Share

It's A Secret

Penulis: Ayaya Malila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-09 18:00:27

"Mr. Naradipta?" Tidak mungkin!" Aira terkekeh.

"Kenapa tidak? Dia tampan dan mapan," sanggah Brandon.

"Tapi dia ...." Aira buru-buru membungkam bibirnya sendiri. Jangan sampai dia kelepasan memberitahu Brandon bahwa Manggala telah menikah dengannya.

"Apa?" Brandon mengernyitkan dahi curiga.

"Tidak ada. Lupakan!" Aira mengibaskan tangan. Gugup sebenarnya, tapi dia harus berpura-pura santai supaya rekannya itu tak curiga.

"Nanti makan siang sama-sama, ya. Di restoran depan kantor," ajak Brandon sebelum memulai kesibukannya di studio sebelah, yang hanya terpisah oleh sekat dinding berbahan kaca.

Aira mengacungkan dua jempol sebagai isyarat jika dirinya setuju. Sama sekali tak terbersit dalam pikiran Aira untuk meminta izin atau mengabari Manggala. Toh, suaminya sendiri yang meminta untuk merahasiakan pernikahan ini.

Dua jam berkutat dengan pekerjaan, kini saatnya Aira harus beristi
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Janda Tapi Perawan   Aroma Kopi

    Aira buru-buru melepas helm Brandon. Rencananya, dia akan segera berlari masuk ke rumah sebelum Mira memergokinya pulang berdua dengan pria selain Manggala. Bukan apa-apa, Aira hanya malas dicecar pertanyaan oleh tante cerewetnya itu. "Ini! Terima kasih tumpangannya, ya." Aira segera menyodorkan pelindung kepala berwarna coklat itu pada Brandon. "Tunggu! Kau tidak mengajakku masuk? Apa tidak ingin menawarkan kopi atau semacamnya?" tuntut Brandon tak tahu malu. Aira langsung melotot. Sepertinya gestur itu sudah menjadi kebiasaannya akhir-akhir ini. "Aku tidak bisa. Di dalam ada ...." "Aira!" Belum selesai Aira merangkai kalimat, sang tante sudah keluar menghampirinya dengan langkah tergesa. "Siapa lagi ini?" Nada suara Mira semakin meninggi. "Eh, ini .... Di-dia rekan kerjaku, Tante. Kenalkan, namanya Brandon," ucap Aira terbata. Merasa tak ada gerakan apapun dari pria di sampingnya, Aira pun menyenggol lengan Brandon. "Ah, oh, hai! Senang berkenalan dengan anda, Nyonya,"

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Janda Tapi Perawan   Palsu

    "Aku sibuk, Cynthia. Mengertilah. Selama tiga hari ke depan, aku harus menemanimu. Jadi, aku memutuskan untuk tidak ke kantor. Oleh karena itu, aku mesti bekerja dari sini," terang Manggala. Mendengar hal itu, Cynthia tertawa getir. "Kau menemaniku, tapi sibuk dengan pekerjaanmu. Sama saja," cibirnya. "Terus? Aku harus bagaimana?" tanya Manggala. "Kamu berubah ...." Air muka Cynthia mendadak sendu. "Berubah?" ulang Manggala. Tak lupa dia menyunggingkan senyuman tipis, berusaha supaya terlihat tenang di hadapan sang kekasih. "Apa ada yang kau sembunyikan dariku?" selidik Cynthia. "Ya, ampun." Manggala tergelak. Dia berinisiatif menghampiri Cynthia yang masih mematung di ambang pintu sambil membawa sekeranjang bunga. Dipeluknya tubuh molek nan seksi itu erat-erat demi meredakan kegalauan kekasihnya. "Maaf, ya. Sudah membuatmu curiga dengan sikapku," ucap Manggala. "Kau pasti lelah, ya? Terlalu banyak tekanan dalam pekerjaan bisa membuat stress," terka Cynthia. "Aku bisa me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Janda Tapi Perawan   Hati Ke Hati

    "Ngga, terima kasih.." Aira tak henti-henti mengucapkan kata itu. Mungkin sudah puluhan kali. Namun, rasanya tak cukup untuk membalas kebaikan Manggala, pria yang dulu pernah dilukainya. "Santai saja, Ra. Anggap saja kita sama-sama diuntungkan. Kamu selamat dari gangguan Jati dan Senja, sedangkan aku ...." Aira mengernyit saat Manggala sengaja menggantung kalimatnya. "Kamu tahu sendiri, kan? Menikahimu adalah keinginanku sejak dulu," ujar Manggala lirih. Aira tertegun. Lekat, iris mata coklatnya memindai wajah tampan yang hanya berjarak beberapa senti darinya itu. Kata-kata Manggala terdengar pelan dan datar. Namun, siapa sangka jika bisa menggetarkan kalbu Aira. Debar jantung yang semakin lama semakin menggila, membuat Aira sesak napas. Selemah inikah dia menghadapi laki-laki? Dulu Jati, sekarang Manggala. Sungguh, Aira tak ingin terjatuh lagi. "Kamu mungkin menganggapku pecundang. Tapi, inilah yang kurasakan, Ra. Aku jatuh cinta padamu, sejak pandangan pertama." Manggala

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Janda Tapi Perawan   Kebahagiaan Semu

    "Mama!" Aira menghambur ke pelukan ibunya. "Kok bisa mama ada di sini?" "Manggala yang mengundang kami semua, Ra. Dia juga yang memberikan tiket akomodasi," sahut seseorang yang kini berdiri di belakang ibunda Aira. "Kak Sinta? Kak Wildan?" seru Aira. Terkejut, sekaligus bahagia karena ternyata Manggala tak hanya mendatangkan sang ibu, melainkan juga kakak kandung serta kakak iparnya. "Ngga, kenapa kamu nggak cerita?" Aira mengalihkan pandangan ke arah Manggala yang sejak tadi setia mengikuti di sampingnya. "Namanya juga kejutan." Manggala tersenyum manis seraya membelai lembut pipi Aira. Mendapat perlakuan semanis itu, sontak Aira tersipu. "Semoga ini menjadi pernikahan terakhirmu, Ra. Kuharap kalian selalu bersama sampai maut memisahkan dan bahagia selamanya." Kali ini, bait-bait doa tulus dilantunkan oleh Mira, sang tante yang ternyata juga berada di sana. "Senang rasanya melihat kalian semua berkumpul," ucap Aira penuh haru sekaligus meragu. Dia masih merasa tak percaya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Janda Tapi Perawan   Lembaran Kelam

    "Jangan khawatir, Senja. Tidak ada dalam kamusku, menyakiti sesama perempuan. Aku anti merebut milik orang lain. Apalagi orang itu tidak pernah mencintaiku sejak awal," timpal Aira kalem. Dia sama sekali tidak berniat menyindir. Apa yang Aira ungkapkan hanyalah kenyataan. "Jangan terlalu berpikir macam-macam. Jalani saja hidupmu bersama Kak Jati dengan bahagia," sarannya. "Tapi, apa kamu bahagia, Ra?" sela Jati, tak memedulikan raut sendu istrinya. "Kak Jati bisa melihat dan menilai sendiri, kan?" Aira melingkarkan tangan di lengan Manggala dan bergelayut manja. Tanpa sungkan, dia menyandarkan kepala di pundak lebar sang suami. Manggala juga tampak tak keberatan. "Syukurlah." Jati memaksakan senyum. Sorot mata sejuta arti, dia layangkan pada Aira. Entah apa maksud tatapan itu, Aira tak peduli. Baginya, kisah bersama Jati sudah selesai dan tak ingin dia buka lagi lembaran kelam itu. Beruntung, Jati dan Senja tak berlama-lama di pesta. Mereka segera berpamitan setelah menikmati

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Janda Tapi Perawan   Alasan

    "Kau .... Sedang apa di sini?" Manggala menatap nyalang pada Brandon. "Kenapa memangnya? Apa aku harus memiliki undangan supaya bisa masuk ke dalam sini?" balas Brandon sinis. "Tentu saja. Kau tidak boleh sembarangan masuk di pesta seseorang," timpal Manggala. "Kenapa harus sembunyi-sembunyi? Bukankah kabar bahagia seperti ini harus disebarluaskan?" sindir Brandon. Merasa Manggala tak bisa berkutik, Brandon pun mengalihkan pandangan pada Aira. "Dan kau, Aira. Aku sama sekali tak menyangka bahwa sosok suamimu adalah dia," ujarnya sembari mengarahkan telunjuk tepat ke muka Manggala. "Seingatku, kau pernah mengatakan kalau kau dan suamimu berhubungan jarak jauh. Tak kusangka, ternyata kau memiliki bakat berbohong," cibir Brandon seraya tersenyum meremehkan. "Kami berhak menyembunyikan pernikahan kami dari siapapun yang kami mau. Kau tak punya hak dan alasan untuk menuntut ini dan itu," tegas Manggala. "Sebenarnya, aku sama sekali tidak peduli atas masalah kalian. Tapi, ada

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Janda Tapi Perawan   Kandas

    Di sisa waktu liburan, Aira mencoba bersikap biasa. Dia tak mau merusak suasana bahagia yang tengah dirasakan oleh Kartika. Ibunya itu harus tetap senang sampai tiba waktunya pulang ke Indonesia. Tak terasa, dua hari telah berlalu. Saatnya mereka semua harus check out dari hotel. "Mama masih di sini, kan?" tanya Aira was-was, sebab dirinya masih teramat rindu dengan sang ibu. "Wildan pulang lebih dulu besok pagi, karena dia punya banyak tanggungan pekerjaan di kantor. Wildan cuma mendapat izin cuti tiga hari. Sedangkan mama dan Sinta menginap di rumah Mira sampai seminggu ke depan. Rencananya, kami mau berjalan-jalan keliling Brisbane dulu sampai puas," jelas Kartika panjang lebar. "Syukurlah," ucap Aira sambil sesekali melirik ke arah Manggala. Ada satu keinginan yang tak berani dia ungkapkan pada suaminya itu. "Kamu mau menginap di rumah Tante Mira juga?" terka Manggala yang seolah tahu isi hati Aira. Sontak Aira tersenyum lebar. "Hebat! Kamu bisa membaca pikiranku!" sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Janda Tapi Perawan   Hangat

    Aira terpaku untuk beberapa saat. Sorot matanya lurus tertuju pada sosok Manggala yang mempesona. Tubuh atletis pria itu begitu menggoda. Otot-otot lengan dan perut tercetak sempurna. Ditambah posisi celana boxer yang terlalu ke bawah, semakin menambah aura seksi seorang Manggala. Apalagi saat itu Manggala sengaja mengurai rambut gondrongnya yang basah. Aira sampai menelan ludah berkali-kali. "Pi-piyamamu mana? Ke-kenapa tidak dipakai?" tanyanya terbata. "Kekecilan," jawab Manggala enteng. "Rasanya terlalu sesak di perut dan paha. Aku jadi tidak nyaman." "A-aku pinjamkan T-shirt Kak Wildan, ya," tawar Aira. "Tidak usah, Ra. Aku lebih nyaman begini," tolak Manggala. Dengan santainya, dia naik ke ranjang lalu merebahkan diri dalam posisi telentang. Manggala menggunakan kedua tangan sebagai bantal. Tampak pandangannya kosong terarah ke langit-langit kamar. Aira mati gaya. Batinnya berkecamuk. Apa yang harus dia lakukan saat itu? Tetap berdiri mematung, atau turut berbaring?

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17

Bab terbaru

  • Janda Tapi Perawan   Semburat Senja

    Aira menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Dia harus bisa mengenyahkan segala pikiran buruk. Mungkin itu semua adalah bagian dari rencana Manggala, batinnya. "Manggala tidak mungkin berkhianat. Tadi dia sudah meneleponku." Kalimat itu terus Aira ulang seperti mantra. "Sammy dan saya akan duduk di sebelah sana," pamit Alex dan ditanggapi dengan anggukan kepala oleh Aira. Sesaat kemudian, wanita cantik itu mengedarkan pandangan ke sekeliling lokasi pesta. Acara farewell party sekaligus first dance kedua mempelai diadakan di lahan kosong berupa padang rumput yang terletak di area selatan resort. Padang rumput tersebut berbatasan dengan tebing curam. Di bawah tebing, terdapat pemandangan indah berupa bibir pantai berbatu. Keindahan itu menjadi berkali lipat ketika di ujung horizon muncul semburat cahaya jingga yang menjadi penanda bahwa senja telah tiba. Tenda raksasa yang dilengkapi dengan dekorasi mewah nan elegan dan dihiasi ribuan bunga mawar putih, didirikan untuk m

  • Janda Tapi Perawan   Bernapas Lega

    "Aunty!" Teriakan Sammy membuat Aira terkejut. Konsentrasinya dalam mengambil foto-foto Cynthia pun buyar seketika. "Kenapa lagi, Nak?" tanyanya penuh kesabaran. "Ponselmu berbunyi," jawab Sammy seraya meraih sebuah telepon genggam dari dalam kopernya. "Ponsel siapa itu, Sammy?" Aira mengernyit waspada. "Itu bukan milikku " "Tapi, ayah tadi mengatakan jika ponsel ini berdering, maka aku harus memberikannya pada Aunty. Ayah tadi juga mengatakan kalau aku harus menunjukkan ponsel ini pada Aunty," jelas Sammy panjang lebar. Ragu-ragu, Aira mengulurkan tangan. Dia memutuskan untuk menerima ponsel yang disodorkan oleh Sammy. "Ha-halo?" sapa Aira terbata. "Sayang?" balas suara di seberang sana. Suara yang sudah sangat melekat dalam sanubari, bahkan alam bawah sadar Aira. "Ma-Manggala?" desisnya. "Iya, ini aku. Boleh aku minta tolong, Sayang?" tanya Manggala lembut. "Tentu! Ada apa, Ngga?" "Tolong kirim hasil foto-fotomu ke email yang akan kukirim sebentar lagi di nomor

  • Janda Tapi Perawan   Terkuak

    William terdiam. Di satu sisi, dia merasa sedikit terdesak. Wiliam sendirian di tempat ini. Sengaja dia memutuskan untuk menjauhkan para pengawalnya dari Frederick beserta anak buah pria paruh baya itu, agar rencananya bersama Manggala bisa berhasil. Sebuah pilihan berbahaya, berisiko tinggi. Namun, dia yakin hasilnya akan sesuai dengan yang diharapkan. Keyakinan William itu akhirnya membuahkan hasil. Sebelum anak buah Frederick berhasil meringkusnya, tiba-tiba puluhan pria berambut cepak dengan kaos hitam berlari menghampiri. Pria-pria itu sigap meringkus anak buah Frederick. Mereka melumpuhkan pria-pria bersetelan rapi itu kurang dari lima menit. "Ayah!" Cynthia menunjukkan ketakutannya saat seorang pria asing menodongkan pistol ke pelipis Frederick. Ujung moncongnya membuat pria berambut putih itu menegang. Meskipun demikian, Frederick tetap berusaha untuk menekan rasa takutnya. "Kau pikir bisa menghancurkanku seperti ini, Will?" ejek Frederick dengan senyum meremehkan.

  • Janda Tapi Perawan   Canggung

    "Aunty! Ayah membawakanku banyak kue. Lihatlah!" Sammy menyeret koper berodanya, lalu meletakkan benda persegi itu di depan kaki Aira. "Wow! Kelihatannya enak-enak!" puji ibunda Enzo itu untuk menyenangkan hati Sammy. "Aunty boleh mengambil satu!" Sammy menyodorkan sebungkus roti keju pada Aira. "Nanti dulu ya, Sayang. Aunty harus bekerja," tolak Aira halus. Diusapnya rambut coklat keemasan itu seraya tersenyum lembut. "Ah, aku lupa pesan ayah," ujar Sammy sambil menggaruk-garuk kepalanya. "Aunty sedang bekerja, dan aku tidak boleh mengganggu," lanjutnya. "Anak pintar!" Aira tertawa geli. Gemas rasanya melihat Sammy yang semakin hari, tumbuh semakin cerdas. Kembali dia mengacak-acak rambut Sammy sebelum fokus pada kamera tele yang sedari tadi dia pegang. Aira mendudukkan diri di kursi. Tubuhnya menghadap ke dinding kaca tebal. Tatapannya tajam mengarah ke pemandangan di bawah sana, di dekat bibir pantai. Di bangku panjang yang diapit bebatuan pantai itu, telah datang wani

  • Janda Tapi Perawan   Eksekusi

    "Kaca gelap ini bisa Anda gunakan untuk kepentingan kita," tutur Alex yang membuat dahi Aira berkerut. "Maksudnya?" "Lihat sisi ini!" Alex mengarahkan telunjuknya ke sudut dinding kaca. Mau tak mau, Aira mengikuti arah pandang Alex. Saat itulah dirinya menyadari bahwa sudut dinding kaca tersebut memiliki warna yang berbeda. Aira memperkirakan bahwa bagian kaca yang berwarna tak terlalu gelap itu memiliki luas tak lebih dari tiga puluh senti. "Untuk apa sudut ini?" tanyanya heran. "Anda bisa mengambil foto dari sana," jawab Alex. "Foto?" ulang Aira tak mengerti. "Tuan Clarks meminta anda mengambil foto dalam jumlah sebanyak-banyaknya dari sisi itu," terang Alex. "Ya, ampun. Kata-kata anda terlalu membingungkan. Aku sama sekali tak paham," keluh Aira seraya menggaruk keningnya. "Begini ...." Alex menggoyangkan tangannya, sebagai isyarat agar Aira mendekat. "Jadi, nanti aku mengatur pertemuan antara Tuan Clarks dan Cynthia. Lokasinya ada di bawah sana," tunjuk Alex.

  • Janda Tapi Perawan   Puncak Pesta

    Baru beberapa menit yang lalu Aira menjejakkan kaki di bandara internasional Ngurah Rai, Bali. Bersama Alex, dia menaiki satu mobil khusus yang telah disewa menuju tempat resepsi yang akan digelar besok. "Kru kita masih sama dengan yang dulu," tutur Alex tanpa ditanya, dan Aira pun mengangguk. "Anda tidak apa-apa, kan? Berpisah sementara dengan Enzo?" tanya Alex memastikan. Aira langsung menggeleng dengan yakin. "Dia aman bersama Mama, Tante Mira dan kakak-kakakku," jawabnya. Mendengar nama Mira disebut, Alex langsung tersenyum lebar. "Ya, aku juga merasa begitu. Enzo pasti akan baik-baik saja," gumamnya. Tak terasa, dua jam perjalanan telah ditempuh. Kini, mereka sampai di sebuah resort pribadi di pesisir selatan pulau Bali. Alex langsung mengajak Aira untuk meeting bersama beberapa orang kru yang akan membantu pekerjaan Aira besok. Sejauh yang dia nilai, konsep pernikahan Brandon ini sangat mewah. Seperti acara resepsi a la barat pada umumnya. Ada beberapa tahapan yang

  • Janda Tapi Perawan   Pembalasan Dimulai

    Manggala mengajak Aira memasuki sebuah kamar lain melalui pintu penghubung di kamar yang ditempati oleh Enzo. Pria tampan yang masih setia dengan rambut gondrongnya tersebut menuntun sang istri dengan sangat lembut dan penuh kehati-hatian. "Kamu makin cantik, Sayang," sanjung Manggala dengan tatapan lekat. Tak sedetik pun dirinya mengalihkan pandangan dari wajah cantik Aira yang sudah dipoles dengan make up elegan. "Syukurlah," desis Manggala kemudian. "Apa?" Aira menautkan alis tanda tak paham. "Gaun pilihanku sungguh sangat cocok dikenakan olehmu." Mata coklat tajam Manggala menyapu tubuh sang istri, mulai dari kepala hingga ujung kaki. Gaun hitam berbahan velvet dengan model A-line itu sungguh sempurna membingkai pinggang ramping Aira. "Ah, Sayang. Rasanya sudah berabad-abad aku tak menyentuhmu." Sorot mata Manggala semakin sayu. Satu tangannya sudah aktif bergerak. Sementara bibirnya, dia dekatkan ke bahu kanan Aira. Dengan satu gigitan, Manggala arahkan tali gaun seuk

  • Janda Tapi Perawan   Bersenang-senang

    "Kamu makin ganteng," sanjung Aira seraya tersipu malu. "Masih gondrong juga." Manggala terkekeh. "Kamu ingin aku potong rambut?" tanyanya lembut. Aira spontan menggeleng. "Kamu mau model rambut macam apapun, tidak pernah gagal terlihat tampan," sanjungnya lagi. Manggala salah tingkah. Pipinya bersemu merah, bagaikan remaja yang baru jatuh cinta. "Benarkah?" Tatapan mata pria itu tampak sayu, terarah pada Aira. "Papap ... papap!" Celotehan Enzo membuat Manggala tersadar. Ada bayi yang sangat dia rindukan dan tunggu kedatangannya. "Jagoan Papa," ucap Manggala. Dia meraih Enzo dari gendongan Aira, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi ke udara. "Papa sangat merindukanmu, Nak. Sangat rindu," ungkap Manggala dengan mata berkaca-kaca. Begitu pula Aira dengan perasaan campur aduk. "Sampai kapan kita akan seperti ini, Ngga? Aku mulai lelah," keluhnya. "Tolong, sabar sedikit, Sayang. Berjanjilah padaku untuk bertahan," pinta Manggala. Aira tak menjawab. Malah Enzo yang menanggapiny

  • Janda Tapi Perawan   Penuh Damba

    Aira terlihat sangat bahagia menggandeng Enzo. Bocah menggemaskan itu terlihat sangat tampan dalam balutan tuksedo hitam. Senada dengan gaun malam Aira yang juga berwarna hitam. Enzo terus berceloteh dalam gendongan ibunya. Sementara tangan Aira yang lain tengah menyeret stroller. Wanita yang terlihat sangat cantik malam itu berjalan tergesa menuju teras. Aira patut terburu-buru, sebab saat itu suda menunggu sebuah mobil mewah sewaan yang terparkir gagah di halaman rumah Kartika. "Selamat malam, Nyonya." Seorang pria bersetelan hitam, keluar dari pintu pengemudi lau bergegas menghampiri Aira. Pria itu juga membungkuk hormat padanya. "Ini alamat yang akan saya tuju, Pak." Aira sedikit kesusahan mengoperasikan ponsel yang sedari tadi dia genggam sambil menggendong Enzo. "Saya sudah tahu, Nyonya. Klien saya sudah membagikan lokasinya," sahut sang sopir sopan. "Oh, baiklah. Terima kasih." Aira seakan tak sabar ingin bertemu dengan suami. Dirinya tak berpikir panjang untuk seger

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status