Share

Penawaran

Hari pertama bekerja, dilalui Aira dengan lancar, walaupun diwarnai insiden memalukan. Kini, saatnya bagi Aira untuk membereskan peralatan memotretnya dan bersiap pulang.

Namun, baru saja dirinya hendak meninggalkan studio, salah satu asisten fotografer tiba-tiba menghampiri Aira.

"Maaf, Nona. Mr. Naradipta berpesan agar Anda bersedia ke ruangannya sebelum pulang," ujar kru itu.

"Oh, baiklah." Aira mendengkus pelan. Itu artinya, dia harus kembali naik ke lantai teratas.

Dengan langkah gontai, Aira memasuki lift dan menekan tombolnya. Beberapa saat kemudian, dirinya tiba di ruangan Manggala.

Di sana, sudah menunggu sang atasan bersama sekretarisnya. Aira sempat mencuri-curi pandang ke arah wanita cantik berambut pirang yang berdiri di samping tempat duduk Manggala.

Wanita itu tampak mengusap-usap bahu lebar pria yang pernah menjadi kekasih Aira selama tiga tahun itu sebelum berlalu meninggalkan ruangan.

"Apa ada masalah, Sir?" tanya Aira sopan, sesaat setelah Helen menghilang di balik pintu.

"Tidak ada. Aku hanya ingin memuji hasil jepretanmu tadi." Manggala tersenyum penuh arti seraya melemparkan beberapa lembar foto serigala ke atas meja kerja. "Pencahayaan, sudut pengambilan gambar, semuanya bagus," sanjungnya.

"Terima kasih, Sir!" ucap Aira berbunga.

"Jangan senang dulu. Itu artinya, selama sebulan ke depan, kamu harus siap bekerja penuh waktu. Bahkan lembur jika dibutuhkan. Kamu juga mesti siap seandainya aku memanggilmu sewaktu-waktu, malam hari sekalipun," tegas Manggala.

"Tentu, tidak masalah bagi saya."

Jawaban Aira tersebut, membuat Manggala mengernyitkan dahi. "Sungguh?" tanyanya tak percaya. "Lalu, bagaimana suamimu? Apa dia tidak keberatan kalau sebagian besar waktumu dihabiskan untuk bekerja?"

"Saya sudah tidak memiliki suami," timpal Aira pelan.

Sontak Manggala membelalakkan mata. "Jadi, kamu sudah bercerai?" selidiknya.

"Begitulah." Aira tersenyum lebar, bersikap seolah baik-baik saja, meskipun hatinya berdenyut nyeri.

"Oh, aku sungguh tidak menyangka. Kamu membuangku demi menikah dengan pria lain, lalu sekarang bercerai dari pria itu?" Manggala tertawa meremehkan.

"Maaf, saya kira perkataan Anda tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Jadi, saya rasa, saya tidak perlu menjawabnya," sahut Aira dengan nada tak suka.

Manggala menanggapinya dengan mengangkat kedua bahu. "Terserah kamu. Yang jelas, aku selalu siap kapanpun kamu membutuhkan," ujar pria tampan itu.

"M-maksudnya?" Aira menggeleng tak mengerti.

"Aku ingin kembali padamu, Aira," jawab Manggala.

Aira seketika terpaku. Pikirannya mendadak kosong setelah mendapatkan pernyataan cinta yang sama sekali tak dia sangka. Untuk sesaat, Aira menerka-nerka, apakah pria di hadapannya ini tengah serius atau sedang bercanda.

"Aku masih mencintaimu. Dari dulu, hingga sekarang, sama sekali tak pernah berubah. Walaupun hatiku sakit akibat pengkhianatanmu, tapi aku telah memaafkan semuanya," ungkap Manggala.

"Ta-tapi, Sir ...." Aira gugup. Tanpa sadar dia meremas bagian depan dressnya.

"Aku ingin mewujudkan cita-cita yang belum tergapai sejak dulu, yaitu mempersuntingmu," ujar Manggala pelan, tapi penuh penekanan.

Mata indah Aira membulat sempurna. "Anda jangan menggoda saya, Sir!" protesnya.

"Aku serius, Aira. Tidak ada niatan sama sekali untuk menggodamu. Aku sungguh-sungguh ingin menikah denganmu," ujar Manggala.

"Sa-saya ...." Aira menelan ludahnya kasar. Untuk sesaat, dia menatap paras tampan beralis tegas itu. Entah perasaan apa yang dia miliki untuk sang mantan kekasih. Masih adakah rasa cinta untuk Manggala?

"Tidak perlu dijawab sekarang. Pulanglah, dan pikirkan matang-matang. Jangan terburu-buru," tutur Manggala.

Aira menjadi sedikit tenang tatkala mendengar kalimat itu. "Baik, Sir. Terima kasih," ucapnya sembari mengangguk ragu.

Sepanjang perjalanan pulang, kalimat lamaran Manggala terus terngiang di telinga Aira. Ingin dirinya bersikap biasa, seakan tak terjadi apapun, tapi tak bisa.

Semudah itukah menerima lamaran seseorang, seperti halnya dia menerima lamaran Jati dulu? Benarkah Manggala masih mencintainya? Bagaimana jika akhirnya dia gagal lagi dalam berumah tangga? Pertanyaan-pertanyaan itu terus memenuhi benak Aira, sampai membuat gadis cantik itu pusing.

Dia merasa tak mampu memutuskan sendiri, sehingga Aira memilih untuk berkeluh kesah pada sang tante, sesaat setelah tiba di rumah.

"Nggak perlu tergesa-gesa, Ra. Buktikan dulu, apa memang benar Manggala masih cinta sama kamu, atau cuma bualan dia saja!" Nasihat dari Mira, membuat Aira tercenung.

"Biasa kan, cowok kalau lihat janda muda dan fresh, matanya jelalatan," imbuh Mira.

"Aku takut memulai hubungan baru dalam waktu dekat ini, Te. Takut terluka lagi," beber Aira.

"Ya, sudah kalau begitu tolak saja lamarannya," timpal Mira.

"Aku juga tak tega menolak Manggala." Aira menggeleng. "Kasihan dia kalau harus patah hati lagi gara-gara aku."

"Lah, terus mau kamu gimana, Aira?!" Mira mulai gemas menghadapi tingkah keponakannya.

"Mungkin, seperti yang Tante bilang tadi. Aku harus membuktikan apakah Manggala benar-benar cinta aku atau tidak, sebelum memberi jawaban atas lamarannya," cetus Aira.

"Terserah kamu deh, Ra. Yang penting jangan merasa terbebani. Ingat, kedatanganmu ke sini adalah untuk menenangkan diri." Mira membelai puncak kepala Aira dengan penuh kasih sayang.

Dalam hati, Aira membenarkan ucapan sang tante. Dia sengaja menepi dari kehidupannya di Jakarta, untuk menyembuhkan hati.

Dengan keyakinan itu, Aira pun membulatkan tekad. Dia menelepon Manggala dan meminta waktu tiga bulan untuk berpikir.

Manggala pun tak memaksakan kehendak. "Aku akan tetap menunggu sampai kamu siap," ujarnya.

Sejak saat itu, Aira menjalani hari-hari seperti biasa. Kesibukan sebagai fotografer di perusahaan media sebesar 'Nature Perfect', membuat dirinya lupa akan permasalahan dengan Jati, serta lamaran Manggala.

Akan tetapi, kedamaian itu tak berlangsung lama. Di suatu sore, saat Aira baru pulang bekerja, dia mendapati seseorang yang paling tidak ingin ditemui. Pria yang tak lain adalah Jati itu, berdiri menunggunya di tangga teras rumah Mira.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status