Jebakan Cinta Tuan Arogan

Jebakan Cinta Tuan Arogan

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-20
Oleh:  Mini Parwati  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 Peringkat. 6 Ulasan-ulasan
38Bab
313Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Michaela, gadis yang bertunangan, diculik oleh pria misterius bernama Ace. Terperangkap di dunia yang penuh rahasia dan bahaya, ia mulai merasakan ketertarikan pada penculiknya. Di tengah kebingungan antara cinta dan kebebasan, Michaela harus memilih—tetap bersama tunangannya, atau menyerah pada hasrat yang baru?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1. Pertemuan tak terduga

Michaela menutup pintu mobilnya dengan ringan, menikmati angin malam yang berhembus sejuk di wajahnya. Ia baru saja tiba di sebuah toko kecil di pinggir kota untuk membeli beberapa barang sebelum pulang. Langkahnya mantap, meski sedikit terburu-buru karena malam semakin larut. Di tangan kirinya, sebuah ponsel terjepit di antara telinga dan bahunya, sementara tangannya yang lain meraih kunci mobil yang tergantung di jari. "Halo, sayang, aku sedang di toko. Mau beli sesuatu dulu," ucap Michaela dengan lembut melalui telepon, suaranya terdengar hangat dan tenang. Di seberang sana, suara tunangannya terdengar sedikit tergesa-gesa, "Kau tidak apa-apa keluar malam-malam begini? Mau aku jemput?" Michaela tertawa kecil. "Tidak usah, aku hanya sebentar. Aku akan segera pulang." Namun, tawa kecilnya terhenti ketika sebuah suara ribut mengalihkan perhatiannya. Suara langkah kaki yang keras dan teriakan menggema di jalanan sepi itu. Michaela berbalik, dan pemandangan yang dilihatnya membua

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
538-K.DINESH Kumar Reddy
very nice and interesting plots
2024-10-03 19:10:08
0
user avatar
arafaq_9
cerita yang sangat rekomended
2024-09-19 21:13:15
1
user avatar
538-K.DINESH Kumar Reddy
I want the writer to make more like these stories.Cause unlike the others I loved it so much .Love from India ...
2024-09-10 22:45:52
2
user avatar
538-K.DINESH Kumar Reddy
nice story with interesting plots ...️...️
2024-09-10 00:05:23
1
user avatar
Isabella_swan
Keren thor.... terus berkarya... di tunggu buku-buku selanjutnya. ...
2024-09-09 00:02:10
1
user avatar
538-K.DINESH Kumar Reddy
it's a nice story and interesting plots.It makes us to know more about the story
2024-08-30 16:57:37
2
38 Bab

Bab 1. Pertemuan tak terduga

Michaela menutup pintu mobilnya dengan ringan, menikmati angin malam yang berhembus sejuk di wajahnya. Ia baru saja tiba di sebuah toko kecil di pinggir kota untuk membeli beberapa barang sebelum pulang. Langkahnya mantap, meski sedikit terburu-buru karena malam semakin larut. Di tangan kirinya, sebuah ponsel terjepit di antara telinga dan bahunya, sementara tangannya yang lain meraih kunci mobil yang tergantung di jari. "Halo, sayang, aku sedang di toko. Mau beli sesuatu dulu," ucap Michaela dengan lembut melalui telepon, suaranya terdengar hangat dan tenang. Di seberang sana, suara tunangannya terdengar sedikit tergesa-gesa, "Kau tidak apa-apa keluar malam-malam begini? Mau aku jemput?" Michaela tertawa kecil. "Tidak usah, aku hanya sebentar. Aku akan segera pulang." Namun, tawa kecilnya terhenti ketika sebuah suara ribut mengalihkan perhatiannya. Suara langkah kaki yang keras dan teriakan menggema di jalanan sepi itu. Michaela berbalik, dan pemandangan yang dilihatnya membua
Baca selengkapnya

Bab 2. Firasat buruk

Ryan Alexander Blackwell duduk di balik meja kayu mahoni besar di kantornya, sejenak terdiam menatap layar laptop yang berpendar. Pekerjaan menumpuk di hadapannya, tetapi pikirannya terus melayang, tertuju pada tunangannya, Michaela. Suara benda yang jatuh dari seberang telepon tadi masih terngiang-ngiang di kepalanya, menciptakan rasa cemas yang tak bisa diabaikan. Dia mengerutkan kening, mengingat percakapan singkat mereka beberapa menit lalu. Michaela mengatakan dia akan singgah di sebuah toko sebelum pulang, dan suaranya terdengar biasa saja, tenang seperti biasanya. Namun, di detik terakhir, sebelum panggilan terputus, ada suara keras yang tiba-tiba muncul—seperti suara ponsel yang jatuh ke lantai. Setelah itu, hanya ada keheningan. "Ini hanya perasaanku saja," gumam Ryan kepada dirinya sendiri, mencoba menenangkan pikiran. Tapi, perasaan tak nyaman itu semakin kuat, seperti kabut tebal yang menyesakkan dadanya. Tidak bisa lagi menahan diri, Ryan akhirnya memutuskan untuk be
Baca selengkapnya

Bab 3. Terperangkap di tengah sepi

Michaela merasa seluruh tubuhnya bergetar, terombang-ambing oleh goncangan jip tua yang melaju di jalanan berbatu. Tangan dan kakinya terikat erat, sementara sepotong kain yang kasar dan kotor membungkam mulutnya, menghalangi semua upayanya untuk berteriak minta tolong. Hanya mata Michaela yang bisa bergerak bebas, memandang dengan panik ke arah hutan yang semakin menebal di luar jendela. Jip tua itu akhirnya berhenti di depan sebuah rumah kecil yang tersembunyi di balik pepohonan tinggi. Cahaya bulan yang redup memperlihatkan sekilas bayangan bangunan tua yang tampak seolah telah berdiri di sana selama bertahun-tahun, jauh dari hiruk pikuk kota. Rumah itu sunyi, terpencil di tengah pedesaan yang sepi, tanpa ada tanda-tanda kehidupan di sekitarnya. Ace turun dari jip dengan gerakan yang tenang namun berbahaya. Wajahnya tetap menampilkan senyum sinis yang sama seperti yang ditunjukkannya sejak pertama kali menangkap Michaela. Ia membuka pintu belakang jip dan tanpa ragu membungkuk u
Baca selengkapnya

Bab 4. Kesempatan yang hilang

Michaela duduk diam di sofa, masih merasakan bekas ikatan yang baru saja dilepaskan dari pergelangan tangan dan kakinya. Rasa sakit dan nyeri akibat ikatan yang terlalu erat masih terasa, tetapi lebih dari itu, ketakutan yang membekapnya sejak pertama kali bertemu dengan Ace perlahan mulai berubah menjadi kewaspadaan. Dia tidak bisa mengabaikan situasi genting yang dihadapinya, tetapi setidaknya, dia bisa bernapas lebih lega tanpa harus terus-menerus berjuang melawan ikatan yang mengekangnya. Ace berdiri di depan Michaela, menatapnya dengan tatapan tajam, seperti seekor serigala yang sedang mempertimbangkan langkah berikutnya. Dia tidak tersenyum kali ini, wajahnya tampak serius, bahkan sedikit gelap. Michaela menelan ludah, mencoba menenangkan diri agar tidak terlihat terlalu gugup di depan pria yang bisa dengan mudah menghancurkannya. "Kau berjanji tidak akan mencoba kabur?" tanya Ace, suaranya dingin dan penuh ancaman tersembunyi. Michaela mengangguk cepat, menatap Ace dengan
Baca selengkapnya

Bab 5. Luka di hati seorang ibu

Pagi itu terasa seperti pagi-pagi lainnya di rumah keluarga Blackwood. Burung-burung berkicau lembut di luar jendela besar yang menghadap ke taman luas. Di dalam ruang makan yang elegan, Paula Rose Blackwood, seorang wanita anggun dengan rambut pirang yang mulai beruban, sedang duduk menikmati sarapan bersama suaminya, John Blackwood. Suasana tenang itu tiba-tiba hancur ketika ponselnya berdering keras di atas meja. Paula meraih ponselnya dan melihat nomor yang tidak dikenal. Dia mengernyit sejenak, merasa sedikit khawatir, tetapi tetap mengangkatnya. "Halo, Paula di sini," suaranya terdengar tenang, meskipun hatinya mulai berdebar. Di seberang sana, terdengar suara yang mengabarkan sesuatu yang tak pernah diinginkannya. "Mrs. Blackwood, ini polisi. Kami menghubungi Anda terkait dengan putri Anda, Michaela. Kami sangat menyesal, tapi... dia telah diculik." Kata-kata itu seperti petir yang menyambar di tengah hari yang cerah. Paula merasakan tubuhnya seketika lemas, tangan yang me
Baca selengkapnya

Bab 6. Pagi yang Muram

Pagi itu, cahaya matahari menyelinap melalui tirai tipis di kamar tempat Michaela terbaring. Matanya terbuka perlahan, membiasakan diri dengan kegelapan yang memudar oleh sinar mentari yang malu-malu. Seluruh tubuhnya terasa kaku, dan pikirannya masih berkelana di antara kenyataan yang membingungkan dan mimpi buruk yang baru saja ia alami. Semalam, dia nyaris tidak bisa tidur—pikiran tentang kejadian yang menimpanya, serta kebingungan tentang masa depannya, terus menghantui.Telinganya menangkap suara dentuman halus dari luar kamarnya. Sesuatu sedang terjadi di luar sana, suara benda yang bergesekan, mungkin dari dapur. Michaela duduk di tepi tempat tidur, hatinya berdebar kencang. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri, sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar dan memeriksa.Dia berjalan dengan langkah ringan, berusaha tidak menimbulkan suara. Ketika ia sampai di ruang tamu, matanya langsung tertuju pada dapur kecil di ujung ruangan. Ace sedang berdiri di sa
Baca selengkapnya

Bab 7. Di Antara Kewajiban dan Kekhawatiran

Pagi itu, suasana di kantor Ryan Alexander Blackwell terasa lebih sunyi daripada biasanya. Meskipun rutinitas bisnis tetap berjalan, bayang-bayang kegelisahan karena hilangnya Michaela terus membayangi setiap orang, terutama Cole, asisten setia Ryan. Hari ini, Cole berdiri di depan pintu ruang kerja tuannya dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, dia tahu ada kewajiban pekerjaan yang harus disampaikan, di sisi lain, dia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa Ryan sedang dalam kondisi yang sangat terpuruk.Cole mengetuk pintu dengan pelan, hampir ragu-ragu. Suara berat Ryan terdengar dari dalam, mempersilakannya masuk. Cole membuka pintu dengan hati-hati dan melangkah masuk ke ruangan yang dipenuhi dengan nuansa maskulin, dengan dinding berlapis kayu gelap dan meja besar di tengahnya. Ryan duduk di balik meja, wajahnya terlihat lebih lelah dari biasanya, dengan tatapan yang terfokus pada layar komputer di depannya."Selamat pagi, Tuan," sapanya dengan nada hormat.Ryan mengangkat waj
Baca selengkapnya

Bab 8. Panggilan yang Mengejutkan

Michaela masih duduk di ruang tamu, menikmati sisa sarapan yang disajikan Ace. Pikirannya terus berputar, memikirkan cara terbaik untuk melarikan diri dari tempat ini. Namun, semua pikirannya terhenti ketika Ace tiba-tiba berdiri dari kursinya, mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Suara ponsel berdering, memecah keheningan di antara mereka.Ace melirik layar ponselnya, ekspresi wajahnya berubah serius. Dia melangkah menjauh dari meja makan, memisahkan diri dari Michaela, dan mengangkat panggilan tersebut."Ada apa?," suaranya terdengar tenang, namun dengan nada yang lebih rendah dari biasanya. Michaela menajamkan pendengarannya, mencoba menangkap apa yang sedang dibicarakan."Bos, ada masalah. Kita butuh kau di sini sekarang juga," suara di seberang terdengar mendesak, menandakan ada sesuatu yang sangat penting sedang terjadi.Ace mengerutkan kening, suaranya menegang. "Apa yang terjadi? Kenapa mendesak sekali?""Kami menemukan sesuatu yang aneh di markas. Aku rasa kau perlu meliha
Baca selengkapnya

Bab 9. Kerinduan dan Keheningan Malam

Malam itu, Michaela meringkuk di atas kasur yang usang. Matanya terbuka lebar, menatap kosong pada langit-langit yang tampak kusam.Dalam kegelapan kamar, hanya ada suara napasnya yang teratur dan sesekali gemerisik angin dari luar. Ia berusaha menahan tangis, tapi air matanya hampir menetes. Ia tak ingin Ace atau siapa pun mendengarnya menangis. Dia tak ingin terlihat lemah, terutama di depan pria yang telah menculiknya ini.Hatinya terasa sangat berat. Segala ketakutan dan kesedihan yang ditahan sejak ia dibawa ke tempat ini, kini menyeruak dalam keheningan malam. Ia merindukan rumahnya—suara lembut ibunya yang memanggil namanya, aroma masakan hangat yang selalu menyambutnya setiap pulang, dan sentuhan lembut ibunya di rambutnya setiap malam sebelum tidur. Ia bahkan merindukan suara langkah kaki ayahnya di lorong, dan kehadiran Ryan, tunangannya, yang selalu memastikan dia aman.Michaela menggigit bibirnya, mencoba menahan isak tangis yang ingin keluar. Ia memejamkan mata, berharap s
Baca selengkapnya

Bab 10. Frustrasi dan Kerinduan yang Mendalam

Di sebuah ruangan besar dengan jendela-jendela tinggi yang menghadap ke kota, Ryan Alexander Blackwell duduk di belakang meja kerjanya. Tangannya yang kuat mencengkeram rambutnya, menariknya dengan frustasi.Sudah dua hari sejak Michaela menghilang, dan Ryan merasa seolah dunia telah runtuh di sekitarnya. Pikiran tentang Michaela terus menghantuinya, bayangan wajah tunangannya yang cantik dan senyum yang selalu membuat hatinya tenang, kini hanya menyisakan rasa sakit dan kerinduan yang dalam.Ryan mengerang pelan, suaranya dipenuhi dengan kesakitan yang ia coba sembunyikan dari semua orang. "Michaela... di mana kau?" bisiknya, suaranya hampir tidak terdengar di ruangan yang sepi itu. Ia membayangkan Michaela di tempat yang tidak diketahui, mungkin ketakutan, mungkin terluka. Gambar-gambar mengerikan terus menerus berputar di benaknya, membuatnya semakin tenggelam dalam rasa putus asa."Aku tidak bisa terus seperti ini," katanya lagi, kali ini suaranya lebih keras, nyaris seperti berbic
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status