Rahasia Besar Suami Pemulung

Rahasia Besar Suami Pemulung

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-20
Oleh:  UmiPutriTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
167Bab
2.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Zahra Fatimah dipaksa oleh kedua orang tuanya untuk segera menikah. Itu semua dikarenakan adiknya yang sudah bertunangan akan segera menikah bulan depan. Orang tuanya sudah berusaha menjodohkannya dengan anak rekan mereka, tapi sayang Zahra menolak dan memilih untuk mencari sendiri calon suaminya. Hingga pada suatu ketika, mobil Zahra mogok dan dia meminta tolong pada sosok pemulung yang berwajah tampan, yang justru membuatnya terkejut karena meminta imbalan yang tidak terduga! Entah apa yang membuat Zahra mengiyakan pinangan dadakan Nazar, pemulung tampan tersebut. Hanya saja, banyak kejanggalan yang Zahra temukan ketika dia telah menikahi Nazar. Siapakah Nazar sebenarnya?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

"Antara kamu menikah dengan pilihanmu sendiri, atau kamu Ayah jodohkan dengan pilihan Ayah! Titik!"

Mengingat omongan sang ayah membuat Zahra Fatimah menghela napas.

Sebelum berangkat ke kantor pagi itu, Zahra mengalami perdebatan dengan kedua orang tuanya. Karena sang adik berencana untuk segera menikah tanpa melangkahi dirinya, Zahra sekarang dipojokkan dengan ekspektasi untuk segera menikah oleh kedua orang tuanya.

Yang jadi masalah, bagaimana mau menikah kalau pacar saja tidak punya? Zahra terlalu sibuk bekerja untuk mementingkan masalah percintaan!

Lagi pula, kalau sang adik ingin menikah, kenapa tidak langsung saja? Kenapa malah ikut membebaninya?!

Tradisi konyol!

Menggerutu dalam hati selagi memegang kemudi, mata Zahra tanpa sengaja menatap sosok seorang pemulung di pinggir jalan.

“Oh, ya ampun ....”

Kalimat itu terlontar dari bibir Zahra bukan karena kasihan maupun prihatin, tapi ... karena terkejut. Pemulung itu tampan, sangat tampan.

Meski wajahnya terlihat kumal oleh debu dan kotoran, terlihat pemulung itu memiliki hidung mancung dan garis rahang yang tegas. Pun dia juga mengenakan kaos longgar yang kusam, tapi tubuh tinggi dan tegapnya masih jelas terlihat. Bahkan, dari lengan kaos yang dilipat, lengannya kekar dan berotot, tidak kalah dengan pria-pria yang sering keluar-masuk pusat kebugaran!

Tiba-tiba, tanpa disangka … sepasang manik hitam pekat pemulung itu bergeser, balas menatap Zahra yang juga tengah menatapnya. Buru-buru, wanita itu pun mengalihkan tatapan dan bersiap untuk kembali melaju sebab lampu merah telah berubah hijau.

Namun, tanpa diduga … mesin mobil Zahra mati. Berkali-kali Zahra coba menstater, mobilnya tetap tidak mau menyala.

“Aduh, aku harus bagaimana?!” Wajah Zahra mulai terlihat kesal. Apalagi ketika sadar jika waktu sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi.

Dia bisa telat ke kantor!

Suara klakson dari kendaraan di belakang Zahra mulai terdengar bersahutan, membuatnya semakin panik.

“Ah, sial!” Dia memukul stir mobilnya dengan kesal.

Tidak lama dari itu, kaca mobilnya diketuk dari luar. Seorang polisi datang untuk mencari tahu keadaan.

Zahra lalu membuka jendela mobil, dan berkata dengan wajah paniknya, “Maaf mobil saya mogok, Pak. Saya cari bantuan dulu untuk mendorong ke pinggir.”

Polisi itu terlihat membantu mengatur kendaraan agar tidak terjadi kemacetan.

Bergegas Zahra keluar dari mobil. Dia celingukan ke kanan dan ke kiri untuk mencari pertolongan.

Mata Zahra berbinar melihat seorang pemulung yang tadi dia lihat tengah berdiri di pinggir jalan.

Bergegas Zahra mendekati pemulung itu meski ada rasa ragu. “Mas, bisa nggak bantu saya?”

Seketika pemulung itu menoleh ke arah Zahra dan menatap secara intens.

Dari dekat, Zahra semakin bisa melihat guratan wajah tampan itu meski tertutup debu dan kotoran. Pakaian compang-camping yang dikenakan pun tidak menutup sisi maskulin si pria pemulung itu.

“Bisa, asal ada imbalannya,” jawab pemulung menatap dingin dan tajam, seolah dari tatapan itu saja bisa mengancam lawan bicara.

Zahra terlonjak, kaget. Dia juga sedikit kesal karena pemulung itu langsung meminta imbalan. Padahal, dia juga akan memberikan imbalan nanti—ketika mobilnya sudah benar-benar ditolong.

“Astagfirullah, tapi baiklah, nanti saya berikan imbalan, tolong cepat dorong mobil saya ke pinggir.”

“Imbalannya apa?” tanya pemulung itu lagi.

“Maunya Mas apa?” Zahra mulai kelihatan jengah.

“Mau menikah dengan saya?”

Jawaban si pemulung itu membuat mata Zahra melebar seketika. Apa pemulung ini mempermainkannya?

Namun, kemudian sebuah pemahaman muncul di otak Zahra. Ingin menggodanya? Tidak mempan!

Zahra pun langsung menganggukkan kepalanya. "Oke."

Si pemulung itu agak kaget, tapi kemudian dia tersenyum. “Kalau begitu, saya akan bantu, tapi ingat dengan imbalannya, ya.”

“Iya,” jawab Zahra menahan emosi.

Wanita itu berpikir jika ucapan pemulung tersebut hanya sebagai candaan. Makanya, dia dengan mudahnya mengiyakan saja permintaan aneh dan melunjak pemulung itu.

Yang penting saat ini adalah mobilnya bisa dipinggirkan dulu, pikirnya.

Berdua dengan si pemulung, Zahra akhirnya bisa mendorong dan membawa mobilnya ke pinggir jalan. Kemacetan yang sempat terjadi akhirnya perlahan terurai. Tidak lupa, dia juga menelepon bengkel langganannya untuk segera datang dan memperbaiki mobil.

Setelah itu, wanita itu mengeluarkan beberapa lembar uang untuk diberikan pada sang pemulung.

Dan Zahra begitu terkejut saat tangannya ditepis kasar oleh pemulung itu.

“Saya tidak butuh uang, saya butuh janji kamu,” kata pemulung itu tegas. “Bukannya kamu tadi sudah setuju dengan imbalan yang saya sebutkan?”

Mata Zahra tentu saja melotot! Bukan lupa. Akan tetapi, dia menganggap ucapan tadi sebagai guyonan saja.

“Maaf, Mas. Saya rasa ada kesalahpahaman di sini.” Tidak ingin kalah, Zahra menatap si pemulung dengan tatapan jengkelnya. “Saya pikir Mas tadi bercanda!”

Menikah saja belum ada di pikirannya untuk saat ini. Apalagi menikahi pemulung, tidak pernah terlintas sama sekali.

“Bercanda?” Pemulung itu menatap Zahra sinis, kemudian mendengus sebelum berlalu dengan gestur kesal dan kecewa.

Melihat hal itu, Zahra merasa sedikit bersalah. Bagaimanapun, kesalahpahaman ini berasal darinya.

Menggigit bibir, dia berpikir keras harus melakukan apa. Kemudian, terbersit sebuah ide di otaknya.

“Tunggu!” Zahra meraih lengan berotot lelaki tersebut. “Baiklah, mari kita menikah!" ucapnya, mengejutkan pemulung itu. "Tapi nanti, karena saya harus berangkat kerja dulu.”

Sekarang, jam sudah menunjuk ke angka delapan. Zahra sudah terlambat, dan akan semakin terlambat jika dia berdebat dengan pemulung itu.

“Baiklah, aku akan menunggu asal ada jaminan.” Si pemulung itu menengadahkan tangannya ke arah Zahra. “Namaku Nazar. Setiap hari mangkal di sini untuk mencari rongsokan.”

Dengan hati yang berat Zahra mengeluarkan kartu identitasnya dari dompet.

“Ini KTP saya, pegang sebagai jaminan.” Zahra mengulurkan tangannya ke arah si pemulung. “Sekalian, saya titip mobil, nanti ada orang bengkel yang akan ke sini. Saya berangkat dulu.”

Setelah jaminannya diterima oleh si pemulung, tanpa menunggu lelaki itu berkata apa pun lagi, Zahra segera menyetop sebuah taksi.

Masuk ke dalam mobil dan menutup pintu, Zahra pun duduk dan terdiam selagi menatap ke depan.

Di dalam hati, tanpa ada yang tahu, Zahra tengah berteriak kencang, "Aku pasti udah gila! Gimana bisa, aku menerima pinangan Pemulung itu, dan malah menolak calon pilihan Ayah!?"

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Mama fia
Ceritanya bikin penasaran. Semangat Update, Thor ...
2024-08-16 20:28:17
1
user avatar
Sulistiani
Ceritanya seru, Semangat menulis author
2024-08-13 20:27:13
1
167 Bab
Bab 1
"Antara kamu menikah dengan pilihanmu sendiri, atau kamu Ayah jodohkan dengan pilihan Ayah! Titik!"Mengingat omongan sang ayah membuat Zahra Fatimah menghela napas.Sebelum berangkat ke kantor pagi itu, Zahra mengalami perdebatan dengan kedua orang tuanya. Karena sang adik berencana untuk segera menikah tanpa melangkahi dirinya, Zahra sekarang dipojokkan dengan ekspektasi untuk segera menikah oleh kedua orang tuanya.Yang jadi masalah, bagaimana mau menikah kalau pacar saja tidak punya? Zahra terlalu sibuk bekerja untuk mementingkan masalah percintaan! Lagi pula, kalau sang adik ingin menikah, kenapa tidak langsung saja? Kenapa malah ikut membebaninya?!Tradisi konyol!Menggerutu dalam hati selagi memegang kemudi, mata Zahra tanpa sengaja menatap sosok seorang pemulung di pinggir jalan.“Oh, ya ampun ....”Kalimat itu terlontar dari bibir Zahra bukan karena kasihan maupun prihatin, tapi ... karena terkejut. Pemulung itu tampan, sangat tampan.Meski wajahnya terlihat kumal oleh debu dan kotor
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-25
Baca selengkapnya
Bab 2
Jam empat sore setelah pulang kerja, Zahra kembali mendatangi tempat di mana mobilnya mogok tadi pagi.Tiba di tempat itu, Zahra melihat si pemulung masih duduk di tempat semula. Bahkan mobilnya masih terparkir dengan cantik di pinggir jalan. Bergegas Zahra turun dari taksi onlinenya.“Oh, rupanya datang juga, aku kira sudah lupa dengan janji,” celetuk si pemulung itu ketika Zahra menghampiri.Zahra menahan putaran matanya karena jengkel.“Mana mungkin saya lupa! KTP saya kan dipegang sama Mas!”Si pemulung terlihat menganggukkan kepalanya santai. Dia kemudian berdiri tepat di hadapan Zahra dengan tatapan dingin. “Lalu, bagaimana dengan janjimu untuk menikah denganku?”Zahra lalu menatap wajah si pemulung. Dia melihat lebih detail pahatan wajah tampan yang tertutup oleh debu.Bahkan, pakaian dengan warna lusuh yang sudah bolong di beberapa bagian itu tidak membuat ketampanan si pemulung tertutup sempurna.“Kenapa kamu bengong? Kamu mau mengingkari janji?” tanya si pemulung, mengacaukan pandan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-25
Baca selengkapnya
Bab 3
“Kata Ibu, Zahra bebas memilih calon suami. Dan, inilah orang yang mau menikah dengan Zahra.”Zahra sudah menduga jika orang tuanya tidak akan langsung menerima. Toh, dia pun demikian.Hanya saja, Zahra akan terus bersikeras mempertahankan Nazar si pemulung sebagai calon suaminya sebagai bentuk protes.Dia tidak ingin ditekan oleh siapa pun. Tidak dengan orang tuanya, pun tidak dengan calon yang dipilihkan orang tuanya.Zahra berpendapat, akan lebih mudah mengontrol Nazar karena dia bisa membuat kesepakatan usai pertemuan ini usai.Kedua orang tua Zahra saling tatap, kemudian menatap dengan lamat ke arah Nazar. Mereka berdua berbisik-bisik, meski masih terdengar oleh Zahra maupun Nazar.“Gimana ini, Yah? Masa calon mantu kita dekil banget, bau lagi!”“Sudahlah, Bu. Mungkin kalau dia sudah mandi akan terlihat lebih bersih. Nanti Ayah akan kasih baju punya Ayah.” Kening ayah Zahra merengut, masih memperhatikan calon mantunya dengan detail. “Coba Ibu perhatikan, dia terlihat tampan, kok.”Zahra
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-25
Baca selengkapnya
Bab 4
Perdebatan antara Zahra dan Zia semakin pelik. Sepasangsaudara itu saling adu argumen.Zahra yang sudah frustrasi pada kekolotan orang tuanya untukmemegang teguh tradisi 'menikah tanpa dilangkah' pun berteriak, dengan linanganair mata. “Aku tahu, aku sudah tidak muda lagi, sudah tidak menariklagi. Apa yang bisa aku harap sekarang?”Orang tua dan adiknya terdiam. Namun, tiba-tiba sebuah suaradalam lelaki terdengar membela.“Siapa bilang? Yang bilang begitu pasti orang buta.”Suara lelaki itu begitu tegas dan dalam, tetapi sekaligusterasa hangat. Sontak, seluruh sorot mata keluarga itu menghadap si empunyasuara.“K-kamu—” Zahra bahkan tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.Rupanya, dialah Nazar yang telah kembali bergabung bersamamereka di ruang tamu.Seluruh mata itu lantas terbelalak ketika melihat Nazar yangkini telah berganti pakaian. Sebuah kemeja putih berlengan panjang yang diagulung hingga siku, disertai celana panjang slim fit berwarna biru tua begituserasi di tubuhn
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-25
Baca selengkapnya
Bab 5
“Alah, paling juga mobil sewaan!" Zia kembali berkata nyinyir, padahal sepersekian detik tadi ekspresinya begitu terkejut. "Lagian, gegayaan ... Pemulung saja, sok-sokan sewa mobil mewah! Buang-buang uang, kayak uangnya banyak aja!"Ibu Zahra yang mendengar langsung menegur anak bungsunya. "Huss! Jangan gitu, Zi. Ya, mungkin memang Nazar punya teman yang baik, mau pinjamkan dia mobil?"Wajah Zia langsung memberengut. Nazar tampak ambil pusing dengan omongan keluarga sang istri, lelaki itu masih sibuk meletakkan koper di bagasi mobil. Sementara Zahra pun sudah tidak ingin bereaksi terhadap mulut nyinyir sang adik. Baginya, ada untungnya juga Nazar mengajaknya pindah saat ini juga. Dia tidak perlu pusing meladeni nyinyiran siapa pun tentang suaminya.“Ayah, Ibu Zahra pamit ya.” Mata Zahra langsung berkaca-kaca saat memeluk kedua orang tuanya. Dengan suara tertahan Ayah Zahra berpesan sama anaknya. “Hati-hati ya, Nak. Jaga kesehatan, jangan terlalu sibuk kerja, ingat kamu sudah punya s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-25
Baca selengkapnya
Bab 6
"Ayo, kita masuk ke dalam." Alih-alih menjawab rasa penasaran sang istri, Nazar justru menggamit tangan Zahra dan membuat gadis tersebut kehilangan kata-kata."Tapi, Mas," sambil berjalan Zahra memanggil suaminya.Nazar menoleh dengan senyuman tipis tetapi memabukkan, "Kamu akan mendapatkan jawabannya nanti, Zahra."Darah Zahra sampai berdesir, saat melihat senyuman manis di bibir suaminya.Tiba di depan pintu rumah, dengan perlahan ngajar membuka pintu rumah. Wajah Zahra kembali terkejut, kini di hadapannya. Ada 4 orang yang sedang berdiri tegak. "Selamat datang nyonya Al Ghazali," semua pelayan itu mengangguk hormat, Zahra melihat salah satu diantaranya ada yang sudah berumur."Te-terima kasih," ucap Zahra gugup, sedangkan suaminya terlihat biasa-biasa saja, bahkan sepertinya tidak merespon, dengan penyambutan keempat orang itu. Setelah melewati keempat orang itu, Zahra lalu mengikuti suaminya naik ke lantai atas. Dia benar-benar kagum melihat interior rumah ini. Banyak sekali or
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-26
Baca selengkapnya
Bab 7
"Apa yang sedang kamu pikirkan?"Tubuh Zahra berjengit ketika mendengar suara baritone itu tepat di telinganya.Dia langsung menoleh dan menemukan Nazar telah berada di belakangnya, dengan tubuh yang sudah lebih segar dan harum sabun, juga pakaian santai yang berbeda."Oh, ini ...." Zahra menunjuk sebuah foto di mana keheranan kembali menghantuinya. "Katanya Mas hanya karyawan, kenapa bisa foto sama mereka?""Waktu itu disuruh ikut." Nazar menjawab dengan singkat. "Perutku sudah lapar, ayo kita makan." Setelahnya, dia langsung menarik tangan Zahra menuju tempat makan."Silakan tuan," pelayan itu kembali membungkuk badannya hormat."Silakan nyonya Al Ghazali." salah seorang pelayan menarik kursi yang ada di samping Nazar. Zahra yang belum terbiasa diperlakukan bak ratu masih melongo mendapati perlakuan istimewa seperti ini.Satu orang pelayan membalikkan piring, tapi ketika tangan pelayan hendak mengambil makanan. Nazar langsung menahan tangan pelayan itu."Biarkan istri saya yang mel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-30
Baca selengkapnya
Bab 8
Wajah para pelayan terlihat tegang. Apakah pertanyaan itu begitu sulit untuk mereka? Begitu pikir Zahra."Aku menempati rumah ini karena sudah lama kosong dan ditinggalkan pemiliknya." Suara bariton terdengar. Zahra menoleh ke belakang, melihat sang suami sudah terlihat segar dengan rambut basah.“Loh, Mas Nazar? Aku kira masih tidur.”"Kenapa, Sayang?" tanya Nazar dengan mesra. Zahra terdiam bingung sekaligus gugup dengan panggilan sayang yang diucapkan Nazar. Sementara para pelayan mundur selangkah demi menghindari kedatangan tuannya. Mereka menunduk dalam seakan siap disalahkan.Zahra merasa heran melihat reaksi tegang para pelayan, yang sebelumnya tampaknya sulit untuk menjawab pertanyaan. Perasaan was-was itu terbayang di matanya saat Nazar berbicara dengan tegas."Tid— tidak ada apa-apa." Zahra menyembunyikan rasa khawatir di matanya. Dia merasa ada yang aneh, tetapi tidak yakin apa yang sebenarnya terjadi di balik semua ini.Nazar menatap Zahra dengan sorot mata curiga. "Ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-01
Baca selengkapnya
Bab 9
“Sudah aku bilang ada sedikit pekerjaan,” jawab Nazar kembali dengan sikap dinginnya. Zahra kembali menelan kekecewaannya, karena jawaban suaminya tidak sesuai harapan.Bahkan sampai malam tiba, Zahra belum berhasil mengorek identitas suaminya itu. Tapi kekecewaan hati Zahra, tergantikan oleh sikap Nazar yang sudah manis kembali.Mereka bahkan melakukan malam pertama, usai sang suami dengan sejuta pesonanya itu mampu meyakinkan Zahra.Tubuh Nazar yang sedari awal terlihat menggoda, ternyata sesuai dengan kepiawaian pria itu membuat Zahra melambung ke angkasa. Dia yang semula takut merasakan sakit, juga masih ada keraguan sebab sang suami masih menyimpan rahasia, seolah lupa karena perlakuan Nazar yang begitu lembut padanya. Sudah 3 hari, Zahra cuti dari tempat kerjanya. Dan hari ini, Zahra akan pergi ke kantor seperti biasa.“Sudah aku siapkan baju kerja buat kamu Mas. Walaupun kamu cuma pemulung, tidak ada salahnya pakaian kamu bersih,” ucap Zahra saat Nazar baru keluar dari kamar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-02
Baca selengkapnya
Bab 10
Zahra yang mendengar semua kalimat itu menoleh ke arah Nazar. Dia yang sudah sangat kesal karena cemoohan karyawan sedari pagi, tiba-tiba menyetujui kalimat pengandaian tersebut.Namun, dia buru-buru mengelak, “Bangun, Zahra! Kamu bukan hidup di negeri dongeng“Sayang, terima kasih sudah datang menjemputku,” ucap Zahra mesraNazar yang sudah merasakan situasi yang sedang terjadi, langsung menyambut mesra ucapan Zahra.Cup….! Malah suara kecupan di bibir terdengar jelas di telinga teman Zahra.Sementara Zahra langsung merah merona setelah mendapat kecupan manis dari suaminya. Zahra tidak menyangka akan diperlakukan seromantis ini. Apalagi di depan umum.“Ayo sayang!” Ajak Nazar sambil menyodorkan lengannya. Zahra menerima uluran tangan suaminya, lalu….. Zahra mendekati temannya.“ Awas tuh mulut jangan terbuka terus, nanti lalat ada yang hinggap lho, lidah kan bukan landasan kapal terbang…,sorry,” ucap Zahra asal, lalu melambaikan tangan ke arah temannya.Mata temannya langsung mendeli
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-03
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status