Share

Terpana

Author: Ayaya Malila
last update Huling Na-update: 2024-09-06 16:52:11

Aira malu tak terkira. Dia kini menjadi bahan tertawaan Manggala dan anak buahnya. Seandainya bisa, dia ingin menenggelamkan diri ke dalam bumi. Tak terasa, air mata Aira menetes. Basah di pipi, juga area tubuh bagian bawahnya, membuat gadis cantik itu semakin tak nyaman.

Melihat hal itu, Manggala menghela napas panjang. Dia merasa sedikit keterlaluan dalam memperlakukan Aira. Hingga tanpa pikir panjang, Manggala langsung melepas blazer, lalu memasangkannya di pinggang ramping sang mantan kekasih.

"Ayo, bersihkan dirimu dulu," ajak Manggala seraya menarik tangan Aira dan menuntunnya masuk ke toilet wanita. "Tunggu sebentar di sini. Akan kusuruh Helen membawakan baju ganti untukmu!"

Tanpa menunggu tanggapan Aira, Manggala bergegas meninggalkan sang mantan kekasih. Tak berselang lama, pria tampan berambut gondrong itu kembali. "Pakailah!" titah Manggala seraya menyodorkan paperbag coklat kepada Aira. "Masukkan pakaian kotormu di paperbag ini."

Aira mengangguk sambil memaksakan senyum. "Terima kasih," ucapnya sembari menutup pintu toilet rapat-rapat.

Dengan tergesa, Aira melepas pakaian, lalu membasuh area bagian bawah tubuh yang terkena air kencing. Dia menggantinya dengan dress yang telah disiapkan oleh Manggala.

Aira sedikit tak nyaman. Pasalnya, dia jarang sekali memakai dress yang membuatnya terlihat begitu feminin. Namun, dirinya tak punya pilihan.

Setelah memasukkan pakaian kotor, termasuk blazer Manggala, ke dalam paperbag. Aira segera keluar dari toilet. Sesaat, dia lupa jika Manggala tengah menunggunya. Membuat Aira terkejut ketika membuka pintu kamar mandi wanita dan mendapati sang mantan kekasih sekaligus atasannya itu berdiri di hadapannya.

Untuk sejenak, dua anak manusia tersebut saling pandang. Aira tak menyangka bahwa dirinya dengan Manggala akan berada dalam jarak yang begitu dekat.

Susah payah Aira menelan ludah. Paras Manggala terlihat sangat menawan. Ditambah dengan rambut gondrong yang diikat a la man bun, semakin menambah pesona pria yang berusia tiga tahun di atas Aira itu.

Begitu pula Manggala yang tak berkedip menatap Aira. Sejak pertama kali mengenal wanita cantik itu, Aira terhitung sangat jarang memakai pakaian feminin, seperti rok atau semacamnya. Akan tetapi kini, makhluk indah di depannya tersebut tampak sempurna dalam balutan dress formal polos berwarna peach.

"A-apa kamu sudah siap untuk kembali bekerja?" tanya Manggala gugup.

"I-iya!" jawab Aira, tak kalah gugup. "Oh, ya. Blazer anda ada di dalam sini. Akan saya cuci dulu sebelum dikembalikan," jelasnya.

"Oke, terserah kamu." Manggala mengangguk pelan sembari membalikkan badan dan berjalan lebih dulu menuju studio.

Tatkala menyusuri koridor, tiba-tiba ponsel Aira yang disimpan di dalam ransel, berdering. Buru-buru dirinya meraih benda pipih itu. Alisnya sempat tertaut ketika menangkap deretan nomor tak dikenal di layar. Namun demikian, Aira tetap mengangkat panggilannya.

"Hei, Ra! Apa kabar?" sapa Jati dari seberang sana. Rupanya pria itu memakai nomor lain untuk menghubungi Aira, mengingat Aira sudah memblokir nomor Jati.

Wanita yang baru saja menyandang predikat janda itu memejamkan mata. Suara berat pria tampan itu begitu menggoda, membelai gendang telinga dan mengantarkan gelenyar aneh sekaligus arus listrik ke seluruh pembuluh darah. "Ada apa, Kak?" tanya Aira sambil berusaha meredam perasaan yang tak karuan.

"Ah, itu .... Aku ... hanya ingin menanyakan kabarmu," jawab Jati gugup.

"Oh, aku baik-baik saja," timpal Aira datar.

"Syukurlah. Kamu lagi ada di mana, Ra?" tanya Jati lagi.

"Kenapa memangnya?" balas Aira ketus.

"Nggak. Nggak apa-apa. Aku cuma sedang ada urusan di dekat kompleks perumahan kamu. Jadi, aku rencana ingin mampir, sekalian Ibu mau nitip oleh-oleh untukmu," jelas Jati.

"Oh, titipkan saja pada orang rumah," sahut Aira yang mulai jengah.

"Kamu ... apa kamu lagi nggak ada di rumah, Ra?"

Aira diam, seolah tak ingin menjawab.

"Jadi ... apa benar berita yang kudengar?" tanya Jati lagi. Dia mulai tak sabar menghadapi kebisuan Aira.

"Berita apa memangnya?" Aira balik bertanya.

"Kamu ... pindah ke Australia," jawab Jati ragu.

Aira menghela napas panjang. "Iya, benar!" balasnya.

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?" Aira mengernyit. Dia sama sekali tak paham dengan pertanyaan Jati.

"Kenapa kamu pindah?"

"Astaga!" Aira berdecak kesal. "Ya, suka-suka aku lah, Kak. Mau pindah, kek. Mau diam, kek. Mau nungging juga nggak ada urusan dengan Kak Jati, kan! Ingat, kamu itu sekarang sudah menjadi mantan suami aku!" omelnya.

"Ah, itu, iya. Kamu benar." Jati terkekeh canggung. Mendadak dirinya kehilangan kata-kata.

"Maaf ya, kalau sudah membuatmu tak nyaman. Aku hanya ingin tahu keadaanmu," ucap Jati beberapa saat kemudian.

"Aku baik-baik saja di sini," sahut Aira.

"Syukurlah. Kuharap, kamu selalu bahagia," ucap Jati dengan nada sendu. "Oh, ya. Kudengar di sana sedang musim gugur, ya. Sebaiknya, kamu memakai pakaian tebal, Ra. Jangan lupa minum vitamin juga, supaya kekuatan tubuhmu tetap terjaga," tuturnya panjang lebar.

"Sudah ya, Kak. Nggak enak telepon lama-lama. Apa nanti kata istrimu kalau seandainya tahu kamu ngobrol dengan mantan?" putus Aira, lalu mengakhiri panggilan secara sepihak.

Seketika dadanya terasa sesak. Sikap Jati yang aneh itu sedikit banyak membuat Aira terluka. Bagaimana tidak? Dulu, semasa masih menjadi suaminya, Jati begitu cuek dan terkesan tak peduli.

Namun, kini setelah mereka berpisah, Jati malah menunjukkan perhatian yang agak tak biasa bagi Aira.

Sementara Manggala, sempat membeku di tempatnya setelah tanpa sengaja mendengar percakapan Aira di telepon. "Mantan suami?" gumam Manggala dengan berbagai pikiran yang berkecamuk di kepala.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Janda Tapi Perawan   Penawaran

    Hari pertama bekerja, dilalui Aira dengan lancar, walaupun diwarnai insiden memalukan. Kini, saatnya bagi Aira untuk membereskan peralatan memotretnya dan bersiap pulang. Namun, baru saja dirinya hendak meninggalkan studio, salah satu asisten fotografer tiba-tiba menghampiri Aira. "Maaf, Nona. Mr. Naradipta berpesan agar Anda bersedia ke ruangannya sebelum pulang," ujar kru itu. "Oh, baiklah." Aira mendengkus pelan. Itu artinya, dia harus kembali naik ke lantai teratas. Dengan langkah gontai, Aira memasuki lift dan menekan tombolnya. Beberapa saat kemudian, dirinya tiba di ruangan Manggala. Di sana, sudah menunggu sang atasan bersama sekretarisnya. Aira sempat mencuri-curi pandang ke arah wanita cantik berambut pirang yang berdiri di samping tempat duduk Manggala. Wanita itu tampak mengusap-usap bahu lebar Manggala sebelum berlalu meninggalkan ruangan. "Apa ada masalah, Sir?" tanya Aira setelah Helen menghilang di balik pintu. "Tidak ada. Aku hanya ingin memuji hasi

    Huling Na-update : 2024-09-13
  • Janda Tapi Perawan   Pertemuan

    "Sedang apa Kak Jati di sini?" tanya Aira dingin. "Dengan siapa?" cecarnya sembari menyapu pandangan ke sekitar. Aira harus waspada seandainya Jati datang bersama istri, sebab dia pasti tak akan sanggup melihat kemesraan sang mantan suami bersama pasangannya. "Aku membawakanmu oleh-oleh dari Ibu," jawab Jati sambil tersenyum kaku. "Darimana Kak Jati tahu aku tinggal di sini?" Aira memicingkan mata sinis, seolah tak memedulikan kalimat Jati sebelumnya. "Suami Mbak Sinta yang memberitahuku," sahut Jati. "Ck!" Aira berdecak kesal. Kakak iparnya itu tak pernah bisa menyimpan rahasia, terlebih pada Jati. Aira sedikit memaklumi sebab Jati dan sang kakak ipar memang bersahabat sejak lama. "Kenapa mesti repot-repot? Tante Andini kan bisa menitipkannya pada Mama atau Mbak Sinta," dengkus Aira. "Maaf, Ra. Kalau kedatanganku kemari membuatmu tidak nyaman. Tapi, Ibu yang memaksa. Bingkisan ini harus diterima langsung olehmu." Jati menyodorkan sebuah paperbag pada Aira. Ragu-ragu, A

    Huling Na-update : 2024-09-28
  • Janda Tapi Perawan   Terluka

    Bukan hanya Jati yang terkejut atas pernyataan Aira itu, melainkan Mira juga. Wanita paruh baya yang sedari tadi bersembunyi di balik pintu, langsung melotot pada Aira. "Yang benar, Ra?!" bisik Mira pada Aira yang masih bergeming di ambang pintu. Akan tetapi, Aira tak menghiraukan sang tante. Dia terlalu fokus pada wajah cantik Senja yang tampak pias. "Apa maumu, Senja? Kamu sudah berhasil merebut Kak Jati, kan? Sudah kurelakan biduk rumah tangga kami hancur, supaya kalian bisa bersatu. Apa masih kurang pengorbananku?" cerca Aira dengan napas menderu. "Bukan aku yang merebut Mas Jati, tapi kamu!" Senja tak mau kalah. "Aku yang lebih dulu mengenalnya. Kami saling mencintai!" "Baguslah, kalau begitu. Kuucapkan selamat untuk kalian. Semoga kalian berdua selalu bahagia. Sekarang, cepat pergi dari sini dan jangan pernah ganggu aku lagi!" titah Aira. Bukannya tersinggung, Jati malah berjalan mendekat ke arah Aira. Sontak, dada Senja semakin bergemuruh melihatnya. "Apa benar kam

    Huling Na-update : 2024-09-30
  • Janda Tapi Perawan   Hanya Sandiwara

    Aira begitu lega ketika akhirnya dapat memasuki rumah sang tante. Tubuhnya kini terasa ringan, karena sudah terlepas dari drama picisan yang diciptakan oleh Senja dan pasangannya. Kini, Manggala, Jati dan Senja kembali ke tempat masing-masing. Sejenak, terukir senyuman di bibir ranum Aira tatkala teringat tangan Manggala yang melingkar di pinggang rampingnya, beberapa saat yang lalu. "Kamu gila ya, Ra!" sentak sebuah suara yang membuat Aira terkejut setengah mati. "Tante, ih! Ngagetin terus dari tadi!" gerutu Aira sembari mengusap-usap dadanya. "Dia Manggala, mantan kamu dulu, kan? Apa yang kalian rencanakan!" cecar Mira. Namun, sesaat kemudian wanita paruh baya itu meralat kata-katanya. " Ah, pertanyaanku salah! Maksudku, apa yang Manggala rencanakan?" "Dia cuma mau membantuku, Te. Tenang saja," tepis Aira. Dia mengibaskan tangan, lalu beranjak menuju lantai dua. "Ingat, Ra! Kamu mesti waspada! Jangan sampai kamu lupa siapa Manggala!" Mira terus mengikuti langkah keponakan

    Huling Na-update : 2024-10-02
  • Janda Tapi Perawan   Jodoh Pilihan

    "Ayo!" Manggala menarik tangan Aira, sedikit memaksa sang mantan kekasih yang hanya bisa berdiri terpaku di ambang pintu masuk masjid, agar bersedia mengikuti langkahnya. "Aku sudah membuat janji dengan ketua pengurus Masjid. Beliau mau meluangkan waktu untuk menikahkan kita hari ini," terang Manggala. "Ta-tapi ...." Keringat dingin membasahi dahi Aira. Kepalanya terasa pening dan berat, memikirkan bagaimana caranya menolak ajakan tak masuk akal ini. "Aku belum bicara pada Mama dan Mbak Sinta," kilah Aira. Hanya itu alasan yang terbersit di benaknya. "Tidak masalah, kan? Nanti setelah dokumen lengkap, kita bisa menikah ulang," desak Manggala. "Ini cuma pernikahan sandiwara, Ngga. Kamu nggak perlu bertindak sampai sejauh ini," tolak Aira. "Kita cuma perlu berpura-pura mengadakan resepsi, tanpa ada akad. Gampang, kan?" sarannya. Genggaman tangan Manggala pada jemari Aira yang awalnya kuat, seketika mengendur dan terurai sempurna. Pria tampan berhidung mancung itu menatap Aira

    Huling Na-update : 2024-10-02
  • Janda Tapi Perawan   Sah?

    Aira tidak mampu lagi mengelak. Dia pasrah ketika Manggala terus menggandengnya, memasuki bangunan bercat putih dua lantai yang tak terlalu besar. Setelah melewati pintu masuk, Manggala mengarahkan Aira untuk berbelok ke kiri. Di sana, dia memberi contoh agar wanita cantik di sampingnya itu melepas alas kaki dan menyimpannya di salah satu dari sekian deret loker yang berjajar rapi. "Kita ke ruang operasional." Manggala kembali menyeret pelan tubuh ramping Aira, tanpa menunggu persetujuan. Ragu-ragu, Aira mengikuti langkah pria tinggi tegap di depannya itu. Mereka memasuki sebuah ruangan yang berjarak belasan meter dari ruang loker. Seorang pria paruh baya berjenggot tebal, berdiri menyambut Manggala seraya tersenyum lebar. "Selamat datang, Nak. Kau terlambat beberapa menit," ujarnya dalam bahasa Inggris yang terdengar kaku. "Maafkan kami, Syaikh. Ada halangan yang tak dapat kami hindari tadi," dalih Manggala. Diam-diam Aira menoleh dan memperhatikan mantan kekasihnya itu.

    Huling Na-update : 2024-10-03
  • Janda Tapi Perawan   Raut Misterius

    "Ayo!" ajak Aira saat Manggala masih tetap bergeming di sofa sambil mengetikkan sesuatu di ponselnya. "Eh! Sudah selesai?" Manggala tergagap. Dilihatnya Aira telah siap dengan satu koper besar dan ransel hitam kesayangan yang tersampir di pundak. "Tante melarang Aira membawa terlalu banyak baju, karena dia harus sering-sering kemari," tegas Mira. "Tentu, Tante! Tidak masalah." Manggala menyunggingkan senyuman cerah. "Sini, biar kubawakan," ujarnya seraya merebut pegangan koper Aira dan membawanya menuju mobil. Saat Aira hendak mengikuti langkah suaminya, Mira langsung mencekal lengan keponakan tersayangnya itu. "Kenapa, Tante?" tanya Aira heran. "Nggak tahu, tapi hati Tante nggak nyaman," ungkap Mira dengan sorot sendu. "Mungkin karena terlalu terkejut," hibur Aira. Diusapnya lembut bahu sang tante. "Mungkin. Semoga saja ini hanya perasaanku saja." Mira mengempaskan napas pelan. "Aku tidak bisa menilai karakter dan kejujuran atasanmu itu. Rautnya misterius sekali," keluhn

    Huling Na-update : 2024-10-05
  • Janda Tapi Perawan   Dia Pemenangnya

    "M-maksudnya? Bukankah pernikahan kita ini cuma sandiwara?" Aira menelan ludah. Keringat dingin muncul membasahi dahi saat melihat tatapan dan mimik Manggala yang seakan ingin memakannya. "Ya, ampun!" Manggala tergelak. "Kamu mikir apa, Ra? Aku cuma bercanda. Lagian, kewajiban istri kan macam-macam. Nggak cuma di ranjang. Ternyata, pikiran kamu mesum juga, ya," ledeknya. "Angga!" seru Aira tak terima. Manggala tertegun sejenak mendengar panggilan kesayangan yang pernah disematkan Aira untuknya. Akan tetapi, beberapa saat kemudian, dia kembali tertawa renyah. Manggala menyembunyikan segala gundah dan kecewa dalam hati. Sebenarnya, perkataannya tadi serius. Namun, melihat bahasa tubuh Aira yang sama sekali tak menampakkan kenyamanan, membuat Manggala paham bahwa sepertinya sudah tak tersisa sedikit pun rasa cinta untuknya. "Kamu siap-siap, deh. Kita berangkat ke kantor sama-sama," titah Manggala. "Sama-sama? Memangnya tidak apa-apa?" tanya Aira ragu. "Sekadar berangkat ba

    Huling Na-update : 2024-10-07

Pinakabagong kabanata

  • Janda Tapi Perawan   Kejutan Manis

    Manggala langsung mencegah lengan Aira yang hendak menghampiri Mira. "Jangan," bisiknya sambil menggeleng pelan. "Kenapa?" tanya Aira. "Sepertinya Tante Mira dan Alex sedang kencan," jawab Manggala lirih. "Oh!" Aira membulatkan bibir. Diamatinya dua sejoli itu dari kejauhan. Mira tampak tersipu sambil sesekali menyentuh punggung tangan Alex yang memegang gelas. "Ah, tapi aku tidak tahan untuk tidak menyapa!" Aira mengabaikan larangan Manggala. Dia malah berlari mendekat dan menyapa sang tante. "Halo! Sedang apa Tante di sini?" sapa Aira ceria. "E-eh, Aira!" Mira tak dapat menyembunyikan sikap gugupnya. Demikian pula Alex yang terlihat serba salah. "Kamu sendiri ngapain di sini?" Mira balas bertanya. "Bunda dan Papa Bayu mengajak kami makan malam bersama, Tante," ucap Aira. "Oh, ya? Enzo mana?" Mira mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Dia sedang bersama Ibra dan orang tua saya di lantai dua, Tante," sahut Manggala sopan. "Oh, begitu." Senyum kaku Mira tak lepa

  • Janda Tapi Perawan   Melepaskan

    "Aku memang kagum pada Kak Aira awalnya," ungkap Ibra lesu sambil diam-diam melirik sang kakak yang duduk menekuk lutut di sampingnya. Dua bersaudara itu memilih menepi, duduk berkalang tanah di tengah-tengah tanaman hias Imelda yang tumbuh subur di taman belakang. "Lalu? Kenapa bisa jadi begini?" tanya Manggala sinis. "Aku sendiri juga tidak tahu." Ibra tertawa getir. Manggala turut tertawa. "Aku suka melihat ketegarannya. Padahal waktu itu dia hancur sehancur-hancurnya saat mendengar berita kematianmu. Kak Aira selalu menampakkan senyuman manis, berusaha menunjukkan kalau dia kuat dan baik-baik saja," ungkap Ibra panjang lebar. "Dia tidak ingin membuat semua orang khawatir. Dia selalu berusaha menguatkan orang-orang di sekitarnya, walaupun sebenarnya Kak Aira lah yang paling butuh dikuatkan." Ibra menarik napas panjang setelah berhasil mengeluarkan semua yang dipendam dalam hati. "Dan di saat aku jauh, kamu berusaha mendekati Aira. Kamu ingin mengambil posisi kosong y

  • Janda Tapi Perawan   Selamanya Milikku

    "Ada-ada saja kamu, Ibra." Aira tertawa renyah. "Bukannya baru dua hari lalu kamu datang ke studio?""Maunya sih, ketemu tiap hari," sahut Ibra enteng, seolah tanpa beban. Seketika Aira terdiam. Teringat olehnya perkataan Mira beberapa waktu lalu. Tantenya itu meminta Aira untuk waspada terhadap Ibra. Aira sempat tak menanggapi kekhwatiran sang tante yang menurutnya terlalu berlebihan. Namun, setelah dipikir-pikir, Ibra memang terlihat berbeda. Perhatian yang diberikan lebih dari sekadar perhatian seorang adik.Dalam kegamangan itu, tiba-tiba dua tangan kekar melingkari perut rata Aira. "Siapa yang telepon?" bisik seseorang yang tak lain adalah Manggala.Sengaja pria tampan itu mendekatkan bibir di telinga Aira yang tak ditempeli ponsel. Sambil mengecup dan menggigit pelan daun telinga Aira, kembali Manggala bertanya, "Ibra, ya? Untuk apa dia telepon pagi-pagi?"Aira tak menjawab. Dia malah fokus pada panggilan yang belum berakhir. "Ibra, terima kasih perhatiannya. Nanti sore, aku a

  • Janda Tapi Perawan   Kangen

    "Stephen melihat ada sesuatu dari diriku yang mengingatkannya pada David. Dia menyukaiku sejak pertama kami bertemu, Ra," ungkap Manggala seraya membelai lembut punggung polos Aira. Keduanya kini tengah berpelukan dalam keadaan telanjang setelah melalui percintaan panas. Tubuh dua sejoli itu hanya ditutupi oleh selimut tipis berwarna putih. "Hm." Aira mengempaskan napas panjang. “Terus?” "Dia berkata kalau David hidup dalam diriku." Manggala menjelaskan sembari terkekeh. "Tuh, kan! Dia aneh sekali," gerutu Aira. "Ayolah, Ra," bujuk Manggala. "Ayolah, Ngga. Aku nggak mau kamu terjebak dengan konglomerat gila lagi. Nanti hidupmu disetir lagi, dihancurkan lagi seperti ...." Kalimat Aira mengambang, sebab Manggala lebih dulu mencium bibirnya. "Serah terima aset sudah dilakukan. Aku sudah sah menjadi pewaris Mr. Jungle satu-satunya," potong Manggala setelah melepaskan tautan bibirnya. "A-apa!" pekik Aira. Syok dan tak menyangka jika secepat itu Stephen akan mengikat sang suami.

  • Janda Tapi Perawan   Kenyataan Masa Lalu

    Aira lebih banyak termenung setelah Stephen McMahon alias Mr. Jungle berpamitan. Bahkan saat Manggala mengajaknya berbelanja bahan makanan dan kebutuhan dapur, Aira hanya menanggapi sekenanya saat sang suami bertanya."Perabot di rumah ini sudah lengkap, Ra. Kita tinggal menempati saja. Aku juga menyewa orang untuk membersihkan rumah setiap hari. Kamu jadi tidak perlu repot-repot memikirkan pekerjaan rumah,"tutur Manggala."Terima kasih." Aira tersenyum samar, lalu meninggalkan Manggala yang kebingungan melihat sikapnya yang tak biasa."Kamu kenapa, Sayang?" tanya Manggala keheranan."Tidak apa-apa." Aira menggeleng lemah sebelum membalikkan badan menuju kamar Enzo. Dibukanya pintu kamar bercat biru itu perlahan agar tak menimbulkan suara. Aira mengintip putra semata wayangnya yang nyenyak tertidur di dalam tempat tidur anak berukuran besar. Di sekeliing tempat tidur itu sudah terpasang pelindung berbentuk pagar yang akan menjaga bayi gembulny

  • Janda Tapi Perawan   Istana Kita

    Tangan kanan Manggala menggenggam erat tangan kiri Aira erat, sedangkan satu tangan lainnya memegang stroller, di mana Enzo tertidur pulas. "Apa kamu siap, Ra?" tanya Manggala dengan senyum terkembang. "Rumahnya bagus sekali, Ngga," sahut Aira ragu dengan tatapan mata tak lepas dari bangunan bergaya modern minimalis dua lantai di depannya. Manggala tersenyum puas. Baginya, kebahagiaan Aira adalah segalanya. Apalagi saat melihat Aira menyukai kejutan darinya, Manggala merasa sangat lega. Fokus Aira sama sekali tak lepas dari rumah bercat putih itu. Perlahan, dia melangkahkan kaki, melewati jalan setapak yang membelah halaman berumput, lalu menaiki tangga teras. Aira membuka pintu depan yang memang sengaja tak dikunci. Saking antusiasnya, dia sampai melupakan Enzo yang masih terlelap di stroller. "Wah, Ngga! Ini kan hasil foto-fotoku saat kita bulan madu di New Zealand!" seru Aira nyaring. Matanya membulat memindai setiap bingkai foto berukuran besar yang terpajang di dinding r

  • Janda Tapi Perawan   Rumah Baru

    Seminggu sudah Aira dan Manggala tinggal di rumah Kartika. Selama itu pula, Sinta bersikap dingin, hanya kepada Manggala. Namun, Manggala memilih untuk tak peduli. Dia tetap berusaha mendekati Sinta. Seperti siang itu, saat Sinta tengah asyik bermain air bersama Ratri, putrinya di halaman samping. Beberapa jam sebelumnya, Wildan membuatkan kolam renang plastik berukuran sedang untuk sang putri. Ayah satu anak itu masih belum berani membawa Ratri ke kolam renang asli yang terletak di taman belakang, dekat dengan kebun bunga Kartika. "Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tawar Manggala. Sinta sengaja tak menanggapi. Jangankan menjawab, menoleh pun tidak. Malah Ratri, bayi yang berusia hampir dua tahun, bertepuk tangan dan berceloteh riang, seakan menyambut kedatangan Manggala. "Hei, cantik. Segar ya, habis main air," sapa Manggala begitu lembut dan ramah. "Sebaiknya kamu jemput istrimu!" ujar Sinta ketus. "Biasanya jam-jam makan siang, dia pulang!" imbuhnya. "Iya, Mbak. Tadi

  • Janda Tapi Perawan   Galau

    Seusai sarapan, setiap anggota keluarga kembali pada aktifitasnya masing-masing. Mira langsung masuk kamar, memangku laptop. Dia melanjutkan pekerjaannya sebagai freelancer desainer grafis yang cukup dilakukan secara online. Wildan bersama keluarga kecilnya berjalan-jalan ke mall. Pria itu memanfaatkan hari liburnya dengan baik untuk anak dan istrinya. Sedangkan Kartika langsung pergi ke taman belakang, merawat bunga-bunga dan tanaman hias kesayangannya. Sementara Manggala menuntaskan rindu dengan bermain-main bersama Enzo di halaman samping. Dirinya baru tersadar jika Aira tak ada saat Enzo ribut memanggil ibunya. "Maa!" seru bayi gembul itu. "Oh, iya, ya. Ke mana mamamu, Nak? Kenapa dari tadi tak kelihatan?" gumam Manggala. "Taa ... amaa!!" celoteh Enzo nyaring. "Ah, kamu bilang apa, Nak? Papa nggak ngerti." Manggala terkekeh. "Kita cari saja, yuk!" ajaknya sambil menggendong Enzo, lalu masuk ke rumah melalui pintu samping. Manggala melangkah asal, menyusuri ruangan demi ruang

  • Janda Tapi Perawan   Keluarga Kecil

    Manggala setengah berlari menyusuri jalanan kompleks sampai tiba di taman berbentuk lingkaran. Ada banyak anak kecil bermain di sana saat itu. Manggala tak sabar menyibak kerumunan, membalik satu demi satu tubuh-tubuh mungil yang tengah asyik berlarian ke sana kemari. Hingga langkahnya terhenti ketika melihat sesosok bocah laki-laki menggemaskan tengah bermain pasir bersama balita perempuan. Senyum Manggala terkembang. Tak ingin membuang detik yang berharga, dia segera berlari menghampiri. "Enzo!" seru Manggala antusias. Bocah tampan itu langsung menoleh. Demikian pula balita cantik yang tak lain adalah Ratri, sang sepupu. "Manggala?" Wildan yang bertugas menjaga putri dan keponakannya itu langsung berdiri. Tak menyangka jika dirinya melihat sosok tampan Manggala berdiri di depan wajahnya dengan napas ngos-ngosan. "Ehm, kamu di sini, Ngga?" tanya Wildan basa-basi. Manggala tak bermaksud untuk tak menghiraukan Wildan. Namun kerinduan yang telah menggunung pada Enzo, membuat perh

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status