Share

BAB 4: Permintaan Mertua

Author: LeeNaGie
last update Last Updated: 2024-11-07 23:21:58

Arini dan Brandon

Ketika ingin menjawab pertanyaan Lisa, Sandy tiba-tiba muncul dari ruang keluarga. Dia duduk di samping istri tercinta, berhadapan dengan Brandon dan Arini.

“Papa mau bicara sesuatu dengan kalian,” cetusnya melihat Bran dan Iin bergantian.

Suami istri itu mengangguk serentak, lantas memilih fokus dengan apa yang dikatakan oleh Sandy.

“Dulu, niat Papa membangun rumah sebesar ini agar bisa berkumpul dengan anak dan cucu.” Sandy kembali melihat anak dan menantunya. “Rumah ini terlalu besar untuk kami tinggali berdua. Terasa sepi juga tidak ada canda dan tawa anak-anak. Apa kalian mau pindah ke sini?”

Rupanya Sandy mengutarakan hal yang sama dengan Lisa. Di usia yang tak lagi muda, kakek dan nenek itu merasa kesepian di sana, sehingga ingin menghabiskan hari tua bersama anak dan cucu.

Arini dan Bran kembali saling berpandangan.

“Aku akan diskusikan hal ini dulu dengan Iin, Pa. Tadi Mama juga udah bilang begitu,” tanggap Brandon.

Sandy dan Lisa sama-sama mengangguk paham. Tidak mudah memang meminta Bran kembali lagi ke rumah keluarga Harun, setelah apa yang terjadi belasan tahun lalu. Pria itu membawa kepingan hati yang hancur ketika tahu Sandy menikah lagi dengan perempuan lain. Hanya Arini yang selalu setia menemaninya kala itu.

“Cantik banget sih ponakan Auntie.” Terdengar suara Gadis dari sela pembatas ruang tamu dan ruang keluarga.

Gadis melangkah menuju sofa sambil menggendong Al.

“Al udah berat, Dis. Suruh jalan aja,” ujar Bran.

“Jadi panggilannya Al ya, Cantik? Auntie tadi bingung mau panggil kamu apa, karena panggil Lisa nggak enak. Nama nenek kamu soalnya,” celetuk Gadis kepada Al.

Arini dan Brandon memang sengaja memberikan nama yang mirip dengan Lisa, sebagai wujud kasih sayang mereka kepada wanita hebat itu. Seorang Ibu yang penuh kehangatan dan penyayang.

“Iya, An … Tante,” sahut Al tersenyum manis memperlihatkan lubang memanjang di kedua belah pipi.

“Ya ampun, Rin. Al punya lesung pipi kayak kamu loh. Cantik banget. Sayang Cliff nggak di sini.”

“Apa hubungannya dengan Cliff, Dis?” Brandon menatap sepupunya curiga.

“Ya kali aja mereka bisa dijodohkan. Boleh ‘kan ya, Om?” sahut Gadis mengerling ke arah Sandy.

“Secara agama dan hukum boleh,” kata Sandy disambut dengan senyum semringah Gadis.

“Tuh boleh, ‘kan,” cibir Gadis.

Meski sudah sama-sama dewasa, tidak ada yang berubah dengan mereka. Keduanya masih sering berdebat seperti dulu.

“Mereka masih kecil, Dis. Terlalu dini membahas hal ini,” protes Bran dengan wajah mengerucut.

Arini tertawa melihat paras suaminya. “Dia selalu sensi kalau bahas beginian, Kak. Waktu Al masih umur enam bulan aja udah kelihatan over protective-nya.

Gadis berdecak sambil geleng-geleng kepala. “Parah banget lo, Ngeng. Kasihan El dan Al dong kalau udah gede.”

“Mungkin efek Papinya dulu kali, Dis,” komentar Lisa tersenyum usil kepada Bran.

“Sayang, sebaiknya kita pulang sekarang. Suasana semakin nggak kondusif nih,” ajak Brandon melihat Arini, karena merasa dipojokkan.

“Nggak mau ah. Orang aku masih kangen sama Papa Mama kok diajak pulang?”

Bran mendesah pelan ketika strategi untuk melarikan diri tidak berhasil. Lisa, Sandy, Gadis dan Arini tertawa melihat sifat Brandon yang masih sama seperti dulu.

“Ngeng jangan lupa ajak Arini dan anak-anak ke Aussie ya? Ntar gue ajak main keliling Sydney dan Melbourne deh.”

Insya Allah ya, Dis. Ntar gue cari waktu yang tepat dulu, sekarang masih susah ke mana-mana karena lagi banyak proyek,” tutur Bran.

“Benar, Dis. Perusahaan sejak di-handle Bran semakin berkembang pesat. Belum lagi garment sekarang juga sedang naik.” Sandy angkat bicara.

Perusahaan The Harun’s Group memang sedang memasuki masa jaya saat ini, bahkan omset-nya jauh lebih besar dibandingkan dulu.

“Semua nggak lepas dari saran Iin, Pa. Dia yang sering kasih masukan untuk proyek,” desis Bran sambil menggenggam jemari istrinya.

“Kamu hebat, Rin. Sudah waktunya kembali ke perusahaan berarti.” Sandy mengalihkan paras ke arah menantunya.

Arini memberi senyuman kepada ayah mertuanya. Dia masih belum bisa memutuskan apakah kembali lagi ke perusahaan atau tidak. Dulu, Iin pernah bekerja di sana sebagai sekretaris Brandon saat mengelola anak perusahaan. Tepatnya sebelum hamil El.

“Nanti aku diskusikan dengan Bran ya, Pa.”

Mereka kembali berbincang membahas berbagai hal. Arini memanfaatkan momen pertemuan ini sebagai melepas rindu dengan Gadis, setelah lama tidak bersua.

***

Tiba di apartemen, Arini, Bran dan Farzan duduk di ruang tamu. Sementara Al dan El memilih bermain di sisi ruangan lainnya.

“Farzan.” Arini menatap lekat adik iparnya. “Tadi Mommy minta kakak carikan rumah untuknya setelah keluar nanti.”

Bran memilih diam dan membiarkan Iin berbicara dengan Farzan, karena sejak dulu anak itu selalu mendengarkan apa yang dikatakan Arini.

“Setelah mempertimbangan berbagai hal, kayaknya Kakak akan cari tempat tinggal di luar daerah Jakarta. Yogyakarta atau Bali misalnya. Kamu keberatan nggak?” sambung Arini lagi.

Kepala Farzan menggeleng pelan. “Aku serahkan sama Kakak dan Mas aja. Kalau Mommy tinggal di dekat sini, khawatir nanti susahin Papa,” tanggap Farzan dengan sikap dewasanya.

Dia tahu apa yang akan terjadi jika Ayu tinggal berdekatan dengan Sandy. Farzan tidak ingin Lisa terluka lagi dengan kehadiran ibu kandungnya itu.

“Kalau kamu ingin bertemu Mommy, nanti bisa terbang ke sana, Dek,” usul Iin.

“Aku nggak mau ketemu Mommy lagi, Kak. Keluargaku ada di sini. Kakak, Mas Brandon, Papa, Mama, El dan Al. Kalian semua udah cukup bagiku,” papar Farzan tersenyum lembut.

Arini tersenyum kecut, karena tidak sepenuhnya setuju dengan perkataan Farzan. Untuk saat ini, dia memilih diam dulu sambil terus menasihati Farzan pelan-pelan. Setelah berdiskusi, mereka kembali ke kamar masing-masing.

Brandon mengamati Arini sedang berganti pakaian. Pandangannya tidak lepas dari tubuh istrinya yang masih terlihat sama meski telah memberi dua orang anak. Tidak ada yang berubah dari wanita itu.

“Kamu kenapa sih lihatin aku kayak gitu?” risik Iin.

Pria itu tersenyum nakal, lantas menarik tangan Iin sehingga terjatuh di lengan kekarnya.

“Aku pengin aja lihat kamu begini. Rasanya kembali saat awal-awal kita bersama,” bisik Bran sembari memberi kecupan kecil di pinggir leher istrinya.

“Bran, aku belum mandi loh ini,” protes Iin menahan geli.

“Nanti aja. Aku mau begini dulu.” Bran masih melanjutkan aksinya. “Nyesel deh waktu itu sebut kamu kutilangdara.”

“Rasain kemakan omongan sendiri,” ledek Arini di sela napas yang mulai tidak teratur.

“Kamu juga, Sayang. Kita berdua sama-sama kemakan omongan sendiri.”

Arini tertawa pelan, lantas kembali menikmati perlakuan suaminya.

“Eh, kamu nggak mau begituan sekarang, ‘kan?” desah Arini.

“Aku mau. Gimana dong?”

“Masih sore, Sayang. Kalau anak-anak masuk gimana?”

“Pintu dikunci, In.”

“Maksud aku, kalau anak-anak pengin ketemu gimana?”

Bran menghentikan aksinya sambil mengembuskan napas berat. Dia seperti masih belum puas bermesraan dengan sang Istri.

“Ya udah, ntar malam ya?” goda Bran tersenyum nakal.

Arini tersenyum sambil berdecak, lantas mengambil pakaian sebelum menghilang di balik pintu kamar mandi. Banyak hal yang harus mereka bahas malam ini, mulai dari Ayu yang sebentar lagi akan keluar dari penjara hingga permintaan kedua orang tua Bran tadi.

“Kamu mau mandi sekarang atau nanti, Sayang?” tanya Iin setelah kembali dari kamar mandi.

“Ntar aja deh. Kita diskusi yang tadi dulu,” jawab Bran sambil meraih tangan istrinya.

Arini duduk di pinggir tempat tidur, tepat di samping Bran.

“Kamu mau kembali lagi ke perusahaan?” Bran memandangi wajah polos Arini lekat.

Meski tanpa menggunakan make up kecantikannya masih terpancar.

“Aku khawatir nggak bisa handle perusahaan dengan benar, Bran,” cetus Iin.

“Nggak bisa gimana? Usaha katering kamu berkembang pesat loh.”

“Beda bidang, Sayang.” Arini menangkupkan kedua daun tangan di pipi. “Tapi, kalau kamu butuh aku untuk mendampingi. Apa boleh buat. Apapun akan kulakukan demi kamu.”

Senyuman terbit di wajah Bran.

“Tapi dengan satu syarat,” lanjut Arini.

Raut paras Bran berganti bingung sekarang. “Syarat apa?”

“Aku mau kerja di perusahaan, jika kamu setuju pindah ke Menteng Dalam.”

Bersambung....

Related chapters

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 5: Belajar Puasa

    Arini dan BrandonDua bulan kemudianSepasang mata cokelat lebar mulai mengerjap. Tangan terangkat ke atas seiringan dengan kaki yang meregang menghalau pegal karena posisi tidur yang kurang pas. Senyuman terbit di wajah ketika melihat sang Suami masih tertidur pulas di samping.“Gaya tidurnya dari dulu nggak pernah berubah,” gumam Arini dengan wajah masih dihiasi senyuman.Sebuah kecupan diberikan di bibir Bran. Sesaat kemudian, Iin meraih ponsel dari atas nakas melihat jam.“Udah waktunya masak,” desisnya ketika melihat waktu menunjukkan pukul 03.00.Hari ini adalah hari pertama berpuasa. Ramadan pertama juga bagi Al puasa, sementara kali kedua bagi El.Ketika ingin beranjak dari tempat tidur, tiba-tiba sepasang tangan telah mendekapnya erat. Senyuman kembali menghiasi wajah cantik Arini.“Kamu udah bangun?”Bran menganggukkan kepala di atas bahu kanan istrinya. “Waktu kamu cium bibirku tadi.”“Aku masak buat sahut dulu ya. Kamu tidur lagi aja, nanti aku bangunin kalau udah selesai

    Last Updated : 2024-11-21
  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 6: Goes to School

    ElfarehzaDelapan tahun kemudianEl tampak berdiri di depan cermin memastikan pakaian telah terpasang dengan rapi sebelum berangkat ke sekolah. Rambut hitam tebal tersisir rapi dengan belah pinggir. Dasi berwarna abu-abu menggantung di bagian tengah bawah leher. Sebuah senyuman terbit di wajah setelah menyeka pinggir rambut yang lebih pendek.“Sarapan dulu, El.” Terdengar suara lembut sang Ibu memanggil dari luar kamar.“Ya, Mi. Sebentar lagi aku turun,” sahutnya bergegas mengambil tas ransel berwarna biru dongker dari meja belajar.Dengan ringan kaki panjang El melangkah menuruni anak tangga menuju lantai dasar kediaman keluarga Harun.Selama delapan tahun terakhir, Brandon beserta anak dan istri tinggal di kediaman keluarganya. Rumah yang tadi sepi menjadi ramai dengan kehadiran kedua cucu keluarga Harun dan juga Farzan.Ah, mengenai Farzan. Anak itu kini tumbuh menjadi pemuda yang tampan, tidak kalah dari Brandon sewaktu muda. Sekarang Farzan menempuh pendidikan S1 Teknik Mesin (Me

    Last Updated : 2024-11-24
  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 7: Diam-diam Diperhatikan

    ElfarehzaNetra cokelat El melihat Arini dan Brandon bergantian ketika sedang duduk di meja makan. Bibirnya sedikit terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi kembali tertutup. Dia memilih menandaskan sarapan terlebih dahulu, sebelum berbicara dengan kedua orang tuanya.“Papi.” El bersuara ketika melihat Bran menyeka sudut bibir dengan serbet.“Kenapa, El?” Brandon mengalihkan pandangan kepada putranya.“Belikan motor dong, Pi. Masa aku ke sekolah dianterin supir terus?” desisnya takut.Bran mendesah pelan lantas meletakkan serbet di atas meja. Mata sayunya menatap lekat El.“Kamu masih belum cukup umur untuk dibelikan motor, El.”“Teman-temanku semua pakai kendaraan sendiri ke sekolah. Cuma aku aja yang masih dianterin supir. Belikan ya, Pi,” pinta El dengan sorot memelas.Brandon menggeleng tegas. “Papi udah bilang sebelumnya, ‘kan? Kamu dibelikan kendaraan setelah cukup umur.”“Tapi, Pi—”“Nggak ada tapi, El! Sekali Papi bilang A ya harus A, nggak bisa ditawar lagi! Mengerti?”

    Last Updated : 2024-11-25
  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 8: Diselimuti Dilema

    Elfarehza“Woi, ngapain lo duduk di sini?” tegur Hariz sambil menepuk kedua pundak El.“Eh, lo Riz,” sahut El menoleh ke belakang.Hariz langsung duduk di samping El. Mereka berdua sekarang berada di area atap sekolah, salah satu tempat para favorit siswa menghabiskan waktu di luar jam pelajaran.Kebiasaan El hampir sama dengan kedua orang tuanya ketika masih bersekolah dulu. Memilih duduk di puncak tertinggi gedung saat tidak ada jam pelajaran. Tempat ini juga menjadi saksi kebersamaan Arini dan Brandon ketika masih menjalin persahabatan.“Ngapain bengong di sini, entar kesambet loh,” ledek Hariz.“Lagi kesal aja,” ujar El dengan kedua tangan memegang pinggir bangku besi di samping tubuh.“Kesal kenapa?”El menarik napas pelan, lantas mendongakkan kepala ke atas sehingga netra cokelatnya bisa melihat langit yang diselimuti awan kelabu.“Gue udah coba lagi minta dibelikan motor sama Bokap, tapi nggak berhasil,” ungkap El lesu.“Sabar, Bro. Berarti lo memang ditakdirkan ke sekolah dian

    Last Updated : 2024-11-26
  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 9: Tentang Perasaan

    Elfarehza dan AlyssaEl termenung menunggu Al di depan gedung. Dia berharap bisa bertemu lagi dengan gadis yang mampu mencuri perhatiannya. Selama ini El tidak pernah dekat dengan siswi manapun, berbeda dengan Brandon dulu saat seusianya.“Lama banget sih, Dek,” keluh El begitu melihat Al keluar dari pintu gedung.“Tadi aku … ngobrol sama teman dulu,” sahut Al.Mereka berdua sekarang melangkah menuju gerbang. Mobil pasti sudah standby di sana.“Eh, sebentar,” tahan El menarik tangan adiknya.Kening Al berkerut bingung. “Ada yang ketinggalan?”Senyuman terbit di bibir El. “Jadi namanya Syifa ya?”Al memutar bola mata malas. “Aku udah jawab dari tadi, Bang. Namanya As-syifa Syauqiyyah, satu kelas sama aku.”“Kamu dekat nggak sama dia?”Gadis itu menyenggol lengan El sambil mengerling usil. “Abang suka ya sama dia? Aku bilangin Papi loh.”El panik seketika, lantas memegang tangan Al. “Jangan bilang Papi dong, Dek. Nggak seru nih kamu.”“Bercanda kok, Bang. Habis dari tadi kepo mulu. Tany

    Last Updated : 2024-11-27
  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 10: Membangun Kepercayaan

    Arini dan BrandonArini duduk di ruang tamu menunggu Brandon pulang. Dia sudah rapi mengenakan dress panjang dengan lengan hingga siku. Rambut hitam panjang dibiarkan tergerai hingga pinggang. Iin selalu berpenampilan seperti itu ketika berada di dalam rumah, berbeda jauh ketika bepergian. Wanita itu ingin selalu tampak cantik di depan suaminya.“Cie … yang lagi nungguin Papi datang,” goda Al ketika berada di anak tangga paling bawah.Iin tersipu malu mendengar perkataan putrinya.“Kayak lagi nungguin pacar deh, Mi.” Al melangkah mendekati ibunya, lantas duduk di samping kanan Arini.Mata cokelat lebar Iin menyipit. “Kamu jangan-jangan sama kayak El ya? Lagi ada yang disukai?”“Ih, enggak lah ya. Ngeri kalau ketahuan Papi. Bisa ngamuk entar,” sahut Al bergidik.Iin tergelak pelan.“Mami nggak pernah bosan ya ketemu sama Papi terus? Sejak SMA selalu barengan loh,” tanya Al tanpa bisa menutupi rasa penasaran.“Hmmm … Gimana ya?” Arini pura-pura berpikir sambil menepuk dagu dengan ujung

    Last Updated : 2024-11-28
  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 11: Keterpaksaan

    El dan AlEl mondar-mandir di depan kamar kedua orang tuanya sebelum sarapan. Dia ingin bertanya, apakah Arini sudah berbicara dengan Brandon tentang motor atau belum. Sejak tadi malam, rasa penasaran terus melanda.Tak lama kemudian, Arini muncul ketika pintu kamar terbuka. Wanita itu telah rapi mengenakan gaun rumah yang biasa membalut tubuhnya sehari-hari.“Wah, Abang udah rapi nih,” sapa Arini tersenyum lembut.Anak itu menarik tangan ibunya menjauh dari kamar.“Mami udah ngomong sama Papi?” tanya El tak sabaran.Arini menggeleng pelan. “Mami belum ngomong masalah motor, Sayang. Tadi malam hanya ngobrol tentang kamu dan Al aja. Pelan-pelan dulu ya?”Tampak raut kecewa di wajah El mendengar jawaban Arini.“Kamu nggak boleh gitu, Prince. Mami masih berusaha ngomong sama Papi, tapi pelan-pelan.” Iin mengusap lengan El. “Sabar ya.”“El udah sabar, Mi. Mintanya dari enam bulan lalu, ‘kan?”“Berarti kamu harus ekstra sabar lagi. Berlatih lebih sabar ya, Sayang,” tutur Arini sembari meng

    Last Updated : 2024-12-01
  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 12: Forgetness

    Arini dan BrandonArini meregangkan tangan ke atas setelah mempelajari beberapa proposal kerja sama proyek pembangunan resort. Dia mengurut pundak yang terasa pegal. Hari ini banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Pagi hari ada tiga meeting, setelah istirahat makan siang disambut dengan beberapa dokumen proyek dan proposal yang harus dipelajari.Tilikan mata cokelat lebarnya beralih ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 15.00. Sesaat kemudian Iin teringat dengan janji yang telah diucapkan kepada El dan Al untuk membuatkan masakan kesukaan mereka.“Astaghfirullah, kayaknya nggak bisa pulang cepat,” gumamnya pada diri sendiri.Wanita berparas cantik itu segera meraih tas dan mengambil ponsel dari sana.“Lho kok ponselnya nggak ada?” desis Iin panik.Dia mencari di dalam laci, tetap tidak menemukan ponselnya. Di atas meja juga tidak ada.“Apa gue nggak bawa dari pagi ya?” desahnya pelan.Tangannya kemudian beranjak mengambil gagang telepon kantor di sisi kanan meja kerja. Baru sa

    Last Updated : 2024-12-02

Latest chapter

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 25: Selalu Mencintaimu Selamanya

    Brandon dan AriniBrandon menyandarkan punggung di kursi mobil sambil sesekali mengurut pelipis. Akhir minggu dia harus pergi lagi ke Poris memastikan persiapan ulang tahun pernikahannya sudah mencapai 100%, sekaligus mengurus beberapa dokumen rumah singgah. Pria itu memberikan alasan ingin melihat-lihat rumah yang akan mereka tinggali nanti. Bersyukur Arini tidak pergi hari ini, katanya ingin istirahat di rumah dulu.Nggak sabar pengin tahu reaksi Iin nanti, bisik Brandon dalam hati sembari tersenyum.Rumah singgah itu didirikan sebagai pembuktian cintanya kepada Arini. Dia hanya ingin melihat sang Istri bisa berbahagia dikelilingi anak-anak, meski tidak lahir dari rahimnya.Perlahan mobil memasuki pekarangan rumah keluarga Harun. Tak lama kemudian, Bran melangkah memasuki rumah setelah turun dari kendaraan.“Gimana, Sayang?” tanya Arini begitu Brandon berada di ruang keluarga.Di sana ada Alyssa. Gadis itu duduk di samping Arini sembari menonton.“Masih lihat-lihat sih, In. Belum ne

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 24: Pemikiran yang Dewasa

    ElfarehzaEl bersandar lesu di dinding kamar. Sulit untuk bersikap seperti tidak terjadi apa-apa di hadapan Bran. Ingin sekali menanyakan langsung kepada pria itu, tapi diurungkan. Khawatir jika Arini mendengarkan pembicaraan mereka. Apalagi dia berpikir ayahnya tidak akan mau mengatakan yang sejujurnya.Pemuda itu memukul dinding dilapisi wallpaper bermotif kotak campuran warna putih dan abu-abu. Hanya itu satu-satunya cara agar El bisa melepaskan kekesalan yang terasa. Pandangannya beralih ke arah ponsel yang tergeletak di atas kasur. Saat ini ia butuh seseorang untuk berbicara, selain Al.El membuka aplikasi whatsapp dan mencari nama orang yang bisa diajak berbicara. Pencarian berakhir ketika menemukan nama Syifa di daftar kontak. Barangkali gadis itu bisa mendengarkan keluh kesahnya. Hanya dia yang bisa dipercaya. Tidak mungkin bercerita kepada Hariz, karena hari libur sering jalan-jalan dengan keluarganya.Me: Assalamualaikum. Kamu lagi sibuk nggak, Syifa?Pesan berhasil dikirim

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 23: Jalan Pulang Seharusnya

    AriniSetelah salat Subuh, Arini pergi ke kamar El. Seperti janji dengan Brandon, ia akan mencoba bicara dengan kedua buah hatinya. Wanita itu penasaran hal apa yang membuat mereka berubah menjadi dingin kepada Brandon?“El?” panggilnya dari luar kamar setelah mengetuk pintu.“Ya, Mi?” sahut El dari dalam kamar.Tak lama kemudian pintu kamar terbuka. Senyum hangat tergambar dari wajah tampan Elfarehza.“Mami pagi ini cantik banget,” puji El memandangi ibunya.Arini berdecak lalu menyipitkan mata. “Kamu persis kayak Papi. Pintar banget ngerayu Mami.”Tarikan lebar bibir El berangsur menyusut. Dia melangkah lesu ke dalam kamar, lalu duduk di pinggir tempat tidur.Iin juga masuk ke kamar dan duduk di samping putranya. Dia mengusap lembut puncak kepala El sembari menatapnya lekat.“Kamu masih marah ya sama Papi?”Pemuda itu menundukkan kepala dengan pandangan tertuju ke lantai keramik berwarna putih gading.“Nggak boleh gitu, Sayang. Papi larang pakai motor ‘kan demi kebaikan kamu. Papi j

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 22: Mencari Tahu Kebenaran

    ElfahrezaDesahan pelan keluar dari sela bibir El saat duduk di bangku atap gedung sekolah. Mata cokelatnya menatap nanar langit kota Jakarta Pusat yang cukup cerah menjelang siang. Warna biru langit hanya ditutupi sedikit awan putih.Dia tidak habis pikir dengan apa yang telah dilakukan Brandon. Jika terbukti pria itu mengkhianati Arini, El tidak akan pernah memaafkannya.Pandangan pemuda itu beralih ke samping belakang ketika mendengar pintu terbuka. Tampak seorang siswi berkerudung nan imut dan berparas cantik memasuki area atap.“Maaf, Kak. Aku pikir tadi nggak ada orang,” ucap gadis itu.Senyuman mengambang di wajah tampan El. “Nggak pa-pa. Kalau mau duduk di sini silakan, Syifa. Sekalian ngobrol.”Syifa berdiri di sela pintu. Tampak ragu di irasnya.El mengerling ke arah bangku satu lagi agar bisa ditempati Syifa.Gadis itu masih bergeming dengan tilikan mata tidak beranjak dari El. Ada yang tidak biasa di paras pemuda itu. Dia bisa menangkap raut kalut di wajahnya. Setelah mena

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 21: Pikiran Kosong

    Arini dan BrandonBrandon masih memikirkan perubahan sikap kedua buah hatinya tadi sore. Dia tahu El dan Al awalnya duduk bersama Arini di ruang tamu, tapi segera pergi setelah dirinya tiba. Pria itu bisa memahami jika El bersikap seperti itu, tapi kenapa Alyssa juga ikut-ikutan? Biasanya gadis itu lebih manja dengan Bran dibandingkan Iin.Saat makan malam mereka juga tidak banyak berbicara. Pertanyaan Brandon hanya ditanggapi dengan gumaman dan anggukan kepala dari keduanya. Hal ini membuat Bran tidak bisa menahan diri lagi untuk bertanya kepada istrinya.“In,” panggil Brandon saat melihat Arini mengenakan perawatan kulit khusus malam hari.Arini menoleh ke arahnya dengan tatapan bingung, lalu meletakkan botol krim malam yang dipegang. “Kenapa, Sayang?”Brandon berdiri, lantas melangkah mendekati Arini yang duduk di meja rias. Dia memeluk istrinya dari belakang.“Gimana anak-anak hari ini?” tanya Bran sambil mengusap lengan Arini.“Baik. Cuma kayaknya sedih aja sih karena harus pinda

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 20: Mewujudkan Impian Arini

    BrandonBeberapa jam yang laluMata sayu Bran beralih melihat ke arah jam dinding yang ada di ruang kerja. Dia mengambil beberapa berkas, lalu memasukkannya ke dalam tas. Sebelum melangkah ke luar ruangan, pria itu menerima sebuah pesan dari seseorang melalui aplikasi whatsapp.Dia tersenyum melihat foto yang tampil di layar ponsel. Di foto itu tampak sepuluh anak-anak dengan usia sekitar tiga hingga sepuluh tahun berdiri dengan rapi. Ada juga lima orang mendampingi, dua orang berusia paruh baya sementara tiga lagi masih muda. Beberapa di antara mereka sedang menggendong bayi berusia lima bulan hingga satu tahun.“Nggak sabar menunggu saatnya tiba,” gumam Bran melangkah menuju pintu.Tiba di luar ruangan, dia melihat Pak Habib telah standby dengan sebuah tablet pipih di tangan.“Berangkat sekarang, Pak,” ujar Brandon memberi kode agar Pak Habib ikut dengannya.Pria berusia enam puluh tahunan itu berjalan di belakang bosnya dengan tenang. Hari ini keduanya berencana memantau proyek yan

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 19: Mendadak Manja

    AriniSenyuman mengambang di wajah cantik milik Iin saat melihat El dan Al duduk di ruang tamu. Kedua remaja itu langsung berlari menghampirinya. Tanpa basa-basi mereka memeluk erat sang Ibu.Seperti biasa Arini memberi kecupan di kening keduanya bergantian.“Tumben tungguin Mami pulang di sini?” tanya Arini bingung.“Kangen sama Mami,” jawab Al bergelayut manja di lengan Iin.“Sama, kangen pelukan Mami,” imbuh El tak kalah manja.Arini duduk di sofa melepas penat setelah bekerja seharian di kantor.Tahu Ibunya kelelahan, El dan Al langsung memberi pijatan di pundak hingga lengan Iin tanpa diberi komando. Wanita berusia pertengahan empat puluh itu kembali mengulas senyum lembut keibuan. Dia mengamati kedua buah hatinya lekat satu per satu.“Papi kok nggak pulang sama Mami?” selidik Al setelah hening beberapa menit.“Papi lagi ke luar kota dari tadi pagi. Ngecek proyek di Tangerang,” sahut Iin menyandarkan punggung di sofa sembari menikmati pijatan yang diberikan El dan Al.“Emang lagi

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 18: Prasangka

    ElfarehzaAlyssa tersenyum lembut sambil menepuk pelan pundak kakaknya. Dia tahu saat ini El masih kesal, karena Brandon kembali menjual motor yang dibelikan oleh Sandy sepuluh hari yang lalu. Apalagi dalam minggu depan mereka akan pindah rumah. Arini terpaksa menyetujui keinginan Bran untuk tinggal terpisah dari kedua orang tuanya.“Mau sampai kapan Abang diemin Papi?” tanya Al ketika mereka sedang dalam perjalanan menuju sekolah.Pemuda itu mengangkat bahu sambil mendesah pelan.“Udah dua hari loh, Bang. Lebih dari tiga hari udah dosa, apalagi sama orang tua sendiri,” tanggap Al berusaha menasihati kakaknya.“Kamu nggak ngerti sih perasaan Abang sekarang.”“Siapa bilang nggak ngerti? Aku tahu kok, ‘kan ikut menikmati juga kalau Abang punya motor.”El menatap malas adiknya, kemudian melengos ke sisi kiri jalan.“Aku ketemu sama Tante Moza waktu ke mall hari Minggu kemarin,” ungkap Al membuat El kembali melihat ke arahnya.“Oya? Kok nggak cerita sih?” protes El menyipitkan mata. “Udah

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 17: Gelas Retak

    Arini dan BrandonSesosok tubuh tampak menggeliat di balik selimut. Dia meregangkan tangan ke atas sambil sesekali menguap. Perjalanan panjang dari ujung timur Indonesia menuju Jakarta membuat tubuh terasa pegal.“Good morning, My Angel,” sapa Bran ketika merasakan gerakan tempat tidur.Dia beringsut mendekat istrinya, lantas memberi pelukan erat.“Kamu udah bangun?” gumam Iin dengan suara serak khas bangun tidur.“Baru aja bangun. Kalau masih capek tidur lagi aja.”Arini mengalihkan pandangan ke sisi kanan dinding kamar. “Udah jam 04.00, Sayang. Sebentar lagi subuh.”“30 menit lagi, In. Kamu masih bisa tidur.”Iin memutar balik tubuh, lalu memeluk suaminya erat. Dia menenggelamkan kepala di dada bidang Bran yang terbungkus baju kaus putih polos. Penggalan kejadian memalukan ketika berada di daerah Misool kembali berputar di pikiran.Hingga detik ini, Arini belum menceritakannya kepada Brandon. Dia memilih untuk merahasiakan hal ini, karena tidak ingin membuat pria itu khawatir.“Udah

DMCA.com Protection Status