"Bagaimana Mytha mau mengenalkan ke Ibu, sedangkan hampir semua teman lelaki yang dekat dengan Mytha takut sama Ayah," kata Mytha dengan nada sendu.Pak Yuda, seorang Kolonel pensiunan ABRI berencana menjodohkan anak semata wayangnya dengan anak dari sahabat karibnya. Sahabat dalam satu kompi maupun Balalion yang sama.Namun takdir berkata lain, Mytha enggan menerima perjodohan.itu. Dan dengan segala upaya dia lakukan, salah satunya dengan memaksa kekasihnya untuk menemui sang Ayah. Namun kekasihnya begitu peng*cut, dan Mytha akhirnya memutuskan hubungan mereka.Bayu, mantan Mytha tak terima diputuskan sepihak dan menjebak Mytha hingga mahkotanya direnggut. Devan, seorang CEO yang tadinya ingin menolong Mytha namun dirinya malah merenggut kesuciannya.Bagaimanakah akhir jodoh Mytha? Baca selengkapnya, Happy Reading
view moreProlog
Akibat menentang perjodohan, dirinya terseret dalam keloknya liku jodoh dalam hidupnya. Nurulia Mytha Mahendra, seorang gadis 24 tahun yang baru saja bekerja di perusahaan advertising selama setahun, menyesal akan tindakannya menentang perjodohan itu. Ingin menggagalkan perjodohan, dengan memperkenalkan kekasihnya. Namun sang kekasih begitu pengecut menghadapi ayahnya, ia pun memutuskan berpisah. Sang kekasih yang kini menjadi mantan tak terima dan menjebaknya, ingin merenggut mahkota yang dimilikinya. Takdir berkata lain walau kesuciannya hampir dinodai oleh mantan kekasihnya tetapi entah mengapa mahkota itu malah orang lain yang merenggutnya. "AAhhh!" teriak Mytha melihat dirinya satu ranjang dengan Devan tanpa busana. "Berisik!" ucap Devan masih setengah lelap dalam tidurnya. "Lo apakan gue??" tanya Mytha sembari mengambil selimut tuk menutupi tubuhnya dan mulai menggoncang-goncangkan tubuh Devan agar terbangun. "Hei, apa yang terjadi semalam?!" kesal Mytha lalu menjitak kepala Devan. "Aawww ... Sakit tau!" teriak Devan dan mulai membuka matanya. "Tadi malam lo yang duluan minta. Lo yang maksa dan menarikku," lanjut Devan bercerita. "Ngak mungkin!" bantah Mytha. "He, lihat. Ulah liar lo tadi malam," tutur Devan menunjukkan beberapa cupang yang diperbuat Mytha pada tubuhnya. "Neh, ini juga. Ini ada." Devan menunjukan beberapa cap merah yang menempel pada leher dan dadanya. Mytha memang menyadari dirinya telah terperangkap oleh Bayu, namun bagaimana dirinya berakhir dengan Devan? Bab 1. Perjodohan Senja begitu syahdu terlihat di ufuk barat, para burung pun berterbangan kembali ke sarang. Langit berwarna jingga dengan siluet pepohonan masih terlihat disepasang manik mata Mytha, lukisan Tuhan yang nampak indah itu membuat Mytha sedikit menarik ujung bibirnya. "Indah, tetapi tak seindah hidupku," ucap Mytha terlihat sendu menikmati senja dari jendela kamarnya. Mytha seorang gadis beranjak dewasa, lulus dari fakultas ekonomi dengan nilai summa cum laude, disalah satu Universitas terkemuka di kota metropolitan. Kini gelar sarjana ekonomi disandanganya, Nurulia Mytha Mahendra, S.E. Nilai yang cukup memuaskan dengan mudahnya Mytha diterima kerja disalah satu perusahaan yang cukup terkenal di kotanya. Banyak orang yang berebut ingin menjadi karyawan di perusahaan itu, tak terkecuali dengan Mytha. Tok... tok... tok.... Suara ketukan pintu terdengar sebelum Tari memanggil nama anak semata wayangnya. "Myth, Mytha. Buka pintunya, Sayang," ucap Tari tapi tak mendapatkan jawaban dari putrinya. "Ibu masuk ya?" lanjut Tari saat mengetahui pintu kamar gadisnya tak terkunci. Tari menghampiri Mytha yang tengah berdiri termenung, melihat pemandangan luar dari jendela. Lamunan Mytha terlalu dalam hingga tak menyadari kehadiran ibunya. Tangan Tari mengelus lembut rambut hitam anaknya. Benda hitam itu tergerai indah tatkala terkena hembusan angin yang memaksa masuk tuk sekedar mengisi udara di ruang kamar Mytha. "Myth, Ibu rasa alangkah baiknya lihat calonmu dulu. Siapa tau cocok," ucap Tari masih membelai rambut hitam Mytha, seakan tau yang putrinya pikirkan. "Tapi Bu, Mytha sudah punya kekasih," tutur Mytha sembari menundukkan kepalanya. Dirinya belum memperkenalkan bahkan bercerita tentang kekasihnya pada kedua orang tuanya, bahkan pada sang Ibu. "Loh, kamu sudah punya kekasih Myth?" tanya Tari kaget. Selama Mytha mempunyai hubungan dekat dengan lawan jenis selalu bercerita bahkan diperkenalkan padanya, tentunya jikalau ayah Mytha sedang dinas ke luar kota. "Gimana mau ngenalin, Bu? Hampir semua pacar Mytha takut sama ayah," ucap Mytha dengan mata berkaca-kaca sembari memeluk manja ibunya. Pasalnya banyak lelaki yang ingin dekat dengan anak gadisnya namun takut pada suaminya. Berulang kali Mytha memperkenalkan kekasihnya pada ibunya, akan tetapi tatkala bertemu dengan sang Ayah, nyali mereka menciut, dan berakhir dengan perpisahan. Mytha terbayang pada kisahnya dahulu .... "Ayo masuk, aku kenalkan pada ibu." Mytha sembari menggandeng tangan lelaki yang kala itu sedang dekat dengannya. Mytha menarik pergelangan tangan Adi, karena gandengannya ditahan oleh tubuh lelaki yang sedang dekat dengannya kala itu. "Ayah kamu di rumah?" tanya Adi sedikit menyelidik, takut akan kagalakan Yuda-Ayah Mitha yang ia dengar dari tetangga. Adi adalah pacar satu langkah Mytha, yakni selain pacar, juga merupakan tetangga yang tak jauh dari rumah Mytha. Mereka berpacaran cukup lama, sejak pertengahan kelas 1 SMU hingga kelas 2 SMU. Hampir satu tahun mereka menjalin hubungan dekat. Namun, belum pernah satu kali pun Adi berkunjung ke rumah Mytha. "Tenang aja, Ayah sedang bertugas di Ambon, kata beliau ada pertikaian antar suku disana, jelas Mytha akan pertanyaan kekasihnya. Kini tarikan tangan Adi tak sekuat tadi, kini mulai mensejajarkan langkah dengan dirinya. Ayah Mytha sudah berada di Ambon hampir tiga pekan, dan beliau biasanya akan menyelesaikan tugas sekitar tiga bulan. Hal ini yang membuat Mytha berani memperkenalkan Adi pada ibunya. "Beneran loh," selidik Adi, dan kini mulai lega dari rasa takutnya. Padahal dia sendiri bahkan belum pernah sama sekali bersalam sapa. Namun, karena rumor tetangga yang menyatakan Yuda galak sudah terlanjur dipercayanya, membuat dirinya takut akan sosok ayah kekasihnya itu. Mereka pun kini berada di ambang pintu, hingga Mytha membukanya seraya mengucapkan salam, "Assalamu'alaikum, Bu." Tak mendengar jawaban dari ibunya, Mytha pun langsung mengajakn sang kekasih masuk. Mempersilahkan duduk di sova ruang tamu, kemudian ia mencari keberadaan ibunya. Seseorang yang Mytha cari sedang merapikan halaman samping, yang rencananya akan digunakan untuk menanam tanaman hias yang ia gemari. "Ibu disini? Dari tadi Mytha panggil," ucap Mytha tatkala menemukan sosok yang dicarinya sedang menggeluti hobinya, yakni bercocok tanam. "Eh, anak Ibu dah pulang," jawab Bu Tari masih merapikan daun algo yang baru saja ditanamnya. "Ada teman Mytha, Bu," kata Mytha setelah bersalaman dengan ibunya. "Ih, ibu. Tangan Mytha jadi ikutan kotor neh," lanjut Mytha, melihat telapak tangan yang barusan bersalaman dengan Ibunya.. "Dah, sana dulu. Nanti Ibu nyusul sehabis membereskan ini." Tari kini mulai berbenah, membereskan tanaman hiasnya berserta perlengkapan bertanamnya. Mytha yang risih akan tanah yang menempel, langsung mencuci tangannya, dengan air yang mengalir dari kran yang tak jauh dari tempat ibunya berkebun tadi. Kemudian berlalu menemui kekasih hati dengan wajah berseri yang menggambarkan keceriaan hatinya kala itu. "Mau minum apa?" tawar Mytha sesaat menemui Adi yang tengah duduk manis di sova tamunya. "Apa aja lah," jawab Adi singkat. "Bentar yah." Mytha pun berlalu akan membuatkan sirup orange untuk Adi. Namun sebelum itu, ia berganti pakaian terlebih dahulu, lalu menggantungkan seragamnya di belakang pintu kamar. Saat Mytha akan menghidangkan minuman berserta setoples camilan ke ruang tamu, Adi bak ditelan bumi. Mytha hanya melihat ayahnya berdiri di ambang pintu. Entah apa yang dilakukan ayahnya, hingga Adi pulang tak berpamitan padanya. 🍂🍂🍂🍂🍂 Keesokannya di Sekolah, bak disambar petir disiang bolong ketika Mytha meminta penjelasan dari Adi, malah kata perpisahan yang ia dapatkan. Hati Mytha seakan teriris, kedua manik matanya berkaca-kaca. Air mata pun tak kuasa dibendung, menetes membasahi pipi, Mytha pun langsung berlalu meninggalkan Adi. Bukan kali ini saja peristiwa ini terjadi. Namun, ini sudah kali ketiganya berulang. Mayjen Yuda Mahendra ayah dari Nurulia Mytha Mahendra, seorang pensiunan ABRI yang kini tengah disibukkan dengan bisnis tanaman hias. Berbagai macam tanaman hias berjejer rapi, baik di halaman depan maupun samping rumahnya yang cukup luas. Disudut halaman samping tampak suatu ruangan, tempat meletakkan berbagai pupuk maupun median tanam, dan berbagai macam alat berkebun. Pak Yuda berencana menjodohkan putrinya, dangan anak teman karibnya sewaktu sama-sama mengenyam pendidikan militer di Magelang. Tak disangka penempatan tugas mereka pun satu komando, hingga pertemanan mereka berlanjut. Bahkan mereka berada dalam satu kompi dalam batalion yang sama pula. Dari situlah mereka ingin lebih mempererat persahabatan menjadi persaudaraan, dengan menjodohkan kedua anak mereka. 🍂🍂🍂 Cuaca mendung menghiasi langit dipagi ini. Awan pun seperti dipulas abu, mengandung butiran air yang siap menitikkannya ke permukaan bumi. Atmosfer langit yang begitu mendung, seakan seirama dengan perasaan Mytha yang sedang sendu. "Myth, ayo sarapan dulu Sayang," ajak Tari saat melihat anaknya keluar dari kamar. "Iya, Bu." Mytha mulai mendekati meja makan di ruang tengah, yang letaknya berada tak jauh dari kamarnya. Walau mereka bertiga sarapan bersama, namun tampak asing karena semua saling membisu tak berkata. Hanya terdengar dentingan alunan sendok yang beradu dengan piring. Akhirnya terucap beberap kata dari Mytha, setelah ia meneguk segelas air untuk mendorong makanan dari kerongkongannya. "Mytha pamit, Bu," kata Mytha sembari mencium punggung tangan Tari. "Pamit, Yah," lanjut Mytha lirih berpamitan pada ayahnya, masih kesal akan masalah perjodohan yang tak diinginkannya. Setelah Mytha pergi, sepasang orang tua itu pun mulai berdebat membahas perjodohan anak semata wayangnya. "Yah, Ayah tak semestinya memaksa Mytha untuk menikah dengan anak teman Ayah itu!" "Toh yang jalanin Mytha, jadi biar Mytha yang menentukan sediri," lanjutnya berargumen. "Hmm... Ayah tak mau Mytha salah pilih, Bu," ucap Yuda setelah menghela nafas penjang, meletakkan sendok yang ia pegang ke atas piring, dan kini serasa enggan menyantapnya kembali, walau isi dalam piring tersebut masih menyisakkan beberapa suapan lagi. "Ibu keberatan dengan keputusan Ayah?" lanjut Yuda, tak menyangka keputusannya ditentang oleh istrinya juga. "Ibu tidak keberatan, Yah. Namun jangan terlalu memaksa Mytha. Biar mereka saling mengenal dulu," jawab Bu Tari bijak sembari mengelus pungung suaminya. To be continue,Sepasang paruh baya tengah bercengkrama di ruang keluarga, sesekali Pak Yuda membolak-balik korannya, entah berita apa lagi yang ingin dibacanya. Terdapat beberapa potongan kue lapis, berwarna hijau berseling putih yang bersanding dengan beberapa buah onde-onde kacang hijau beralaskan piring di atas meja sebagai peneman kopi tubruk kegemaran Pak Yuda. Ia seakan sudah candu dengan kopi tubruk buatan istrinya. "Wa'alailumsalam," jawab Bu Tari dan Pak Yuda hampir bebarengan menjawab salam dari anak gadisnya. "Pulang malam lagi, Myth?" tanya Pak Yuda pada putrinya. "Iya, Yah. Tadi mampir ke rumah Uci," jawab Mytha sambil mencium tangan Pak Yuda, bersalaman. "Uci sudah membaik keadaannya, Myth?" tanya Bu Tari baru sempat menengok Uci kemarin. Seakan tak enak, tak ikut serta dalam persidangan Uci karena kondisi Pak Yuda yang belum pulih. Namun, turut prihatin atas kejadian yang menimpa teman anaknya. "Alhamduliah, sudah baikan, Bu," jawab Mytha singkat, kini ganti punggung tangan Bu T
"Jadwal sekarang gue apa?" tanya Devan sinis pada Rio, sekertaris pribadinya. Rio yang profesional menjawab dengan tenang pertanyaan bosnya, sebelum masuk ke ruang presdir dan jam kantor belum dimulai, ia memang terlebih dahulu menanyakan Rosi tentang kegiatan kemarin, saat dirinya izin pulang lebih awal dari jam kerja kantor seharusnya. Devan pun kagum akan dedikasi Rio, atas jawaban yang disampaikannya. Namun, dirinya masih kesal akan kejadian kemarin, dan ditambah kejadian pagi ini di tempat parkir. Mobil Avanza biru Rio melintas tepat di sebelah mobil pajero Devan saat lampu merah telah berganti warna di perempatan, ketika mereka hendak pergi ke kantor. Devan yang mengetahui betul mobil Rio terkejut saat melihat Mytha satu mobil bersama Rio, apa lagi dilihatanya mereka sedang bercengkrama sambil tertawa, membuat dirinya semakin naik pitam karena cemburu. Cukup lama Devan memandangi mobil Avanza biru itu hingga mobil Rio melaju jauh, suara klakson kendaraan di belakang membuyar
Sesampainya di depan rumah Mytha, Pak Yuda tengah berada di teras. Menunggu anak gadisnya, karena sudah larut malam belum pulan tanpa kabar. Dan dengan amarah Pak Yuda bangkit dari duduknya. Namun, saat melihat yang mengantar putrinya adalah Rio, anak dari sahabatnya, emosinya pun berbalik 180 derajat. Gembira dan langsung menyambut Rio. "Loh, Nak Rio. Terima kasih sudah mengantar Mytha," Ucap Pak Yuda setelah Rio berada persis di hadapannya. Rio pun tersenyum dan mengulurkan tangannya, akan bersalaman. Seusai bersalaman, Rio langsung pamit pada Pak Yuda. Namun, Pak Yuda ingin menahan dengan berkata, "Loh ko buru-buru. Ayo masuk dulu." "Sudah larut malam, Pak. Besok saya ke sini lagi menjemput Mytha." Rio mengayunkan tangan, bersalaman pamit. Pak Yuda tersenyum dan menepuk bahu Rio saat bersalam dengannya. "Iya, Pak. Motor Mytha mogok jadi Rio mengantar Mytha." Mytha sedikit menerangkan alasan Rio besok akan menjemputnya. "O, begitu." Pak Yuda mengangguk-anggukkan kepalanya, tand
Malam pun hampir larut, Mytha dan Rio pun pamit pulang."Maaf, Bu. Sudah malam, kami pulang dulu, besok ke sini lagi," ucap Mytha sesudah membantu Bu Darmi membereskan dan mencuci piring."Terima kasih, Nak Mytha. Terima kasih sudah membantu urus masalah ini." Tangan Bu Darmi mengelus bahu Mytha."Gak usah bilang begitu, Bu. Uci sudah saya anggap saudara, Ibu pun aku anggap Ibuku sendiri."Aku pamit menemui Uci dulu." Mytha memberi berkata pada Rio yang hendak bersalaman dengan Bu Darmi. Rio pun mengangguk dan Mytha mulai melaju menuju kamar Uci.Uci memang sudah membaik keadaannya, akan tetapi ia sedang ingin sendiri. Mereka pun memakluminya dan tidak memaksa Uci untuk bergabung makan malam bersama.Tok... tok... tok...."Gue masuk ya, Ci." Mytha mulai membuka pintu setelah mengetuk pintu 3kali, walau tak mendapat jawaban Uci dari dalam kamar.Mytha mulai mendekat ke ranjang Uci dan berkata, "Loh, ko belum dimakan?" "Apa mau gue suapin? Hahaha...," ledek Mytha memecah kesunyian. Nam
Di tempat lain, yakni di kantor tempat Uci bekerja, Doni dijemput oleh dua petugas kepolisian karena laporan Rio, berkaitan kasus permerk*saan terhadap Uci kemarin. Doni bersikap kooperatif, dan sore itu juga langsung digelandang petugas kepolisian untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Seperti hal nya Uci, Doni pun mendapat pemeriksaan medis. Dipenghujung senja itu, darah dan urine Doni diambil untuk sampel DNA guna mensinkronkan bukti atas kasus tersebut. Tak lupa juga tubuh Doni difoto oleh petugas, dan memang terdapat beberapa cakaran di punggung Doni. Doni menyadari akan hal itu, wajahnya sontak terkejut dan murung seakan tidak bisa mengelak, ia tengah merasa semua bukti menjurus padanya, dirinya harus bertanggung jawab akan apa yang telah diperbuatnya. Setelah pemeriksaan selesai, Doni meminta izin menghubungi pengacaranya, guna membantu dalam kasusnya. Petugas kepolisian pun mengijinkan, dengan didampingi petugas, Doni mulai menelepon salah satu pengacaranya dengan mengg
Terlihat jendela kamar Uci dari semalam belum dibuka, Mytha mulai membuka tirai berwarna merah muda yang menyelimuti jendela kamar Uci. Sirkulasi udara pun mulai berganti, hawa sejuk mulai memasuki ruangan kamar. Sinar mentari dengan lancangnya langsung menerangi sebagian ruangan. Mytha mulai berbalik badan dan menghampiri Uci, mulai merapikan tatanan rambut sahabatnya yang terlihat acak-acakan, bisa dipastikan dari semalam. Sementara di luar ruangan, Rio dan Bu Darmi sedang berbincang langkah apa yang akan ditempuh untuk menyelesaikan permasalahan yang tengah ditimpa Uci. "Maaf, Bu. Uci dari semalam belum diapa-apain kan? Maksudnya belum mandi atau bersih-bersih badan?" tanya Rio sedikit menyelidik akan keadaan Uci. "Belum, Nak Rio. Ibu tidak berani dan kasihan melihat sikap labil yang sedang Uci," jawab Bu Darmi. "Ibu hanya menemaninya dan menenangkannya hingga Uci tertidur. Jendela kamar pun sengaja tidak Ibu buka, takut Uci histeris." Cerita Bu Darmi sambil menyeka air mata ya
Di parkiran, Mytha langsung melaju berbelok arah menuju tempat kendaraan beroda dua berjejer. "Myth, tunggu," panggil Rio tatkala Mytha mulai melangkah mendekati motor maticnya. Perempuan berhidung mancung dan bermata coklat itu pun berbalik badan, memutar tubuh menghadap si penyapa. "Bareng aku aja," ajak Rio, menatap intens wajah Mytha. "Aku pakai motorku saja, Mas. Biar ngga repot dan lebih leluasa." "Baiklah kalau begitu." Rio menutup pembicaraan dan dijawab oleh anggukan singkat Mytha. Meskipun memakai kendaraan mereka sendiri-sendiri, tujuan mereka satu yakni ke rumah Uci. Setibanya di rumah Uci, Mytha mengetuk pintu kemudian berlanjut berucap salam, "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam," jawab Bu Darmi dari dalam rumah dan segera membukakan pintu. Sedetik setelah membukakan pintu, Bu Darmi memeluk Mytha, menangis tersedu meluapkan isi hatinya. Mytha mengerti akan kegundahan Bu Darmi, walau belum ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut beliau, hanya isak tangis yang
Semalaman Rio tak dapat memejamkan matanya, pikirannya melayang akan keadaan Uci, khawatir terhadap dirinya. Serta memikirkan apa yang akan diperbuatanya, agar Doni mendapat ganjaran yang setimpal. Berkas sinar sang mentari menyelinap, memaksa menembus jendela kaca yang berbalut tirai tipis. Rio dengan malasnya membuka tirai tersebut, membiarkan sinar mentari menguasai kamarnya. Dirinya bergegas mandi, dan bersiap ke kantor, walau telah bersiap masih nampak kantung mata yang menyerupai mata panda, karna semalaman matanya tak dapat dipejamkan. Saat sarapan bersama, tak banyak yang mereka bertiga bicarakan. Saling sibuk dengan hidangan atau mungkin dengan pikiran masing-masing. Ya, Pak Teguh sudah mengetahui cerita tentang Uci dari istrinya tadi pagi. Namun, dirinya masih menghargai Rio dan ingin mengetahui sejauh mana anaknya melangkah terlebih dahulu. Rio terlihat buru-buru menghabiskan sarapannya, setelah meneguk segelas susu kemudian berpamitan pada
Rio pun pamit pada Bu Darmi. Setelah masuk dalam mobil raut muka Rio seakan penuh kebencian terhadap pamannya, karena kejadian yang menimpa pada Uci. Tanpa berfikir panjang, Rio menstarter mobilnya dan melaju menuju rumah pamannya untuk menuntaskan kemarahannya malam itu juga. Mobilnya melesat kencang tanpa menghiraukan gulitanya malam, karna bulan dan bintang tertutup kabut. Lolongan hewan malam pun tak mengurungkan niat Rio untuk memberi perhitungan pada pamannya. Setibanya di rumah Doni, dirinya hendak mendobrag pintu utama dengan kepalan tangannya, berkali-kali meninju papan jati tersebut dengan keras sambil berteriak memanggil pamannya. Security yang awalnya bersikap manis terhadap Rio terkaget, pasalnya dirinya mengira Rio datang seperti biasa mengunjungi tuannya. "Buka pintunya!" seru Rio sambil menggedor pintu. "Paman! Di mana kau?!" lanjut ucap Rio hampir mendobrag pintu rumah Doni dengan kepalan tangannya. Priittt....
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments