Camelina yang merupakan seorang asisten rumah tangga harus terjebak dalam pernikahan kontrak demi menebus kesalahan yang dituduhkan padanya. Namun, status barunya membuat jalan baru baginya dalam mengungkap rahasia masa lalu.
View MoreAderson langsung menarik pergelangan tangan Sarah pergi dari hadapan mereka. Ia melepaskan tangan Sarah dan kemudian berbicara di tempat yang sedang sepi. Saat itu, tempat yang ia ambil adalah dapur, kebetulan di sana sedang tidak ada siapapun, karena beberapa orang di antaranya tengah bersiap-siap pergi."Apa rencana kamu buat Camelina kali ini? Kenapa tidak membicarakannya dulu padaku?" tanya Aderson.Ia berdiri tegap dengan pandangan mengarah pada Sarah yang saat itu tepat berada di hadapannya. "Mas, tenang dulu ...." Sarah mendekat. Ia merapikan dasi suaminya. Walaupun saat itu dari Aderson sudah rapi, tetapi ia membiarkan istrinya merapikannya kembali. Ia hanya diam dengan tatapan seolah sangat menuntut jawaban dari Sarah -- Istri pertamanya itu."Sayang, kamu 'kan tahu sendiri kalau pernikahan kamu sama Camelina itu harus dirahasiakan. Itu artinya jangan sampai ada yang tahu juga kalau Camelina sedang hamil, nanti orang yang melihatnya bakal kebingungan. Mereka bakal bertanya-
Pesona yang terpancar dari diri Camelina membuat Aderson terdiam, seolah waktu menghentikan mereka sejenak hingga tak bergerak bahkan mereka pun tak berkedip.Sorotan matanya tampak jelas bahwa saat itu Aderson tidak dapat berpaling ke wanita lain dan hanya fokus pada Camelina. Begitu pula dengan Tio yang begitu melihat Camelina, ia mengurungkan niatnya untuk duduk.Berbeda dengan Aderson yang masih terkurung dalam egonya. Tio dengan berani langsung menghampiri Camelina dan menjulurkan tangannya untuk menggenggam wanita cantik yang saat ini ada di hadapannya tersebut."Siapa yang mengizinkanmu pergi ke luar? Pekerjaan di rumah masih banyak!" sindir Aderson, berharap Camelina mengerti dan tidak jadi pergi.Hanya saja, saat itu Camelina tidak mendengar teguran dari suaminya. "Tunggu sebentar ...!" kata Camelina kepada Tio. Ia berjalan mendekat kepada Aderson. Lalu, secara perlahan dirinya langsung membuka resleting tas yang dibawanya itu. Ia menyerahkan sejumlah uang kepada Aderson."T
Setelah menyetrika semua pakaian yang ada, ia pun menyerahkannya kepada Berliana yang tengah bersantai ria dengan sebuah majalah di tangannya."Ma, semua pakaian selesai disetrika dan sudah saya letakkan di lemari. Sekarang saya mau makan," ucap Camelina dengan tubuh agak membungkuk sopan.Tanpa sepengetahuan Berliana, pada kesempatan itu, Camelina juga rupanya menyetrika pakaian yang dimilikinya. Ia menyiapkan itu untuk nanti malam supaya ia dapat tampil baik dengan Tio.Tidak peduli siapa yang bersamanya malam nanti, ia hanya ia menunjukkan penampilannya yang cantik mempesona. Bukan masalah cinta atau pasangan lagi, tetapi Camelina menganggap orang yang menghargai dirinya bukan orang yang abai dan merendahkan harga dirinya.Ketika hendak mengambil pakaian miliknya yang ia taruh di meja beberapa saat yang lalu, beberapa lembar uang di bawah pakaian itu jatuh dengan sebuah kertas kecil dengan tulisan di dalamnya."Siapa yang menaruhnya di sini. Perasaan ... tadi tidak ada uang," gumam
"Kalau kamu mau ikut acara itu, ikut saja, tapi jangan harap kuakui sebagai istriku di sana karena pernikahan kita pun rahasia!"Camelina tersenyum simpul. "Baiklah, terima kasih, Mas."Setelah mendapat izin itu, Camelina melangkah pergi dari hadapan Aderson tanpa sempat memberitahu bahwa sebetulnya ia akan pergi menemani Tio.Ia melangkah menuju kamar yang ditempatinya dan langsung mengambil ponsel. Lalu, ia pun menghubungi Tio yang sudah menunggu kepastian dari dirinya itu.Tio yang mendapat panggilan telepon dari Camelina itu sontak langsung tersenyum riang, tanpa berlama-lama, ia pun langsung menjawab teleponnya tersebut.[Halo?]Itulah satu kalimat pertama yabg terlontar keluar dari mulut Camelina. Ia Ing in memastikan terlebih dahulu bahwa yang berbicara dengannya sungguh-sungguh Tio bukan orang lain.[Bagaimana? Malam ini kamu bisa?] Pertanyaan singkat yang terlontar keluar via telepon membuat Camelina sudah yakin dan pasti bahwa itu memang Tio.[Iya. Saya bisa.]Tio langsung
Setelah membiarkan obrolan itu menggantung dan Tio menaruh harapan besar padanya, Camelina mematikan telepon itu begitu saja.Tuutt.Tetapi, untuk menghindari kesapahpahaman, Camelina mengirim sebuah pesan yang isinya ....[Malam ini saya mau tidur. Kita bicarakan lagi besok. Kamu juga pasti mau istirahat kan setelah seharian bekerja.]Hanya itu pesan singkat yang Camelina ketik dan kirimkan di ponselnya. Ia menaruh ponselnya kembali di atas sebuah nakas putih yang ada di samping tempat tidurnya. Kantong belanja yang sempat ia gantungkan di paku besar itu ditatapnya. Ia memandangi benda itu untuk beberapa saat. Dirinya menghela nafas dalam-dalam tanpa tahu bagaimana ia bisa keluar dari masalah yang dihadapinya kini.Waktu sudah semakin larut malam. Camelina membaringkan tubuh langsingnya. Ia mengambil selimut untuk kemudian ia tutup ke seluruh tubuhnya, bahkan sampai rambutnya pun tak terlihat sama sekali."Sepertinya aku harus cepat-cepat melakukan sesuatu," ucap Camelina pelan.Ia
Usai berdebat panjang dengan Camelina, Aderson melangkah pergi. Keduanya dalam posisi saling membelakangi. Camelina memasuki kamarnya kembali, sedangkan Aderson pergi ke kamarnya.Di dalam kamar sana, tengah berdiri Sarah dengan lingerie merah muda membalut tubuhnya. Ia berlenggak-lenggok menuju suaminya yang baru memasuki kamar itu.Aderson memandangi istri pertamanya dengan wajah datar, seolah tak memiliki hasrat apapun pada Sarah. Ia duduk di sofa tanpa menggubris godaan istri pertamanya yang ikut duduk dan mengelus halus dadanya."Sayang, ini kan malam jum'at. Sejak kamu menikahi wanita itu, kamu selalu sibuk dan tidak pernah lagi menyentuhku."Sarah menyandarkan kepalanya ke bahu Aderson. "Aku sangat merindukan malam-malam bersamamu, Mas ...."Dengan santai, Sarah beranjak dari duduknya. Ia mengambil gelas wine dengan sebotol wine yang telah ia persiapkan khusus malam ini."Kenapa kamu tiba-tiba ...?" tanya Aderson sembari melihat penampilan Sarah dengan tingkah genitnya.Sarah m
Malam tiba, Camelina yang tengah memegang ponsel, tampak sekali sedang berbicara dengan seseorang membuatnya langsung terkesiap saat pintu kamarnya langsung dibuka begitu saja."Kenapa kamu tidak mengetuk pintu dulu, Mas?" tanya Camelina dengan posisi ponsel agar jauh dari telinganya. Menampilkan wajah polos.Tetapi, Aderson yang tampak berada dalam kekesalan pun membuatnya langsung menarik tangan Camelina begitu saja tanpa sepatah kata pun terlontar keluar dari mulutnya."Kamu ke mana seharian ini? Kenapa kamu malah bepergian dengan orang lain tanpa izin dulu dari saya? Kamu ini sedang mengandung, bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan janin yang ada di rahim kamu itu?!" cecar Aderson tanpa sedikitpun mempedulikan apa yang Camelina rasakan.Tanpa sadar, kemarahan yang terlontar keluar dari mulutnya sangat menyakiti Camelina. Camelina menggigit bibirnya seraya menahan mata yang sudah memerah menyimpan air mata dan tampaknya akan menangis."Saya cuma membalas kebaikan dia. Lagi pula,
Camelina tidak membalas perkataan Ibu mertuanya. Dirinya memilih diam sampai waktu yang tepat ia melontarkan kalimat dari mulutnya.Ia merasa bahwa tidak penting jika asal bicara. Kalaupun ia mengatakan sesuatu, tentu itu harus sesuatu hal yang penting agar tidak membuang-buang energinya dalam perdebatan yang tidak penting. "Kamu dengar yang saya bilang, tidak?!" sentak Berliana sambil berkacak pinggang.Frederick yang tidak ada di rumah itu membuat Ibu mertuanya kembali merasa berkuasa dan tanpa menerima bantahan siapapun."Iya, Ma, saya dengar, kok."Berliana melirik ke bawah -- tepatnya ke arah barang belanjaan yang ada di tangan Camelina. "Itu apa? Kamu mencoba memeras keponakan saya?"Camelina menggelengkan kepala cepat, ia mengangkat kepalanya cepat sambil berkata, "Tidak, kok, tidak! Ini semua dikasih. Tapi kalau memang Mama mau, silakan ambil saja!" sergah Camelina. Ia menyodorkan barang belanjaannya kepada Berliana.Berliana memalingkan wajahnya ke arah lain dengan angkuh. "
"Kita pulang saja, ya, maaf kalau kesannya ini terburu-buru. Tapi tadi aku mendapat kabar kalau aku harus segera ke kantor karena ada pekerjaan mendesak yang perlu aku urus hari ini juga," tutur Tio menjelaskan, walau penjelasan itu sebetulmya hanya sebuah alasan ringan agar Camelina tidak mencurigai dirinya dan berpikir yang tidak-tidak.Camelina mengangguk. "Kalau begitu kamu langsung pulang saja, biar aku naik taksi," sahut Camelina.Saat itu, Camelina tidak mempertanyakan apapun lagi. Lagi pula, ia sudah berpikir bahwa memang sebaiknya pulang saja karena aroma makanan yang ada di hadapannya tadi membuat ia mual. Apa mungkin ini bawaan hamil?"Jangan. Kamu aku antar saja. Kan aku juga yang ngajak, jadi sudah seharusnya aku berkewajiban antar kamu pulang apal rumah dalam keadaan selamat. Oh ya, tadi kamu mual-mual, jangan-jangan kamu juga masuk angin."Camelina menoleh ke arah Tio. "Untung saja dia mengira aku masuk angin," batin Camelina. Ia memalingkan pandangannya ke perut, memp
“Tolong jangan laporkan saya ke polisi ...!” erang Camelina dengan isak tangis di wajahnya.Namun, wanita dengan rambut agak bergelombang itu tidak memberi ampun. Ia terus menyeret Camelina keluar dari rumah seraya sesekali menampar wajah asisten rumah tangganya.“Argh!” Ia memekik kesakitan dan refleks tangannya memegang pipi yang baru saja menerima tamparan itu. Urai air netra yang tiada habisnya, tetapi demi hidupnya ia tidak menyerah sekalipun sesak dalam dada serta mata yang mulai perih karena banyaknya air netra yang mengaliri pipi tanpa henti. ”Saya berjanji akan melakukan apapun!” rengek Camelina.Amarah yang mengeraskan hati, membuat wanita itu tidak peduli atas segala kepedihan yang dirasakan Camelina, sekalipun air netra terus bercucur membasahi lantai dengan pipi yang sudah memerah agak lebam akibat berkali-kali ditampar oleh Sarah.Perkataan Camelina saat itu rupanya malah berdampak besar pada hidupnya dan kini Berliana merasa senang sebab dirinya bisa mengambil keuntung...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments