Eleanor harus menelan pil pahit saat mendapati adiknya hamil karena ulah sang calon suami. Pernikahan yang diharapkan indah, justru berakhir petaka. Tak ingin Eleanor dicap buruk, William berinisiatif menikahkan Eleanor dengan Darren, pria misterius yang tak pernah menampakkan wajah dan dianggap buruk rupa. Pernikahan kilat tanpa saling kenal terlebih dahulu membawa banyak kejutan tak terduga di hidup Eleanor. Lalu, sanggupkah Eleanor menghadapi semuanya? Akankah Eleanor menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?
View More“Aku juga tidak tahu. Aku ingat plat nomor mobilnya dan aku yakin itu adalah Alden. Tapi waktu aku mau mendekat, dia malah tancap gas.”Darren mendengkus kesal mendengar ucapan istrinya. Dia menggeretakkan gigi karena menahan amarah. Melihat itu, Eleanor segera mengusap lembut lengan suaminya.“Mungkin dia hanya iseng, jangan dimasukkan ke hati, ya?”Eleanor tersenyum manis, berusaha untuk meredam amarah suaminya. Lalu, saat menyadari tindakannya, dia segera menarik kembali tangannya. “Maaf, aku hanya spontan tadi.”Darren menghela napas panjang sebelum bangkit dari duduk. Namun, saat hendak berlalu, suara Eleanor berhasil menahannya.“Sarapan sudah siap. Sebaiknya segera makan sekarang sebelum dingin dan tidak enak lagi.”Darren mengangguk dan menunggu Eleanor bangkit dari duduk. Meskipun kesakitan, wanita itu tetap memaksakan diri untuk berjalan. Eleanor berjalan lebih dulu, sedangkan Darren di belakangnya sambil diam-diam mengamati. Saat tiba di meja makan, senyum yang sejak
Agatha terjaga ketika ingin berkemih. Dia berusaha untuk bangun, tetapi tangan kekar seseorang melingkari perutnya. Dia menoleh dan mendapati Kevin masih tertidur pulas di sampingnya. Tangan wanita itu terulur untuk mengusap lembut pipi sang pria sebelum memindahkan tangan dari perutnya.Perlahan Agatha bangkit dan hendak turun dari ranjang, tetapi Kevin mencekal pergelangan tangannya.“Mau ke mana, Sayang?”“Aku harus ke kamar mandi, Kevin.”“Jangan lama-lama. Aku masih menginginkanmu.”Agatha tersenyum manis sebelum bangkit dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi. Dia sama sekali tak merasa risih meskipun Kevin menatapnya lekat. Lekuk tubuh wanita itu sudah membuat Kevin mabuk kepayang dan ingin kembali mengulang indahnya dosa beberapa jam yang lalu.Saat Agatha keluar kamar mandi, Kevin langsung duduk dan mengulurkan tangan. Senyum lebarnya tersumir di bibir kala sang wanita setengah berlari dan menerjangnya hingga terjengkang di ranjang.“Mau lagi?” tanya Agatha sambil men
Alden tersentak mendengar peringatan yang diucapkan Darren. Kedua matanya langsung menatap lekat ponsel yang tergeletak di depannya. Dahinya berkerut dalam sebagai pertanda bahwa dia sedang berpikir keras.“Jangan berpura-pura lagi, Alden! Aku tahu kamu menyuruhnya untuk memata-matai Elea.”Alden mengalihkan tatapan dari ponsel di depannya kepada Darren. Tahu ke mana arah pembicaraan pria itu, Alden mendengkus kesal. Lalu, menyandarkan punggung sambil menatap penuh ejekan kepada sepupunya.“Kalau iya kenapa?” Alden tersenyum miring sebelum bangkit dari duduk dan mencondongkan tubuhnya ke depan. “Aku akan merebutnya kembali darimu, Darren. Lihat saja nanti.”Darren mendengkus kesal sebelum berbalik dan hendak berlalu, tetapi suara Alden berhasil membuat langkahnya terhenti.“Kamu tak akan berhasil mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku, Darren!”Darren mengepalkan kedua tangannya sebelum segera pergi meninggalkan ruangan. Tidak ada gunanya juga meladeni semua omong kosong
Eleanor tersenyum tipis setelah memasang sabuk pengaman, kemudian melirik sang suami sekilas sebelum menatap jalanan. Sementara, Darren perlahan mulai melajukan mobil meninggalkan rumah. Sepanjang perjalanan, hanya suara musik yang terdengar memenuhi kabin.“Kamu senang, Elea?”Eleanor menoleh saat mendengar suara suaminya. Dia tersenyum sambil mengangguk sebagai jawaban. Setelahnya, dia kembali menatap jalanan.“Ehm, bukankah ini urusan bisnismu, apa tidak apa-apa jika aku ikut?”Darren melirik sang istri sekilas sebelum kembali fokus menatap jalanan. “Aku lebih tenang jika kamu ikut bersamaku. Dan ... anggap saja ini liburan.”Eleanor kembali tersenyum mendengar jawaban suaminya. Lalu, menikmati musik sambil sesekali ikut bersenandung. Sementara di sebelahnya, Darren memperhatikan sambil tersenyum.Hampir dua jam perjalanan, akhirnya mobil yang dikemudikan oleh Darren sampai di hotel yang dituju. Keduanya turun di lobi sebelum melangkah menuju resepsionis. Lalu, berjalan menuj
Eleanor mengerjap pelan kala suara alarm menyapa rungu. Dia meraba untuk mencari ponsel dan segera mematikan alarm. Lalu, beringsut duduk dan menggeliat sejenak sebelum mengedarkan pandangan. “Selamat pagi, Eleanor,” ucap Eleanor pada dirinya sendiri sambil tersenyum. Lalu, mengangkat kedua tangan ke atas dan meregangkan otot. Masih teringat jelas dalam benak kejadian semalam saat Darren memintanya untuk tinggal sejenak di dapur. Wanita itu bergeming sambil menatap tangan sang suami sebelum beralih untuk menatap wajahnya. Aura dingin yang biasanya hinggap berganti dengan kesedihan. Entah apa yang sudah terjadi, yang pasti Darren sedang tidak baik-baik saja. Maka Eleanor memutuskan untuk berdiam diri dan menunggu apa yang akan dilakukan suaminya. Sekian menit berlalu, Darren hanya bungkam sehingga membuat Eleanor mengernyit heran. “Ada yang mau kamu sampaikan?” “Lupakan. Tidurlah!” Darren kembali seperti biasa. Dingin dan misterius sehingga membuat Eleanor menghela napas
Agatha menatap Alden sebelum mengumbar senyuman. Dia mendekat dan hendak memeluk sang suami, tetapi langsung ditepis. “Tadi tanya ke mana aku pergi, sekarang malah cuek.” Agatha mengerucutkan bibir sambil bersedekap. “Aku cuma bertanya. Lagipula bukan urusanku juga mau ke mana saja kamu pergi.” Alden berlalu menuju pintu, tetapi Agatha segera mencegahnya. “Kita sudah menikah dua Minggu lebih, Alden. Tidak maukah kamu melewati malam pertama kita sebagai pengantin baru?” Alden kembali menepis kasar tangan Agatha yang mulai bergerilya di lengannya. Lalu, menatap nyalang sang istri sambil mendengkus kesal. “Inilah risiko yang harus kamu tanggung, Agatha. Kamu tahu aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini. Jadi jangan berharap ada malam pertama bagi kita.” Usai berucap demikian, Alden langsung keluar kamar dan membanting pintu di belakangnya sehingga membuat Agatha tersentak. Wanita itu mendengkus kesal sebelum mengempaskan kasar tubuhnya ke ranjang. Lalu, memukul bant
Menjelang malam, Agatha mematut diri di cermin setelah mengenakan gaun sebatas lutut yang membentuk lekuk tubuh. Bibir bergincu merah terang itu mengulas senyum tipis sebelum menyambar tas selempang. Lalu, keluar kamar sambil berjalan mengendap-endap.Wanita itu menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan bahwa tak ada orang yang melihatnya keluar rumah. Sayang harapannya hanya sebatas angan karena sang mertua memergokinya saat membuka pintu utama.“Mau ke mana kamu, Agatha?”Agatha tergagap karena tak menyangka akan bertemu mertuanya. Dia mengusap tengkuk sambil tersenyum canggung sebelum menjawab.“Aku mau ke acara ulang tahun temanku, Ma. Terus pulangnya mau mampir ke rumah Papa dulu.”Erina menelisik penampilan sang menantu dari atas sampai bawah sebelum tersenyum sinis. “Alden sudah tahu?”“Nanti aku kasih tahu lewat pesan saja, Ma.” Agatha kembali mengusap tengkuk karena merasa diintimidasi oleh tatapan mertuanya. “Aku pergi dulu, Ma. Takut kemalaman.”Agatha berlalu begit
Darren mengikuti arah pandang Eleanor, tetapi orang yang dimaksud tersebut sudah pergi. “Siapa?”Eleanor mengernyit heran sebelum menjawab. “Aku tidak yakin, tapi tadi sepertinya ... ah, lupakan saja.”Eleanor mengulas senyum sebelum menyendok makanan dan memasukkannya ke mulut. Dia berbinar karena rasa masakannya yang enak. Sementara di depannya, Darren menyantap makanan sambil sesekali melirik istrinya.Selama sesi makan itu, Eleanor dimanjakan lidahnya oleh berbagai rasa masakan. Meskipun terbilang masakan sederhana, tetapi rasanya seperti di restoran mewah.Usai menyantap makanan hingga selesai, mereka meninggalkan rumah makan itu setelah berpamitan kepada Hana.“Semua masakannya enak, padahal hanya menu sederhana. Seperti masakan rumahan, tetapi rasanya bisa diadu sama restoran mewah. Apa Hana yang memasak semuanya?”Eleanor menoleh dan menatap penuh harap kepada suaminya. Namun, sekian detik menunggu, hanya hening yang terasa. Wanita itu menghela napas panjang sebelum me
Eleanor perlahan membuka mata kala pantulan sinar matahari menyentuh kulitnya. Dia mengangkat tangan untuk meregangkan otot, tetapi diurungkan ketika menyentuh sesuatu. Wanita itu menoleh dan mendapati Darren masih terpejam dengan posisi setengah duduk. Lalu, sekelebat bayangan tentang kejadian semalam kembali berputar di kepala.Usai mendengar ucapan Darren yang menyuruhnya tidur di dekatnya, Eleanor perlahan merebah. Dia berusaha untuk memejamkan mata, tetapi sangat sulit hingga akhirnya sebuah usapan lembut mendarat di punggungnya. Merasakan kenyamanan, wanita itu pun tertidur.“Sudah bangun?”Eleanor tergagap saat mendengar suara bariton milik suaminya. Dia hanya mengangguk dan sedikit menjauh. Sementara, Darren menggeliat sejenak sebelum bangkit dari sofa.“Pagi ini aku mau jogging, mau ikut?” Eleanor mendongak dan mengerjap pelan sebelum akhirnya tanpa sadar mengangguk. “Oke, aku tunggu lima belas menit lagi.”Darren segera berlalu, sementara Eleanor masih membeku di tempat
“Aku mau pernikahan ini dibatalkan!” Suara lantang Eleanor langsung menarik perhatian semua anggota keluarga, pun dengan tamu yang hadir di sebuah gedung resepsi. Ya, hari itu rencananya Eleanor akan menikah dengan Alden, pria yang telah berpacaran dengannya selama lima tahun. “Jangan bercanda kamu, El. Kamu akan menikah sebentar lagi.” Suara tegas dan berwibawa milik seorang pria paruh baya bernama William itu terdengar memenuhi ruangan. “Aku tidak bercanda, Kek. Aku serius akan membatalkan pernikahan ini karena ....” Eleanor menarik napas berat sebelum menatap calon suami yang duduk di sampingnya. “Karena Alden telah menghamili Agatha.” “Elea, a-apa maksud kamu?” tanya Alden tergagap. Wajahnya seketika memucat. Alden langsung menatap Agatha yang tengah menyunggingkan seringai tipis di sebelah ibunya. Kakek William yang sedang duduk langsung berdiri dan menatap Eleanor dengan tatapan tidak senang. “Hari ini adalah hari baik, Elea. Bagaimana bisa kamu bercanda dengan memb...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments