Share

Bab 7

Saat kembali lagi, bekas air mata di wajah Nirina telah mengering. Sudut bibirnya bahkan mengulaskan senyuman puas. Saat berpapasan dengan Maudy, dia sengaja mendengus dengan keras dan mengumpat, "Pembawa sial, penghancur keluarga, wanita licik!"

Maudy hanya mengakui yang terakhir, dua yang lainnya dia tidak terima. Dia melirik sekilas Nirina dan mencium bau bakpau dari tubuhnya. Kemudian, dia bertanya dengan lantang, "Nirina, kenapa mulutmu berminyak dan sudut bibirmu ada remahan daging? Kamu diam-diam makan bakpau di belakang kami ya?"

"Nggak! Nggak!" Karena merasa bersalah, Nirina buru-buru menyeka sudut bibirnya. Tanpa sadar, dia langsung melirik ke arah Ammar. Namun, tak disangka Maudy malah tertawa terbahak-bahak.

"Kamu mempermainkanku?" tanya Nirina dengan wajah merah sambil menggertakkan giginya.

"Penghancur keluarga, tunggu saja. Hari-hari bahagiamu nggak akan bertahan lama!" maki Nirina.

Sandra telah berjanji padanya, asalkan bisa membujuk Ammar untuk berbaikan dengan Wulan, mereka masih akan tetap jadi keluarga yang harmonis nantinya dan Sandra akan menjadi kakak iparnya. Sementara itu, Maudy si pembawa sial sebaiknya pergi jauh-jauh!

Saat Nirina hendak mengatakan sesuatu, tubuhnya langsung bergidik saat menangkap tatapan Ammar. Dia langsung bergegas bersembunyi di belakang Laksmi.

"Kalau dia ulangi sekali lagi, langsung beri pelajaran saja!" ucap Ammar dengan wajah muram. Dia benar-benar terlalu memanjakan Nirina sebelumnya.

Maudy tersenyum tipis. "Tenang saja, Sayang. Aku nggak akan berdiam diri. Kalau dia benar-benar menyinggungku, aku akan beri pelajaran padanya. Yang penting kamu jangan sakit hati."

"Ya," jawab Ammar dengan tersipu. Panggilan "sayang" ini memang terdengar sangat menggoda. "Kamu kakak iparnya, memang seharusnya kamu mendidiknya."

"Sini, kubantu oleskan obat lagi di lukamu," kata Maudy.

"Ya ...." Sejak Ammar buka suara untuk membela Maudy, hubungan mereka berdua juga jadi semakin dekat.

Sejak rumahnya disita hingga memutus hubungan keluarga, Ammar telah mengalami banyak pukulan berat dalam perjalanan ini. Namun, dia bukan orang yang mudah menyerah. Dia percaya bahwa kehidupan akan semakin membaik.

Setelah lukanya selesai ditangani, para petugas pemerintahan juga telah selesai makan malam. "Bangun, semua bangun! Lanjutkan perjalanan!" teriak mereka.

Pengasingan bukanlah perjalanan santai. Para petugas bertanggung jawab untuk memastikan tahanan tiba di tempat pengasingan tepat waktu. Jika sampai terlambat, mereka sendiri yang akan mendapat masalah. Oleh karena itu, sebelum langit gelap sepenuhnya, mereka tetap harus terus berjalan.

Setelah berjalan sepanjang sore, telapak kaki semua orang telah melepuh. Setiap langkah terasa bagaikan ditusuk jarum. Kaki mereka terasa berat dan mulai kesulitan untuk bergerak. Namun, tidak ada yang berani mengeluh karena mereka sudah menyaksikan kekejaman para petugas sebelumnya.

Ini baru hari pertama. Ke depannya masih ada hari-hari yang lebih sulit menanti mereka. Perjalanan panjang, tidur di alam terbuka, dan perut yang kelaparan.

Dibandingkan dengan kelompok pengasingan yang menderita, Maudy tampak tidak terlalu lelah. Baginya, perjalanan ini terasa seperti sedang bertamasya di pegunungan. Dengan ruang ajaib yang luar biasa miliknya, teleportasi bukanlah masalah baginya, apalagi hanya berjalan kaki?

"Apa-apaan si pembawa sial itu? Kita semua sudah hampir mati kelelahan, tapi dia masih bisa jalan dengan santai?" gerutu Siska dengan ekspresi benci saat melihat Maudy yang tampak tenang.

Sandra menahan rasa sakitnya dan menyeringai dingin, "Pembawa sial memang beda dari orang normal."

Maudy tidak menggubris komentar mereka. Dia sedang memikirkan bagaimana caranya menjalin hubungan baik dengan para petugas. Dari pengamatannya, pemimpin mereka, Petra, tampaknya lumayan baik. Jika bisa mendapatkan perhatian Petra, perjalanan ini pasti akan menjadi lebih mudah.

Tiba-tiba, terdengar teriakan dari depan barisan, "Ah ... ada kalajengking!"

"Apa? Kalajengking? Di mana kalajengkingnya? Jangan gigit aku! Aaaahhh!"

Racun kalajengking bisa membuat orang terbunuh. Semua orang langsung panik dan berlari menjauh. Berhubung hari sudah mulai gelap, mereka tidak bisa melihat sekeliling dengan jelas. Situasi menjadi semakin kacau.

Tiba-tiba, seorang petugas berteriak, "Bos, kalajengkingnya ada di tubuhmu!"

Semua orang di sekitar Petra langsung menjauh dan melemparkan tatapan ke arah Petra. Di lengannya, ada seekor kalajengking berwarna hitam kecokelatan dengan ekor yang terangkat tinggi. Tampang kalajengking ini benar-benar membuat bulu kuduk merinding.

Wajah Petra memucat dan tampak kesakitan. Beberapa petugas mencoba menggunakan tongkat untuk menjauhkan kalajengking, tetapi kalajengking itu tiba-tiba melompat ke arah kerumunan.

"Aaaahhh ...."

Di tengah teriakan semua orang, tiba-tiba muncul sebuah batu yang meluncur dari ujung jari Ammar dan menghantam kalajengking itu dengan tepat.

Kalajengking itu jatuh ke tanah dan meronta-ronta beberapa kali sebelum Petra menghunuskan pedangnya dan membelah kalajengking itu menjadi dua bagian. Setelah melihat kalajengking itu mati, semua orang akhirnya menghela napas lega.

Namun, tiba-tiba Petra terjatuh dengan suara benturan yang keras. Tubuhnya mulai mati rasa dan keringat dingin membanjiri wajahnya.

"Bos, ada apa?" tanya para petugas yang segera mengelilinginya.

"Gawat, Bos digigit kalajengking. Apa yang harus kita lakukan?"

Di tempat terpencil seperti ini, tidak ada desa atau kota terdekat, apalagi tabib. Dilihat dari warna kalajengking tadi dan reaksi Petra sekarang, jelas sekali racun ini sangat mematikan. Apakah mereka hanya bisa membiarkan Petra tewas begitu saja?

Petra menatap luka di lengannya dengan putus asa. Dia tidak menyangka nasibnya akan seburuk ini, mati karena gigitan kalajengking. Dia masih punya ibu yang tua renta di rumah dan belum sempat menikah ....

Tiba-tiba, terdengar sebuah suara berkata, "Minggir semuanya, aku bisa menyelamatkannya."

Maudy yang telah mencari-cari kesempatan untuk menjalin hubungan baik dengan para petugas, menyadari bahwa ini adalah saatnya untuk bertindak.

"Kamu?" tanya beberapa petugas sembari menatap Maudy. Mereka melihat bahwa Maudy hanya seorang wanita muda yang tampak lemah lembut dan tidak terlihat seperti tabib sama sekali. Namun, dalam situasi putus asa seperti ini, mereka tidak punya pilihan lain.

Semua orang segera menghindar. Salah seorang petugas yang wajahnya dipenuhi bekas luka, memperingatkan Maudy dengan nada mengancam, "Obati bos kami dengan benar. Kalau berani macam-macam, nyawamu akan melayang!"

Maudy berbalik dengan santai dan mulai berjalan menjauh, "Huh, kalau kamu menakut-nakutiku, aku nggak jadi mengobatinya."

"Hei, kamu ...." Petugas bernama Ibnu itu terkejut melihat ketegasan Maudy. Dia buru-buru menghentikan Maudy.

Ammar yang berada di atas kereta dorong, melihat situasi itu dengan cemas. Dia sudah siap-siap bertindak jika Ibu berani menyakiti Maudy.

Untungnya, Ibnu hanya kasar dalam bertutur kata. Setelah menghentikan Maudy, wajahnya langsung merona dan buru-buru berkata, "Aku salah, nggak seharusnya aku mengancammu. Tolong selamatkan bos kami."

Maudy juga merasa agak terkejut. Ibnu yang tampak sangar ini ternyata sangat setia terhadap atasannya. Jika Ibnu bertindak kasar tadi, Maudy telah mempersiapkan ratusan cara untuk menghadapinya. Namun, Ibnu tidak berbuat demikian.

Sebaliknya, dia malah berlutut dan minta maaf. Maudu tersenyum dan berkata, "Kalau begitu aku nggak akan perpanjang masalah ini dan berbaik hati menolong bosmu."

Ibnu terdiam.

Maudy tidak langsung memeriksa kondisi Petra, melainkan membungkus kalajengking yang mati itu dengan kain dan melihatnya dengan saksama. Setelah memastikan jenis racunnya, Maudy baru berjalan ke hadapan Petra.

Efek racun itu sangat cepat. Saat ini, Petra sudah tidak sadarkan diri dan kedua matanya tampak putih. Maudy membuka kelopak mata Petra dan mengangkat lengannya untuk memeriksa luka tersebut.

Setelah memastikan jenis racunnya sama dengan kalajengking yang diperiksanya tadi, Maudy menggunakan kesadarannya untuk mencari penawar yang sesuai di gedung medis dalam ruang ajaibnya.

Sementara itu, orang-orang di sekitar mulai cemas melihat Maudy yang tampak tidak melakukan apa-apa. "Hei, kamu ini bisa ngobatin orang nggak? Kalau nggak bisa, jangan buang-buang waktu!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status