Share

Sisi Manggala

Manggala Naradipta, nama pria yang berhasil dirusak hatinya oleh Aira. Sosok dan penampilannya masih tetap sama sejak terakhir mereka bertemu, bahkan sekarang jauh lebih tampan. Bedanya, kini tak ada lagi sorot mata penuh cinta yang dilayangkan oleh pria itu, melainkan tatapan tajam penuh kebencian.

Aira tahu bahwa Manggala sama terkejutnya dengan dia. Dapat dilihat dari pupil mata gelap pria itu yang melebar. Alis sedikit tebal dan rapi yang terangkat, serta bibir tipis kemerahan yang setengah terbuka saat melihat Aira masuk ke ruangan, lalu berdiri tepat di mejanya.

"Helen, tinggalkan kami berdua," titah Manggala pada sang sekretaris.

"Baik, Sir." Wanita bernama Helen itu sigap menuruti apa kata bosnya. Dia bergegas keluar dari ruang kerja Manggala, kemudian menutup pintu rapat-rapat.

Keringat dingin mengucur deras dari dahi Aira, menyadari bahwa kini dirinya hanya berdua dengan Manggala.

"Apa-apaan ini?" desis Manggala tak suka. "Sejak kapan kamu ganti nama menjadi Lauren Smith?"

"Maaf, Manggala. Aku ...."

"Pak! Panggil aku 'Pak'! Atau 'Sir'!" potong Manggala.

"Ah, iya. Maafkan saya, Sir. Lauren Smith adalah nama orang yang memberikan informasi lowongan pekerjaan. Bukan dia yang hendak melamar, tapi saya," jelas Aira.

"Apakah ada unsur kesengajaan di sini?" tanya Manggala tiba-tiba, membuat dahi Aira berkerut.

"M-maksudnya?"

"Kamu sengaja melamar di sini karena tahu aku pemimpin redaksinya?"

"Tidak! Bukan!" Aira langsung menggeleng kuat-kuat. "Saya juga baru tahu kalau Anda bekerja di sini, Sir!" elaknya.

Manggala tak segera menanggapi. Dia memicingkan mata, mengamati Aira lekat-lekat, untuk mencari kebohongan yang mungkin saja tersirat di sana. Namun, ternyata Manggala tak menemukan hal itu. Ck!" decaknya pelan. "Ya, sudah. Mana CV-mu?"

"I-ini," ujar Aira sembari buru-buru menyodorkan map.

"Hm ...." Manggala menerima map itu dan membukanya. Serius, dia membaca lembar demi lembar resume diri sang mantan kekasih. Bibir tipisnya menyunggingkan senyuman samar ketika memperhatikan contoh hasil karya Aira. "Sudah berapa lama kamu tidak memotret?" tanya Manggala datar.

"Sekitar dua tahunan, sejak menikah," jawab Aira.

"Kenapa? Dilarang suami?" Nada bicara Manggala terdengar sinis.

"Bukan. Murni kesadaran diri saja." Aira menunduk. Pertanyaan itu mengingatkan akan kegagalan pernikahannya bersama Jati. Dulu, apapun akan dia lakukan untuk menjadi istri yang baik, termasuk mengubur dalam-dalam mimpi dan hobinya. Namun, ternyata semua sia-sia.

"Lalu? Apa yang membuat kamu berubah pikiran?" cecar Manggala, masih dengan nada sinis dan setengah mengejek.

Aira terdiam. Tak tahu jawaban apa yang harus dia berikan. Akhirnya, Aira hanya mengangkat bahu, lalu tersenyum. "Jadi, bagaimana menurut Anda? Apakah kemampuan saya dalam menangkap obyek gambar, masih bagus atau sudah berkurang?" tanyanya untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Kuberi percobaan selama sebulan. Jika hasil jepretanmu mengalami peningkatan, maka aku akan merekrutmu sebagai pegawai tetap. Tapi jika tidak, dengan terpaksa aku harus memberhentikanmu," tegas Manggala.

"Sa-saya diterima?" Aira terbelalak tak percaya.

"Kenapa? Kamu pikir, aku akan mengusirmu hanya karena masalah pribadi?" Manggala terkekeh.

Lagi-lagi Aira mengangkat bahu. Dia tahu sebenci apa Manggala padanya. Pria tampan berambut gondrong itu sudah disakiti dan diperlakukan tidak adil oleh Aira.

"Salah satu poin yang membuatku bisa sesukses sekarang adalah sikap profesional. Aku tahu mana yang bisa dimanfaatkan dan mana yang harus disingkirkan," tutur Manggala.

Aira menautkan alis, mencoba mencerna kalimat yang dilontarkan oleh Manggala. "Maksudnya ... anda memanfaatkan saya?"

Giliran Manggala yang mengangkat bahu. "Kamu butuh pekerjaan sekaligus menyalurkan hobimu, kan?"

Aira mengangguk.

"Ya, sudah. Jangan banyak tanya. Besok, datanglah ke ruanganku tepat pukul delapan. Kuharap kamu tidak terlambat. Itu juga akan menjadi penilaian tersendiri," jelas Manggala.

"Baik, Sir. Terima kasih banyak atas kepercayaan yang sudah Anda berikan. Saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini!" Aira tersenyum semringah. Wajah cantiknya tampak berseri-seri.

Tentu hal itu tak luput dari perhatian Manggala. Dia menatap Aira lekat-lekat, bahkan sampai tubuh molek itu menghilang di balik pintu. Barulah Manggala menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

Tak dapat dipungkiri, setelah sekian tahun berlalu. Nyatanya rasa cinta itu masih ada, meskipun Manggala selalu berusaha menimbunnya dalam-dalam. Dia juga berusaha pergi sejauh mungkin dari kehidupan Aira. Namun, kenapa takdir seolah mengajaknya bercanda?

Tuhan malah mempertemukan Aira di tempat yang sama sekali tak dia duga. "Ya, ampun." Manggala mendengkus pelan, bersamaan dengan sang sekretaris yang masuk kembali ke ruangan.

"Bagaimana, Sir? Anda menerimanya, kan? Jangan sampai bilang tidak, sebab anda sudah menolak dua belas kandidat. Entah standar macam apa yang anda inginkan dalam hal fotografi," cerocos wanita cantik itu.

"Dia orangnya, Helen," sahut Manggala pelan.

"What do you mean?" Helen menautkan alis tak mengerti.

"Dia yang membuatku pergi jauh dan bersembunyi di kota ini," ungkap Manggala lirih.

"Ya, Tuhan! Jadi, dia mantan anda?" Helen terbelalak tak percaya. "Lalu, bagaimana?"

"Aku akan mencoba untuk bersikap profesional. Lagipula, hasil jepretan Aira tidak pernah mengecewakan. Kualitasnya jauh di atas dua belas kandidat yang kutolak," jelas Manggala. "Dan lagi ...."

"Apa?" sela Helen tak sabar.

"Tak ada salahnya kan bermain-main dan sedikit membalas sakit hatiku pada Aira?" Manggala menyeringai.

"Tak masalah, Bos. Wanita seperti itu memang patut diberikan pelajaran!" sahut Helen seraya tersenyum penuh arti.

"Ah, satu lagi. Bolehkah aku meminta tolong sesuatu padamu?" pinta Manggala.

"Apakah itu?"

"Tolong, pastikan jika rahasia hubunganku dengan Cynthia tetap terjaga dari siapapun di kantor ini, termasuk Aira," tegas Manggala.

"Don't worry, Sir. Rahasia anda aman bersamaku. Tak ada yang mengetahui status percintaan anda di gedung ini, selain aku," timpal sang sekretaris dengan yakin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status