Rahasia Besar Suami Pemulung

Rahasia Besar Suami Pemulung

By:  UmiPutri  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings
156Chapters
871views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Zahra Fatimah dipaksa oleh kedua orang tuanya untuk segera menikah. Itu semua dikarenakan adiknya yang sudah bertunangan akan segera menikah bulan depan. Orang tuanya sudah berusaha menjodohkannya dengan anak rekan mereka, tapi sayang Zahra menolak dan memilih untuk mencari sendiri calon suaminya. Hingga pada suatu ketika, mobil Zahra mogok dan dia meminta tolong pada sosok pemulung yang berwajah tampan, yang justru membuatnya terkejut karena meminta imbalan yang tidak terduga! Entah apa yang membuat Zahra mengiyakan pinangan dadakan Nazar, pemulung tampan tersebut. Hanya saja, banyak kejanggalan yang Zahra temukan ketika dia telah menikahi Nazar. Siapakah Nazar sebenarnya?

View More
Rahasia Besar Suami Pemulung Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Mama fia
Ceritanya bikin penasaran. Semangat Update, Thor ...
2024-08-16 20:28:17
1
user avatar
Sulistiani
Ceritanya seru, Semangat menulis author
2024-08-13 20:27:13
1
156 Chapters

Bab 1

"Antara kamu menikah dengan pilihanmu sendiri, atau kamu Ayah jodohkan dengan pilihan Ayah! Titik!"Mengingat omongan sang ayah membuat Zahra Fatimah menghela napas.Sebelum berangkat ke kantor pagi itu, Zahra mengalami perdebatan dengan kedua orang tuanya. Karena sang adik berencana untuk segera menikah tanpa melangkahi dirinya, Zahra sekarang dipojokkan dengan ekspektasi untuk segera menikah oleh kedua orang tuanya.Yang jadi masalah, bagaimana mau menikah kalau pacar saja tidak punya? Zahra terlalu sibuk bekerja untuk mementingkan masalah percintaan! Lagi pula, kalau sang adik ingin menikah, kenapa tidak langsung saja? Kenapa malah ikut membebaninya?!Tradisi konyol!Menggerutu dalam hati selagi memegang kemudi, mata Zahra tanpa sengaja menatap sosok seorang pemulung di pinggir jalan.“Oh, ya ampun ....”Kalimat itu terlontar dari bibir Zahra bukan karena kasihan maupun prihatin, tapi ... karena terkejut. Pemulung itu tampan, sangat tampan.Meski wajahnya terlihat kumal oleh debu dan kotor
Read more

Bab 2

Jam empat sore setelah pulang kerja, Zahra kembali mendatangi tempat di mana mobilnya mogok tadi pagi.Tiba di tempat itu, Zahra melihat si pemulung masih duduk di tempat semula. Bahkan mobilnya masih terparkir dengan cantik di pinggir jalan. Bergegas Zahra turun dari taksi onlinenya.“Oh, rupanya datang juga, aku kira sudah lupa dengan janji,” celetuk si pemulung itu ketika Zahra menghampiri.Zahra menahan putaran matanya karena jengkel.“Mana mungkin saya lupa! KTP saya kan dipegang sama Mas!”Si pemulung terlihat menganggukkan kepalanya santai. Dia kemudian berdiri tepat di hadapan Zahra dengan tatapan dingin. “Lalu, bagaimana dengan janjimu untuk menikah denganku?”Zahra lalu menatap wajah si pemulung. Dia melihat lebih detail pahatan wajah tampan yang tertutup oleh debu.Bahkan, pakaian dengan warna lusuh yang sudah bolong di beberapa bagian itu tidak membuat ketampanan si pemulung tertutup sempurna.“Kenapa kamu bengong? Kamu mau mengingkari janji?” tanya si pemulung, mengacaukan pandan
Read more

Bab 3

“Kata Ibu, Zahra bebas memilih calon suami. Dan, inilah orang yang mau menikah dengan Zahra.”Zahra sudah menduga jika orang tuanya tidak akan langsung menerima. Toh, dia pun demikian.Hanya saja, Zahra akan terus bersikeras mempertahankan Nazar si pemulung sebagai calon suaminya sebagai bentuk protes.Dia tidak ingin ditekan oleh siapa pun. Tidak dengan orang tuanya, pun tidak dengan calon yang dipilihkan orang tuanya.Zahra berpendapat, akan lebih mudah mengontrol Nazar karena dia bisa membuat kesepakatan usai pertemuan ini usai.Kedua orang tua Zahra saling tatap, kemudian menatap dengan lamat ke arah Nazar. Mereka berdua berbisik-bisik, meski masih terdengar oleh Zahra maupun Nazar.“Gimana ini, Yah? Masa calon mantu kita dekil banget, bau lagi!”“Sudahlah, Bu. Mungkin kalau dia sudah mandi akan terlihat lebih bersih. Nanti Ayah akan kasih baju punya Ayah.” Kening ayah Zahra merengut, masih memperhatikan calon mantunya dengan detail. “Coba Ibu perhatikan, dia terlihat tampan, kok.”Zahra
Read more

Bab 4

Perdebatan antara Zahra dan Zia semakin pelik. Sepasangsaudara itu saling adu argumen.Zahra yang sudah frustrasi pada kekolotan orang tuanya untukmemegang teguh tradisi 'menikah tanpa dilangkah' pun berteriak, dengan linanganair mata. “Aku tahu, aku sudah tidak muda lagi, sudah tidak menariklagi. Apa yang bisa aku harap sekarang?”Orang tua dan adiknya terdiam. Namun, tiba-tiba sebuah suaradalam lelaki terdengar membela.“Siapa bilang? Yang bilang begitu pasti orang buta.”Suara lelaki itu begitu tegas dan dalam, tetapi sekaligusterasa hangat. Sontak, seluruh sorot mata keluarga itu menghadap si empunyasuara.“K-kamu—” Zahra bahkan tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.Rupanya, dialah Nazar yang telah kembali bergabung bersamamereka di ruang tamu.Seluruh mata itu lantas terbelalak ketika melihat Nazar yangkini telah berganti pakaian. Sebuah kemeja putih berlengan panjang yang diagulung hingga siku, disertai celana panjang slim fit berwarna biru tua begituserasi di tubuhn
Read more

Bab 5

“Alah, paling juga mobil sewaan!" Zia kembali berkata nyinyir, padahal sepersekian detik tadi ekspresinya begitu terkejut. "Lagian, gegayaan ... Pemulung saja, sok-sokan sewa mobil mewah! Buang-buang uang, kayak uangnya banyak aja!"Ibu Zahra yang mendengar langsung menegur anak bungsunya. "Huss! Jangan gitu, Zi. Ya, mungkin memang Nazar punya teman yang baik, mau pinjamkan dia mobil?"Wajah Zia langsung memberengut. Nazar tampak ambil pusing dengan omongan keluarga sang istri, lelaki itu masih sibuk meletakkan koper di bagasi mobil. Sementara Zahra pun sudah tidak ingin bereaksi terhadap mulut nyinyir sang adik. Baginya, ada untungnya juga Nazar mengajaknya pindah saat ini juga. Dia tidak perlu pusing meladeni nyinyiran siapa pun tentang suaminya.“Ayah, Ibu Zahra pamit ya.” Mata Zahra langsung berkaca-kaca saat memeluk kedua orang tuanya. Dengan suara tertahan Ayah Zahra berpesan sama anaknya. “Hati-hati ya, Nak. Jaga kesehatan, jangan terlalu sibuk kerja, ingat kamu sudah punya s
Read more

Bab 6

"Ayo, kita masuk ke dalam." Alih-alih menjawab rasa penasaran sang istri, Nazar justru menggamit tangan Zahra dan membuat gadis tersebut kehilangan kata-kata."Tapi, Mas," sambil berjalan Zahra memanggil suaminya.Nazar menoleh dengan senyuman tipis tetapi memabukkan, "Kamu akan mendapatkan jawabannya nanti, Zahra."Darah Zahra sampai berdesir, saat melihat senyuman manis di bibir suaminya.Tiba di depan pintu rumah, dengan perlahan ngajar membuka pintu rumah. Wajah Zahra kembali terkejut, kini di hadapannya. Ada 4 orang yang sedang berdiri tegak. "Selamat datang nyonya Al Ghazali," semua pelayan itu mengangguk hormat, Zahra melihat salah satu diantaranya ada yang sudah berumur."Te-terima kasih," ucap Zahra gugup, sedangkan suaminya terlihat biasa-biasa saja, bahkan sepertinya tidak merespon, dengan penyambutan keempat orang itu. Setelah melewati keempat orang itu, Zahra lalu mengikuti suaminya naik ke lantai atas. Dia benar-benar kagum melihat interior rumah ini. Banyak sekali or
Read more

Bab 7

"Apa yang sedang kamu pikirkan?"Tubuh Zahra berjengit ketika mendengar suara baritone itu tepat di telinganya.Dia langsung menoleh dan menemukan Nazar telah berada di belakangnya, dengan tubuh yang sudah lebih segar dan harum sabun, juga pakaian santai yang berbeda."Oh, ini ...." Zahra menunjuk sebuah foto di mana keheranan kembali menghantuinya. "Katanya Mas hanya karyawan, kenapa bisa foto sama mereka?""Waktu itu disuruh ikut." Nazar menjawab dengan singkat. "Perutku sudah lapar, ayo kita makan." Setelahnya, dia langsung menarik tangan Zahra menuju tempat makan."Silakan tuan," pelayan itu kembali membungkuk badannya hormat."Silakan nyonya Al Ghazali." salah seorang pelayan menarik kursi yang ada di samping Nazar. Zahra yang belum terbiasa diperlakukan bak ratu masih melongo mendapati perlakuan istimewa seperti ini.Satu orang pelayan membalikkan piring, tapi ketika tangan pelayan hendak mengambil makanan. Nazar langsung menahan tangan pelayan itu."Biarkan istri saya yang mel
Read more

Bab 8

Wajah para pelayan terlihat tegang. Apakah pertanyaan itu begitu sulit untuk mereka? Begitu pikir Zahra."Aku menempati rumah ini karena sudah lama kosong dan ditinggalkan pemiliknya." Suara bariton terdengar. Zahra menoleh ke belakang, melihat sang suami sudah terlihat segar dengan rambut basah.“Loh, Mas Nazar? Aku kira masih tidur.”"Kenapa, Sayang?" tanya Nazar dengan mesra. Zahra terdiam bingung sekaligus gugup dengan panggilan sayang yang diucapkan Nazar. Sementara para pelayan mundur selangkah demi menghindari kedatangan tuannya. Mereka menunduk dalam seakan siap disalahkan.Zahra merasa heran melihat reaksi tegang para pelayan, yang sebelumnya tampaknya sulit untuk menjawab pertanyaan. Perasaan was-was itu terbayang di matanya saat Nazar berbicara dengan tegas."Tid— tidak ada apa-apa." Zahra menyembunyikan rasa khawatir di matanya. Dia merasa ada yang aneh, tetapi tidak yakin apa yang sebenarnya terjadi di balik semua ini.Nazar menatap Zahra dengan sorot mata curiga. "Ka
Read more

Bab 9

“Sudah aku bilang ada sedikit pekerjaan,” jawab Nazar kembali dengan sikap dinginnya. Zahra kembali menelan kekecewaannya, karena jawaban suaminya tidak sesuai harapan.Bahkan sampai malam tiba, Zahra belum berhasil mengorek identitas suaminya itu. Tapi kekecewaan hati Zahra, tergantikan oleh sikap Nazar yang sudah manis kembali.Mereka bahkan melakukan malam pertama, usai sang suami dengan sejuta pesonanya itu mampu meyakinkan Zahra.Tubuh Nazar yang sedari awal terlihat menggoda, ternyata sesuai dengan kepiawaian pria itu membuat Zahra melambung ke angkasa. Dia yang semula takut merasakan sakit, juga masih ada keraguan sebab sang suami masih menyimpan rahasia, seolah lupa karena perlakuan Nazar yang begitu lembut padanya. Sudah 3 hari, Zahra cuti dari tempat kerjanya. Dan hari ini, Zahra akan pergi ke kantor seperti biasa.“Sudah aku siapkan baju kerja buat kamu Mas. Walaupun kamu cuma pemulung, tidak ada salahnya pakaian kamu bersih,” ucap Zahra saat Nazar baru keluar dari kamar
Read more

Bab 10

Zahra yang mendengar semua kalimat itu menoleh ke arah Nazar. Dia yang sudah sangat kesal karena cemoohan karyawan sedari pagi, tiba-tiba menyetujui kalimat pengandaian tersebut.Namun, dia buru-buru mengelak, “Bangun, Zahra! Kamu bukan hidup di negeri dongeng“Sayang, terima kasih sudah datang menjemputku,” ucap Zahra mesraNazar yang sudah merasakan situasi yang sedang terjadi, langsung menyambut mesra ucapan Zahra.Cup….! Malah suara kecupan di bibir terdengar jelas di telinga teman Zahra.Sementara Zahra langsung merah merona setelah mendapat kecupan manis dari suaminya. Zahra tidak menyangka akan diperlakukan seromantis ini. Apalagi di depan umum.“Ayo sayang!” Ajak Nazar sambil menyodorkan lengannya. Zahra menerima uluran tangan suaminya, lalu….. Zahra mendekati temannya.“ Awas tuh mulut jangan terbuka terus, nanti lalat ada yang hinggap lho, lidah kan bukan landasan kapal terbang…,sorry,” ucap Zahra asal, lalu melambaikan tangan ke arah temannya.Mata temannya langsung mendeli
Read more
DMCA.com Protection Status