Home / Pernikahan / Istri Kedua Tuan Presdir / Bab 3 Lenyapnya Kesucian

Share

Bab 3 Lenyapnya Kesucian

Author: Clavita SA
last update Last Updated: 2024-11-21 10:52:49

Dari tadi, ia terus mendengar Berliana yang tidak menyerah merayunya demi kepentingan dirinya sendiri, sedangkan dirinya hanya diam. Kini giliran Camelina yang dirasa perlu mengutarakan ketidaknyamanan mengenai situasi yang dirasakannya.

“Ma, kalau tujuannya untuk memiliki anak dan merasa malu mengakui menantu seperti saya yang  hanya orang miskin, kenapa tidak menikahkan Mas Aderson dengan wanita yang setara?” tanya Camelina dengan pandangan intens ke arah mertuanya.

Berliana tersenyum. “Hal semacam itu tidak penting untuk dibahas. Yang terpenting kita bisa mendapat keuntungan masing-masing. Kamu terbebas dari hukuman itu dan saya bisa memiliki cucu.”

Lagi-lagi, Camelina merasa menyesal dengan bibirnya yang sudah ia gunakan untuk bertanya pada orang yang sudah jelas-jelas pasti akan menyudutkan dirinya. Meskipun  begitu dan apapun alasannya, tetap  saja ia tidak bisa menolak.

“Baiklah, kalau memang itu mau Mama.” Camelina beranjak dari duduknya. Ia melangkah keluar dari kamarnya. Sedangkan Berliana menatap punggung Camelina dengan senyum licik yang terbingkai busuk dibibirnya, raut mukanya seolah mengatakan `Inilah alasan aku memilih dirimu. Kamu lemah dan mudah diperdaya.`

“Santai saja kamu  jalannya, biar Mama antar kamu ke sana!” kata Berliana.

Camelina tidak terlalu mendengarkan, ia berjalan terus sampai dirinya berada di depan kamar tujuannya, tetapi ia harus berhadapan dengan Sarah yang hendak keluar dari kamar itu. Sarah menoleh dengan pandangan mata tajam ke arah Camelina sembari berbisik, “Percepatlah.”

Tidak mau jika Sarah mengganggu rencananya malam ini, Berliana pun sontak  menarik  tangan menantu pertamanya, sedangkan tangan yang satunya lagi ia gunakan untuk menutup pintu kamar. “Kamu ngapain masih di sini? Ini `kan malam pertamanya suami kamu dengan istri barunya!” gerundel Berliana. “Kalau kamu terus di sampingnya, nanti dia gak hamil-hamil!” tambahnya.

Apapun yang mereka bicarakan, Camelina tidak pedulikan hal itu sama sekali. Ia hanya terus melangkah mendekati ranjang dengan pandangan mengedar ke seluruh sudut ruangan kamar itu.  “Kenapa orangnya tidak ada?” gumamnya. Saat itu, ia memang tidak melihat keberadaan Aderson sama sekali.

Akan tetapi, ada sudut ruangan lain yang tak ia lihat, itu adalah walk in closet dan kamar mandi. Entah di mana keberadaan Aderson saat itu, Camelina tidak bisa menebaknya.

Ketika Camelina tengah mencoba menebak keberadaan Aderson, ia dikagetkan dengan keberadaan suaminya yang mendadak ada di belakang dan melempar satu set lingerie. “Pakai itu malam ini!” pintanya dengan nada dingin.

Camelina pun membalikkan badan ke arah Aderson hingga seluruh tubuh menegang. Raut mukanya tampak  gugup, ia menelan ludah dengan mata terbuka lebar. “Tuan?” lirihnya.

“Bagaimana kalau jangan malam ini, tunggu sampai saya siap dulu?” Camelina mencoba memberikan penawaran kepada Aderson.

Selama ini ia hanya melihat tubuh Aderson dibalik kemeja atau bahkan kaos tipis, kini ia dapat melihatnya dengan jelas setiap bulu halus di dada dan tangan dengan tubuh berotot yang tampak sekali kuat. Bahkan, ia sampai kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikan ketidakmampuan  dirinya jika harus ditindih oleh pria kuat sepertinya.

“Ambil! Ganti bajumu yang lusuh itu!” desaknya.

Sebab tak diberikan kesempatan untuk bernafas lega, pakaian yang tergeletak di atas ranjang itu segera ia ambil. Camelina membeberkan satu set lingerie yang berwarna merah menyala dan kemudian Camelina langsung pergi menuju kamar mandi untuk berganti baju. Sekaligus, ia pergi untuk menghindar dari pria itu selama beberapa saat. Setidaknya ... sampai dapat bernafas dengan tenang. “Orang kaya yang semena-mena begitu harus merasakan kemiskinan,” keluh Camelina, mengutuk pelan.

Sampai di kamar mandi pun Camelina masih tampak tidak yakin dengan tubuhnya yang harus berbalut lingerie, tetapi lamunannya tidak bertahan lama, kemudian pandangannya kembali pada sehelai lingerie yang masih di genggaman tangan. “Apa aku harus memakai baju seperti ini?” gumamnya. Ia membuang muka dari lingerie itu. “Semesum  itukah otaknya, sampai aku harus pakai baju seperti ini?”

Ditambah lagi,  kini di hadapan  Aderson pun tidak tahu bagaimana dirinya harus bersikap. Tak pernah sekalipun ia membayangkan menjadi istri Aderson seperti sekarang  ini. Baginya  keadaan  ini  menjadi  semakin  canggung.

Setelah memandangi dirinya di depan cermin, Camelina kembali ke hadapan  suaminya dengan 1 set lingerie. Melihat bahwa Camelina sudah kembali dengan pakaian seksi yang disediakannya khusus untuk malam ini, Aderson yang sudah berada di tempat tidur dengan tubuh miring mengarah pada Camelina itu membuat ia tidak bisa memalingkan wajahnnya ke arah lain. Aura pembantu seolah langsung berubah menjadi Nona  cantik,  keindahan tubuhnya kian terpancar di hadapan Aderson.

“Cukup lumayan!” ucap Aderson dengan nada dingin. Sekalipun keindahan Camelina tercetak jelas di mata, tetapi anggapannya terhadap wanita itu tidak berubah. Ia masih  menganggap Camelina sebagai wanita rendahan yang harus memenuhi janjinya.

Tubuh mulus Camelina membuat Aderson tak mampu berpaling, meskipun sikapnya masih menunjukkan keangkuhan. Sedangkan Camelina, ia merasa malu untuk berjalan lebih dekat ke hadapan Aderson. Sebab, baru pertama kalinya  ia mengenakan baju seksi sampai belahan dadanya kelihatan jelas.

“Kenapa harus dengan pakaian seperti  ini? Bukankah tujuan Tuan adalah untuk menanam bibit bayi itu di  rahim saya?” tantang Camelina.

Hal itu  membuat  Aderson melangkah ke arah Camelina. Perlahan dan pasti, Aderson terus mendekat ke arah wanita yang kini sudah menjadi istrinya itu. Tali piyama di pinggangnya dilepas perlahan, hingga memperlihatkan jelas dada bidang dan perutnya yang tampak berotot. “Karena saya langsung kehilangan gairah saat melihatmu dengan pakaian lusuh tadi!” jelasnya.

Raut muka Camelina yang mendengar perkataan itu langsung tegang. Bibirnya tampak gemetar, jantungnya berdetak sangat kencang, terlebih lagi kini Aderson memandanginya dari jarak yang sangat dekat. Bahkan menjadi sangat ... sangat ... dekat.

Sedih, sakit, perih tapi tak berdarah. Semuanya terasa menyakitkan bagai diremukkan dengan mesin penggiling. Perasaan buruk menyatu padu menjadi satu. Harapan untuk bisa terbangun dalam mimpi buruk menjadi sebuah ketidakmungkinan bagi Camelina. Sebab, terpaan kesedihan, keterikatan yang membelenggunya semakin sulit untuk lepas. Dalam rapuhnya, ia hanya berharap bahwa ia mendapatkan kebebasan yang membahagiakan.

“Jujur, saya tidak menginginkan pernikahan ini.”

“Saya juga tidak mengharapkan. Tapi tindakan burukmu itu yang menjebak dirimu sendiri!” timpal Aderson. . “Lagipula, kita bisa segera bercerai setelah kamu melahirkan  anak.”

DEG!

Camelina langsung terdiam kala mendengarnya karena mulai menyadari bahwa telah cukup lama pernikahan Aderson dan Sarah tak kunjung dikaruniai seorang anak. Tentu saja Aderson menikahinya hanya untuk  memanfaatkan rahim yang ia miliki. Apa itu artinya aku seperti meminjamkan rahimku  sendiri?

Lalu, ia termenung memikirkan tanda tangan dalam sebuah berkas yang belum sempat dibaca sama sekali. Bersamaan dengan kesedihan yang dialaminya, ia tidak terpikirkan sedikitpun untuk membaca isi setiap kalimat yang ada di dalamnya.

“Apa aku ini dianggap seperti boneka yang diambil ketika sedang dibutuhkan saja?” batinnya.

Ia memegang perutnya – membayangkan perutnya akan membesar, tetapi setelah lahir, bayi yang dikandungnya malah akan diakui  anak orang lain.

“Kalau tujuan Tuan menikahi saya hanya demi mendapatkan seorang anak, lantas bagaimana jika ternyata saya tidak bisa memberikannya?” tanya Camelina dalam posisi keduanya masih saling  berhadapan lekat dan kedua pergelangan tangannya dipegang erat Aderson.

“Maka kita akan terus melakukannya sampai bayi yang saya dambakan selama ini lahir dengan baik ke dunia ini!” jawab Aderson dengan tatapan mata dingin.

                                                                 

Camelina menatap pria yang ada di hadapannya dengan mata berkaca-kaca, tampak jelas aura kesedihan di sudut matanya. Ia berusaha menahan air matanya agar tidak menangis, ada rasa sesak dalam dada ketika tidak bisa melampiaskan apa yang  ia rasa. Saat baginya hidup seolah tidak ada artinya lagi.

“Lepaskan tangan saya sekarang!” geram Camelina. Ia berontak karena tubuh Aderson yang bidang dan kuat membuatnya agak kesulitan bernafas, ditambah lagi pergelangan tangannya pun terasa sakit.

“Tidak akan saya lepaskan sebelum benih itu  masuk ke rahimmu!”

Dalam situasi seperti itu, ia hanya bisa pasrah tanpa mampu berbuat apa-apa. “Baiklah, lakukan dengan cepat, Tuan.” Ingin segera ia akhiri malam bersama Aderson, walau di malam berikutnya ia harus siap melayani pria  itu kembali.

Tanpa menyahut, secara perlahan Aderson  melepas sedikit demi  sedikit pakaian Camelina. Aroma lavender pada tubuh wanita itu semakin  memikat. Ia mulai menggagahi tubuh istri barunya dengan bangga.

Ia memejamkan kuat-kuat – menahan rasa sakit pada bagian miliknya yang terus menerus dihantam berkali-kali, setiap hentakannya sangat terasa perih. Mimik wajah Camelina yang tampak kesakitan malah membuat Aderson bersemangat memberi hentakan yang lebih kuat.

Related chapters

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 4 Saya Juga Istrinya

    Malam ini menjadi malam yang mencekam. Hati yang dingin dengan suasana panas. Tubuhnya terhimpit kuat oleh pria yang kini bersamanya – ia menggagahinya malam ini.Deru nafas Aderson kian terdengar jelas di telinga. Tak bisa menampik, tampak dari wajah pria itu seolah menikmati malam ini. “Bibir bawah milikmu masih tampak perawan, aku sampai kesulitan,” bisik Aderson di telinga Camelina. Ia melontarkan seringai miring di bibirnya.`Ugh, sungguh... rasanya ingin muntah!`Namun, saat itu Camelina hanya terdiam jijik kala mendengar kalimat kotor yang terlontar keluar dari mulut pria yang kini harus ia akui paksa sebagai suaminya, walau ia sendiri tidak tahu entah sampai kapan ia diam menahan sakit batin dan raganya. Hatinya pun belum bisa seutuhnya menerima bahwa Aderson kini adalah suaminya."Hentikan cengkeraman tanganmu itu dariku, ini sungguh menyakitkan!" racau Camelina seraya menggertakkan giginya kuat-kuat. Ia sudah tidak bisa lagi diam dalam kesakitan."Kamu akan kulepaskan set

    Last Updated : 2024-11-21
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 5 Sungguh Menyayat Hati

    Beberapa wanita memasuki ruangan khusus yang telah disediakan dengan berbagai macam sajian yang terdapat di meja tamu. Tentu di tempat itu seperti biasa mereka saling memamerkan diri, saling menyanjung satu sama lain dengan segala kepalsuan yang terlontar keluar dari mulut manis mereka, bahkan terkadang membicarakan rumor yang beredar.Tetapi begitu Camelina memasuki ruangan itu dengan membawa buah semangka di piring lonjong yang telah dipotong-potong kecil berbentuk segitiga, suasana mendadak hening. Ini sungguh aneh bagi Berliana sekaligus Camelina itu sendiri, karena tidak biasanya teman-teman arisan Berliana begini. Pandangan mereka langsung terfokus pada penampilan Camelina saat itu. Lalu, tampak sedikit berbisik satu sama lain.”Hei, kalian lihat wanita itu? Apa kamu tidak salah informasi mengenainya?””Tidak. Selama ini aku tidak pernah salah kan dalam menyampaikan gosip terbaru.”Mereka yang menunjukkan jelas dengan saling berbisik satu sama lain membuat Camelina tidak nyaman

    Last Updated : 2024-11-21
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 6 Kepedihan Tak Berbentuk

    “Dengarkan aku baik-baik. Mulai sekarang, apapun yang terjadi tetap sembunyikan kebenaran itu. Apalagi kalau suatu saat nanti sudah hamil besar, kau jangan berani keluar menunjukkan dirimu kepada siapapun!” bisik Berliana seraya menggertakkan gigi.“Mohon maaf, Nyonya. Tapi bukankah pernikahan ini terjadi juga atas persetujuan darimu?”Bukan maksud Camelina untuk membantah. Hanya saja ia tidak bisa terus diinjak atau bahkan dimanfaatkan. Baginya, sesekali perlu mengatakan pernyataan yang ia yakini. Wanita miskin seperti dirinya pun juga manusia yang ingin dhargai.“Memang benar. Tapi kamu sendiri juga tahu kalau derajat kita ini sungguh sangat berbeda. Aku harap kamu paham maksudku.”Camelina tersenyum pahit seraya menahan sesak dalam dada. Namun ia tidak bisa membenarkan apa yang ia yakini dan Berliana yakini. Pilihannya saat ini adalah mengikuti alur yang ada.“Baiklah kalau memang itu maumu.”Tidak mau banyak terlibat dalam pembicaraan lain yang menurutnya hanya membuat sakit hat

    Last Updated : 2024-11-21
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 7 Salah Paham

    Malam tiba, saat ia hanyut dalam lamunannya. Namun itu tak bertahan lama, sebab berisik pintu dibuka dari arah luar membuatnya seketika tersentak, lalu menoleh dengan wajah datar. Raut mukanya seolah menyimpan sedikit tanya. `Siapa itu?` pikirnya, menelan ludah tegang.“Kamu ikut saya sekarang!” ajak Aderson, memasang wajah dingin.Camelina sudah tidak aneh lagi dengan ajakan itu. `Apa malam itu belum cukup menyiksaku sampai badanku sakit semua?` batinnya menerka sembari menghela nafas. Begitu Aderson ada di dekatnya, ia langsung bertanya, “Sampai kapan kita akan melakukan itu?” tanya Camelina.Sudah kedua kalinya Aderson mendapat pertanyaan yang serupa dari Camelina dan ia pun ingat pernah menjawabnya, menurutnya kali ini tidak perlu ia jawab lagi.“Gak usah banyak tanya!” jawab Aderson dengan ketus.`Padahal aku cuma tanya, kenapa jawabannya harus seketus itu? Memangnya pertanyaanku tadi itu salah?” umpatnya, pelan.Walaupun tampak tidak peduli, rupanya Aderson mendengarkan setia

    Last Updated : 2024-11-24
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 8 Masih Rahasia

    Langkah kaki yang nyaris ambruk membuat Aderson antusias langsung menahan tubuh seorang pria tinggi dengan sedikit uban di bagian pinggir kepalanya. Pria itu menjatuhkan tentengan tas kecilnya dan berdalih memegang dadanya yang tampak menahan sesak. Orang-orang memanggilnya Fredy, walau nama sebenarnya adalah Frederick.“Ayo, Pa, biar aku bantu!” ujarnya dengan antusias.Uhuk, Uhuk!Berliana yang saat itu tak sengaja melihat ke arah luar karena ada suara orang batuk, yang setelah diperhatikan ternyata itu suaminya, membuat ia antusias menghampiri. “Papa kamu kenapa, Son?”Selama ini Frederick – suami Berliana selalu menyembunyikan penyakitnya, ia tak pernah mengatakan apapun pada keluarganya. Ia melakukan aktivitas seperti biasa, tanpa memperlihatkan sedikitpun mengenai gangguan kesehatan yang dialaminya.“Pa, darah.” Sedikit darah yang ada di telapak tangan Frederick membuat Aderson langsung cepat-cepat membawanya ke kamar. Ia memapah Ayahnya tanpa menggubris pertanyaan yang dilonta

    Last Updated : 2024-11-25
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 9 Ketika Istri Kedua Lebih Utama

    Malam ini, di dalam kamar, Camelina termenung. Ia belum pergi keluar dari kamar mertuanya itu karena pikirnya bahwa ia pasti akan diperlukan untuk merawat Frederick. Saat itu Aderson dan Sarah sudah keluar dari kamar itu. Kini, hanya tinggal Camelina, Berliana dan Frederick.“Apa tujuannya sekarang? Kenapa mendadak baik dan membelaku?" pikiran itu terus berkecamuk dalam kepala. Berliana menarik sedikit tangan Camelina untuk berbicara. Saat ini, Berliana merasa belum saatnya untuk menceritakan apa yang telah terjadi di rumah ini. Sebab, ia tidak mau membebani pikiran suaminya yang terbaring sakit."Ikut aku sebentar!" ucap Berliana dengan suara pelan. Ia menarik tangan menantunya yang ada di sana.“Beruntung kamu punya suami seperti putraku. Tapi jangan besar kepala dulu, tetap saja aku tidak akan membebaskan hutangmu itu padaku. Sampai kapanpun, selama bukan kamu yang menggantinya langsung dengan uangmu sendiri, kesalahan yang belum tertebus itu masih akan aku anggap utang!” ucap B

    Last Updated : 2024-11-27
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 10 Mencari-cari

    “Aku harus mencarinya. Di mana dia sekarang?” gumamnya seraya melangkah lebih cepat.Camelina berjalan keluar dari rumah itu pagi-pagi sekali. Sarah yang melihat hal itu menyimpan pertanyaan singkat dalam benaknya. “Kenapa dia berjalan keluar terburu-buru begitu? Ada apa dengannya?” gumam Sarah seraya mengernyitkan dahi. Ia berjalan keluar rumah untuk mengikuti, tetapi Berliana datang dan memanggilnya. Hal itu membuat dirinya kehilangan jejak Camelina.Camelina memang sengaja berjalan begitu cepat. Ia tidak mau jika ada banyak orang yang bertanya ke mana dirinya melangkah pergi.“Bisa luangkan waktu sebentar?” tanya Camelina. Ia berdiri di depan sebuah pavilliun ketika melihat Firhan – Ajudan pribadi Aderson yang baru keluar dari sana dengan pakaian rapi.“Ada apa datang kemari?””Mengenai kontrak yang ditandatangani waktu itu, bolehkan aku melihatnya lagi?” tanya Camelina.Firhan malah terdiam sejenak dan memperhatikan raut muka Camelina yang tampak sangat penasaran dan ingin

    Last Updated : 2024-11-27
  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 11 Jebakan Wanita Licik

    “Ada apa, Ma?” tanya Camelina kepada Berliana yang tampak tengah menunggu dirinya. Berliana berbalik ke arah suara itu berasal. ”Kamu ini pergi ke mana saja? Bukannya menyiapkan sarapan malah tidak ada.” “Segera, Ma. Saya akan segera menyiapkan semuanya.” Camelina tidak menunggu apapun lagi, ia pun kemudian berlari kecil menuju dapur dan langsung memasak untuk memasak sarapan pagi ini. Sesaat setelah Camelina melangkah pergi, Sarah pun kemudian berjalan menghampiri yang saat itu masih dalam keadaan berdiri di tempat yang sama. “Ma, sabar ya .... Dia itu memang sangat tidak berguna. Oh ya, ada yang mau aku bicarakan sama Mama.” “Soal apa?” “Bagaimana kalau nanti agak siangan aku ajak Mama ke cafe, biar aku yang traktir?” Sarah sengaja melakukan hal itu demi bisa mengambil hati Berliana yang mana baginya mertuanya tidak boleh sampai merasa bersimpati kepada Camelina. “Boleh, deh, kebetulan Mama sedang tidak ada jadwal dengan siapapun.” Perlahan-lahan, Sarah yang diotaknya hanya

    Last Updated : 2024-11-29

Latest chapter

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 24 Bentrok

    Seketika Aderson langsung menoleh ke arah Camelina dengan mata membelalak.Reaksi Aderson yang demikian pun membuat Camelina bertanya, "Kenapa, Mas?" "Tidak apa-apa. Kamu aneh!" celetuk Aderson. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain dengan wajah yang tampak tegang. Ekhem! Aderson mendeham."Kamu sudah makan?" tanyanya. Camelina menggelengkan kepala. "Saya tidak berniat untuk makan siang bersama. Kita bicara sebentar!" pinta Camelina. "Sambil makan saja."Aderson memarkirkan mobilnya di salah satu restoran yang ia miliki. "Ayo keluar! Saya sudah lapar. Kalau kamu bawa makan siang, saya gak bakal ajak kamu ke sini!""Kalau gak ikhlas, jangan saja. Saya 'kan datang ke kantor karena ada kepentingan," ungkap Camelina yang terus diam di dalam mobil sekalipun Aderson sudah membukakan pintu mobil untuknya."Cepatan!" sentak Aderson kepada Camelina.Aderson menarik tangan Camelina hingga membuat wanita itu mau tidak mau harus keluar dari mobil. "Tidak perlu menarik tangan saya.""Kamu beba

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 23 Karena Penyamaran

    Resepsionis itu terus memperhatikan wajah Camelina yang bersembunyi di balik topi abu tua yang dipakainya. Sejak tadi Camelina juga terus menunduk karena tidak mau jika wajahnya sampai tersekspos ke media.“Maaf, tapi berdasarkan ketentuan yang ada di sini, yang belum ada janji dilarang bertemu Pak Aderson!” ucap resepsionis itu.Camelina terdiam sejenak mendengar jawaban itu. Isi kepalanya bekerja keras bagaimana agar dirinya bisa menemui Aderson.Saat resepsionis itu agak lengah, Camelina mencoba mengendap-endap pergi dari sana untuk menuju tangga mencari keberadaan Aderson. Namun, begitu resepsionis itu menyadarinya, Camelina langsung diberhentikan. “Kamu mau ke mana? Siapa yang mengizinkanmu masuk?!” ujar resepsionis itu menarik bagian belakang baju Camelina.Camelina berbalik dan kemudian berkata, "Kalau begitu izinkan saya bertemu Pak Aderson sebentar saja ...!" pinta Camelina. Ia bersikukuh dengan keinginannya tersebut. Setelah menyempatkan waktunya untuk datang ke tempat

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 22 Mulai Ingin Tahu

    Camelina yang merasa bahwa berbicara dengan Sarah tidak ada gunanya dan ini hanya membuang-buang waktunya.“Sarah, selama ini saya tidak ada urusan apapun sama kamu, jadi sebaiknya kamu diam!” tegas Camelina, ia memasang wajah serius.Tentu saja Sarah langsung mendengus kesal, karena posisinya yang jauh lebih penting di rumah itu seperti tidak dihargai. Ia merasa bahwa dirinya seperti direndahkan. “Heh! Semua yang berhubungan denganmu, urusannya denganku juga, karena tanpa ada izin dariku kamu tidak akan bisa menikah dengan suamiku!”“Sudah, Sarah. Kali ini biarkan kamu mundur selangkah. Yang membuat perjanjian itu bukan kamu melainkan aku!” pinta Berliana kepada Sarah.Sarah langsung menoleh dengan ternganga tak percaya. “Sungguh! Bagaimana bisa Ibu metuaku mendadak berkata begitu!” umpat Sarah dalam benaknya, bibirnya mengerucut dan matanya melirik ke arah Berliana.Berliana memejamkan matanya sejenak. “Ya sudah, kamu boleh keluar. Asal jangan lama-lama dan jangan keseringan ju

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 21 Terlalu Rumit

    Dugaan Aderson langsung ke arah sana karena sebelumnya ia sempat melihat Camelina yang agak menekan perutnya dengan wajah yang tampak kesakitan. Melihat usia kandungan Camelina yang masih sangat muda dan pertama kalinya pula Camelina hamil, membuatnya khawatir terjadi sesuatu kepada janin yang di kandung istri keduanya.[Begini, Nak. Demi kebaikan calon cucu Mama. Bagaimana kalau kita carikan perawat pribadi yang bisa menjaga semua asupan gizi untuk janin itu?][Aku setuju sama Mama, tapi apa itu berbahaya bagi keluarga kita? Karena jika berani menghadirkan orang baru di lingkungan rumah kita, orang itu lama kelamaan pasti akan mengetahui apa yang selama ini disembunyikan. Sebaiknya sesekali panggil Dokter Ikhsan saja untuk memastikan kesehatan sekaligus mengatur pola makanannya!]Pada saat yang sama, Firhan mendatangi Aderson dan memberitahu. "Tuan, ada yang datang," ucap Firhan. Sontak, Aderson langsung menoleh ke arah pintu.Berliana terdiam sejenak mencerna perlahan apa yang di

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 20 Aturan Ketat

    “Sebelum kamu lanjut makan. Mama mau bicarakan sesuatu dulu sama kamu!”Saat Camelina tengah mengunyah, ia pun kemudian menaruh sendok dan garpu yang ada di tangannya. Ia mengambil air putih dan menenggaknya sedikit.“Masalah apa lagi yang dibuat Sarah kali ini? Kenapa dia tidak pernah bosan mengganggu kenyamananku?” batinnya.Antara siap dan tidak siap, ia mengambil nafas lalu membuangnya perlahan. Barulah ia bicara – menyahut permintaan Berliana sebelumnya.“Mau bicarakan soal apa, ya, Ma? Apa Mama mau saya masakkan buat sarapan juga?” tanya Camelina. Sekalipun intuisinya mengatakan bahwa Berliana tengah mencurigai sesuatu terhadapnya, tetapi ia malah mengusulkan pertanyaan lain yang menurutnya perlu ia katakan dibanding fokus pada apa yang ia pikirkan. Dibanding balas mencurigai, Camelina memancing Berliana agar segera mengatakan yang seharusnya.“Tadi kamu mendatangi Aderson? Buat apa? Apa kamu mau minta transfer padanya karena kamu belum mampu mengganti piring yang pecah?”

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 19 Wanita Pengganggu

    Camelina berjalan menuju samping rumah. Sengaja ia menggunakan jalan belakang karena menurutnya jika menggunakan jalan depan rumah maka tentu Sarah ataupun Berliana akan melihat dirinya.“Itu dia. Kamu pikir bisa lepas dari mataku? Tidak akan pernah aku biarkan kamu menjalankan rencana sendirian tanpa aku ketahui!” gumam Sarah seraya pergi.Saat itu, Camelina sama sekali tidak menyadari bahwa ada yang memantaunya sejak tadi. Ia hanya terfokus pada rencananya dan melihat ke depan rumah sekilas tanpa memperhatikan lebih jelas mengenai keberadaan istri pertama suaminya yang terus memata-matai.“Lebih baik sekarang aku langsung pergi ke kamar!” gumam Camelina seraya terburu-buru.Begitu Camelina membuka pintu belakang. Di sana ia langsung terhenyak kaget dan refleks menghentikan langkah kakinya saat melihat Sarah yang sudah berdiri di hadapannya dekat pintu dengan kedua tangan menyilang di dada. Sarah tersenyum sinis ke arahnya.Namun, Camelina menghiraukan Sarah dan kemudian melanjutka

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 18 Tuntutan dan Situasi

    “Tunggu, Tuan!” pinta Camelina. Aderson saat itu sungguh tidak menyangka jika ternyata Camelina sampai berani menyusulnya keluar rumah hanya untuk menemuinya. Sejak tadi – tepatnya ketika tengah berbicara dengan istri pertamanya, Camelina terus membuntuti karena ada hal yang menurutnya penting.“Mulai sekarang dan secara pribadi kamu tidak perlu memanggil saya `Tuan`, panggil saja sebagaimana seharusnya! Walaupun kontrak, tapi kita sudah menikah!” tegasnya.“Iya, Mas!” sahutnya seraya memejamkan matanya sejenak.Camelina celingak-celinguk untuk memastikan bahwa tidak ada Sarah atau bahkan Berliana yang memata-matai dirinya. Sebab ia tidak mau jika setelahnya malah dihujani dengan banyak pertanyaan yang bahkan tidak ada hubungannya dengan mereka sama sekali.“Kamu lihat-lihat apa?” Aderson yang menduga bahwa mungkin saja pembicaraan itu dengannya bersifat rahasia membuatnya langsung membuka pintu mobil dan kemudian menarik tangan Camelina sampai wanita itu jatuh tersungkur di paha

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 17 Mencari Celah

    “Bagaimana kondisinya, Dok?” tanya Berliana yang tampak sangat perhatian. Dokter pun sampai heran dibuatnya. Hanya saja, Camelina tak sedikitpun merasa senang, karena ia tahu bahwa Berliana bukan peduli padanya melainkan pada janin yang ada dalam kandungannya.Ia bisa merasakan, mana yang memang peduli dan mana yang memang hanya memanfaatkan dirinya saja demi kepentingan pribadi dengan dan bersikap di balik topeng kepura-puraan.“Dia tidak kenapa-kenapa. Hanya keram biasa saja, ini hanyalah hal normal yang biasa dirasakan oleh wanita hamil, Bu!” jelasnya dengan santai, memberi pengertian.Aderson yang mendengar hal itu pun tampak lega. Ia menoleh ke arah Camelina, seperti ada sesuatu yang ingin ia katakan, tetapi bibirnya kelu hingga akhirnya memilih diam tanpa berkata apapun.Dokter Merry segera beranjak dari duduknya. Ia segera membereskan peralatan yang dikeluarkannya tadi. Melihat Dokter Merry yang beranjak pergi, membuat Berliana langsung menghampiri. Ia berdiri di d

  • Istri Kedua Tuan Presdir   Bab 16 Hasil Tespack

    Usai mencelupkan testpack itu ke dalam urin dalam wadah kecil. Lantas, ia pun mencoba melihat hasilnya.Bukan hanya Camelina yang awalnya merasa penasaran dengan hasilnya, tetapi semua orang yang ada di kamar itu. Mereka tampak tidak sabar, bahkan Berliana sudah mondar mandir di depan kamar mandi – terus menanti hasil yang diharapkannya tersebut.”Camelina, kamu sudah belum? Tahu `kan cara menggunakannya bagaimana?” seru Berliana dari arah luar.Pertanyaan yang terlontar keluar dari mulut Berliana saat itu membuatnya sontak menoleh ke arah pintu. Ia tidak menyahut tetapi bergegas keluar dari dalam kamar mandi.Begitu keluar, pandangan mereka langsung tertuju pada wajah Camelina. Saat itu Camelina hanya berjalan santai dengan wajah penuh keraguan.Ketika itu, bukan hanya Berliana, tetapi juga Sarah yang sangat penasaran dengan hasilnya. Sebab baginya, semakin cepat Camelina hamil semakin cepat pula melahirkan dan ia tidak akan merasa diduakan lagi. Meski sebelumnya Sarah teramat

DMCA.com Protection Status