Janda Tapi Perawan

Janda Tapi Perawan

Oleh:  Ayaya Malila  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
7Bab
20Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Aira menjadi janda, tapi masih perawan di usia muda. Semua karena ulah sang suami pilihan keluarganya yang tak pernah menyentuh Aira selama pernikahan, tapi malah menikahi siri perempuan lain. Di titik terpuruknya itu, Aira bertemu dengan Manggala, sang mantan yang dulu diputuskannya karena perjodohan. Bukannya dendam, pria itu kerap menggodanya, bahkan bersedia menjadi suami palsunya kala situasi Aira terdesak. Lantas, bagaimana kisah Aira selanjutnya? Apakah Manggala benar masih mencintainya? Atau ... ini strateginya untuk menyakiti hati Aira?

Lihat lebih banyak
Janda Tapi Perawan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
7 Bab

Tragis

“Aku menikahi wanita itu secara siri. Beberapa minggu setelah kita menikah.”Ucapan tenang sang suami bagaikan petir yang langsung menyambar tubuh Aira.“Menikah?” tanya wanita itu dengan suara gemetar. Jati sudah tak pulang dua hari. Pria itu beralasan menginap ke luar kota untuk menyelesaikan masalah bisnis.Tapi, Aira malah mendapat kabar bahwa pria itu menghabiskan waktunya dengan wanita lain di hotel.Dan begitu dikonfrontasi, Jati justru mengaku bahwa sudah menikahi wanita itu? Bagaimana bisa? “Senja dan aku sudah berpacaran sejak lama, tapi Ibu tidak setuju dan justru memaksaku menikah denganmu. Aku tak ingin mengecewakan Ibu, sehingga aku terpaksa menyetujui. Tapi, aku juga tak bisa meninggalkan Senja begitu saja,” ungkap Jati, "aku sangat mencintainya."Deg! “Brengsek kamu, Kak,” geram Aira. Tangannya terkepal dengan seluruh tubuh bergetar. “Kamu tidak ingin mengecewakan Ibu, tapi kamu hancurkan hidupku. Begitukah?” “Aku minta maaf, Ra. Aku memang salah,” ucap Jati, “
Baca selengkapnya

Sisi Manggala

Manggala Naradipta, nama pria yang berhasil dirusak hatinya oleh Aira. Sosok dan penampilannya masih tetap sama sejak terakhir mereka bertemu, bahkan sekarang jauh lebih tampan. Bedanya, kini tak ada lagi sorot mata penuh cinta yang dilayangkan oleh pria itu, melainkan tatapan tajam penuh kebencian. Aira tahu bahwa Manggala sama terkejutnya dengan dia. Dapat dilihat dari pupil mata gelap pria itu yang melebar. Alis sedikit tebal dan rapi yang terangkat, serta bibir tipis kemerahan yang setengah terbuka saat melihat Aira masuk ke ruangan, lalu berdiri tepat di mejanya. "Helen, tinggalkan kami berdua," titah Manggala pada sang sekretaris. "Baik, Sir." Wanita bernama Helen itu sigap menuruti apa kata bosnya. Dia bergegas keluar dari ruang kerja Manggala, kemudian menutup pintu rapat-rapat. Keringat dingin mengucur deras dari dahi Aira, menyadari bahwa kini dirinya hanya berdua dengan Manggala. "Apa-apaan ini?" desis Manggala tak suka. "Sejak kapan kamu ganti nama menjadi Lauren Smit
Baca selengkapnya

Pembalasan Dimulai

Pukul delapan tepat, Aira sudah berada di dalam ruangan Manggala. Hawa dingin begitu terasa, membuat wanita pemilik tubuh ramping itu tegang. Ditambah sorot mata Manggala yang tajam dan tak bersahabat. "Hari ini aku ingin melihat secara langsung hasil jepretanmu," ujar Manggala datar. "Boleh, saya siap!" sahut Aira yakin seraya menunjuk ransel yang berisi peralatan fotografi. "Oke!" Manggala bangkit dari kursi kebesaran, kemudian mengarahkan Aira masuk ke lift. "Studio di lantai dua." Aira mengangguk, mengikuti langkah sang atasan yang juga mantan kekasihnya. Tanpa sadar, jika gerak laku dua orang itu mendapat perhatian tak biasa dari Helen, sang sekretaris. "Anda yang akan turun sendiri, Sir?" tanya Helen, setengah tak percaya. "Kenapa tidak?" jawab Manggala tanpa menoleh kepada Helen. Setibanya di lantai yang dituju, Manggala mengarahkan Aira ke sebuah ruangan bernuansa putih yang Aira ketahui sebagai studio. Suasana sibuk begitu terasa. Banyak kru berlalu lalang, samb
Baca selengkapnya

Terpana

Aira malu tak terkira. Dia kini menjadi bahan tertawaan Manggala dan anak buahnya. Seandainya bisa, dia ingin menenggelamkan diri ke dalam bumi. Tak terasa, air mata Aira menetes. Basah di pipi, juga area tubuh bagian bawahnya, membuat gadis cantik itu semakin tak nyaman.Melihat hal itu, Manggala menghela napas panjang. Dia merasa sedikit keterlaluan dalam memperlakukan Aira. Hingga tanpa pikir panjang, Manggala langsung melepas blazer, lalu memasangkannya di pinggang ramping sang mantan kekasih."Ayo, bersihkan dirimu dulu," ajak Manggala seraya menarik tangan Aira dan menuntunnya masuk ke toilet wanita. "Tunggu sebentar di sini. Akan kusuruh Helen membawakan baju ganti untukmu!"Tanpa menunggu tanggapan Aira, Manggala bergegas meninggalkan sang mantan kekasih. Tak berselang lama, pria tampan berambut gondrong itu kembali. "Pakailah!" titah Manggala seraya menyodorkan paperbag coklat kepada Aira. "Masukkan pakaian kotormu di paperbag ini." Aira mengangguk sambil memaksakan senyum.
Baca selengkapnya

Penawaran

Hari pertama bekerja, dilalui Aira dengan lancar, walaupun diwarnai insiden memalukan. Kini, saatnya bagi Aira untuk membereskan peralatan memotretnya dan bersiap pulang. Namun, baru saja dirinya hendak meninggalkan studio, salah satu asisten fotografer tiba-tiba menghampiri Aira. "Maaf, Nona. Mr. Naradipta berpesan agar Anda bersedia ke ruangannya sebelum pulang," ujar kru itu. "Oh, baiklah." Aira mendengkus pelan. Itu artinya, dia harus kembali naik ke lantai teratas. Dengan langkah gontai, Aira memasuki lift dan menekan tombolnya. Beberapa saat kemudian, dirinya tiba di ruangan Manggala. Di sana, sudah menunggu sang atasan bersama sekretarisnya. Aira sempat mencuri-curi pandang ke arah wanita cantik berambut pirang yang berdiri di samping tempat duduk Manggala. Wanita itu tampak mengusap-usap bahu lebar pria yang pernah menjadi kekasih Aira selama tiga tahun itu sebelum berlalu meninggalkan ruangan. "Apa ada masalah, Sir?" tanya Aira sopan, sesaat setelah Helen me
Baca selengkapnya

Pertemuan

"Sedang apa Kak Jati di sini?" tanya Aira dingin. "Dengan siapa?" cecarnya sembari menyapu pandangan ke sekitar. Aira harus waspada seandainya Jati datang bersama istri, sebab dia pasti tak akan sanggup melihat kemesraan sang mantan suami bersama pasangannya. "Aku ingin menitipkan oleh-oleh dari Ibu," jawab Jati sambil tersenyum kaku. "Darimana Kak Jati tahu aku tinggal di sini?" tanya Aira lagi. Dia seolah tak memedulikan kalimat Jati sebelumnya. "Suami Mbak Sinta yang memberitahuku," sahut Jati. "Ck!" Aira berdecak kesal. Kakak iparnya itu tak pernah bisa menyimpan rahasia, terlebih pada Jati. Aira sedikit memaklumi sebab Jati dan sang kakak ipar memang bersahabat sejak lama. "Kenapa mesti repot-repot? Tante Andini kan bisa menitipkannya pada Mama atau Mbak Sinta," dengkus Aira. "Maaf, Ra. Kalau kedatanganku kemari membuatmu tidak nyaman. Tapi, Ibu yang memaksa. Bingkisan ini harus diterima langsung olehmu." Jati menyodorkan sebuah paperbag pada Aira. Ragu-ragu, Aira
Baca selengkapnya

Terluka

Bukan hanya Jati yang terkejut atas pernyataan Aira itu, melainkan Mira juga. Wanita paruh baya yang sedari tadi bersembunyi di balik pintu, langsung melotot pada Aira. "Yang benar, Ra?!" seru Mira tertahan. Akan tetapi, Aira tak menghiraukan sang tante. Dia terlalu fokus pada wajah cantik Senja yang tampak pias. "Apa maumu, Senja? Kamu sudah berhasil merebut Kak Jati, kan? Sudah kurelakan biduk rumah tangga kami hancur, supaya kalian bisa bersatu. Apa masih kurang pengorbananku?" cerca Aira dengan napas menderu. "Bukan aku yang merebut Mas Jati, tapi kamu!" Senja tak mau kalah. "Aku yang lebih dulu mengenalnya. Kami saling mencintai!" "Baguslah, kalau begitu. Kuucapkan selamat untuk kalian. Semoga kalian berdua selalu bahagia. Sekarang, cepat pergi dari sini dan jangan pernah ganggu aku lagi!" titah Aira. Bukannya tersinggung, Jati malah berjalan mendekat ke arah Aira. Sontak, dada Senja semakin bergemuruh melihatnya. "Apa benar kamu akan menikah, Ra?"Jati melayangkan ta
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status