Share

BAB 6: Goes to School

Penulis: LeeNaGie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-24 12:35:26

Elfarehza

Delapan tahun kemudian

El tampak berdiri di depan cermin memastikan pakaian telah terpasang dengan rapi sebelum berangkat ke sekolah. Rambut hitam tebal tersisir rapi dengan belah pinggir. Dasi berwarna abu-abu menggantung di bagian tengah bawah leher. Sebuah senyuman terbit di wajah setelah menyeka pinggir rambut yang lebih pendek.

“Sarapan dulu, El.” Terdengar suara lembut sang Ibu memanggil dari luar kamar.

“Ya, Mi. Sebentar lagi aku turun,” sahutnya bergegas mengambil tas ransel berwarna biru dongker dari meja belajar.

Dengan ringan kaki panjang El melangkah menuruni anak tangga menuju lantai dasar kediaman keluarga Harun.

Selama delapan tahun terakhir, Brandon beserta anak dan istri tinggal di kediaman keluarganya. Rumah yang tadi sepi menjadi ramai dengan kehadiran kedua cucu keluarga Harun dan juga Farzan.

Ah, mengenai Farzan. Anak itu kini tumbuh menjadi pemuda yang tampan, tidak kalah dari Brandon sewaktu muda. Sekarang Farzan menempuh pendidikan S1 Teknik Mesin (Mechanical Engineering) di ETH Zürich, Swiss.

El mengedarkan pandangan begitu tiba di ruang makan. Semua telah berkumpul di sana. Arini dan Brandon tampak rapi mengenakan pakaian formal, karena setelah sarapan segera berangkat ke kantor. Sandy dan Lisa juga tak kalah necis dibanding kedua anak dan menantu mereka.

“Abang lama banget sih. Bisa telat loh kita nanti,” celetuk Al tersungut.

Alyssa terlihat begitu cantik dengan balutan seragam SMA khusus muslimah. Kerudung segitiga menghiasi kepala, menutupi rambut hitam panjang dan tebal miliknya. Gadis itu tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik, perpaduan wajah Iin dan Bran.

“Iya maaf, Dek. Tadi Abang sakit perut,” balas El nyengir kuda.

“Buruan sarapan, biar nggak telat,” suruh Arini mengerling ke arah nasi goreng yang telah dibuatnya tadi pagi.

El dan Al segera menyantap hidangan yang telah tersedia. Setelah menandaskan satu porsi nasi goreng dan segelas susu, mereka segera berpamitan kepada Kakek Nenek dan kedua orang tua mereka.

“Jaga adik baik-baik ya, El,” ujar Bran sebelum El melangkah menuju pintu rumah.

“Iya, Pi. Aman,” tanggapnya menaikkan tangan kanan ke atas sekilas.

“Jangan lupa salat,” imbuh Iin.

“Siap, Mi,” sahut El dan Al serentak.

“Ingat, jangan pacaran dan hati-hati memilih teman,” cetus Brandon melihat putra dan putrinya bergantian.

El dan Al saling berpandangan, lantas mengangguk lesu.

“Papi nggak ingin kalian salah pergaulan. Mengerti?!” tegas Brandon.

“Mengerti, Pi,” jawab El dan Al.

Keduanya kemudian bersalaman dengan Arini dan Brandon bergantian. Setelahnya berpamitan ke sekolah.

Seperti biasa, El dan Al ke sekolah diantarkan supir. Bran tidak mau membelikan kendaraan untuk El dengan alasan belum memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi).

“Bang,” panggil Al setelah berada di dalam mobil.

“Kenapa, Dek?” El memalingkan paras melihat Al.

“Papi parnoan banget ya kalau kita pacaran?”

El mengangguk lesu. “Padahal kalau pacaran nggak bakal macam-macam juga.”

Al manggut-manggut setuju. “Tiap hari pasti ingetin terus nggak boleh pacaran, jangan berteman dengan sembarang orang. Pokoknya yang gitu-gitu deh.”

Pemuda itu melihat ke arah jalan raya yang masih lengang. “Padahal dengar cerita dari Tante Moza, dulu Papi gebetannya banyak.”

Alyssa cekikikan saat kembali mengangguk. Dia teringat bagaimana antusiasnya Moza, mantan pacar Bran, bercerita tentang masa lalu Brandon.

“Heran deh, kenapa Mami mau sama Papi. Padahal udah tahu kelakuan Papi kayak gitu,” risik Al bergidik.

“Hush, kamu nggak boleh ngomong gitu. Kalau mereka nggak nikah, kita nggak bakalan lahir loh,” balas El menyentil pinggir kepala Al.

“Bener juga ya.” Al menyengir sambil garuk-garuk kepala yang dilapisi jilbab.

“Tapi mereka jadi legenda di sekolah loh, Bang. Katanya dulu kayak anak kembar saking dekatnya,” sambung Al kembali memalingkan paras kepada El.

El dan Al bersekolah di SMA yang sama dengan Bran dan Iin menimba ilmu dulu. Anak-anak itu sering mendengar cerita tentang kedua orang tua mereka dari guru senior dan penjaga yang bekerja di sana semenjak Brandon dan Arini sekolah.

“Ya, apalagi Papi leader klub basket juga.”

“Abang nggak mau masuk klub basket kayak Papi?” tanya Alyssa.

El menggelengkan kepala cepat. “Malas. Nggak terlalu suka olahraga.”

“Aku juga.” Al mengangkat tangan ke atas lantas ‘tos’ dengan El.

Keduanya tertawa bersama mengingat tidak ada satu pun minat dari Brandon dan Arini yang menurun kepada mereka.

Tak lama kemudian, mobil berhenti tepat di depan gerbang. El dan Al melangkah memasuki pekarangan gedung sekolah yang tidak terlalu berbeda dengan dulu. Hanya warna cat bangunan dan penambahan sebuah hall di samping gedung sekolah yang berubah.

“Abang naik ke atas dulu ya, Dek. Nanti pulang tunggu di depan gedung aja kayak biasa,” kata El sebelum menaiki anak tangga ketika tiba di lantai dua.

“Oke, Bang,” sahut Al melambaikan tangan.

Baru menginjak anak tangga kedua, seseorang menepuk pundak El.

“Masih dianterin supir aja nih anak Brandon Harun,” ujar teman satu kelas El setengah meledek.

El hanya tersenyum samar menanggapi perkataan siswa itu.

“Kenapa nggak minta dibelikan kendaraan aja sih?” tambahnya.

Elfarehza menatap malas temannya itu. “SIM gue belum ada, Riz. Nggak dibolehin Bokap.”

Hariz tertawa geli. “Gue juga belum punya SIM kali, El. Aman-aman aja tuh, asalkan kita lihat rambu-rambu. Kalau ketilang ya tinggal kasih duit aja buat denda. Beres!”

Mereka berdua memasuki kelas, lantas duduk di meja masing-masing.

El termenung duduk di kursinya. Dulu dia pernah minta dibelikan sepeda motor agar bisa berangkat ke sekolah sendiri, tapi Brandon tidak mau. Katanya masih terlalu dini untuk El berkendara ke sekolah seorang diri.

Apa coba minta lagi ya? Sekarang ‘kan ada alasan, karena bisa sekalian berangkat dan pulang dengan Al, bisiknya dalam hati.

***

Alyssa

Al bergegas menuju musala yang ada di lantai tiga untuk menunaikan ibadah salat Zuhur. Bersyukur ketika tiba di sana, salat jamaah baru saja dimulai. Hanya ada lima orang siswi yang ada di musala. Seperti pesan Arini, Al tidak boleh melewatkan satupun salat wajib.

Selesai melakukan salat Zuhur, Al duduk di kursi panjang yang berada di luar musala sembari memasangkan sepatu. Pandangannya menyapu lantai tiga, tempat kelas sebelas berada. El tidak terlihat di sana. Tilikan mata hitam Al berhenti ketika melihat empat orang perempuan berparas cantik sedang tertawa.

Mereka adalah geng Jelita. Empat orang siswi populer dengan penampilan modis. Seragam ketat dengan rok di atas lutut. Semua siswa di sekolah tersebut tahu siapa mereka.

Al melihat diri sendiri, lantas mendesah pelan. Sebuah senyum samar tergambar di paras cantiknya ketika menyadari perbedaan mencolok pada penampilan mereka. Kepalanya menggeleng pelan.

Begitu sepatu terpasang, Al beranjak dari musala menuju tangga.

“Hei!” Terdengar seseorang memanggil.

Alyssa tidak menghiraukan panggilan tersebut dan meneruskan langkah menuruni anak tangga.

“Kamu yang pakai kerudung,” panggil orang itu lagi.

Al masih tidak menggubrisnya.

Terdengar suara kaki seperti berlari. Dalam hitungan detik seorang siswa berpenampilan rapi dengan rambut yang masih lembab, bekas terkena air wudu berdiri di depannya.

“Maaf. Ini punya kamu, ‘kan?” tanya pemuda itu menyodorkan tas kecil berbahan parasut warna putih kepada Al.

“Eh?” Al terkejut, lantas melihat ke arah benda yang ada di tangan siswa tersebut. Dia melihat tangannya yang kosong.

“Astaga! Bener, ini mukenaku. Thanks,” ucap Al tersenyum singkat kemudian mengambil tas kecil berisi mukena miliknya.

“Sama-sama. Tadi ketinggalan di kursi,” jelas pria itu.

“Sekali lagi, makasih,” pungkas Al sebelum meninggalkan siswa berkulit sawo matang itu.

Langkah Al kembali berlanjut menuju kelasnya di lantai dua. Dari kejauhan, dia kembali melihat geng Jelita yang menurutnya sangat cantik dan populer. Keinginan untuk dekat dengan mereka terbesit di pikiran gadis itu.

Bisa nggak ya deket sama mereka?

Bersambung....

Bab terkait

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 7: Diam-diam Diperhatikan

    ElfarehzaNetra cokelat El melihat Arini dan Brandon bergantian ketika sedang duduk di meja makan. Bibirnya sedikit terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi kembali tertutup. Dia memilih menandaskan sarapan terlebih dahulu, sebelum berbicara dengan kedua orang tuanya.“Papi.” El bersuara ketika melihat Bran menyeka sudut bibir dengan serbet.“Kenapa, El?” Brandon mengalihkan pandangan kepada putranya.“Belikan motor dong, Pi. Masa aku ke sekolah dianterin supir terus?” desisnya takut.Bran mendesah pelan lantas meletakkan serbet di atas meja. Mata sayunya menatap lekat El.“Kamu masih belum cukup umur untuk dibelikan motor, El.”“Teman-temanku semua pakai kendaraan sendiri ke sekolah. Cuma aku aja yang masih dianterin supir. Belikan ya, Pi,” pinta El dengan sorot memelas.Brandon menggeleng tegas. “Papi udah bilang sebelumnya, ‘kan? Kamu dibelikan kendaraan setelah cukup umur.”“Tapi, Pi—”“Nggak ada tapi, El! Sekali Papi bilang A ya harus A, nggak bisa ditawar lagi! Mengerti?”

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 8: Diselimuti Dilema

    Elfarehza“Woi, ngapain lo duduk di sini?” tegur Hariz sambil menepuk kedua pundak El.“Eh, lo Riz,” sahut El menoleh ke belakang.Hariz langsung duduk di samping El. Mereka berdua sekarang berada di area atap sekolah, salah satu tempat para favorit siswa menghabiskan waktu di luar jam pelajaran.Kebiasaan El hampir sama dengan kedua orang tuanya ketika masih bersekolah dulu. Memilih duduk di puncak tertinggi gedung saat tidak ada jam pelajaran. Tempat ini juga menjadi saksi kebersamaan Arini dan Brandon ketika masih menjalin persahabatan.“Ngapain bengong di sini, entar kesambet loh,” ledek Hariz.“Lagi kesal aja,” ujar El dengan kedua tangan memegang pinggir bangku besi di samping tubuh.“Kesal kenapa?”El menarik napas pelan, lantas mendongakkan kepala ke atas sehingga netra cokelatnya bisa melihat langit yang diselimuti awan kelabu.“Gue udah coba lagi minta dibelikan motor sama Bokap, tapi nggak berhasil,” ungkap El lesu.“Sabar, Bro. Berarti lo memang ditakdirkan ke sekolah dian

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 9: Tentang Perasaan

    Elfarehza dan AlyssaEl termenung menunggu Al di depan gedung. Dia berharap bisa bertemu lagi dengan gadis yang mampu mencuri perhatiannya. Selama ini El tidak pernah dekat dengan siswi manapun, berbeda dengan Brandon dulu saat seusianya.“Lama banget sih, Dek,” keluh El begitu melihat Al keluar dari pintu gedung.“Tadi aku … ngobrol sama teman dulu,” sahut Al.Mereka berdua sekarang melangkah menuju gerbang. Mobil pasti sudah standby di sana.“Eh, sebentar,” tahan El menarik tangan adiknya.Kening Al berkerut bingung. “Ada yang ketinggalan?”Senyuman terbit di bibir El. “Jadi namanya Syifa ya?”Al memutar bola mata malas. “Aku udah jawab dari tadi, Bang. Namanya As-syifa Syauqiyyah, satu kelas sama aku.”“Kamu dekat nggak sama dia?”Gadis itu menyenggol lengan El sambil mengerling usil. “Abang suka ya sama dia? Aku bilangin Papi loh.”El panik seketika, lantas memegang tangan Al. “Jangan bilang Papi dong, Dek. Nggak seru nih kamu.”“Bercanda kok, Bang. Habis dari tadi kepo mulu. Tany

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 10: Membangun Kepercayaan

    Arini dan BrandonArini duduk di ruang tamu menunggu Brandon pulang. Dia sudah rapi mengenakan dress panjang dengan lengan hingga siku. Rambut hitam panjang dibiarkan tergerai hingga pinggang. Iin selalu berpenampilan seperti itu ketika berada di dalam rumah, berbeda jauh ketika bepergian. Wanita itu ingin selalu tampak cantik di depan suaminya.“Cie … yang lagi nungguin Papi datang,” goda Al ketika berada di anak tangga paling bawah.Iin tersipu malu mendengar perkataan putrinya.“Kayak lagi nungguin pacar deh, Mi.” Al melangkah mendekati ibunya, lantas duduk di samping kanan Arini.Mata cokelat lebar Iin menyipit. “Kamu jangan-jangan sama kayak El ya? Lagi ada yang disukai?”“Ih, enggak lah ya. Ngeri kalau ketahuan Papi. Bisa ngamuk entar,” sahut Al bergidik.Iin tergelak pelan.“Mami nggak pernah bosan ya ketemu sama Papi terus? Sejak SMA selalu barengan loh,” tanya Al tanpa bisa menutupi rasa penasaran.“Hmmm … Gimana ya?” Arini pura-pura berpikir sambil menepuk dagu dengan ujung

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 11: Keterpaksaan

    El dan AlEl mondar-mandir di depan kamar kedua orang tuanya sebelum sarapan. Dia ingin bertanya, apakah Arini sudah berbicara dengan Brandon tentang motor atau belum. Sejak tadi malam, rasa penasaran terus melanda.Tak lama kemudian, Arini muncul ketika pintu kamar terbuka. Wanita itu telah rapi mengenakan gaun rumah yang biasa membalut tubuhnya sehari-hari.“Wah, Abang udah rapi nih,” sapa Arini tersenyum lembut.Anak itu menarik tangan ibunya menjauh dari kamar.“Mami udah ngomong sama Papi?” tanya El tak sabaran.Arini menggeleng pelan. “Mami belum ngomong masalah motor, Sayang. Tadi malam hanya ngobrol tentang kamu dan Al aja. Pelan-pelan dulu ya?”Tampak raut kecewa di wajah El mendengar jawaban Arini.“Kamu nggak boleh gitu, Prince. Mami masih berusaha ngomong sama Papi, tapi pelan-pelan.” Iin mengusap lengan El. “Sabar ya.”“El udah sabar, Mi. Mintanya dari enam bulan lalu, ‘kan?”“Berarti kamu harus ekstra sabar lagi. Berlatih lebih sabar ya, Sayang,” tutur Arini sembari meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 12: Forgetness

    Arini dan BrandonArini meregangkan tangan ke atas setelah mempelajari beberapa proposal kerja sama proyek pembangunan resort. Dia mengurut pundak yang terasa pegal. Hari ini banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Pagi hari ada tiga meeting, setelah istirahat makan siang disambut dengan beberapa dokumen proyek dan proposal yang harus dipelajari.Tilikan mata cokelat lebarnya beralih ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 15.00. Sesaat kemudian Iin teringat dengan janji yang telah diucapkan kepada El dan Al untuk membuatkan masakan kesukaan mereka.“Astaghfirullah, kayaknya nggak bisa pulang cepat,” gumamnya pada diri sendiri.Wanita berparas cantik itu segera meraih tas dan mengambil ponsel dari sana.“Lho kok ponselnya nggak ada?” desis Iin panik.Dia mencari di dalam laci, tetap tidak menemukan ponselnya. Di atas meja juga tidak ada.“Apa gue nggak bawa dari pagi ya?” desahnya pelan.Tangannya kemudian beranjak mengambil gagang telepon kantor di sisi kanan meja kerja. Baru sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 13: Spicy and Salty

    Arini dan Brandon“Kamu beneran nggak apa-apa, Sayang? Nggak biasanya lupa kirim uang bulanan sama Ayu,” selidik Bran melangkah mendekati Iin.Arini mengusap tengkuk sambil mengangguk. “I am okay, Bran. Beneran. Mungkin kecapean aja.”Bran menarik pinggang ramping Arini ke depan. Dia menatap istrinya lekat.“Apa sebaiknya usaha catering ditutup aja? Weekend kamu masih sibuk dengan usaha kalau ada orderan untuk nikahan.” Pria itu menarik Iin ke dalam pelukan sambil mengusap belakang kepala yang masih dibungkus kerudung.“Aku tahu kamu membangunnya susah payah, Sayang. Tapi pikirkan juga kesehatanmu. Nggak tega rasanya lihat kamu urus dua perusahaan sekaligus,” sambungnya lagi.Arini terdiam beberapa saat. Dia mengeratkan pelukan sehingga tubuh keduanya semakin rapat.“Kita lihat aja dulu, barangkali setelah pulang honeymoon pikiran jadi lebih rileks,” balasnya melonggarkan pelukan.Netra cokelat lebarnya bertemu dengan mata sayu milik Bran.“Ya udah. Aku janji selama honeymoon nanti ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 14: Freedom

    El dan AlBeberapa hari kemudianSepasang mata cokelat tampak mengerjap, perlahan terbuka lebar. El sesekali menguap sambil meregangkan tubuh setelah bangun dari tidur lelap. Senyuman terbit seketika di wajahnya saat ingat hari ini adalah hari kedua Brandon dan Arini pergi berbulan madu ke Raja Ampat.Dia bergegas ke kamar mandi membersihkan diri. El bahagia ketika kedua orang tuanya tidak sedang di rumah. Tujuh hari dimanfaatkan untuk meraih kebebasan.Selesai berpakaian, pemuda itu segera turun ke ruang makan. Sandy, Lisa dan Alyssa sudah menunggu di sana. Mereka duduk di kursi yang biasa ditempati masing-masing.Al tampak rapi mengenakan seragam batik dipadu dengan rok abu-abu panjang. Mereka kemudian menyantap hidangan yang telah tersedia.“Hari ini pulang jam berapa?” tanya Sandy melihat kedua cucunya bergantian selesai sarapan.“Biasa, Kek. Jumat pulang jam 11.00. Tapi kayaknya El salat Jumat di masjid dekat sekolah deh,” jawab El.“Al bagaimana? Terpaksa nunggu El pulang dulu d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04

Bab terbaru

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 44: Pengakuan

    Brandon dan AriniArini sedang memandang suaminya yang masih tertidur lelap. Dia memeluk erat Brandon, lalu memberi kecupan di dada bidang itu.“Maaf udah ngerepotin kamu akhir-akhir ini, Bran. Aku mulai lupa banyak hal, tapi kamu yang sering ingetin,” bisik Arini mendongakkan kepala.Dia tersenyum ketika ingat Bran tidak pernah mengeluh dengan penyakitnya. Dua hari yang lalu Iin sempat lupa mematikan kompor ketika memasak di dapur. Alhasil sekarang Brandon melarang dirinya membuatkan makanan.“Aku ‘kan udah bilang akan jadi pengingat saat kamu lupa, Sayang,” gumam Bran dengan mata tertutup.“Kamu udah bangun ya?”Brandon mengangguk, lalu mengangkat tubuh ramping itu ke atas sehingga kepala mereka sejajar. Netra sayunya perlahan terbuka. Senyum lembut tergambar di parasnya.“Hari ini kita jalan-jalan yuk! Ajak anak-anak sekalian,” usul Brandon.“Mau jalan-jalan ke mana?”“Ke puncak? Anak-anak juga udah selesai ujian ‘kan?”“Udah. Tapi Al katanya mau ngomong sama kita.” Arini menarik n

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 43: Will Always by Her Side

    BrandonEmpat pasang mata kini melihat Bran dengan saksama. Mereka menanti penjelasan dari pria itu. Sejak berada di rumah singgah tadi, Lisa, Sandy, El dan Al menahan diri untuk tidak bertanya apapun.“Bisa jelaskan apa yang terjadi, Bran?” pinta Lisa dengan tatapan menuntut.Sandy, El dan Al berbagi sorot mata yang sama dengan Lisa.Brandon menarik napas berat, kemudian mengangguk. “Nanti kita bicara. Sekarang mau ajak Iin tidur dulu.”“Janji ya, Pi,” harap Al.“Papi janji akan ke sini lagi setelah Mami tidur,” sahut Brandon kemudian beranjak dari ruang keluarga menuju kamar.Pria itu melihat Iin terduduk di pinggir kasur sambil menumpu kening dengan kedua tangan. Wanita itu sadar apa yang terjadi di rumah singgah tadi sore bisa menimbulkan kecurigaan anak-anak dan juga mertuanya.“Kenapa aku sampai kayak tadi, Bran? Harusnya nggak begitu, ‘kan?” sesal Iin menatap sendu.Raut wajahnya tampak kacau, karena tidak ingin ada yang tahu tentang penyakitnya.Brandon langsung memeluk istrin

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 42: Kepingan yang Mulai Hilang

    Brandon dan AriniUltah pernikahanBeberapa jam menjelang pesta ulang tahun pernikahan Brandon dan Arini diadakan, seluruh keluarga Harun bersiap-siap berangkat ke tempat tujuan. Bran meminta Al, El dan Kakek Neneknya untuk berangkat terlebih dahulu ke Poris.“Kamu berangkat pake mobil sama Nenek Kakek. Motor tinggal di rumah aja,” ujar Brandon pagi tadi.Motor? Yup! Brandon akhirnya membelikan motor Honda CBR keluaran terbaru untuk El. Jangan ditanyakan lagi bagaimana bahagianya anak itu saat diajak pergi ke dealer motor dua hari yang lalu. Pemuda itu tak menyangka kalau Bran bisa berubah pikiran.“Mami kamu yang bujuk Papi agar belikan motor ini. Sebenarnya Papi ingin belikan waktu kembali dari Raja Ampat, tapi nggak jadi karena keduluan Kakek,” ungkap Bran saat mereka berada di dealer.Kembali lagi ke pagi tadi.“Ya udah. Nanti ada teman-teman El yang ikut juga, Pi. Sekalian katanya ngumpul di sini.”“Oke. Papi nanti minta supir antarkan. Perlu berapa mobil?”“Dua aja cukup, Pi. Ng

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 41: Secerah Sinar Mentari Pagi

    ElfarehzaSenyum lega tergambar di wajah tampan El setelah mengenakan seragam pramuka. Hari ini terasa jauh lebih ringan. Kenyataan bahwa Brandon tidak pernah berselingkuh dengan siapapun membuat pemuda itu kembali menjalani hari-hari seperti sebelumnya. Meski demikian, keinginan untuk dibelikan sepeda motor masih saja bergelayut di hati.“Pagi Mami, Papi,” sapa El semringah begitu tiba di lantai bawah.“Pagi, Prince,” sahut Brandon.Sebelah alis Arini naik melihat interaksi di antara ayah dan anak yang kembali hangat.“Princess datang,” seru Alyssa tersenyum lebar begitu tiba di ujung anak tangga paling bawah.Arini semakin dibuat terkejut melihat paras Alyssa yang jauh lebih bersinar dibanding sebelumnya.“Pagi juga Prince dan Princess,” sambut Arini takjub.Wanita paruh baya itu melihat kepada Brandon dengan tatapan bingung.

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 40: Sebuah Kebenaran

    BrandonBrandon tidak bisa menyembunyikan raut terkejut di wajah tampannya. Kehadiran El dan Al di rumah singgah benar-benar di luar prediksi. Berbagai pertanyaan kini memenuhi isi kepalanya.“Bisa tolong pegang sebentar, San?” pinta Bran menyerahkan bayi yang ada di dalam gendongan.Tanpa bertanya lagi Ihsan mengambil anak tersebut, lalu bergeser ke kiri memberi akses Brandon untuk melangkah ke pintu.“Masuk, El, Al,” suruh Brandon menggerakkan kepala ke kanan.“Mereka anak-anak saya, San,” ungkap Bran melihat Ihsan yang masih kebingungan.Kedua remaja itu saling berpandangan sebelum memasuki rumah. Pandangan El dan Al beredar ke dalam ruangan yang besar. Tampak belasan anak bermain di ruang yang lepas tanpa pembatas. Apa yang terlihat dari luar ternyata tidak mewakili isi rumah tersebut.Dugaan mereka salah. Penghuni rumah ini bukan hanya wanita muda dan dua anak kecil yang pernah

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 39: Menghadapi Kenyataan

    Al dan ElEl dan Al duduk di atap sekolah saat jam istirahat. Keduanya sama-sama termenung hingga lima menit setelah duduk di bangku, larut dengan pikiran masing-masing.“Bang,” panggil Al memecah keheningan.“Ya, Dek?”“Aku mau ngaku sama Abang,” desis Al memberanikan diri.El mengalihkan pandangan kepada adiknya. Raut wajah Al tampak begitu serius sekarang.“Waktu pulang bareng sama Kak Fatih … sebenarnya aku habis pergi ke diskotik sama geng Jelita,” aku Alyssa jujur.Mata cokelat El melebar seiringan dengan mulut yang menganga. “What? Klub malam?”Al menundukkan kepala, lantas mengangguk pelan.“Astaghfirullah!! Kamu gila, Dek!” sergahnya garang.Wajah Alyssa berganti sendu. Dia tahu El bisa marah mendengar pengakuannya.“Abang udah bilang sama kamu, jauhi geng Jelita. Mereka itu cewek

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 38: Kuatkan Aku!

    Arini dan BrandonAlyssa duduk bersimpuh di hadapan Iin bersimbah air mata. Gadis itu menangis sejadi-jadinya menyesali apa yang telah diperbuat. Meski Arini belum mengatakan apa-apa sejak tadi, tapi ia tahu maksud tatapan sendu yang diperlihatkan Ibunya.“Al minta maaf, Mi,” ucapnya setelah tangis sedikit mereda. “Al udah rahasiakan ini semua dari Mami. Al juga bikin Mami kecewa. Al salah.”Arini menarik lengan sang Putri agar beranjak duduk di pinggir kasur, tepat di sampingnya. Walau tersirat kekecewaan di paras cantiknya, tapi ia masih bisa tersenyum.“Kamu nggak salah, Princess. Mami yang salah,” tanggap Arini membelai lembut pinggir wajah putrinya. “Mami mungkin terlalu sibuk dengan pekerjaan selama ini, sehingga abai mengawasi kamu. Mami jadi nggak punya waktu ngobrol banyak sama kamu. Atau mungkin Mami terlalu memaksa kamu menutup aurat.”Alyssa cepat-cepat menggeleng keberatan. “Bukan Mami, tapi Al yang salah. Al sebelumnya nggak tahu kalau menutup aurat itu hukumnya wajib.”

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 37: Menghadapi Bersama-sama

    AriniArini melonggarkan pelukan. Dia memandangi netra sayu Bran yang merah dan basah. Bibirnya sedikit terbuka dan bergetar.“Ka-kamu udah tahu?” gagap Iin masih dengan ekspresi terkejut.Perlahan kepala Brandon bergerak ke atas dan bawah. “Aku baru aja balik dari rumah sakit tempat kamu periksa.”Kening Arini berkerut dalam.“Kemarin waktu kamu ngobrol sama anak-anak, aku periksa tas kamu trus nemu struk pembayaran rumah sakit. Aku udah curiga lihat perubahan dari kamu, In.”Bulir bening turun satu per satu dari pelupuk mata indah Arini.“Karena kamu nggak mau terus terang, jadinya aku cari tahu sendiri,” sambung Brandon tercekat.Arini mencengkram erat lengan suaminya. Perlahan kepala jadi tertunduk. Bibir mungil itu terbuka lebar mengeluarkan isak tangis menyayat hati.Brandon menenggelamkan istrinya ke dalam pelukan. Hatinya juga tak kalah hancur mendapati kenyataan tentang Arini. Bagaimana jika suatu saat nanti wanita yang dicintainya itu tidak bisa mengenali Bran?“Maafin aku u

  • Just Married (Trilogi Just Seri-3)   BAB 36: I Will be Your Reminder

    BrandonSepasang mata sayu berwarna hitam sedang memandang lekat paras yang masih tertidur pulas di sampingnya. Sejak tadi malam Bran tidak bisa tidur memikirkan kemungkinan penyakit yang diderita Iin. Selain struk pembayaran, pria itu tidak menemukan petunjuk apa-apa lagi.Apa yang sebenarnya terjadi sama kamu, In? Kenapa aku nggak pernah tahu? desah Brandon dalam hati.Hari ini Brandon berencana akan mengunjungi rumah sakit, setelah mengantarkan Arini ke kantor. Dia harus menanyakan detail pemeriksaan yang telah dilakukan kepada istrinya.Brandon beringsut ke dekat Arini, lalu memeluk tubuh ramping itu. Perlahan terasa gerakan kecil dari dalam pelukan.Arini mulai mengerjap pelan ketika merasakan kehangatan tubuh suaminya.“Kamu nggak tidur?” gumamnya dengan suara khas bangun tidur.Bran melonggarkan pelukan, lalu melihat istrinya. “Maaf aku jadi bangunin kamu,” ucapnya memberi kecupan kecil di bibir.“Kenapa belum tidur sih?”Pria itu mengulas senyuman di bibir yang terisi penuh d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status