap ibunya untuk mencari jawaban sekaligus perlindungan. Namun, yang ditatap malah melengos ke arah lain. Tampak tetes air mata ibunya menggenang di pipi. Melihat drama itu, Maya tidak punya pilihan lain. Ia berlari ke kamarnya. Membereskan beberapa barang yang sudah sempat ia keluarkan dari koper. Dia masukkan ke koper kecilnya. Sedangkan koper besar akan dia tinggal. Karena hampir semuanya berisi oleh-oleh. Dan rasanya akan sulit bergerak kalau dia pergi dengan membawa koper sebesar itu.Selang beberapa waktu dia memesan aplikasi ojek online yang akan mengantarnya ke terminal. Dia masih belum tahu ke mana tujuannya saat ini. Tidak lama, tukang ojek online yang dipesannya sudah tiba. Maya menyeret kopernya keluar. Tidak lupa ia menghampiri ayah dan ibunya yang masih duduk di teras. Ia mencium tangan ibunya tanpa berkata-kata. Ibunya juga tidak berkata sepatahpun. Kemudian memeluknya sesaat. Tidak berusaha untuk mencegahnya. "Mari Pak kita berangkat," ujar Maya seraya naik
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more
Bab 4
Mata Maya langsung terbuka. Di depannya tampak seorang wanita berperawakan gendut dan berkacak pinggang. "Maaf Bu," hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Maya "Memang aku ibumu kamu panggil bu," ujar wanita tersebut."Kalau tidak mau dipanggil bu lalu minta dipanggil apa coba. Masak Pak," pikir Maya dalam hati."Panggil aku tante," ujar wanita tersebut seperti memahami kebingungan Maya."Oemjii, apakah anda Tante Berlian?" tanya Maya dengan sangat ketakutan. Percakapan dua laki laki yang mengejarnya tadi malam berseliweran di otaknya. Betapa ngerinya, andai dia tertangkap dan berujung di rumah bordir Tante Berlian.Kakinya ditekuk dan beringsut duduk di pojok warung. Kedua tangan menutupi wajahnya. "Hei kenapa kau ketakutan seperti itu? Aku hanya ingin tahu mengapa kamu bisa tidur di warungku?" tanya perempuan tersebut kepada Maya dengan nada yang lebih lembut. Tampaknya ia kasihan melihat Maya yang begitu ketakutan."Jadi Anda bukan Tante Berlian kan?" tanya Maya sekali lagi
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more
Bab 5
Maya melangkah gontai keluar dari pintu gerbang perumahan elit tersebut. Namun saat ia melewati pos satpam, ia melihat ada tulisan lowongan pekerjaan yang di tempel di sana.Dengan takut Maya mendekati tulisan tersebut. "Maaf Pak. Saya mau baca lowongan tersebut. Karena saya lagi butuh pekerjaan," ujar Maya memberanikan diri.Satpam yang tadi menghardiknya hanya diam. Tapi membiarkan Maya untuk membaca lebih dekat tulisan itu. Namun mata satpam tersebut masih menatap Mata dari ujung rambut sampai ujung kaki."Yes!" teriak Maya kegirangan. Dia akan melamar pekerjaan tersebut. Sebuah keluarga membutuhkan tenaga kerja perempuan yang mau merawat orang jompo. Seorang perempuan yang sudah berusia 80 tahun. Syaratnya: perempuan usia 20-50 tahun, bersedia tidur dalam, telaten dan penyabar. Tidak disyaratkan ijazah, KTP dan dokumen lain. Sehingga Mata merasa memenuhi syarat untuk melamar.Satpam yang mengamatinya dari tadi tampak mulai berubah wajahnya. "Mbak mau cari pekerjaan ini?" tanyany
last updateLast Updated : 2024-02-24
Read more
Bab 6
"Itu kan, itu kan....." ucap Maya dengan gagap. Ia segera berbalik. Tidak sanggup bertatap mata dengan laki-laki yang pernah ditemuinya beberapa waktu lalu. Sebuah pertemuan tidak sengaja yang menyebalkan.  "Ada apa, Maya? Kamu kelihatan bingung," tanya nyonya besar. "Oh tidak ada apa-apa, Nyonya. Udara pagi ini terasa segar. Apakan anda tidak berminat untuk jalan-jalan di luar, Nyonya? " tanya Maya. Ia mencoba mengalihkan pembicaraan. "Kamu menawariku?"  Nyonya besar balik bertanya. Ia heran, belum pernah ada pengasuh sebelumnya yang menawarinya jalan-jalan. "Tentu saja," ujar Maya. "Ayo," ajak nyonya besar dengan wajah berbinar. Maya segera mempersiapkan kursi roda dan beberapa perlengkapan lain untuk itu. Seperti air minum, tisu dan juga sweater. Ia khawatir nyonya besar akan kedinginan saat di luar nanti.  "Nyonya sudah siap?" tanya Maya. "Tentu saja. Bahkan saya sangat senang. Belum ada satup
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more
Bab 7
"Sial@n!"Laki-laki tersebut terus mengumpat. Ia berjalan menuju ke arah dua perempuan beda usia, Maya dan nyonya besar. Tidak lama kemudian ia berdiri berkacak pinggang. Tepat beberapa meter di belakang dua perempuan itu duduk."Cepat pulang. Pengasuh sial@n. Hanya menambahi pekerjaanku saja," ujarnya seraya menuding ke arah Maya.Nyonya besar yang mengetahui itu dibuat kaget. Cucu tersayangnya belum pernah berbuat kasar seperti ini. Apalagi terhadap perempuan."Ada apa kamu Jojo. Jaga kata-katamu," ujar nyonya besar mengingatkan."Jadi Oma lebih membela perawat sialan daripada cucu Oma sendiri?" tanya Jonathan.Nyonya besar menggeleng. "Bukan begitu. Tentu saja aku sangat sayang pada cucuku. Tapi kenapa kamu terkesan tidak suka pada Maya? Apa salah dia padamu?" tanya nyonya besar sambil menatap lekat cucunya. "Dia menambahi pekerjaanku saja. Gara-gara dia, aku diminta mama untuk mengawasi Oma jalan-jalan," ujar Jonathan.
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more
Bab 8
Maya sigap. Ia ke belakang untuk mengambil peralatan kebersihan di dekat dapur. Ia tidak mau ada orang yang terluka akibat pecahan kaca tersebut. Namun nyonya Mulia melarangnya "Tidak usah Maya. Biar asisten lain yang membersihkannya. Tugasmu adalah menjaga mamaku," ujar nyonya Mulia."Baik, Nyonya, " jawab Maya. Ia urung ke belakang dan kembali ke tempat duduknya.Mendengar hal itu, Jonathan yang masih berada di ruang makan tampak semakin jengkel. Padahal dia sengaja menjatuhkan gelasnya agar Maya dimarahi. Atau minimal disuruh membersihkan. Agar pekerjaan Maya bertambah."Aneh sekali. Kenapa semua orang di sini selalu membela dia. Tidak hanya Oma, juga mama. Apa istimewanya anak kampung ini?" ujar Jonathan. Dipandangi satu persatu orang yang ada di situ. Seakan mencari pembelaan diri.Tuan Mulia yang sejak tadi diam ikut angkat bicara. "Sudahlah Jo. Papa lihat sendiri kamu yang menyenggol gelas itu sampai terjatuh. Jangan salah
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more
Bab 9
"Apa maksudmu membawaku kemari?" tanya Maya dengan wajah ketakutan. Jonathan hanya tersenyum menyeringai. Lalu tangannya menarik Maya ke atas. Mencengkeram kerah baju yang dipakai Maya. Sampai gadis itu berjinjit agar bisa sejajar dengan tangan Jonathan.Tidak sampai di situ. Jonathan bahkan mengangkat Maya ke arah tembok. Di sana kedua tangan Maya ditempelkan ke tembok. Gadis itu tidak bisa berbuat banyak. Maya menangis sesenggukan. Hal yang paling ditakutinya adalah diperkosa laki-laki. Karena sejauh ini dia sudah mempertahankan harga dirinya sebaik mungkin. Dan ingin mempersembahkan yang terbaik untuk suaminya kelak."Jangan ge-er. Aku tidak akan memperkosamu. Cih," ujar Jonathan sambil meludah. Hampir mengenai rok yang dikenakan Maya. Seakan dia memahami kekhawatiran Maya."Lalu apa maksudmu?" Maya mulai berani menantang."Aku hanya ingin membuat kesepakatan denganmu," ujar Jonathan."Kesempatan apa? Aku tidak memiliki
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more
Bab 10
Maya mendorong kursi roda nyonya besar ke kamarnya. Pintu ia buka. Dan menempatkan kursi roda di dekat pembaringan. Nyonya besar turun."Aku mau ke kamar kecil dulu, Maya," ujar nyonya besar.Maya memapahnya ke arah kamar kecil yang berjarak lima langkah. Maya ikut masuk ke dalam. Ia mengira, tugasnya termasuk membersihkan kotoran setelah nyonya besar buang hajat. "Kamu tunggu di luar saja Maya. Aku bukan anak kecil yang harus diceboki," tolak nyonya besar. "Maafkan saya, Nyonya," ujar Maya seraya keluar dari pintu. Ia menutupnya kembali.Tentu saja Maya lebih senang, setidaknya tugasnya tidak berat. Lebih ringan dibandingkan ekspektasinya. Padahal melamar pekerjaan ini, bayangannya merawat orang tua yang tidak bisa apa-apa. Hanya bisa tiduran di kasur. Saat datang ia membayangkan akan mengerjakan semua pekerjaan yang berkaitan dengan nyonya besar. Mulai memandikan, menyuapi makan, mengganti baju hingga membersihkan kotoran
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status