Perjalanan Dimensi ke Dunia Pengasingan

Perjalanan Dimensi ke Dunia Pengasingan

Oleh:  Ayudia  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
10
6 Peringkat
100Bab
2.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Suatu hari setelah masuk ke dunia novel, Maudy Setiadi menyadari bahwa dirinya menjadi karakter wanita pendukung yang tragis. Rumahnya disita dan semua keluarganya diasingkan? Oh, tidak masalah! Maudy punya ruang penyimpanan ajaib yang bisa menampung semua harta negara. Selain itu, dia juga mengosongkan gudang harta karun keluarga ayahnya yang berengsek dan rumah suaminya sendiri supaya hartanya tidak bisa disita petugas pemerintah. Sepanjang perjalanannya menuju ke pengasingan, Maudy menemui banyak kesulitan. Namun, semua itu cuma masalah sepele baginya. Maudy bisa menangkap ikan dan berburu hewan. Hidupnya tetap penuh warna!

Lihat lebih banyak
Perjalanan Dimensi ke Dunia Pengasingan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Catherine Shenn
Seru novel petualangan giniii...
2024-09-17 16:00:37
0
user avatar
natashia
suka woiii
2024-09-15 18:28:24
0
user avatar
Valval
asik nih, tokohnya cerdas
2024-09-14 23:26:23
0
user avatar
Qhasseh Watie
Sambungan cepat thor
2024-09-14 12:08:35
0
user avatar
kintamani
Seru nih. Kok Ade bisa bicara gitu ya?...
2024-09-09 18:35:02
0
user avatar
Kito
wah gatau lagi thor, seru bangettt
2024-09-09 13:59:56
0
100 Bab

Bab 1

Tubuhnya terasa agak panas. Maudy Setiadi membuka mata dan menyadari dirinya sedang berbaring di sebuah ranjang besar dengan ukiran kuno yang indah. Di samping ranjang, ada seorang pria yang mengenakan pakaian nikah.'Apa ini mimpi? Tapi, kenapa terasa begitu nyata?'Maudy menoleh ke arah pria itu. Pria itu memiliki kulit yang putih, fitur wajah yang halus dan tampan, membuat siapa pun yang melihatnya langsung terpesona. Namun, ekspresinya terlalu dingin dan nada bicaranya juga sangat ketus."Aku tahu kamu nggak mau nikah denganku, tapi perintah kerajaan sulit diabaikan. Kalau kamu nggak mau ....""Aku mau, aku mau!"Maudy sudah lajang selama lebih dari 20 tahun dan belum pernah bertemu pria setampan ini. Mana mungkin dia tidak mau menikahinya! Maudy mengangguk dengan semangat. Tanpa memedulikan ekspresi terkejut pria itu, Maudy meraih ikat pinggangnya dan langsung mendekap ke pelukan pria itu.Maudy menghirup napas dalam-dalam untuk mencium wangi pria itu. Sungguh menggoda!Pria itu j
Baca selengkapnya

Bab 2

"Atas titah dari Kaisar, Pangeran Utara Ammar Lesmana diduga merencanakan pemberontakan dan semua buktinya sudah jelas! Mulai sekarang, dia diturunkan menjadi rakyat biasa. Seluruh harta keluarganya akan disita dan diasingkan ke Ningguta. Siapa pun yang berani melawan, akan dibunuh tanpa ampun!"Nyonya tua Keluarga Lesmana, Wulan, berteriak dengan histeris, "Keluarga Lesmana selalu setia. Mana mungkin kami memberontak?"Suhendar yang menjadi pemimpin dalam penyitaan kali ini lantas mendengus dingin, "Titah ini disampaikan langsung oleh Kaisar. Apa maksudmu? Maksudmu, Kaisar salah?"Tidak seorang pun berani berteriak membela diri lagi. Mereka hanya bisa menangis dan meratap bersama.Para prajurit langsung menerobos, lalu menendang pintu-pintu hingga terbuka dan mulai menghancurkan semuanya bagaikan perampok. Seberapa hebat pun statusmu sebelumnya, kamu tidak akan berdaya lagi jika menghadapi penyitaan.Melihat semua barang-barang yang dihancurkan di sekelilingnya, Wulan ingin menghentik
Baca selengkapnya

Bab 3

"Pengkhianat negara, kamu akan mati mengenaskan!""Kaisar memang bijaksana! Pengkhianat negara memang harus dihukum mati sekeluarga!""Orang yang bersekongkol sama Turkic nggak akan selamat!"Ammar yang hampir tak sadarkan diri, terbaring di atas kereta dorong sambil menahan berbagai benda yang dilemparkan dari segala penjuru.Saat pulang dari menang perang, dia adalah pahlawan besar yang melindungi negara dan disambut dengan antusias oleh rakyat. Namun setelah difitnah sebagai pengkhianat sekarang, bukan hanya tidak ada satu pun orang yang membelanya, semua orang justru meneriakinya dan memperlakukannya sebagai penjahat besar sepanjang masa.Sementara itu, anggota Keluarga Lesmana lainnya menyembunyikan wajah mereka karena malu. Wulan menangis tersedu-sedu, "Benar-benar bencana besar Keluarga Lesmana bisa jadi seperti ini ...."Farhan, tuan dari keluarga putra kedua, tak kuasa mengeluh, "Semua ini salah Ammar. Kita hidup baik-baik, tapi dia malah milih untuk berkhianat. Lihat saja sek
Baca selengkapnya

Bab 4

Dalam benaknya terdengar suara mesin yang imut sehingga membuat Maudy terperanjat."Siapa kamu?"[ Halo, Host. Aku adalah admin dari sistem ruang ajaib yang bertugas untuk menjawab semua pertanyaan sulit darimu. ]Ruang ajaib adalah kemampuan yang sudah dimiliki Maudy di kehidupan sebelumnya, tetapi dia belum pernah mendengar tentang sistem administrator apa pun sebelumnya.[ Sebelumnya, Host masih berada di tahap awal, jadi fungsi sistem belum diaktifkan. Tapi karena jumlah barang yang Host kumpulkan hari ini sangat banyak, ruang ajaib telah mengaktifkan sistem administrator dan gedung medis secara otomatis untuk Host. ]Maudy menutup matanya dan memasuki ruang ajaib dengan kesadarannya. Benar saja, di tengah-tengah ruangan yang dipenuhi barang-barang, kini tiba-tiba muncul sebuah gedung medis yang dilengkapi dengan peralatan canggih.Namun, kenapa yang diaktifkan adalah gedung medis?"Sistem ngaktifin gedung medis karena Ammar membutuhkannya? Siapa Host-nya sebenarnya? Aku atau Amma
Baca selengkapnya

Bab 5

Melihat kejadian yang menimpa Siska, semua orang langsung mengurungkan niat mereka untuk menirunya. Semuanya berusaha menahan lelah dan meneruskan perjalanan.Setelah berjalan 2,5 kilometer lagi, Maudy melihat Laksmi yang kelelahan dan berniat untuk membantunya. Namun, Laksmi malah menolaknya, "Maudy, kamu pasti capek. Aku yang dorong ....""Ya, Kak Maudy. Kamu baru saja menikah, tapi sudah diasingkan bersama kami. Mana mungkin kami membiarkanmu menderita lagi?" Dafin sangat pengertian. Dia langsung menyuruh adik perempuan kembarnya, Nirina, untuk membantu mendorong kereta.Namun, Nirina yang masih muda dan temperamental, mulai mengeluh, "Aku sudah kelelahan, nggak bisa dorong lagi. Seharusnya suruh Kak Maudy yang dorong. Siapa suruh dia pembawa sial, sampai buat kita diasingkan begini.""Nirina, kamu jangan bicara sembarangan. Ini bukan salah Kak Maudy." Dafin agak kesal. Kenapa pemikiran adiknya malah seperti beberapa pamannya yang lain?Nirina tidak menunjukkan sedikit pun rasa peny
Baca selengkapnya

Bab 6

Entah sejak kapan, Ammar telah sadarkan diri."Kak, syukurlah kamu sudah sadar!" Dafin menghela napas lega. Kini kakaknya telah siuman, akhirnya ada yang berpihak pada Maudy."Bantu aku bangun." Ammar mengulurkan tangannya dengan lemah. Setelah setengah terduduk, dia menatap Maudy yang berdiri sendirian di samping sana dengan tatapan bersalah."Maaf," pintanya. Bukan hanya menyeret Maudy dalam kesulitan seperti ini, dia bahkan membuat Maudy menerima cercaan dari semua Keluarga Lesmana.Saat pandangan mereka bertemu, Maudy tertegun sejenak. Namun, kemudian dia langsung berkata dengan canggung, "Nggak usah minta maaf padaku. Masalah ini bukan kesalahanmu."Selain itu, Maudy memang tidak peduli dengan omongan sekelompok pecundang ini. Hanya saja, dia tidak menyangka Ammar akan membelanya. Di sisi lain, beberapa anggota keluarga dari pihak pamannya mulai mempertanyakan Ammar tanpa memedulikan kondisi lukanya sama sekali."Ammar, apa maksudmu minta maaf sama dia? Kamu merasa kami semua yang
Baca selengkapnya

Bab 7

Saat kembali lagi, bekas air mata di wajah Nirina telah mengering. Sudut bibirnya bahkan mengulaskan senyuman puas. Saat berpapasan dengan Maudy, dia sengaja mendengus dengan keras dan mengumpat, "Pembawa sial, penghancur keluarga, wanita licik!"Maudy hanya mengakui yang terakhir, dua yang lainnya dia tidak terima. Dia melirik sekilas Nirina dan mencium bau bakpau dari tubuhnya. Kemudian, dia bertanya dengan lantang, "Nirina, kenapa mulutmu berminyak dan sudut bibirmu ada remahan daging? Kamu diam-diam makan bakpau di belakang kami ya?""Nggak! Nggak!" Karena merasa bersalah, Nirina buru-buru menyeka sudut bibirnya. Tanpa sadar, dia langsung melirik ke arah Ammar. Namun, tak disangka Maudy malah tertawa terbahak-bahak."Kamu mempermainkanku?" tanya Nirina dengan wajah merah sambil menggertakkan giginya."Penghancur keluarga, tunggu saja. Hari-hari bahagiamu nggak akan bertahan lama!" maki Nirina.Sandra telah berjanji padanya, asalkan bisa membujuk Ammar untuk berbaikan dengan Wulan,
Baca selengkapnya

Bab 8

"Iya nih, Bos sudah pingsan dia masih bengong saja. Apanya yang mengerti pengobatan? Menurutku, dia cuma pura-pura," seru seorang pria berwajah tirus dan bermata tajam. Sambil mengayunkan cambuknya, pria itu mengarahkannya ke tubuh Maudy.Namun, Ibnu segera meraih cambuk tersebut dan menghentikan pria itu, "Levi, biarkan dia coba dulu." Ibnu merasa yakin bahwa Maudy bisa melakukannya."Dia masih semuda ini, mana mungkin ngerti pengobatan?" Levi tetap tidak mau mengalah.Saat ini, Maudy sudah menemukan obat yang sesuai di gedung medis dalam ruangan ajaibnya. Mendengar komentar Levi, dia menatap pria itu dengan dingin dan mengejek, "Kamu buru-buru menghentikanku karena nggak mau bosmu sembuh ya?""Kamu ... jangan sembarangan! Aku nggak bermaksud begitu!" Levi yang tertebak isi hatinya, sontak merasa malu dan marah.Usianya lebih tua dari Petra dan pengalamannya juga lebih banyak. Sesuai logika, seharusnya dia yang menjadi pemimpin. Namun, atasan malah menyerahkan pekerjaan ini kepada Pet
Baca selengkapnya

Bab 9

"Kenapa kamu belum tidur?""Kenapa kamu belum tidur?"Kedua orang itu bertanya secara serempak.Maudy melambaikan kain jahitan di tangannya sambil berkata, "Aku sedang menjahit beberapa kantong kecil dari sisa kain. Nanti akan kumasukkan tanaman obat ke dalamnya untuk mengusir serangga."Dalam perjalanan pengasingan ini, mereka selalu makan dan tidur di alam terbuka. Dalam kondisi seperti ini, pasti mereka akan bertemu dengan ular, serangga, atau tikus. Seperti yang terjadi hari ini, mereka telah bertemu kalajengking. Dengan memakai kantong pengusir serangga ini, mereka bisa terhindar dari gigitan serangga beracun.Usai memberi penjelasan, Maudy kembali menunduk dan melanjutkan untuk menjahit kantong-kantong kecil itu. Namun, dia tidak terlalu terampil dalam menjahit. Wajahnya tampak tegang seolah-olah sedang menghadapi masalah besar.Melihat hal itu, Ammar merasa ingin membantunya. "Biar aku saja yang jahit," katanya.Maudy tersenyum tipis dan bertanya, "Kamu nggak malu?"Dalam hatiny
Baca selengkapnya

Bab 10

Nirina melepas kedua tangan orang itu dengan tidak nyaman. "Nenek, Bi Dewi, aku harus pergi sekarang. Kalau nggak, nanti ibuku marah."Melihat Nirina tidak mau menuruti perkataannya, Dewi mulai panik. "Ibumu itu orang bodoh, memangnya dia bisa marah?"Nirina memelototi Dewi dan berkata, "Bi Dewi, kenapa kamu bilang ibuku begitu?"Dewi keceplosan karena terlalu panik, "Ibumu memang bodoh, kenapa nggak boleh bilang dia? Kalian masih menganggap diri kalian ini ibu dan adik Pangeran seperti dulu?""Aku ...." Sekujur tubuh Nirina langsung gemetaran. Dia tidak menyangka Dewi yang selalu memperlakukannya dengan baik dulu, ternyata bisa mengucapkan hal seperti itu. Saat menoleh lagi, Nirina melihat ekspresi neneknya yang dingin dan tampak tidak sabaran.Nirina berlari pergi dengan sedih. Maudy baru saja memindahkan bakpau ke tempat yang aman ketika dia melihat Nirina dengan wajah yang penuh kesedihan."Kamu kenapa?" Meski tidak ingin berurusan dengan gadis ini, Maudy tetap tidak tega mengingat
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status