Entah sejak kapan, Sandra dan Abbas punya hubungan."Ibu, tubuh Mail menjadi lemah sejak keracunan waktu itu. Wajar kalau dia mati. Ini bukan salah Sandra," bela Abbas.Wulan sungguh murka. "Mail keracunan juga karena jamur beracun yang dipetiknya. Dia memang pembawa sial! Hari ini, dia harus mati untuk menemani Mail ke alam baka!"Usai berbicara, Wulan maju untuk menyerang Sandra. Sandra pun bersembunyi di belakang Abbas dengan manja."Paman, aku ....""Jangan takut. Aku akan melindungimu."Di kejauhan, Nirina bertanya kepada Maudy, "Kak, kenapa Paman Abbas melindungi Sandra ...."Maudy tidak tahu harus bagaimana menjelaskan. Dulu Sandra hanya sedikit murahan. Akan tetapi, sekarang dia menjadi makin kejam dan tidak tahu malu."Biarkan saja mereka. Nggak usah diladeni," sahut Maudy."Hm, baiklah." Nirina tampak keheranan, tetapi dia tidak ingin ikut campur. Dia hanya merasa tidak masuk akal. Bagaimanapun, Abbas dan Sandra adalah paman dan keponakan. Hubungan ini benar-benar kacau.Sebe
Maudy telah bertanya kepada sistem, tetapi sistem tidak bisa memberi jawaban yang pasti. Yang jelas, kuantitasnya tidak sedikit."Lokasinya di pedalaman gua. Aku nggak tahu sebanyak apa, tapi aku ingin masuk untuk melihat," timpal Maudy."Aku ikut," ucap Ammar setelah merenung sejenak. Dia bukan mengincar minyak bumi, melainkan mencemaskan Maudy. Dengan mengikuti Maudy, dia baru bisa merasa tenang."Oke, aku beri tahu Kak Petra dulu," ujar Maudy. Kemudian, dia menghampiri Petra dan minta izin untuk memasuki pedalaman gua.Maudy tentu tidak memberi tahu Petra tentang minyak bumi. Dia hanya bilang ingin memastikan semuanya aman supaya mereka bisa berjaga-jaga.Petra melirik ke kegelapan. Dia tahu dirinya tidak berani masuk, jadi langsung mengangguk. "Kalian hati-hati ya. Tapi, kaki Ammar belum sembuh. Apa aku suruh petugas menemanimu saja?""Nggak perlu. Aku akan menemani istriku." Ammar tampak bersikeras.Maudy tidak percaya pada orang lain. Selain itu, dia membutuhkan ruang ajaibnya. D
"Percaya padaku." Ammar memberi Maudy tatapan penuh keyakinan. Saat berikutnya, dia berkelebat dan berhasil menusuk salah satu pria berpakaian hitam itu."Tuan Ammar!" Yabil tampak terkejut. Dia tidak menyangka Ammar akan muncul di sini. Selain itu, sejak kapan kaki Ammar sembuh?Namun, di situasi genting seperti ini, Yabil tidak sempat berpikir terlalu banyak. Dia langsung menggendong Galeo dan bersembunyi di balik pilar.Di sisi lain, Maudy yang bersembunyi di balik batu sedang memegang pistol. Dia bersiap untuk menembak jika Ammar dalam bahaya.Saat ini, Maudy baru tahu sehebat apa kemampuan bela diri Ammar. Pria ini sama sekali tidak butuh bantuannya. Dalam sekejap, para pria berpakaian hitam itu tergeletak di tanah dan menyisakan pemimpin mereka.Ammar menendang pemimpin itu, lalu menarik penutup wajahnya dan melihat wajah seorang pria paruh baya. Dia berseru dengan dingin, "Rupanya kamu, Okan!"Maudy tidak pernah melihat Ammar semarah ini. Dia buru-buru menghampiri dan bertanya,
"Ini nggak mungkin!" Ammar mengepalkan tangannya. Dia punya orang tua. Selama lebih dari 20 tahun, dia menganggap diri sendiri sebagai putra Keluarga Lesmana. Bagaimana bisa dia tiba-tiba menjadi anak mendiang Putra Mahkota?Okan tersenyum getir. Dia awalnya juga tidak percaya, tetapi menjadi yakin setelah mendengarnya. Okan bertanya, "Pangeran, kamu punya bekas gigitan seperti bulan sabit di bahumu, 'kan?"Jika itu sebelumnya, Ammar tidak akan percaya. Namun, sekarang Okan menyebut bekas gigitan di tubuhnya.Okan melanjutkan, "Kalau kamu nggak percaya, cari saja Tuan Slamet. Dia bisa menjawab semua keraguanmu.""Slamet, lagi-lagi dia ...." Maudy ingat Ade pernah menyebut tentang Slamet. Herannya, bagaimana Ade bisa tahu identitas Ammar?Meskipun di akhir cerita Ade menjadi pejabat hebat dan menemukan petunjuk, sekarang dia masih pelajar biasa. Bagaimana bisa dia mengetahui hal semacam itu? Apa mungkin ini hanya kebetulan? Sepertinya, mereka memang harus menemui pria bernama Slamet itu
Setelah melihat Yabil, tebersit niat membunuh pada tatapan Ammar. Ini bukan masalah sepele. Karena Yabil mendengar semuanya, dia tidak seharusnya hidup.Ketika melihat suami istri itu menatap dirinya, Yabil menggeleng sambil tersenyum getir. Dia sendiri tidak menduga akan mendengar rahasia sebesar itu. Dia juga terkesiap mengetahui Ammar adalah anak mendiang Putra Mahkota.Namun, karena sudah mendengar semuanya, Yabil hanya bisa mencoba mempertahankan nyawanya. Dia melempar senjatanya, lalu berujar dengan tulus, "Jangan khawatir. Aku pasti akan merahasiakan semua yang terjadi hari ini. Aku nggak akan membocorkan apa pun.""Atas dasar apa kami percaya padamu?" tanya Maudy sambil mencebik."Kamu benar." Yabil terkekeh-kekeh. Demi mempertahankan nyawanya, dia tentu harus memberi jaminan. Yabil mengeluarkan token dan menyodorkannya kepada Maudy. "Coba kamu lihat ini."Yabil berdiri di hadapan keduanya sambil menjelaskan, "Ini adalah token yang dipegang oleh Kepala Keluarga Dasala. Hari ini
Begitu membahas tentang ini, ekspresi Yabil menjadi serius. Dia menimpali, "Sebenarnya bukan Keluarga Dasala yang menemukan tambang ini. Kami juga dipaksa orang untuk datang kemari.""Dipaksa? Gimana maksudnya?" tanya Maudy dengan terkejut. Dia tidak menduga masih ada orang lain di balik tambang ini.Yabil menjelaskan, "Setengah tahun lalu, ayahku membawa bawahannya ke Gunung Hulam untuk menambang batu. Mereka nggak sengaja bertemu sekelompok orang misterius.""Ketika tahu orang-orang itu datang ke Gunung Hulam untuk mencari obat-obatan, ayahku pun berinisiatif membantu mereka. Mereka sama-sama mencari bahan obat. Tapi, dia nggak sengaja mendengar kalau orang-orang itu mencari minyak bumi dan bukan bahan obat.""Ayahku ingin kabur, tapi sudah terlambat. Orang-orang itu tahu dia pernah menambang batu bara, jadi nggak mau melepaskannya dan memaksanya mencari minyak bumi.""Dengan pengalamannya, ayahku berhasil menemukan minyak bumi. Tapi, orang-orang itu malah memaksanya lagi untuk memba
Tubuhnya terasa agak panas. Maudy Setiadi membuka mata dan menyadari dirinya sedang berbaring di sebuah ranjang besar dengan ukiran kuno yang indah. Di samping ranjang, ada seorang pria yang mengenakan pakaian nikah.'Apa ini mimpi? Tapi, kenapa terasa begitu nyata?'Maudy menoleh ke arah pria itu. Pria itu memiliki kulit yang putih, fitur wajah yang halus dan tampan, membuat siapa pun yang melihatnya langsung terpesona. Namun, ekspresinya terlalu dingin dan nada bicaranya juga sangat ketus."Aku tahu kamu nggak mau nikah denganku, tapi perintah kerajaan sulit diabaikan. Kalau kamu nggak mau ....""Aku mau, aku mau!"Maudy sudah lajang selama lebih dari 20 tahun dan belum pernah bertemu pria setampan ini. Mana mungkin dia tidak mau menikahinya! Maudy mengangguk dengan semangat. Tanpa memedulikan ekspresi terkejut pria itu, Maudy meraih ikat pinggangnya dan langsung mendekap ke pelukan pria itu.Maudy menghirup napas dalam-dalam untuk mencium wangi pria itu. Sungguh menggoda!Pria itu j
"Atas titah dari Kaisar, Pangeran Utara Ammar Lesmana diduga merencanakan pemberontakan dan semua buktinya sudah jelas! Mulai sekarang, dia diturunkan menjadi rakyat biasa. Seluruh harta keluarganya akan disita dan diasingkan ke Ningguta. Siapa pun yang berani melawan, akan dibunuh tanpa ampun!"Nyonya tua Keluarga Lesmana, Wulan, berteriak dengan histeris, "Keluarga Lesmana selalu setia. Mana mungkin kami memberontak?"Suhendar yang menjadi pemimpin dalam penyitaan kali ini lantas mendengus dingin, "Titah ini disampaikan langsung oleh Kaisar. Apa maksudmu? Maksudmu, Kaisar salah?"Tidak seorang pun berani berteriak membela diri lagi. Mereka hanya bisa menangis dan meratap bersama.Para prajurit langsung menerobos, lalu menendang pintu-pintu hingga terbuka dan mulai menghancurkan semuanya bagaikan perampok. Seberapa hebat pun statusmu sebelumnya, kamu tidak akan berdaya lagi jika menghadapi penyitaan.Melihat semua barang-barang yang dihancurkan di sekelilingnya, Wulan ingin menghentik