Zavira baru saja dipecat atasannya dengan alasan yang tak jelas, pada hari yang sama, dia memergoki kekasihnya sedang berselingkuh dengan rival kantornya. Seminggu sudah ia mengurung diri hingga temannya mengajak untuk pergi ke bar dan melupakan segala masalah yang datang bertubi-tubi itu. Hingga berakhir tidur dengan seorang pria tak dikenal. Beberapa hari kemudian, Zavira pergi ke sebuah restoran karena temannya mengajak untuk bertemu editor yang akan membantu Zavira menjadi penulis. Baru sampai di lantai dua, betapa terkejutnya Zavira melihat salah satu editornya ternyata pria yang beberapa hari lalu ia tiduri.
View MoreJam menunjukkan pukul 4 pagi, Zavira segera keluar kamar dan melihat Aksara tertidur di sofa ruang tamu. "Kenapa malah nggak ke rumah utama sih," gumamnya protes."Zavira?" Aksara terbangun kita mendengar suara dentingan gelas dan air mengalir. Zavira melirik ke belakang, lalu kembali menatap ke depan, dapur tanpa sekat sehingga ruang tamu terlihat jelas. "Ngapain?" Aksara berjalan mendekat dan akan memeluk Zavira. "Stop!" Zavira memundurkan langkahnya, sehingga pelukan itu tidak jadi. "Aku cuman mau minum."Aksara menatapnya dengan murung, Zavira masih menolak bersentuhan dengannya. "Kumohon, aku ingin memelukmu."Zavira menggelengkan kepalanya, ia masih belum puas karena perlakuan Aksara. Setidaknya ia ingin pria itu tidak mengulangi perbuatannya meski sudah berjanji."Ma-mau ke mana?" Aksara bertanya dengan nada takut saat Zavira berjalan menuju pintu keluar dengan membawa kunci rumah."Aku udah kasih pilihan sama kamu, tapi kamu malah tidur di sini," jelasnya dan baru saja mera
"Zavira, lebih baik pukul aku daripada mendiamkan aku," ucap Aksara menarik tangan Zavira dan ia tempelkan pada pipinya."Gak, aku mau sendiri itu lebih baik!" Zavira ingin melepaskan tangannya begitu kesulitan, pergelangan tangannya terasa sakit karena gesekan besi itu."Lepas! Sakit tahu!" Zavira menatap tajam pada Aksara, tak sedikitpun ada kelembutan pada tatapannya.Aksara menyesali perbuatannya, tak seharusnya ia mengurung Zavira dan menyerahkan pada para pembantu itu. "Maaf, aku bersalah …, Zavira, tolong maafkan aku." "Lepasin tangan aku, dan jangan temuin aku selama 3 hari kalau ingin aku maafin," ucap Zavira dengan serius membuat Aksara terkejut."T-tidak, ku mohon jangan suruh aku melakukan itu, aku tak sanggup," ungkapnya dengan nada penuh ketakutan, ia bahkan tak melepaskan genggaman tangan Zavira sedikit pun."Kalau kamu gini terus aku makin males maafinnya!" Tatapan Zavira yang menusuk itu membuat Aksara benar-benar ingin menangis. "Kumohon, aku janji gak akan menguru
Aksara menarik cepat tubuh Zavira sehingga Zavira meringis kesakitan pada pergelangan kaki serta lututnya. "Aduh pe-pelan pelan, kaki aku sakit," ringis Zavira membuat Fabian menatap kesal pada Aksara."Zavira," panggil Fabian menatap lembut pada wanita itu yang kini Aksara dekap.Zavira menggelengkan kepalanya, "gak apa-apa," ujarnya lalu Aksara mengangkat tubuhnya.Tanpa banyak bicara, Aksara membawa Zavira masuk ke dalam mobil, rahangnya nampak dikeraskan dengan urat leher nampak. Alis tebalnya menekuk ke bawah tanpa adanya senyuman.Dalam mobil dengan duduk di kursi belakang berada di atas pangkuan Aksara, Zavira merasa canggung, Aksara tak melirik sedikitpun padanya.Zavira paham pria itu cemburu, tetapi ia terjatuh hingga berada di atas Fabian tanpa sengaja. Ah sungguh, mengapa ia teledor sekali! Zavira lebih memilih diam hingga sampai di dalam rumah besar bak mansion itu, Aksara membawanya menuju kamar yang berbeda, bahkan lebih tepatnya ia di bawa menuju rumah kedua yang namp
Tanpa pikir panjang, Zavira segera berlari pergi saat menerima pesan dari Fabian, sesaat sebelumnya ia berganti pakaian terlebih dahulu.Ia segera mengambil kunci motor dan pergi menuju gerbang di mana satpam sedang berjaga."Pak tolong buka gerbangnya, nanti kalau ada yang nyariin aku, bilang aja ke rumah temen gitu," ucap Zavira terburu-buru membuat Satpam itu segera membuka gerbangnya.Mengendarai motor seorang diri pada jam 1 malam, Zavira hanya merasakan takut jikalau nanti ada begal. Namun, untungnya ia bisa sampai rumah Fabian dengan selamat.Kondisi rumah pria itu sangat kacau dengan lampu yang tidak menyala satu pun, bahkan ketika ia membuka pintu, barang-barang berserakan, seperti seseorang baru saja bertengkar hebat.Zavira melihat Fabian seorang diri memojok di kamar pribadinya dengan ponsel masih menyala menunjukkan roomchat Zavira."Fabian," panggilnya dengan nada rendah, berjalan menghampiri Fabian dengan wajah baru saja menangis.Sebelumnya, Zavira mendapat pesan bahwa
Zavira menatap ke arah Aksara yang baru saja pulang, jam menunjukkan pukul 12 kurang 30 menit. Dengan khawatir, ia menghampiri pria itu yang nampak setengah mabuk."Zavira?" Aksara memastikan yang memegang tangannya adalah Zavira. Matanya semula terpejam kini terbuka perlahan, menatap ke bawah di mana Zavira berdiri."Minum berapa botol tadi?" tanyanya menuntun Aksara menuju lantai atas. Semenjak mereka berpacaran, keduanya kini sekamar."Ehm lima, pak tua itu terus menyodori gelas saat membicarakanmu, aku tidak fokus dan tanpa sadar menerima gelasnya," jelas Aksara dengan wajah memerah, ia menatap penuh cinta pada Zavira."Kamu gak bener-bener mabuk kan? Masih sadar?" Zavira bertanya memastikan, ia lalu membuka pintu kamar.Aksara mengangguk, "hanya kepala ku pusing dan terasa berat, badan juga terasa panas." Ia memeluk erat tubuh Zavira yang dingin membuat tubuhnya sejuk."Mau mandi? Aku siapin air anget atau gak usah?" Zavira mendongak, sedikit merasa sesak karena pelukan Aksara.A
Flashback on.Aksara menahan napas ketika Zavira menarik dasinya dan mencoba mencium wangi tubuhnya. Jantungnya berdebar kencang, ia harap Zavira tidak mendengar suara debaran itu.Nathaniel yang sedari tadi mengikuti Zavira segera berjalan mendekati Aksara karena pria itu memanggilnya."Ada apa?" tanya Nathaniel dengan nada kesal."Setelah selesai, berpura-puralah kalau kamu yang sudah melakukan ini dengan Zavira," pinta Aksara seraya menggendong tubuh Zavira ala bridal style."Terserah." Nathaniel kembali ke tempatnya dengan mengeraskan rahangnya.Beberapa saat kemudian Aksara membawa Zavira ke dalam kamar hotel, ia mulai mencium setiap jengkal tubuh wanitanya.Hanya sebatas gigitan serta ciuman panas, Aksara menahan diri untuk tidak melakukan hubungan suami-istri."Maafkan aku karena sudah melihat bagian tubuhmu," bisiknya setelah Zavira telah tertidur pulas dengan selimut menutupi sebagian tubuhnya.Aksara mengecup kening Zavira, ia lalu meletakkan baju wanitanya dengan acak dan m
Zavira terpojok, ia terduduk di lantai dengan Aksara bersimpuh di depannya, memegang salah satu pipinya.Zavira terkejut ketika Aksara berkata tidak akan melakukan hal lalu seperti mantannya, dia memegang salah satu pipinya mengingatkan saat Alex pernah melakukan hal sama.Pupil matanya gemetar ketika tatapan mata Aksara begitu dalam dan menyeramkan di benaknya. Ucapan dan sikap itu membuat ia tanpa sengaja mendorong tubuh Aksara dengan kasar. Bruk.Aksara menatap terkejut akan sikap Zavira yang baginya terlalu kasar menolaknya, padahal beberapa saat lalu Zavira pernah mengatakan tidak akan menghindar, mengapa sekarang malah mendorong jauh?Tanpa sadar air mata Aksara menetes, tangannya gemetar ketika ingin meraih pipi Zavira kembali. Si empu yang melihat ekspresi tersebut terdiam sejenak. Aksara? batinnya memanggil nama pria di depannya yang begitu kacau hanya karena dorongan tadi."Ka-kamu ingin pergi dariku? Kamu bilang akan terus di sampingku … Zavira? Kenapa kamu mendorongku?"
Renjana menatap tak percaya pada Theo yang ternyata berencana membawa kabur dirinya. "Kenapa gak bilang dari awal, aku mau ambil beberapa barang di kost," ucap Renjana mencoba tenang, ia akan mencari waktu pas untuk melarikan diri."Tak perlu, aku akan mempersiapkan segalanya untukmu dan kita akan menikah dengan mewah di sana, kita juga akan mengurus surat perpindahan …."Renjana terdiam menatap Theo yang terus berceloteh, bagaimana pun caranya ia harus membujuk pria itu. "Sayang, aku mohon ke kost dulu ya? Aku bahkan belum pamitan sama orang tua aku. Kamu udah pesan tiket pesawat?"Theo terkejut akan panggilan sayang dari Renjana, ia pun memikir dua kali akan permintaan Renjana. "Itu …."Renjana lalu mencium bibir Theo, ia tidak peduli pada supir Theo yang sedang mengemudi saat ini. Yang terpenting adalah bisa kabur bagaimana pun caranya."Masih ada waktu dua jam, ayo kita ke kost kamu," jawabnya lalu segera mencium kembali Renjana dan menahan belakang kepala wanita itu agar ciuman t
Renjana baru saja pulang kerja mendapatkan notifikasi pesan dari pacarnya. Selama ia berpacaran, tak pernah rasanya tenang sehari saja. Pria itu begitu posesif padanya bahkan mulai membatasi ia untuk berteman. Theo lebih muda setahun darinya, pria itu baru saja lulus SMA, sedangkan Renjana berumur 19 tahun sudah memiliki pekerjaan setelah lulus demi menghidupi keluarganya, ia adalah anak tunggal. Renjana menghela napas berat, andai saja waktu itu ia tidak kesulitan dalam uang, ia tidak mungkin menerima Theo. Awal mereka pacaran adalah Theo yang mengajukan persyaratan, ia akan membantu melunasi hutan keluarga Renjana dengan syarat wanita itu menjadi pacarnya. Mau tak mau Renjana menerima. Dan benar saja ia mendapatkan uang itu, mulai dari hutang kedua orang tua lunas, rumah kontrakan yang menunggak pun sama halnya terbayar. Meski uang yang ia dapatkan banyak, Renjana memilih tetap bekerja karena ia tidak mau bergantung pada Theo. Apalagi pria itu semakin semena-mena karena ia
"Kamu dipecat!" ucap Presdir perusahaan pada sekretaris di depannya. Dia melempar surat pemecatan pada Zavira yang kini berdiri di depan meja kantornya. "Ta-tapi Pak, kenapa?" tanya Zavira dengan panik, tangannya gemetar ketika memegang surat pemecatannya dengan mata memanas. "Akhir-akhir ini kerjamu kurang optimal, tidak ada alasan lagi,” ungkapnya, tatapan pria berumur 45 tahun itu begitu menusuk, ia menatap Zavira yang kini menatapnya dengan mata berkaca-kaca. “Pergi dari sini! Dan bereskan barang-barangmu!" lanjutnya dengan nada penuh penekanan. Begitu jelas ia melihat tubuh mungil wanita itu gemetar. Zavira mengangguk, tenggorokannya perih, ia pamit dangan suara kecil yang begitu jelas menahan isak tangisnya. "Sa-saya permisi, terima kasih banyak untuk semua kebaikan Anda." Pria bernama Andra yang merupakan Presdir perusahaannya memejamkan mata sejenak lalu membuang muka. Ia menghela napas berat ketika mendengar suara Zavira yang pamit serta berterima kasih lalu mentup p...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments