Just Married (Trilogi Just Seri-3)

Just Married (Trilogi Just Seri-3)

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Oleh:   LeeNaGie  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
25Bab
127Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ini bukan hanya cerita tentang Arini dan Brandon, tapi juga kedua anak-anak mereka; Elfarehza dan Alyssa. Sakinah, mawaddah dan warahmah. Ketiga hal inilah yang diinginkan oleh setiap pasangan suami istri yang telah menikah. Begitu juga dengan Arini dan Brandon. Masa lalu yang kelam membuat Brandon diliputi kekhawatiran. Dia takut kedua anak-anaknya melakukan kesalahan serupa, sehingga membuat pria itu menjadi seorang ayah yang overprotective. Seiring berjalannya waktu, El dan Al tumbuh menjadi remaja. Mereka mulai memberontak karena merasa dikekang. Puncaknya ketika El mengetahui rahasia yang disimpan oleh Brandon. Ketika itulah hubungannya dengan sang Ayah mulai memburuk. Tak hanya Brandon, Arini ternyata juga menyimpan rahasia besar. Begitu juga dengan Elfarehza dan Alyssa. Apa rahasia yang mereka simpan? Akankah sakinah, mawaddah dan warahmah masih bisa diwujudkan dalam rumah tangga mereka, setelah semua rahasia terbongkar? Mampukah Brandon mempertahankan cintanya kepada Arini, setelah tahu rahasia sang istri?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

BAB 1: Bujuk dan Rayu

Arini dan Brandon“Good night, Prince,” ucap seorang wanita kepada bocah laki-laki berusia tujuh tahun.Dia memberi kecupan singkat di kening dan kedua belah pipinya. Setelah memberi pelukan sebentar, wanita itu beranjak dari tempat tidur, kemudian mengganti penerangan dengan lampu tidur. Begitu keluar dari kamar, ia beranjak ke kamar satunya lagi menemui bocah perempuan berusia kurang dari enam tahun.Wanita itu tersenyum memperlihatkan lesung pipi yang menghiasi kedua pipi. Dia memberi kecupan kepada putrinya yang sedang tidur lelap.“Good night, Princess,” bisiknya pelan sambil menaikkan selimut yang sedikit turun.Arini beranjak ke kamar yang lain. Tampak seorang anak berusia dua belas tahun tersenyum menyambut kehadirannya.“Farzan belum tidur?” tanya Arini lembut.Anak bernama Farzan menggelengkan kepala. “Tunggu Kakak datang dulu.”Wanita itu menggelengkan kepala sambil berdecak. “Selalu tunggu Kakak datang dulu baru mau tidur.”“Iya dong. Nggak bisa tidur kalau belum lihat Kak...

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
25 Bab
BAB 1: Bujuk dan Rayu
Arini dan Brandon“Good night, Prince,” ucap seorang wanita kepada bocah laki-laki berusia tujuh tahun.Dia memberi kecupan singkat di kening dan kedua belah pipinya. Setelah memberi pelukan sebentar, wanita itu beranjak dari tempat tidur, kemudian mengganti penerangan dengan lampu tidur. Begitu keluar dari kamar, ia beranjak ke kamar satunya lagi menemui bocah perempuan berusia kurang dari enam tahun.Wanita itu tersenyum memperlihatkan lesung pipi yang menghiasi kedua pipi. Dia memberi kecupan kepada putrinya yang sedang tidur lelap.“Good night, Princess,” bisiknya pelan sambil menaikkan selimut yang sedikit turun.Arini beranjak ke kamar yang lain. Tampak seorang anak berusia dua belas tahun tersenyum menyambut kehadirannya.“Farzan belum tidur?” tanya Arini lembut.Anak bernama Farzan menggelengkan kepala. “Tunggu Kakak datang dulu.”Wanita itu menggelengkan kepala sambil berdecak. “Selalu tunggu Kakak datang dulu baru mau tidur.”“Iya dong. Nggak bisa tidur kalau belum lihat Kak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-07
Baca selengkapnya
BAB 2: Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu
ARINI“El, Farzan, udah selesai? Buruan kita mau berangkat,” teriak Arini sembari memasangkan kerudung instan di kepala Al, putrinya.“Iya, Mami.”“Sebentar, Kak,” sahut El dan Farzan nyaris bersamaan dari kamar masing-masing.“Aku turun ke parkiran dulu taruh ini ke mobil ya, Sayang. Takut kamu lupa lagi,” ledek Brandon disambut delikan dari Arini. Sebuah kantong berisi Shiny Crust Brownies menggantung di tangan kanan.“Bercanda. Masa gitu aja marah,” ujar Bran mengusap puncak kepala istrinya yang terbungkus rapi dengan kerudung segi empat berwarna peach.“Barengan aja, Bran. Sebentar lagi El dan Farzan juga keluar dari kamar,” tanggap Arini merapikan kerudung yang menghiasi kepala Al.Brandon hanya mengangguk setuju mendengar perkataan istrinya.“Mami, kenapa Al harus pakai ini?” tanya Al memegang ujung kerudung dengan tangan mungilnya.Arini tersenyum lembut sambil mengelus pipi chubby sang Putri. “Agar kamu selalu terlindungi, Princess. Sama kayak Mami.”“Emang karung ini melindun
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-07
Baca selengkapnya
BAB 3: Kedatangan Gadis, Si Biang Kerok
Arini dan BrandonMobil sedan keluaran BMW terbaru berwarna biru memasuki pekarangan keluarga Harun di kawasan Menteng Dalam. Sebuah rumah mewah yang berukuran besar, tapi sayang hanya dihuni oleh kedua orang tua Brandon.Kening Iin berkerut mematut sebuah mobil yang tak pernah terlihat di rumah itu sebelumnya.“Mobil siapa ya?” desisnya.Bran mengangkat bahu. “Nggak tahu. Baru nongol juga tuh.”Begitu mobil berhenti dengan sempurna, Brandon keluar terlebih dahulu. Dia bergegas menuju pintu tempat Arini duduk. El dan Farzan terlebih dahulu memasuki rumah.Bran mengambil Al yang sedang terlelap di pangkuan Iin. Setelahnya mereka menyusul ke dalam rumah.“Ngeeeeng. Arini!!” teriak suara yang sangat akrab di telinga Arini dan Brandon. Begitu nyaring dan lengking.Seorang wanita berambut pendek mengenakan gaun lengan pendek dengan panjang selutut sedang membentangkan tangan.“Gadis!”“Kak Gadis!” seru Bran dan Iin bersamaan sambil menatap tak percaya sosok yang berdiri di hadapannya.Gadi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-07
Baca selengkapnya
BAB 4: Permintaan Mertua
Arini dan BrandonKetika ingin menjawab pertanyaan Lisa, Sandy tiba-tiba muncul dari ruang keluarga. Dia duduk di samping istri tercinta, berhadapan dengan Brandon dan Arini.“Papa mau bicara sesuatu dengan kalian,” cetusnya melihat Bran dan Iin bergantian.Suami istri itu mengangguk serentak, lantas memilih fokus dengan apa yang dikatakan oleh Sandy.“Dulu, niat Papa membangun rumah sebesar ini agar bisa berkumpul dengan anak dan cucu.” Sandy kembali melihat anak dan menantunya. “Rumah ini terlalu besar untuk kami tinggali berdua. Terasa sepi juga tidak ada canda dan tawa anak-anak. Apa kalian mau pindah ke sini?”Rupanya Sandy mengutarakan hal yang sama dengan Lisa. Di usia yang tak lagi muda, kakek dan nenek itu merasa kesepian di sana, sehingga ingin menghabiskan hari tua bersama anak dan cucu.Arini dan Bran kembali saling berpandangan.“Aku akan diskusikan hal ini dulu dengan Iin, Pa. Tadi Mama juga udah bilang begitu,” tanggap Brandon.Sandy dan Lisa sama-sama mengangguk paham.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-07
Baca selengkapnya
BAB 5: Belajar Puasa
Arini dan BrandonDua bulan kemudianSepasang mata cokelat lebar mulai mengerjap. Tangan terangkat ke atas seiringan dengan kaki yang meregang menghalau pegal karena posisi tidur yang kurang pas. Senyuman terbit di wajah ketika melihat sang Suami masih tertidur pulas di samping.“Gaya tidurnya dari dulu nggak pernah berubah,” gumam Arini dengan wajah masih dihiasi senyuman.Sebuah kecupan diberikan di bibir Bran. Sesaat kemudian, Iin meraih ponsel dari atas nakas melihat jam.“Udah waktunya masak,” desisnya ketika melihat waktu menunjukkan pukul 03.00.Hari ini adalah hari pertama berpuasa. Ramadan pertama juga bagi Al puasa, sementara kali kedua bagi El.Ketika ingin beranjak dari tempat tidur, tiba-tiba sepasang tangan telah mendekapnya erat. Senyuman kembali menghiasi wajah cantik Arini.“Kamu udah bangun?”Bran menganggukkan kepala di atas bahu kanan istrinya. “Waktu kamu cium bibirku tadi.”“Aku masak buat sahut dulu ya. Kamu tidur lagi aja, nanti aku bangunin kalau udah selesai
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-21
Baca selengkapnya
BAB 6: Goes to School
ElfarehzaDelapan tahun kemudianEl tampak berdiri di depan cermin memastikan pakaian telah terpasang dengan rapi sebelum berangkat ke sekolah. Rambut hitam tebal tersisir rapi dengan belah pinggir. Dasi berwarna abu-abu menggantung di bagian tengah bawah leher. Sebuah senyuman terbit di wajah setelah menyeka pinggir rambut yang lebih pendek.“Sarapan dulu, El.” Terdengar suara lembut sang Ibu memanggil dari luar kamar.“Ya, Mi. Sebentar lagi aku turun,” sahutnya bergegas mengambil tas ransel berwarna biru dongker dari meja belajar.Dengan ringan kaki panjang El melangkah menuruni anak tangga menuju lantai dasar kediaman keluarga Harun.Selama delapan tahun terakhir, Brandon beserta anak dan istri tinggal di kediaman keluarganya. Rumah yang tadi sepi menjadi ramai dengan kehadiran kedua cucu keluarga Harun dan juga Farzan.Ah, mengenai Farzan. Anak itu kini tumbuh menjadi pemuda yang tampan, tidak kalah dari Brandon sewaktu muda. Sekarang Farzan menempuh pendidikan S1 Teknik Mesin (Me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya
BAB 7: Diam-diam Diperhatikan
ElfarehzaNetra cokelat El melihat Arini dan Brandon bergantian ketika sedang duduk di meja makan. Bibirnya sedikit terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi kembali tertutup. Dia memilih menandaskan sarapan terlebih dahulu, sebelum berbicara dengan kedua orang tuanya.“Papi.” El bersuara ketika melihat Bran menyeka sudut bibir dengan serbet.“Kenapa, El?” Brandon mengalihkan pandangan kepada putranya.“Belikan motor dong, Pi. Masa aku ke sekolah dianterin supir terus?” desisnya takut.Bran mendesah pelan lantas meletakkan serbet di atas meja. Mata sayunya menatap lekat El.“Kamu masih belum cukup umur untuk dibelikan motor, El.”“Teman-temanku semua pakai kendaraan sendiri ke sekolah. Cuma aku aja yang masih dianterin supir. Belikan ya, Pi,” pinta El dengan sorot memelas.Brandon menggeleng tegas. “Papi udah bilang sebelumnya, ‘kan? Kamu dibelikan kendaraan setelah cukup umur.”“Tapi, Pi—”“Nggak ada tapi, El! Sekali Papi bilang A ya harus A, nggak bisa ditawar lagi! Mengerti?”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya
BAB 8: Diselimuti Dilema
Elfarehza“Woi, ngapain lo duduk di sini?” tegur Hariz sambil menepuk kedua pundak El.“Eh, lo Riz,” sahut El menoleh ke belakang.Hariz langsung duduk di samping El. Mereka berdua sekarang berada di area atap sekolah, salah satu tempat para favorit siswa menghabiskan waktu di luar jam pelajaran.Kebiasaan El hampir sama dengan kedua orang tuanya ketika masih bersekolah dulu. Memilih duduk di puncak tertinggi gedung saat tidak ada jam pelajaran. Tempat ini juga menjadi saksi kebersamaan Arini dan Brandon ketika masih menjalin persahabatan.“Ngapain bengong di sini, entar kesambet loh,” ledek Hariz.“Lagi kesal aja,” ujar El dengan kedua tangan memegang pinggir bangku besi di samping tubuh.“Kesal kenapa?”El menarik napas pelan, lantas mendongakkan kepala ke atas sehingga netra cokelatnya bisa melihat langit yang diselimuti awan kelabu.“Gue udah coba lagi minta dibelikan motor sama Bokap, tapi nggak berhasil,” ungkap El lesu.“Sabar, Bro. Berarti lo memang ditakdirkan ke sekolah dian
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-26
Baca selengkapnya
BAB 9: Tentang Perasaan
Elfarehza dan AlyssaEl termenung menunggu Al di depan gedung. Dia berharap bisa bertemu lagi dengan gadis yang mampu mencuri perhatiannya. Selama ini El tidak pernah dekat dengan siswi manapun, berbeda dengan Brandon dulu saat seusianya.“Lama banget sih, Dek,” keluh El begitu melihat Al keluar dari pintu gedung.“Tadi aku … ngobrol sama teman dulu,” sahut Al.Mereka berdua sekarang melangkah menuju gerbang. Mobil pasti sudah standby di sana.“Eh, sebentar,” tahan El menarik tangan adiknya.Kening Al berkerut bingung. “Ada yang ketinggalan?”Senyuman terbit di bibir El. “Jadi namanya Syifa ya?”Al memutar bola mata malas. “Aku udah jawab dari tadi, Bang. Namanya As-syifa Syauqiyyah, satu kelas sama aku.”“Kamu dekat nggak sama dia?”Gadis itu menyenggol lengan El sambil mengerling usil. “Abang suka ya sama dia? Aku bilangin Papi loh.”El panik seketika, lantas memegang tangan Al. “Jangan bilang Papi dong, Dek. Nggak seru nih kamu.”“Bercanda kok, Bang. Habis dari tadi kepo mulu. Tany
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-27
Baca selengkapnya
BAB 10: Membangun Kepercayaan
Arini dan BrandonArini duduk di ruang tamu menunggu Brandon pulang. Dia sudah rapi mengenakan dress panjang dengan lengan hingga siku. Rambut hitam panjang dibiarkan tergerai hingga pinggang. Iin selalu berpenampilan seperti itu ketika berada di dalam rumah, berbeda jauh ketika bepergian. Wanita itu ingin selalu tampak cantik di depan suaminya.“Cie … yang lagi nungguin Papi datang,” goda Al ketika berada di anak tangga paling bawah.Iin tersipu malu mendengar perkataan putrinya.“Kayak lagi nungguin pacar deh, Mi.” Al melangkah mendekati ibunya, lantas duduk di samping kanan Arini.Mata cokelat lebar Iin menyipit. “Kamu jangan-jangan sama kayak El ya? Lagi ada yang disukai?”“Ih, enggak lah ya. Ngeri kalau ketahuan Papi. Bisa ngamuk entar,” sahut Al bergidik.Iin tergelak pelan.“Mami nggak pernah bosan ya ketemu sama Papi terus? Sejak SMA selalu barengan loh,” tanya Al tanpa bisa menutupi rasa penasaran.“Hmmm … Gimana ya?” Arini pura-pura berpikir sambil menepuk dagu dengan ujung
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status