Aku, Istri Warisan untuk Sang Konglomerat

Aku, Istri Warisan untuk Sang Konglomerat

last updateLast Updated : 2024-09-22
By:  Mokaciinoo  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
48Chapters
417views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Karena hutang yang menumpuk, Aruna hampir saja ditumbalkan oleh ayah tirinya untuk dijadikan sebagai penebus hutang. Suami ibunya itu bahkan datang ke perusahaan tempat Aruna bekerja untuk berbuat onar. Untung saja, Aruna berhasil kabur dari pria itu. Tetapi keesokan harinya, Aruna dipanggil oleh bos perusahaan tempatnya bekerja. Aruna pikir dirinya akan dipecat karena kerusuhan yang dibuat oleh ayah tirinya itu. Tetapi siapa yang tahu kalau ternyata bos perusahaan tempatnya bekerja itu justru menawarkan pernikahan padanya? Dari seorang yang berprofesi sebagai cleaning service, Aruna berubah menjadi istri konglomerat dalam sekejap mata. Lalu bagaimana kehidupan Aruna kedepannya? Rintangan apa saja yang akan dia hadapi?

View More

Latest chapter

Free Preview

1. Ditawari Pernikahan

"Aruna Anastasia, cepat keluar kamu!""Jangan berani-beraninya sembunyi dariku!"Aruna Anastasia yang disebutkan oleh pria itu tengah bersembunyi di balik pilar besar yang ada di lobi perusahaan Widjaja Group tempatnya bekerja. Wanita yang akrab disapa Aruna itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat sambil merutuki kebodohan diri sendiri. Bagaimana bisa dia melupakan kalau ayah tirinya yang belangsak itu mengetahui dengan baik tempat kerjanya?"Kamu tunggu saja, Aruna. Aku pasti akan menemukanmu. Sekalipun kamu bersembunyi di lubang cacing, aku pasti akan menemukanmu!" teriak Bimo –nama pria itu. "Permisi, Pak. Dilarang membuat keributan di tempat ini. Silakan keluar!"Dari persembunyiannya, Aruna dapat melihat seorang satpam tengah berusaha untuk mengusir Bimo agar tidak terus berbuat rusuh di lobi kantor."Lepaskan aku. Aku mencari Aruna. Kamu jangan berani-beraninya menyembunyikan wanita tidak tahu diuntung itu dariku!" seru Bimo seraya menepis dengan kasar tangan satpam yang hendak

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
48 Chapters

1. Ditawari Pernikahan

"Aruna Anastasia, cepat keluar kamu!""Jangan berani-beraninya sembunyi dariku!"Aruna Anastasia yang disebutkan oleh pria itu tengah bersembunyi di balik pilar besar yang ada di lobi perusahaan Widjaja Group tempatnya bekerja. Wanita yang akrab disapa Aruna itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat sambil merutuki kebodohan diri sendiri. Bagaimana bisa dia melupakan kalau ayah tirinya yang belangsak itu mengetahui dengan baik tempat kerjanya?"Kamu tunggu saja, Aruna. Aku pasti akan menemukanmu. Sekalipun kamu bersembunyi di lubang cacing, aku pasti akan menemukanmu!" teriak Bimo –nama pria itu. "Permisi, Pak. Dilarang membuat keributan di tempat ini. Silakan keluar!"Dari persembunyiannya, Aruna dapat melihat seorang satpam tengah berusaha untuk mengusir Bimo agar tidak terus berbuat rusuh di lobi kantor."Lepaskan aku. Aku mencari Aruna. Kamu jangan berani-beraninya menyembunyikan wanita tidak tahu diuntung itu dariku!" seru Bimo seraya menepis dengan kasar tangan satpam yang hendak
Read more

2. Perjanjian Pernikahan Kontrak

Perjanjian Pernikahan Kontrak1. Dilarang mencampuri urusan satu sama lain.2. Dilarang jatuh cinta.3. Bercerai setelah satu tahun menikah.Mata Aruna seketika mengerjap beberapa kali setelah membaca setiap kata yang tertulis di atas kertas HVS itu. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi di sini. Bukankah seharusnya dia dipecat karena kelakuan ayah tirinya yang berbuat onar kemarin? Tetapi kenapa dia malah ditawarkan pernikahan? Belum lagi dengan ajaibnya orang yang menawarkan pernikahan padanya adalah orang yang sudah cukup lama Aruna kagumi. Sayangnya, berapa kali pun Aruna mengajak kepalanya untuk berpikir, dia tetap tidak menemukan jawaban yang paling mungkin. Alhasil dia dengan takut-takut mengangkat kepala untuk menanyakan langsung maksud dari semua ini."Maaf, Pak. Tapi apa maksud dari semua ini ya?" tanya Aruna dengan hati-hati."Kamu tidak perlu tahu. Dan jangan banyak tanya. Tanda tangani saja surat perjanjian itu!" tukas Ganindra." ... "Nada sengit yang
Read more

3. Persyaratan Tambahan

Aruna berjalan dengan linglung menuju pantry yang berada di lantai dasar sekembalinya dia dari ruangan Ganindra. Di sana sahabatnya yang bernama Amara Windania itu sudah menunggu sambil berjalan mondar-mandir tampak senewen."Run, gimana? Apa yang terjadi? Kenapa kamu dipanggil ke ruangan Pak Ganindra? Kamu nggak dipecat gara-gara kejadian kemarin 'kan?" Amara memberondong Aruna dengan berbagai pertanyaan begitu melihat kemunculannya.Saat Aruna dipanggil oleh Ganindra ke ruangannya, kebetulan Amara tengah bertugas membersihkan toilet yang ada di lantai empat. Dia tidak melihat langsung apa yang terjadi pada Aruna. Hanya selentingan gosip yang dia dengar dari orang-orang. "Aku diajak nikah sama Pak Ganindra," jawab Aruna sekenanya."Hah?!""Aku serius."Walaupun kata serius meluncur dari bibir Aruna, tapi cara menjawabnya yang setengah menerawang jauh membuat Amara tidak mudah percaya. Dia lantas menempelkan punggung tangannya ke dahi Aruna."Tidak panas kok," ucapnya yang seketika m
Read more

4. Ternyata Karena Wasiat

Keesokan harinya, Aruna kembali ke ruangan Ganindra untuk menandatangani perjanjian pernikahan kontrak yang telah mereka bicarakan sebelumnya. Namun, berbeda dengan kemarin, kali ini di dalam ruangan Ganindra ada orang lain selain mereka berdua."Aruna, perkenalkan. Ini adalah Pak Bambang Wijatmiko. Dia adalah pengacara saya," beritahu Ganindra."Halo, Pak. Saya Aruna," pungkas Aruna seraya menyodorkan tangannya ke hadapan pria paruh baya bertubuh tambun yang katanya bernama Pak Bambang Wijatmiko ini."Bambang Wijatmiko," ucap Pak Bambang seraya membalas jabatan tangan Aruna.Setelah melakukan perkenalan singkat dengan Pak Bambang, Ganindra kembali menyodorkan sebuah map hitam ke hadapan Aruna. "Itu adalah perjanjian yang sudah diperbaharui. Kamu bisa membacanya dulu," ujar Ganindra. Setelah mengatakan hal ini, Ganindra tidak ikut duduk di sofa panjang yang berada di tengah ruangan bersama mereka. Pria itu justru berjalan ke arah kaca besar yang menampakkan bangunan-bangunan tinggi
Read more

5. Merasa Ditipu

Aruna duduk bengong untuk waktu yang lama di dalam ruangan Ganindra. Dia bahkan tidak menyadari kalau Pak Bambang sudah tidak ada lagi bersama mereka."Sampai kapan kamu mau terus duduk di situ?" teguran Ganindra menyadarkan Aruna dari lamunan panjangnya.Dengan lamat-lamat, dia kemudian menatap ke arah Ganindra yang sudah entah kapan duduk kembali di balik meja kerjanya. Hanya dengan melihat wajah tampan pria itu, mampu membuat Aruna jatuh hati berkali-kali. Ganindra ini orangnya memang tampan sekali. Mungkin dia adalah pria paling tampan yang pernah Aruna temui. Ganindra memiliki rahang yang tegas, hidungnya mancung, dan sorot matanya tajam. Di antara semua itu, Ganindra juga memiliki punggung yang lebar dan dada bidang yang terlihat nyaman untuk dijadikan sebagai tempat untuk bersandar. Sayang sekali, belum menjadi giliran Aruna untuk menikmati hal-hal ini. Bahkan meski nantinya status antara dia dan Ganindra berubah menjadi hubungan suami istri, tapi ada poin yang mengatakan bah
Read more

6. Ibu Mengenal Pak Gumelar?

Aruna terkekeh ringan saat melihat ekspresi keterkejutan di wajah Amara. Terutama dengan mata melotot yang hampir keluar dari rongganya itu."Aku yakin kamu pasti tidak percaya kalau aku bisa, 'kan? Kamu tunggu saja, Ra. Aku akan membuktikannya padamu," ujar Aruna penuh dengan senyum percaya diri.Amara lantas menggulung matanya dengan terang-terangan. "Lalu bagaimana dengan Tante Belinda? Apa dia sudah tahu soal keputusan yang kamu buat ini?" Sambil bibirnya dimajukan dua senti, Aruna menggelengkan kepala pelan. "Ibu belum tahu soal ini," jawabnya.Amara pun mendecakkan lidah dengan keras. "Terus gimana? Tante Belinda pasti syok berat kalau tahu anaknya yang semula jomblo ini tiba-tiba bilang mau nikah sama anak konglomerat,"Aruna lalu menghela nafas panjang. "Syok sih pasti. Tapi mau bagaimana lagi? Tawaran pernikahan yang aku terima ini juga gara-gara ibu sih," pungkas Aruna."Hah? Kenapa begitu?""Sebenarnya aku ju
Read more

7. Siapa Ayah Kandungku?

Apa kamu bilang?!" Aruna kembali mengangkat bahunya dengan pelan sebagai tanggapan atas teriakan ibunya itu. Tak lama kemudian, terjadi jeda di antara mereka. Belinda menatap sepasang netra Aruna dengan tatapan tidak percaya. Sementara itu, Aruna menatap mata ibunya dengan sorot santai. Mereka sama-sama tengah mencari kebenaran dari mata masing-masing. "Tante, ada apa? Kenapa teriak?" tanya Amara yang bergegas keluar dari kamarnya. Aktivitas saling tatap dari sepasang ibu dan anak itu otomatis terputus karena kehadiran Amara. "Ah, bukan apa-apa," jawab Belinda sembari mengibaskan tangannya di depan wajah. "Ayo makan malam dulu, mumpung semuanya masih hangat," tukas Belinda. Dia lalu mengambil tempat duduk di kursi yang ada di samping Aruna. Amara yang ragu hanya bisa menatap bolak-balik ke arah Aruna dan ibunya. Tapi karena melihat sikap mereka yang santai seolah memang tidak terjadi apa-apa, Amara akhirnya h
Read more

8. Masa Lalu Ibu

"Run, ayolah. Tidak ada gunanya berhubungan dengan orang-orang itu. Berurusan dengan mereka cuma akan mendatangkan petaka bagi kita," tukas Belinda memohon pada putrinya.Tanpa menoleh ke arah sang ibu, Aruna berkata. "Sama aja. Mau berurusan dengan mereka atau tidak, hidup kita sudah terjebak dalam petaka. Dan itu semua gara-gara ibu!""Run~"Dengan kesal Aruna memutar tubuh menghadap kepada ibunya. "Aku belum cerita sama ibu kalau si Bimo datang ke perusahaan tempatku bekerja dan membuat onar di sana 'kan?""Apa?!""Bu, setidaknya kalau kita punya uang, beberapa masalah yang kita hadapi akan bisa diselesaikan dengan lebih mudah!" seru Aruna."Tapi, Run. Kamu nggak tahu seberapa berbahayanya berurusan dengan orang-orang di kalangan mereka!" tukas Belinda dengan nada yang hampir terdengar frustrasi."Ya makanya jelaskan padaku seberbahaya apa?!" sambar Aruna dengan tidak sabar." ... "Namun, Belinda te
Read more

9. Masa Lalu Ibu (2)

"Sekarang karena kamu sudah tahu semuanya, tidak bisakah kamu menjauh saja dari mereka?" tanya Belinda masih dengan nada penuh permohonan seperti tadi.Namun, Aruna menggelengkan kepala dengan tegas. "Aku sudah menandatangani perjanjian dengan Ganindra. Seandainya pun belum, aku tetap menginginkan kekayaan keluarga Hermawan yang disebutkan Pak Gumelar dalam wasiatnya," tukas Aruna."Run~""Bu, aku mengerti kalau mereka pasti sudah membuat ibu trauma. Tapi aku hanya menikah dengan Ganindra, bukan mau menabuh genderang perang sama mereka," ucap Aruna." ... "Belinda langsung terdiam. Putrinya ini memang paling tahu bagaimana cara membungkam dirinya. "Dasar keras kepala!" seru Belinda seraya menjentikkan jarinya pada kening Aruna."Hehehe,""Tapi kamu harus ingat baik-baik. Setelah menikah dengan Ganindra, kamu harus bersikap rendah hati. Jangan mencari masalah dengan siapapun," ujar Belinda mengingatkan.
Read more

10. Mainan Baru

Di sebuah club malam bernama Moonlight, suara musik yang memekakkan telinga mengalun tanpa henti memenuhi ruangan itu. Tubuh yang bergoyang kesana-kemari dapat dilihat dimana-mana. Segala postur menggoda juga disuguhkan untuk memikat target."Sialan. Tempat ini sudah tidak eksklusif lagi. Siapa saja sudah bisa masuk ke tempat ini. Bahkan yang tidak berduit pun bisa ditemukan dimana-mana," Seorang pria tampan yang sedang duduk di pojok ruangan menatap bagian tengah ruangan tempat dance floor berada. Tempat yang sedang dipadati oleh manusia itu menguarkan aroma-aroma yang cukup mengganggu hidungnya."Makanya segera resmikan klub malam milikmu sendiri agar kita tidak perlu datang ke tempat ini lagi," tukas temannya."Tsk. Kita masih harus bersabar hingga tiga bulan kedepan!" Di meja ini ada sekitar delapan orang yang duduk melingkar. Empat di antaranya adalah laki-laki, dan empat lainnya adalah perempuan. Pria yang baru saja melo
Read more
DMCA.com Protection Status