Suamiku Lumpuh Di Hari Pernikahan

Suamiku Lumpuh Di Hari Pernikahan

last updateLast Updated : 2024-06-13
By:  Author Tinta IrengOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
20Chapters
1.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Hari pernikahan yang seharusnya menjadi momen bahagia bagi Safitri dan suaminya berubah menjadi tragedi. Suaminya mengalami kecelakaan tabrak lari yang mengakibatkan lumpuh pada tubuhnya. Safitri harus menjalani kehidupan berumahtangga dengan suami yang lumpuh dan berubah tempramental. Pertanyaan-pertanyaan sulit pun muncul dalam benak Safitri. Bisakah dia menemukan kebahagiaan dalam rumah tangga yang terbatas ini? Atau apakah dia harus mencari kepuasan dalam pelukan orang lain?

View More

Chapter 1

Bab 1

Praang!

"Mas, kamu kenapa, Mas? Kenapa kopinya kamu buang, Mas?" tanya Fitri pada suaminya yang terlihat tetap diam dan terkesan tak peduli.

“Kamu gila?! Kopi masih panas gini dikasih kepadaku?!” sahut Damar, suaminya.

Fitri tertahan menahan rasa sesak di dadanya. Hatinya sakit seperti diremas, bulir-bulir kristal bening tanpa permisi mengalir dari ujung netranya.

Ia mencoba tersenyum di tengah rasa sakit yang ia rasakan. Ia pun berjalan dan menghampiri suaminya, lalu berjongkok dan menatap tepat di mata sang suami sambil menggenggam erat tangan Damar.

“Sudah kakiku lumpuh, sekarang kamu juga mau buat lidahku mati rasa, iya?!” Damar kembali berteriak.

Fitri menggeleng. "Tidak begitu, Mas. Maaf," ucap Fitri lembut.

Suaminya mengalami kecelakaan di hari pernikahannya. Kecelakaan itu telah merenggut kebebasannya sebagai seorang laki-laki dan sebagai seorang suami, yang mengharuskannya menjalani hari-hari dengan duduk di kursi roda akibat kelumpuhan.

Fitri merasa perubahan suaminya semakin jelas. Sejak hari itu, Fitri menjalani hari-hari tidak ubahnya seperti di neraka. Suaminya jadi lebih sering marah, sensitif, dan tak luput sampai membanting barang.

Seperti sore ini. Bukannya meminta maaf karena telah membanting gelas kopi di depan Fitri, Damar malah menatap Fitri tajam. Tatapannya penuh luka dan tidak ada semangat hidup.

"Kamu tidak tahu apa yang aku rasakan sekarang ini! Aku tidak bisa menjadi manusia yang berguna bahkan untuk istriku sendiri! Aku ini manusia cacat!" teriak Damar.

“Aku tahu perasaanmu, Mas, tapi tolong kamu jangan terus berlarut-larut dalam kesedihan dan keterpurukan ini.”

Bukannya menjawab, Damar malah meninggalkan Fitri yang sudah menangis.Berulang kali Fitri menghapus air matanya sambil menyapu pecahan gelas kopi yang berserakan di lantai.

Tubuh lelahnya karena baru pulang kerja dari pabrik bekas suaminya dulu bekerja, tidak sebanding dengan sakit hati akibat ucapan Damar tadi. Fitri harus merelakan uang makannya untuk kebutuhan di rumah, sedangkan ia sendiri harus menahan rasa lapar saat setiap bekerja.

“Aku rindu Mas Damar yang dulu….” gumam Fitri dalam hati.

Setelah semuanya bersih, Fitri berjalan ke arah meja makan. Ia membuka tutup tudung saji. Tidak ada makanan apapun yang tersimpan di bawahnya. Biasanya, sudah ada masakan yang tersedia di meja makan yang disediakan Bi Asti, bibinya Damar yang menjaga Damar sejak kecelakaan itu.

"Mas, Paman dan Bibi ke mana? Kok tidak terlihat sejak tadi aku pulang kerja?" tanya Fitri dengan suara yang masih serak.

"Paman dan Bibi kembali pulang ke desa karena sudah tidak sanggup lagi untuk tinggal di sini," ucap Damar ketus.

Benar, mereka pasti tidak sabaran mengurus Damar yang selalu marah-marah. Hanya Fitri yang masih mampu menahan amarah Damar. Bahkan para tetangga saja sudah menggunjing Damar.

“Sudah lumpuh, kerjaannya nyiksa istri! Kena azab baru tahu rasa!” itu salah satu ucapan dari tetangga yang pernah Fitri dengar.

Namun, Fitri sama sekali tidak mempedulikannya. Ia tetap merawat Damar sebagaimana seorang istri.

"Apakah Mas Damar sudah makan?"

"Aku sudah makan, tadi terakhir kali Bibi masak nasi goreng dan hanya satu piring tersisa untukku," ucap Damar ketus sambil mulai menyalakan TV.

"Ya, sudah, Mas, Aku senang jika mendengar Mas sudah makan malam. Sebaiknya sekarang kita beristirahat, besok aku harus berangkat pagi," ajak Fitri pada suaminya.

"Besok sebelum kau berangkat bekerja siapkan dulu sarapan untukku," seru Damar saat melihat Fitri sudah memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Iya, Mas...," jawab Fitri dari dalam kamar mandi.

Setelah 10 menit kemudian Fitri pun selesai dengan ritual mandinya, ia langsung masuk ke dalam kamar dan merebahkan diri di atas kasur yang begitu tipis. Fitri merebahkan tubuhnya di samping tubuh suaminya yang sudah terlelap.

"Ya Tuhan, semoga saja besok aku mendapatkan rezeki untuk sarapan suamiku," rentetan doa dipanjatkan Fitri untuk meminta kepada Tuhan agar besok ia memiliki rezeki yang cukup untuk membelikan sarapan untuk suaminya.

Keesokan harinya Fitri sudah bangun lebih awal. Ia memang sudah terbiasa bangun sebelum subuh. Fitri keluar dari rumah, meninggalkan suaminya yang masih tertidur pulas.

Fitri akan pergi ke pasar untuk mencari pekerjaan tambahan sebelum memulai bekerja di pabrik. Ia mencoba mencari peruntungan jikalau ada yang menyuruhnya untuk mengangkat belanjaan, atau yang sekiranya memerlukan tenaga bantuan buruh angkat berat.

Demi sesuap nasi untuk suaminya yang tengah lumpuh akibat kecelakaan tiga bulan yang lalu. Fitri rela bekerja apa saja. Ia menawarkan jasa angkat barangnya kepada setiap ibu-ibu yang tengah berbelanja dan tengah kesulitan, tapi sudah satu jam sama sekali tidak ada yang mau menggunakan jasa angkat barangnya.

Fitri terus berjalan pantang menyerah, hingga akhirnya ia melihat seorang wanita paruh baya yang tengah kesulitan saat membawa barang belanjanya. Fitri pun mendekatinya dan ingin mencoba menawarkan bantuan.

"Maaf, Bu, Apakah Ibu butuh bantuan?" tanya Fitri dengan sopan dan lembut.

Wanita paruh baya itu pun tersenyum pada Fitri. Meskipun usianya sudah tidak muda lagi, akan tetapi ia terlihat sangat cantik dengan riasan make up yang tidak begitu tebal. Pakaiannya terlihat sederhana, tapi Fitri bisa lihat kalau itu merk mahal.

"Kebetulan sekali, bisa kamu bantu saya bawa ini?" tanya wanita paruh baya itu dengan tersenyum.

Fitri pun mengangguk mantap. Ia tidak berpikir dua kali lagi untuk menerima tawaran dari wanita paruh baya itu. Dengan tersenyum, Fitri meraih dua kantong tas besar berisi sayur-mayur, dan kemudian Fitri mengikuti ke mana arah wanita paruh baya itu berjalan.

Langkah Fitri dan wanita paruh baya itu berhenti di depan sebuah mobil mewah yang terparkir di halaman pasar. Sang sopir yang melihat wanita baru baya itu datang bersama Fitri langsung menerima tas yang berisi sayur-mayur, dan dimasukkan ke dalam bagasi mobil.

Wanita paruh baya itu pun memberikan beberapa lembar uang pada Fitri sebagai bayaran karena telah membantunya.

“B-bu, i-ini kebanyakan….” Fitri terkejut karena wanita paruh baya itu memberikan uang sebesar sepuluh lembar uang berwarna merah.

“Cukup ini saja, Bu.” Fitri hanya mengambil satu lembarnya saja. Karena jika ia menerima semuanya, itu terlalu banyak untuk ukuran seorang kuli panggul di pasar.

"Tidak apa-apa Nak, ambil saja! Anggap saja ini rezeki yang Allah berikan melalui saya," ucap wanita paruh baya itu dengan tersenyum dan tidak ingin Fitri menolaknya.

Wanita paruh baya itu mendorong kembali uang itu ke arah Fitri. Karena takut dianggap tidak sopan, Fitri akhirnya menerima. Ia berulang kali mengucapkan terima kasih sambil membungkuk-bungkuk.

“Terima kasih, Bu… Terima kasih…”

Akhirnya ia bisa membayar hutang di warung depan, dan memasakkan suaminya makanan enak.

“Mas Damar pasti senang!” ucap Fitri dalam hati.

"Ah, andai saja, kamu menjadi menantuku…." ucap wanita paruh baya itu pada Fitri sambil tersenyum.

“Maaf, Ibu bilang apa?" tanya Fitri memastikan kembali apa yang didengarnya tidak salah.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Vanella_17
sangat bagus
2024-03-28 10:06:59
0
user avatar
Sang_Dewi
Galak banget sih Damar Thor. semangat ngetiknya Thor
2024-03-27 13:04:36
0
20 Chapters
Bab 1
Praang!"Mas, kamu kenapa, Mas? Kenapa kopinya kamu buang, Mas?" tanya Fitri pada suaminya yang terlihat tetap diam dan terkesan tak peduli.“Kamu gila?! Kopi masih panas gini dikasih kepadaku?!” sahut Damar, suaminya.Fitri tertahan menahan rasa sesak di dadanya. Hatinya sakit seperti diremas, bulir-bulir kristal bening tanpa permisi mengalir dari ujung netranya. Ia mencoba tersenyum di tengah rasa sakit yang ia rasakan. Ia pun berjalan dan menghampiri suaminya, lalu berjongkok dan menatap tepat di mata sang suami sambil menggenggam erat tangan Damar.“Sudah kakiku lumpuh, sekarang kamu juga mau buat lidahku mati rasa, iya?!” Damar kembali berteriak. Fitri menggeleng. "Tidak begitu, Mas. Maaf," ucap Fitri lembut.Suaminya mengalami kecelakaan di hari pernikahannya. Kecelakaan itu telah merenggut kebebasannya sebagai seorang laki-laki dan sebagai seorang suami, yang mengharuskannya menjalani hari-hari dengan duduk di kursi roda akibat kelumpuhan.Fitri merasa perubahan suaminya sema
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more
Bab. 2
“Maaf, Ibu bilang apa?" tanya Fitri memastikan kembali apa yang didengarnya tidak salah.Wanita paruh baya itu terkejut dan langsung menggelengkan kepalanya. Sepertinya ia tidak menduga kalau Fitri mendengar ucapannya tadi.“Bukan apa-apa, Nak,” jawabnya. "Saya pulang dulu, ya, semoga saja suatu hari nanti kita bertemu lagi.”Fitri melihat lagi gulungan uang seratus ribuan di tangannya. Ia tidak percaya kalau doanya dikabulkan Tuhan secepat ini. Sambil mengucap rasa syukur sekali lagi, Fitri pun kembali ke pasar. Ia ingin membeli ayam untuk suaminya.Waktu masih menunjukkan pukul 06.00, ia masih mempunyai waktu sekitar 2 jam ke depan untuk memasak buat makan siang suaminya hingga makan malam. Setelah sampai di rumah Fitri langsung mempersiapkan Semua bahan-bahan yang akan ia masak setelah itu ia langsung eksekusi secepat mungkin.Setelah semua masakannya sudah matang, Fitri pun memilih untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum sarapan dan mengajak suaminya untuk makan bersama."M
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more
Bab. 3
Fitri berjalan cepat ke arah dua orang itu dan berdiri di sampingnya. Wanita muda dengan pakaian merah yang sedikit terbuka itu cukup terkejut melihat Fitri.“Maaf Mbak, Mbak tidak boleh kasar seperti itu pada masnya ini, meskipun ia hanya seorang OB!” Fitri langsung menepis tangan wanita cantik itu yang hendak menyiramkan kopi panas ke wajah seorang OB.“Kau ini siapa, hah?” tanya wanita itu sambil menatap tajam Fitri. Ia memperhatikan Fitri dari ujung rambut hingga ke ujung kaki, lalu menyeringai dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.“Aku belum pernah melihatmu sebelumnya di sini, Apakah kau ini karyawan baru?” tanya wanita muda itu dengan tatapan sinis.Fitri berusaha untuk tidak memperdulikan wanita itu, dan fokus kepada si OB yang masih menundukkan kepala. Pria itu tampak seperti menghindari tatapan khawatir Fitri. Ya terus-terusan bergerak gelisah.“Mas, masnya tidak apa-apa kan?” tanya Fitri pada OB itu yang dibalas dengan anggukan kepala.“Lebih baik masnya ke pantry
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more
Bab 4
Fitri tiba di rumah tepat saat adzan maghrib berkumandang. Walaupun ini hari pertamanya bekerja, tapi pekerjaannya begitu banyak. Seluruh badannya terasa pegal. ia sudah membayangkan wajah Damar yang menyambutnya dengan senyuman.Namun saat membuka pintu, ia malah disambut oleh suaminya dengan tatapan yang tajam."Assalamualaikum, Mas," Fitri mengucap salam kemudian menghampiri suaminya dan mencium tangannya."Dari mana saja kau baru pulang?" tanya Damar pada Fitri."Maaf Mas tadi macet, karena ada kecelakaan lalu lintas–" "Sudah aku katakan, jika kau bekerja harus pulang tepat waktu! Tidak harus keluyuran ke mana-mana!" Damar memotong ucapan Fitri dengan suara keras sambil mencengkram rahang Fitri yang tengah berjongkok di hadapan Damar."Sakit, Mas… sakit!" Fitri mencoba melepaskan diri dari cengkraman tangan suaminya, dan Damar melepaskan tangannya di rahang Fitri sambil mendorong istrinya hingga terjengkang."Kau jangan seenaknya berbuat macam-macam di luaran sana ya! Jangan kau
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more
Bab 5
Damar menatap Fitri dengan tatapan tajam di dalam rumah sederhana itu. Melihat sang istri baru pulang ketika jam menunjukkan pukul 07.00 malam, membuat emosi Damar meledak seketikaSuaranya naik satu oktaf dan ketus saat dia bertanya, “Kenapa jam segini kamu baru pulang?! Jangan jadikan ini kebiasaan baru, Fitri! Kamu pasti senang kan cari-cari kesenangan, sedangkan suamimu yang LUMPUH ini cuma bisa diam di rumah?!”Fitri terdiam, berusaha untuk tidak terpancing oleh kata-kata Damar yang semakin hari semakin melukai hatinya.“Maaf, Mas. Tadi aku lembur di kantor, jadi baru pulang lewat magrib…,” ucap Fitri dengan nada lemah, berusaha menjelaskan pada suaminya. Namun Damar hanya diam, matanya tidak menatap Fitri. Tanpa berkata apa pun, pria itu memutar kursi rodanya sendiri menggunakan kedua tangannya dan meninggalkan Fitri. “Semakin hari, kau semakin kurang ajar! Dasar Istri durhaka!”Fitri masih bisa mendengar umpatan Damar sebelum pria itu masuk ke dalam kamar. Ia pun hanya bisa me
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more
Bab 6
Michael masuk ke dalam rumah dengan raut wajah yang ditekuk-tekuk. Ia bahkan tidak menghiraukan panggilan sang Mama yang tengah duduk di ruang televisi. Michael langsung masuk ke dalam kamarnya dan kemudian ia merebakan dirinya di atas kasur.Michael memutar musik rock dengan volume yang tinggi. Meskipun begitu Mona tidak bisa mendengar karena ruangan di kamar membaca kedap udara.Di luar kamar Mona berteriak memanggil putranya akan tetapi tidak ada jawaban sama sekali."Michael! Michael! Buka pintunya Nak! Ini Mama!" Teriak Mona dari luar kamar akan tetapi Michael sendiri tidak mendengar suara teriakan mamahnya karena suara musik yang terlalu keras.Michael masuk ke dalam kamar mandi kemudian membersihkan diri setelah beberapa saat kemudian ia keluar dengan tubuh yang segar namun otaknya masih saja terasa panas setelah mengetahui fakta jika wanita pujaannya sudah menikah.Michael berjalan ke arah balkon dengan menggunakan pakaian rumahan yang lebih santai ia berdiri sambil memandang
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more
Bab 7
Alvin masih menertawakan Michael yang masih bersedih karena galau. Tawanya Baru berhenti setelah Ronald masuk dan menghampiri kedua pemuda yang tengah berdiskusi di balkon."Om! Papa!" seru Michael dan Alvin secara bersamaan pada Ronald yang menyapa keduanya."Ada apa dengan kalian? Bukannya Bi Atun sudah memanggil kalian dan mengajak kalian untuk turun ke bawah!" tanya Ronald menatap tajam ke arah Michael dan Alvin secara bergantian."Michael nggak lapar Pa, Papa sama Mama dan Alvin saja yang makan terlebih dahulu!" ucap Michael pada Ronald.Ronald tidak memaksa putranya Jika ia tidak mau makan. Putranya sudah besar bukan seperti anak umur 5 tahun lagi yang harus disuapi. Jadi jika putranya tidak mau makan Ronald tidak perlu repot-repot untuk membujuknya. Berbeda dengan Mona sebagai sang ibu yang tidak ingin anaknya sakit. Jika mendengar Michael tidak mau makan Mona langsung sigap mengantarkan makan malam dan menyuapi Michael dengan telaten.Ronald berjalan keluar kamar Michael denga
last updateLast Updated : 2024-04-13
Read more
Bab 8
Fitri terbangun di sebuah ruangan yang serba putih dengan tangan kanannya dipasang jarum infus. Pandangannya berotasi mengelilingi ruangan tersebut. Ia berpikir siapa yang membawanya ke rumah sakit ini. Ia yakin sekarang ia berada di rumah sakit.Pandangannya kemudian tertuju pada seseorang yang tengah tertidur di sofa. Kedua alisnya tertaut dan matanya memicing untuk mencoba mengenali siapa pria itu. "Pak Alvin!"Fitri begitu terkejut saat melihat jam dinding menunjukkan pukul 06.00 pagi. "Apa aku tidak salah lihat? Itu artinya aku sudah semalaman berada di rumah sakit ini? Lalu bagaimana dengan mas Damar?" gumam Fitri yang langsung mencoba turun dari brankar.Namun karena ranjang itu terlalu tinggi, dan Fitri kesusahan untuk menuruninya Fitri pun terjatuh sehingga membuat Alvin yang tengah tertidur terkejut dengan suara benda jatuh. Alvin yang hendak ingin membantu Fitri kembali ke atas ranjang, ia urungkan karena Fitri menolaknya."Mari saya bantu kamu untuk naik," ucap Alvin sam
last updateLast Updated : 2024-04-16
Read more
Bab 9
Setelah kepergian Alvin, Fitri mengatakan pada Asih Jika ia sudah baik-baik saja. Fitri meminta Asih untuk mengantarnya pulang."Asih, kamu bisa mengantarku pulang atau tidak? Aku khawatir pada Mas Damar dia pasti cemas," tanya Fitri pada Asih ia ingin mencabut selang infus yang menancap di punggung tangannya. Namun Asih menghentikannya."Jangan Fit!" Asih mencoba mencegah keinginan Fitri untuk pulang dan meninggalkan rumah sakit. Asih sudah menjalankan perintah sesuai dengan keinginan atasannya yaitu Pak Alvin yang menyuruhnya untuk menjaga Fitri selama dirawat di rumah sakit. Bahkan Alvin menjanjikan jika Fitri dan Asih akan tetap aman bekerja di kantor selama menuruti apa yang dikatakan oleh atasannya."Ini sudah perintah dari atasan kita, Pak Alvin sendiri yang menyuruhku untuk menjagamu!" ucap Asih saat Fitri menatapnya.Asih pun mengangguk kemudian tersenyum, dan meyakinkan Fitri agar percaya dengan apa yang ia ucapkan. Saat Fitri sudah membaringkan tubuhnya kembali di atas ran
last updateLast Updated : 2024-04-19
Read more
Bab 10
"Maaf pak, tadi tiba-tiba perut sebelah kiri saya terasa sakit mungkin karena saya belum sarapan tadi pagi," alibi Cindy sambil menampilkan raut wajah yang menahan rasa sakit. "Kalau begitu kau pulang saja!" perintah Alvin kepada Cindy kemudian Alvin segera memasukkan gawainya ke dalam saku jasnya dan segera meninggalkan ruangannya namun baru beberapa langkah ia menghentikan langkahnya karena Cindy menghentikannya dengan menanyakan bagaimana dengan acara yang akan digelar kantor ini perayaan ulang tahun Sanjaya Corporation."Pak tunggu! Bagaimana dengan acara perayaan ulang tahun Sanjaya corporation yang akan digelar dua hari lagi? kita belum membuat persiapan untuk merayakan acara penting itu," ucap Cindy yang sangat berharap rencananya akan berhasil.Alvin langsung menoleh ke arah Cindy, ia tersenyum karena dia sendiri merupakan acara penting di kantornya ia berterima kasih kepada Cindy yang sudah mengingatkan acara yang akan digelar dua hari lagi."Terima Kasih, kau sudah menginga
last updateLast Updated : 2024-04-22
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status