Share

Jebakan Cinta Tuan Arogan
Jebakan Cinta Tuan Arogan
Penulis: Mini Parwati

Bab 1. Pertemuan tak terduga

Michaela menutup pintu mobilnya dengan ringan, menikmati angin malam yang berhembus sejuk di wajahnya. Ia baru saja tiba di sebuah toko kecil di pinggir kota untuk membeli beberapa barang sebelum pulang. Langkahnya mantap, meski sedikit terburu-buru karena malam semakin larut. Di tangan kirinya, sebuah ponsel terjepit di antara telinga dan bahunya, sementara tangannya yang lain meraih kunci mobil yang tergantung di jari.

"Halo, sayang, aku sedang di toko. Mau beli sesuatu dulu," ucap Michaela dengan lembut melalui telepon, suaranya terdengar hangat dan tenang.

Di seberang sana, suara tunangannya terdengar sedikit tergesa-gesa, "Kau tidak apa-apa keluar malam-malam begini? Mau aku jemput?"

Michaela tertawa kecil. "Tidak usah, aku hanya sebentar. Aku akan segera pulang."

Namun, tawa kecilnya terhenti ketika sebuah suara ribut mengalihkan perhatiannya. Suara langkah kaki yang keras dan teriakan menggema di jalanan sepi itu. Michaela berbalik, dan pemandangan yang dilihatnya membuat jantungnya berdegup kencang.

Sekelompok pria berkaos hitam mendekati toko dengan tatapan liar. Mereka berjumlah lima atau enam orang, berjalan dengan langkah-langkah yang kasar dan beringas. Michaela dapat merasakan ketegangan di udara, aroma bahaya yang tiba-tiba menguasai tempat yang tadinya tenang itu.

"Sayang, ada apa?" Suara di teleponnya terdengar khawatir.

Michaela menelan ludah. "Ada... sekelompok orang di sini. Mereka terlihat berbahaya. Aku harus pergi."

Dia buru-buru berbalik dan mulai berjalan kembali menuju mobilnya. Namun, sebelum dia sempat mencapai pegangan pintu, sebuah dada keras yang berotot menghalangi jalannya. Michaela terhenti dengan mendadak, menabrak tubuh pria itu. Handphone-nya terlepas dari genggamannya dan jatuh ke tanah dengan suara kecil yang nyaring di malam yang sunyi itu.

Dia mendongak, terkejut melihat wajah pria yang berdiri di hadapannya. Wajah itu tampan dengan garis rahang yang tegas dan sepasang mata gelap yang tajam. Pria itu menatapnya dengan senyuman menyeringai yang membuat bulu kuduknya meremang. Tatapan dinginnya seakan menelanjangi Michaela, memeriksanya dengan pandangan yang penuh kesenangan sadis.

"Kau mau ke mana, manis?" Suara pria itu rendah dan serak, dipenuhi nada ancaman yang membuat tubuh Michaela bergetar.

Michaela mundur selangkah, namun langkahnya terhenti ketika pria itu mendekat, membuatnya terpojok. Keringat dingin mulai membasahi keningnya, napasnya semakin cepat. Dia berusaha mengingat langkah-langkah yang telah diajarkan di kelas bela diri, tetapi otaknya terasa beku.

Saat dia hendak berbalik dan berlari, tangan pria itu melesat cepat, mencengkeram lengannya dengan kuat. Michaela tersentak, merasakan cengkeraman yang keras seperti baja pada kulitnya yang halus.

"Jangan coba-coba lari, manis. Kau tak akan jauh." Pria itu menarik Michaela lebih dekat, wajah mereka hanya beberapa inci terpisah.

Panik merayap naik di tenggorokan Michaela. Dia merasa tidak berdaya dalam genggaman pria ini. Namun, sebuah ide gila tiba-tiba melintas di benaknya. Ia tidak tahu apakah itu akan berhasil, tetapi instingnya mengatakan itu mungkin satu-satunya cara untuk menyelamatkan dirinya.

Dengan keberanian yang tiba-tiba muncul entah dari mana, Michaela menarik wajah pria itu lebih dekat dan menempelkan bibirnya pada bibir pria itu. Awalnya, pria itu terkejut, matanya membelalak lebar. Namun, seketika itu juga, kejutannya berubah menjadi kesenangan. Jasper Ace Silverton, atau lebih di kenal dengan sebutan Ace, pemimpin kelompok berkaos hitam itu, balas mencium dengan penuh gairah, seakan tenggelam dalam ciuman panas yang tiba-tiba ini.

Di dalam pikirannya, Michaela hanya berharap bahwa ini akan membuat pria itu lengah, memberinya kesempatan untuk kabur. Namun, ciuman itu berlangsung lebih lama dari yang dia harapkan, dan secara mengejutkan, dia mendapati dirinya sedikit tersesat dalam intensitasnya.

Ace melepaskan ciuman mereka, tetapi bukannya membiarkan Michaela pergi, dia malah menyeringai dengan lebih lebar. "Kau berani, ya? Aku suka gadis yang seperti ini."

Michaela terperangkap dalam pandangan mata Ace yang gelap dan berbahaya. Ia mencoba melepaskan diri, tapi Ace sudah lebih dulu membungkukkan tubuhnya dan, dalam satu gerakan cepat, membopong Michaela ke pundaknya seperti karung.

"Hei! Lepaskan aku!" Michaela berteriak, memukul-mukul punggung Ace, tetapi tidak ada gunanya. Pria itu tidak merasakan apa-apa.

Ace menoleh pada anak buahnya yang sudah menghentikan keributan dan menatap kejadian itu dengan tatapan penuh tanya. "Kita bawa gadis ini. Sepertinya malam ini akan lebih menyenangkan dari yang kukira," ucapnya dengan suara penuh keyakinan.

"Baik, Bos," sahut salah satu anak buahnya, lalu mereka bergerak mengikuti Ace yang membawa Michaela ke dalam kegelapan malam.

Michaela semakin panik, pikirannya berputar-putar mencari cara untuk melarikan diri. "Kau tidak tahu siapa aku!" teriaknya, berharap peringatan itu akan membuat Ace berpikir dua kali.

Ace hanya tertawa kecil, suaranya rendah dan dingin. "Tidak peduli siapa kau, manis. Malam ini kau milikku."

Michaela merasakan tubuhnya gemetar, tapi bukan karena dingin. Dia ketakutan, tapi dia tahu bahwa dia harus tetap tenang. Entah bagaimana, dia harus mencari cara untuk keluar dari situasi ini.

"Aku bisa memberikanmu uang. Berapa pun yang kau minta," Michaela mencoba bernegosiasi, suaranya sedikit bergetar.

Ace berhenti sejenak, lalu menurunkan Michaela ke tanah, membuat gadis itu berdiri tepat di depannya. "Uang, ya?" gumamnya, menatap Michaela dengan tatapan evaluatif. "Kau pikir aku cuma butuh uang?"

Michaela menelan ludah, menyadari bahwa pria ini tidak seperti yang lainnya. Dia tidak tahu apa yang diinginkan pria ini, tapi dia tahu bahwa uang tidak akan menyelesaikan masalahnya kali ini.

Ace menatap Michaela dalam diam untuk beberapa detik yang terasa seperti selamanya bagi gadis itu. Kemudian, tanpa sepatah kata pun, dia kembali memegang lengan Michaela dan menariknya lebih dekat. Michaela mencoba melawan, tapi Ace terlalu kuat.

"Kau ikut aku sekarang, dan jangan buat masalah. Jika kau menurut, aku mungkin bisa bersikap baik padamu," ucap Ace dengan nada yang membuat bulu kuduk Michaela merinding.

"Aku tidak akan ikut denganmu!" seru Michaela, tapi suaranya terdengar lemah bahkan di telinganya sendiri.

Ace mendekatkan wajahnya, nyaris menyentuh telinga Michaela. "Kau tidak punya pilihan," bisiknya sebelum mengangkat tubuh Michaela kembali ke pundaknya.

Michaela ingin berteriak, tapi suara itu terjebak di tenggorokannya. Ia hanya bisa melihat pemandangan di sekitarnya berputar ketika Ace membawanya pergi. Malam yang tadinya tenang kini berubah menjadi malam mencekam yang tak pernah dibayangkan Michaela sebelumnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
MY MOTHER
permulaan yang bagus smangat Thor... ︵‿︵(´ ͡༎ຶ ͜ʖ ͡༎ຶ `)︵‿︵
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status