Home / Pernikahan / Istri Kedua Tuan Presdir / Bab 5 Sungguh Menyayat Hati

Share

Bab 5 Sungguh Menyayat Hati

Author: Clavita SA
last update Last Updated: 2024-11-21 10:52:49

Beberapa wanita memasuki ruangan khusus yang telah disediakan dengan berbagai macam sajian yang terdapat di meja tamu. Tentu di tempat itu seperti biasa mereka saling memamerkan diri, saling menyanjung satu sama lain dengan segala kepalsuan yang terlontar keluar dari mulut manis mereka, bahkan terkadang membicarakan rumor yang beredar.

Tetapi begitu Camelina memasuki ruangan itu dengan membawa buah semangka di piring lonjong yang telah dipotong-potong kecil berbentuk segitiga, suasana mendadak hening. Ini sungguh aneh bagi Berliana sekaligus Camelina itu sendiri, karena tidak biasanya teman-teman arisan Berliana begini. Pandangan mereka langsung terfokus pada penampilan Camelina saat itu. Lalu, tampak sedikit berbisik satu sama lain.

”Hei, kalian lihat wanita itu? Apa kamu tidak salah informasi mengenainya?”

”Tidak. Selama ini aku tidak pernah salah kan dalam menyampaikan gosip terbaru.”

Mereka yang menunjukkan jelas dengan saling berbisik satu sama lain membuat Camelina tidak nyaman berada di sana. Camelina semakin merasa rendah diri dengan apa yang mereka bisikan, terlebih lagi pernikahan yang dijalaninya hanyalah kontrak dan mungkin akan segera berakhir.

“Oh ya, mungkin sebelumnya kalian menginginkan semangka manis. Dia sudah menyiapkannya, cicipilah itu sekarang!” pinta Berliana.

tatapan mereka kepada Berliana saat itu tampak sangat penasaran. Lalu, salah satu di antara mereka ada yang memberanikan diri untuk berbicara.

“Oh iya, jangan bengkok ya. Ada yang mau aku tanyakan terlebih dahulu padamu,” ungkap salah seorang teman arisan Berliana.

Berliana memicingkan mata pada wanita yang merupakan teman arisannya itu. “Tanya soal apa ya?” Berlian balasa, hingga dahi mengerut bingung. Karena dia sudah tahu pasti. Jika ada yang memberi aba-aba untuk mengajukan pertanyaan, pastinya ada gosip di belakangnya tanpa ia mengetahuinya lebih awal.

“Memang benar ya, kalau kamu jadikan pembantu kamu itu sebagai menantu?” tanyanya seraya menunjuk dengan mulutnya ke arah Camelina.

Lalu, teman arisannya yang lain hanya diam dengan pandangan mengarah ke Berliana seolah tengah menunggu jawaban dari wanita itu.

“Rumor dari mana itu?” tanya Berliana. Alih-alih menjawab, ia malah kembali bertanya. Dengan kata lain, ia seperti tengah menolak pertanyaan halus yang merupakan suara seperti pernyataan itu.

“Waktu itu aku tidak sengaja melihat penghulu keluar dari rumah ini. Tapi mungkin itu hanya sebatas rumor saja, ya, soalnya tidak mungkin orang terpandang menikahi wanita rendahan sepertinya,” celetuk teman arisannya itu dengan nada nyinyir. Ia bahkan tak sedikit pun menjaga perasaan Camelina yang masih berada di sana.

Berliana yang mendengar kata tidak nyaman di telinga itu sontak memungkinkan izin teman arisannya tersebut.

“Ah, tentu saja. Itu hanya rumor murahan yang tidak penting.”

Lalu, teman arisannya yang lain pun langsung berkata. “Syukurlah teman kita tidak salah pilih menantu.”

Camelina yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan mereka seraya merapikan makanan yang ada di meja pun langsung buru-buru pergi meninggalkan ruangan tersebut. Ia sudah tidak tahan dengan segala penghinaan dari para wanita itu dan yang lebih membuatnya semakin terluka adalah cara Berliana berpura-pura – tidak mau mengakuinya sama sekali.

Saat tengah menyandarkan punggung di balik tembok dapur, tiba-tiba saja Sarah datang ke sana seolah ingin melihat langsung tangisan penderitanya.

“Camelina, Camelina...! Aku mungkin sudah bilang kalau kamu tidak cocok bersanding dengan suamiku. Pembantu seperti kamu itu cocoknya sama tukang kebun. Dengar sendiri kan? Bahkan yang tidak kenal aku saja sependapat denganku!”

Saat itu Camelina tidak langsung menoleh, ia menyeka air matanya yang sempat menetes ke pipi. Ia tidak mau jika Sarah semakin besar kepala dan senang dengan penderitaannya.

“Tapi sekarang aku juga tidak terlalu peduli dengan hal itu karena sudah tahu kalau kamu akan melahirkan anak untukku, lalu setelah itu akan bercerai darimu.”

Sarah menatap wajah Camelina lalu mengelus pipi Camelina. “Selamat melanjutkan tugasmu kembali, pembantu murahan….”

Camelina menjawab. Ia pun merasa terhina jika terus menerus diinjak oleh keluarga tempatnya bekerja.

“Sebaiknya aku kembali bekerja daripada terus memikirkan hal itu,” gumamnya.

Waktu berjalan cepat. Camelina yang telah menyelesaikan pekerjaannya pun langsung duduk di sebuah kursi kayu yang terdapat di belakang rumah untuk istirahat sejenak. Rasa lapar pun menyelimuti, tetapi rasa lelah membuatnya malas pergi ke mana-mana dan memilih istirahat sejenak.

“Kalau saja bukan tujuanku sejak awal, aku sudah pasti kabur dari rumah ini. Tidak peduli meski aku sudah menandatangani kontrak,” batin Camelina.

Pada saat Camelina tengah memasak sesuatu untuk ia makan hari itu, tiba-tiba Berliana datang dan membuatnya langsung terhenyak kaget sampai matanya membelalak nyaris keluar.

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     

Related chapters

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 6 Kepedihan Tak Berbentuk

    “Dengarkan aku baik-baik. Mulai sekarang, apapun yang terjadi tetap sembunyikan kebenaran itu. Apalagi kalau suatu saat nanti sudah hamil besar, kau jangan berani keluar menunjukkan dirimu kepada siapapun!” bisik Berliana seraya menggertakkan gigi.“Mohon maaf, Nyonya. Tapi bukankah pernikahan ini terjadi juga atas persetujuan darimu?”Bukan maksud Camelina untuk membantah. Hanya saja ia tidak bisa terus diinjak atau bahkan dimanfaatkan. Baginya, sesekali perlu mengatakan pernyataan yang ia yakini. Wanita miskin seperti dirinya pun juga manusia yang ingin dhargai.“Memang benar. Tapi kamu sendiri juga tahu kalau derajat kita ini sungguh sangat berbeda. Aku harap kamu paham maksudku.”Camelina tersenyum pahit seraya menahan sesak dalam dada. Namun ia tidak bisa membenarkan apa yang ia yakini dan Berliana yakini. Pilihannya saat ini adalah mengikuti alur yang ada.“Baiklah kalau memang itu maumu.”Tidak mau banyak terlibat dalam pembicaraan lain yang menurutnya hanya membuat sakit hat

    Last Updated : 2024-11-21
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 7 Salah Paham

    Malam tiba, saat ia hanyut dalam lamunannya. Namun itu tak bertahan lama, sebab berisik pintu dibuka dari arah luar membuatnya seketika tersentak, lalu menoleh dengan wajah datar. Raut mukanya seolah menyimpan sedikit tanya. `Siapa itu?` pikirnya, menelan ludah tegang.“Kamu ikut saya sekarang!” ajak Aderson, memasang wajah dingin.Camelina sudah tidak aneh lagi dengan ajakan itu. `Apa malam itu belum cukup menyiksaku sampai badanku sakit semua?` batinnya menerka sembari menghela nafas. Begitu Aderson ada di dekatnya, ia langsung bertanya, “Sampai kapan kita akan melakukan itu?” tanya Camelina.Sudah kedua kalinya Aderson mendapat pertanyaan yang serupa dari Camelina dan ia pun ingat pernah menjawabnya, menurutnya kali ini tidak perlu ia jawab lagi.“Gak usah banyak tanya!” jawab Aderson dengan ketus.`Padahal aku cuma tanya, kenapa jawabannya harus seketus itu? Memangnya pertanyaanku tadi itu salah?” umpatnya, pelan.Walaupun tampak tidak peduli, rupanya Aderson mendengarkan setia

    Last Updated : 2024-11-24
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 8 Masih Rahasia

    Langkah kaki yang nyaris ambruk membuat Aderson antusias langsung menahan tubuh seorang pria tinggi dengan sedikit uban di bagian pinggir kepalanya. Pria itu menjatuhkan tentengan tas kecilnya dan berdalih memegang dadanya yang tampak menahan sesak. Orang-orang memanggilnya Fredy, walau nama sebenarnya adalah Frederick.“Ayo, Pa, biar aku bantu!” ujarnya dengan antusias.Uhuk, Uhuk!Berliana yang saat itu tak sengaja melihat ke arah luar karena ada suara orang batuk, yang setelah diperhatikan ternyata itu suaminya, membuat ia antusias menghampiri. “Papa kamu kenapa, Son?”Selama ini Frederick – suami Berliana selalu menyembunyikan penyakitnya, ia tak pernah mengatakan apapun pada keluarganya. Ia melakukan aktivitas seperti biasa, tanpa memperlihatkan sedikitpun mengenai gangguan kesehatan yang dialaminya.“Pa, darah.” Sedikit darah yang ada di telapak tangan Frederick membuat Aderson langsung cepat-cepat membawanya ke kamar. Ia memapah Ayahnya tanpa menggubris pertanyaan yang dilonta

    Last Updated : 2024-11-25
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 9 Ketika Istri Kedua Lebih Utama

    Malam ini, di dalam kamar, Camelina termenung. Ia belum pergi keluar dari kamar mertuanya itu karena pikirnya bahwa ia pasti akan diperlukan untuk merawat Frederick. Saat itu Aderson dan Sarah sudah keluar dari kamar itu. Kini, hanya tinggal Camelina, Berliana dan Frederick.“Apa tujuannya sekarang? Kenapa mendadak baik dan membelaku?" pikiran itu terus berkecamuk dalam kepala. Berliana menarik sedikit tangan Camelina untuk berbicara. Saat ini, Berliana merasa belum saatnya untuk menceritakan apa yang telah terjadi di rumah ini. Sebab, ia tidak mau membebani pikiran suaminya yang terbaring sakit."Ikut aku sebentar!" ucap Berliana dengan suara pelan. Ia menarik tangan menantunya yang ada di sana.“Beruntung kamu punya suami seperti putraku. Tapi jangan besar kepala dulu, tetap saja aku tidak akan membebaskan hutangmu itu padaku. Sampai kapanpun, selama bukan kamu yang menggantinya langsung dengan uangmu sendiri, kesalahan yang belum tertebus itu masih akan aku anggap utang!” ucap B

    Last Updated : 2024-11-27
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 10 Mencari-cari

    “Aku harus mencarinya. Di mana dia sekarang?” gumamnya seraya melangkah lebih cepat.Camelina berjalan keluar dari rumah itu pagi-pagi sekali. Sarah yang melihat hal itu menyimpan pertanyaan singkat dalam benaknya. “Kenapa dia berjalan keluar terburu-buru begitu? Ada apa dengannya?” gumam Sarah seraya mengernyitkan dahi. Ia berjalan keluar rumah untuk mengikuti, tetapi Berliana datang dan memanggilnya. Hal itu membuat dirinya kehilangan jejak Camelina.Camelina memang sengaja berjalan begitu cepat. Ia tidak mau jika ada banyak orang yang bertanya ke mana dirinya melangkah pergi.“Bisa luangkan waktu sebentar?” tanya Camelina. Ia berdiri di depan sebuah pavilliun ketika melihat Firhan – Ajudan pribadi Aderson yang baru keluar dari sana dengan pakaian rapi.“Ada apa datang kemari?””Mengenai kontrak yang ditandatangani waktu itu, bolehkan aku melihatnya lagi?” tanya Camelina.Firhan malah terdiam sejenak dan memperhatikan raut muka Camelina yang tampak sangat penasaran dan ingin

    Last Updated : 2024-11-27
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 11 Jebakan Wanita Licik

    “Ada apa, Ma?” tanya Camelina kepada Berliana yang tampak tengah menunggu dirinya. Berliana berbalik ke arah suara itu berasal. ”Kamu ini pergi ke mana saja? Bukannya menyiapkan sarapan malah tidak ada.” “Segera, Ma. Saya akan segera menyiapkan semuanya.” Camelina tidak menunggu apapun lagi, ia pun kemudian berlari kecil menuju dapur dan langsung memasak untuk memasak sarapan pagi ini. Sesaat setelah Camelina melangkah pergi, Sarah pun kemudian berjalan menghampiri yang saat itu masih dalam keadaan berdiri di tempat yang sama. “Ma, sabar ya .... Dia itu memang sangat tidak berguna. Oh ya, ada yang mau aku bicarakan sama Mama.” “Soal apa?” “Bagaimana kalau nanti agak siangan aku ajak Mama ke cafe, biar aku yang traktir?” Sarah sengaja melakukan hal itu demi bisa mengambil hati Berliana yang mana baginya mertuanya tidak boleh sampai merasa bersimpati kepada Camelina. “Boleh, deh, kebetulan Mama sedang tidak ada jadwal dengan siapapun.” Perlahan-lahan, Sarah yang diotaknya hanya

    Last Updated : 2024-11-29
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 12 Licik Dibalas Cerdik

    Sarah pergi ke kamar untuk mengajak suaminya sarapan pagi ini.“Mas, kamu belum sarapan, kan? Kita sarapan dulu, yuk!” ajak Sarah kepada suaminya yang saat itu tengah mengenakan dasi.“Baju ini kamu yang menyiapkannya?” tanya Aderson kepada Sarah.Sarah mendekat dengan nada merayu. “Iya dong, Mas. Aku ini kan istri kamu. Sini aku bantu betulkan dasi kamu yang miring.”Setelah itu, mereka pun kemudian turun ke lantai bawah untuk sarapan. “Pagi ini aku lihat dia masak ayam goreng. Kayaknya enak, ya, Mas."“Iya.”Sampai di ruang makan, semuanya menempati kursi mereka masing-masing, kecuali Camelina yang kemudian melangkah pergi dari sana. Tetapi Frederick memanggilnya.“Camelina duduklah! Kamu juga sudah menjadi bagian dari keluarga ini!”Sontak saja Camelina langsung menghentikan langkah kakinya dan berbalik ke arah meja makan. Ia memandangi semuanya yang ada di sana, terutama raut muka Sarah. Namun anehnya, Sarah sama sekali tidak menampakkan raut muka kesal sama sekali.Lantas, Came

    Last Updated : 2024-11-28
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 13 Seperti Ada Ikatan

    “Sarah ...!” seru Berliana.Sarah yang sudah mengangkat tangannya itu refleks menurunkan tangannya kembali dengan mata membelalak syok dengan kehadiran Ibu mertuanya yang mendadak ada di sana.“Ma? Ngapain Mama di sini?”“Kamu kan mau ajak Mama ke cafe.”“Aku ajaknya 'kan nanti siang, Ma ....”“Jangan siang-siang banget, ini kan musim hujan juga.”Sarah menghampiri Berliana. ”Ya sudah, deh, Ma. Tapi kita kan baru selesai sarapan juga.”“Mama bosan, Nak. Kita jalan-jalan ke mall sebentar saja, ya!”Senyum palsu Sarah seketika memudar begitu mendengar ajakan tersebut, karena ia tahu bagaimana Berliana jika sudah berada di tempat perbelanjaan. “Kenapa dia malah minta lebih? Kalau begini, uang bulananku bisa tekor. Ya sudahlah, yang penting rencanaku berjalan mulus,” batin Sarah dalam heningnya.Sementara itu, Camelina yang sudah kembali sendiri tanpa ada seseorang yang mengganggunya pun membuatnya merasa tenang. Ia menghela nafas lega, lalu terdiam sejenak dengan tangan penuh busa sab

    Last Updated : 2024-11-28

Latest chapter

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 24 Bentrok

    Seketika Aderson langsung menoleh ke arah Camelina dengan mata membelalak.Reaksi Aderson yang demikian pun membuat Camelina bertanya, "Kenapa, Mas?" "Tidak apa-apa. Kamu aneh!" celetuk Aderson. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain dengan wajah yang tampak tegang. Ekhem! Aderson mendeham."Kamu sudah makan?" tanyanya. Camelina menggelengkan kepala. "Saya tidak berniat untuk makan siang bersama. Kita bicara sebentar!" pinta Camelina. "Sambil makan saja."Aderson memarkirkan mobilnya di salah satu restoran yang ia miliki. "Ayo keluar! Saya sudah lapar. Kalau kamu bawa makan siang, saya gak bakal ajak kamu ke sini!""Kalau gak ikhlas, jangan saja. Saya 'kan datang ke kantor karena ada kepentingan," ungkap Camelina yang terus diam di dalam mobil sekalipun Aderson sudah membukakan pintu mobil untuknya."Cepatan!" sentak Aderson kepada Camelina.Aderson menarik tangan Camelina hingga membuat wanita itu mau tidak mau harus keluar dari mobil. "Tidak perlu menarik tangan saya.""Kamu beba

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 23 Karena Penyamaran

    Resepsionis itu terus memperhatikan wajah Camelina yang bersembunyi di balik topi abu tua yang dipakainya. Sejak tadi Camelina juga terus menunduk karena tidak mau jika wajahnya sampai tersekspos ke media.“Maaf, tapi berdasarkan ketentuan yang ada di sini, yang belum ada janji dilarang bertemu Pak Aderson!” ucap resepsionis itu.Camelina terdiam sejenak mendengar jawaban itu. Isi kepalanya bekerja keras bagaimana agar dirinya bisa menemui Aderson.Saat resepsionis itu agak lengah, Camelina mencoba mengendap-endap pergi dari sana untuk menuju tangga mencari keberadaan Aderson. Namun, begitu resepsionis itu menyadarinya, Camelina langsung diberhentikan. “Kamu mau ke mana? Siapa yang mengizinkanmu masuk?!” ujar resepsionis itu menarik bagian belakang baju Camelina.Camelina berbalik dan kemudian berkata, "Kalau begitu izinkan saya bertemu Pak Aderson sebentar saja ...!" pinta Camelina. Ia bersikukuh dengan keinginannya tersebut. Setelah menyempatkan waktunya untuk datang ke tempat

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 22 Mulai Ingin Tahu

    Camelina yang merasa bahwa berbicara dengan Sarah tidak ada gunanya dan ini hanya membuang-buang waktunya.“Sarah, selama ini saya tidak ada urusan apapun sama kamu, jadi sebaiknya kamu diam!” tegas Camelina, ia memasang wajah serius.Tentu saja Sarah langsung mendengus kesal, karena posisinya yang jauh lebih penting di rumah itu seperti tidak dihargai. Ia merasa bahwa dirinya seperti direndahkan. “Heh! Semua yang berhubungan denganmu, urusannya denganku juga, karena tanpa ada izin dariku kamu tidak akan bisa menikah dengan suamiku!”“Sudah, Sarah. Kali ini biarkan kamu mundur selangkah. Yang membuat perjanjian itu bukan kamu melainkan aku!” pinta Berliana kepada Sarah.Sarah langsung menoleh dengan ternganga tak percaya. “Sungguh! Bagaimana bisa Ibu metuaku mendadak berkata begitu!” umpat Sarah dalam benaknya, bibirnya mengerucut dan matanya melirik ke arah Berliana.Berliana memejamkan matanya sejenak. “Ya sudah, kamu boleh keluar. Asal jangan lama-lama dan jangan keseringan ju

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 21 Terlalu Rumit

    Dugaan Aderson langsung ke arah sana karena sebelumnya ia sempat melihat Camelina yang agak menekan perutnya dengan wajah yang tampak kesakitan. Melihat usia kandungan Camelina yang masih sangat muda dan pertama kalinya pula Camelina hamil, membuatnya khawatir terjadi sesuatu kepada janin yang di kandung istri keduanya.[Begini, Nak. Demi kebaikan calon cucu Mama. Bagaimana kalau kita carikan perawat pribadi yang bisa menjaga semua asupan gizi untuk janin itu?][Aku setuju sama Mama, tapi apa itu berbahaya bagi keluarga kita? Karena jika berani menghadirkan orang baru di lingkungan rumah kita, orang itu lama kelamaan pasti akan mengetahui apa yang selama ini disembunyikan. Sebaiknya sesekali panggil Dokter Ikhsan saja untuk memastikan kesehatan sekaligus mengatur pola makanannya!]Pada saat yang sama, Firhan mendatangi Aderson dan memberitahu. "Tuan, ada yang datang," ucap Firhan. Sontak, Aderson langsung menoleh ke arah pintu.Berliana terdiam sejenak mencerna perlahan apa yang di

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 20 Aturan Ketat

    “Sebelum kamu lanjut makan. Mama mau bicarakan sesuatu dulu sama kamu!”Saat Camelina tengah mengunyah, ia pun kemudian menaruh sendok dan garpu yang ada di tangannya. Ia mengambil air putih dan menenggaknya sedikit.“Masalah apa lagi yang dibuat Sarah kali ini? Kenapa dia tidak pernah bosan mengganggu kenyamananku?” batinnya.Antara siap dan tidak siap, ia mengambil nafas lalu membuangnya perlahan. Barulah ia bicara – menyahut permintaan Berliana sebelumnya.“Mau bicarakan soal apa, ya, Ma? Apa Mama mau saya masakkan buat sarapan juga?” tanya Camelina. Sekalipun intuisinya mengatakan bahwa Berliana tengah mencurigai sesuatu terhadapnya, tetapi ia malah mengusulkan pertanyaan lain yang menurutnya perlu ia katakan dibanding fokus pada apa yang ia pikirkan. Dibanding balas mencurigai, Camelina memancing Berliana agar segera mengatakan yang seharusnya.“Tadi kamu mendatangi Aderson? Buat apa? Apa kamu mau minta transfer padanya karena kamu belum mampu mengganti piring yang pecah?”

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 19 Wanita Pengganggu

    Camelina berjalan menuju samping rumah. Sengaja ia menggunakan jalan belakang karena menurutnya jika menggunakan jalan depan rumah maka tentu Sarah ataupun Berliana akan melihat dirinya.“Itu dia. Kamu pikir bisa lepas dari mataku? Tidak akan pernah aku biarkan kamu menjalankan rencana sendirian tanpa aku ketahui!” gumam Sarah seraya pergi.Saat itu, Camelina sama sekali tidak menyadari bahwa ada yang memantaunya sejak tadi. Ia hanya terfokus pada rencananya dan melihat ke depan rumah sekilas tanpa memperhatikan lebih jelas mengenai keberadaan istri pertama suaminya yang terus memata-matai.“Lebih baik sekarang aku langsung pergi ke kamar!” gumam Camelina seraya terburu-buru.Begitu Camelina membuka pintu belakang. Di sana ia langsung terhenyak kaget dan refleks menghentikan langkah kakinya saat melihat Sarah yang sudah berdiri di hadapannya dekat pintu dengan kedua tangan menyilang di dada. Sarah tersenyum sinis ke arahnya.Namun, Camelina menghiraukan Sarah dan kemudian melanjutka

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 18 Tuntutan dan Situasi

    “Tunggu, Tuan!” pinta Camelina. Aderson saat itu sungguh tidak menyangka jika ternyata Camelina sampai berani menyusulnya keluar rumah hanya untuk menemuinya. Sejak tadi – tepatnya ketika tengah berbicara dengan istri pertamanya, Camelina terus membuntuti karena ada hal yang menurutnya penting.“Mulai sekarang dan secara pribadi kamu tidak perlu memanggil saya `Tuan`, panggil saja sebagaimana seharusnya! Walaupun kontrak, tapi kita sudah menikah!” tegasnya.“Iya, Mas!” sahutnya seraya memejamkan matanya sejenak.Camelina celingak-celinguk untuk memastikan bahwa tidak ada Sarah atau bahkan Berliana yang memata-matai dirinya. Sebab ia tidak mau jika setelahnya malah dihujani dengan banyak pertanyaan yang bahkan tidak ada hubungannya dengan mereka sama sekali.“Kamu lihat-lihat apa?” Aderson yang menduga bahwa mungkin saja pembicaraan itu dengannya bersifat rahasia membuatnya langsung membuka pintu mobil dan kemudian menarik tangan Camelina sampai wanita itu jatuh tersungkur di paha

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 17 Mencari Celah

    “Bagaimana kondisinya, Dok?” tanya Berliana yang tampak sangat perhatian. Dokter pun sampai heran dibuatnya. Hanya saja, Camelina tak sedikitpun merasa senang, karena ia tahu bahwa Berliana bukan peduli padanya melainkan pada janin yang ada dalam kandungannya.Ia bisa merasakan, mana yang memang peduli dan mana yang memang hanya memanfaatkan dirinya saja demi kepentingan pribadi dengan dan bersikap di balik topeng kepura-puraan.“Dia tidak kenapa-kenapa. Hanya keram biasa saja, ini hanyalah hal normal yang biasa dirasakan oleh wanita hamil, Bu!” jelasnya dengan santai, memberi pengertian.Aderson yang mendengar hal itu pun tampak lega. Ia menoleh ke arah Camelina, seperti ada sesuatu yang ingin ia katakan, tetapi bibirnya kelu hingga akhirnya memilih diam tanpa berkata apapun.Dokter Merry segera beranjak dari duduknya. Ia segera membereskan peralatan yang dikeluarkannya tadi. Melihat Dokter Merry yang beranjak pergi, membuat Berliana langsung menghampiri. Ia berdiri di d

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 16 Hasil Tespack

    Usai mencelupkan testpack itu ke dalam urin dalam wadah kecil. Lantas, ia pun mencoba melihat hasilnya.Bukan hanya Camelina yang awalnya merasa penasaran dengan hasilnya, tetapi semua orang yang ada di kamar itu. Mereka tampak tidak sabar, bahkan Berliana sudah mondar mandir di depan kamar mandi – terus menanti hasil yang diharapkannya tersebut.”Camelina, kamu sudah belum? Tahu `kan cara menggunakannya bagaimana?” seru Berliana dari arah luar.Pertanyaan yang terlontar keluar dari mulut Berliana saat itu membuatnya sontak menoleh ke arah pintu. Ia tidak menyahut tetapi bergegas keluar dari dalam kamar mandi.Begitu keluar, pandangan mereka langsung tertuju pada wajah Camelina. Saat itu Camelina hanya berjalan santai dengan wajah penuh keraguan.Ketika itu, bukan hanya Berliana, tetapi juga Sarah yang sangat penasaran dengan hasilnya. Sebab baginya, semakin cepat Camelina hamil semakin cepat pula melahirkan dan ia tidak akan merasa diduakan lagi. Meski sebelumnya Sarah teramat

DMCA.com Protection Status