Home / Romansa / Lika-liku Jodohku / Masih Saja Pengecut

Share

Masih Saja Pengecut

Author: Buah_Kaktus
last update Last Updated: 2021-04-03 11:22:43

🎼🎼🎼

Malam minggu malam yang panjang,

Malam yang asyik buat pacaran,

Pacar baru, baru kenalan....

Kenal di jalan Jendral Sudirman.

🎼🎼🎼

Mytha menyanyikan lagu itu saat bersiap akan berjumpa dengan sang kekasih hatinya. Walau lagu jaman dulu dan agak aneh namun Mytha suka. Langit yang mendung tak dihiraukan Mytha. Ia meraih tas hitam kecil kemudian masukkan dompet berserta ponselnya, menggantungkan tasnya itu pada bahu kanannya sebagai pelengkap penampilannya malam ini.

"Ceria bener anak Ibu," ucap Bu Tari melihat Mytha berdandan rapi dan berwajah berseri.

"Mytha mau ketemu Bayu, Bu. Mau mengajaknya berkenalan dengan Ayah," jawab Mytha sembari meraih tangan Bu Tari, bersalaman serta salam tanda berpamitan.

'Ayah mana, Bu? Mytha mau berpamitan," lanjut Mytha ingin berpamitan pula dengan ayahnya.

"Ayahmu sedang istirahat, jangan diganggu. Biar Ibu nanti yang menyampaikannya," jawab Bu Tari menutupi sakit suaminya yang sedang kambuh, mungkin karena akhir-akhir ini banyak yang sedang difikirkan beliau.

"Ayah sakit?" tanya Mytha karena memang sedari sore tidak melihat sosok ayahnya, disamping Mytha juga sibuk berbalas pesan dengan Bayu mengenai rencana pertemuannya malam minggu ini, serta sedikit bingung memilih pakaian yang dikenakkannya sekarang.

"Udah gak papa, nanti Ibu yang pamitkan," ujar Bu Tari seraya mendorong anaknya agar tidak mengganggu istirahat suaminya. Mytha pun patuh dan berlalu ke luar rumah.

Dengan riang Mytha mengendarai maticnya menuju tempat yang disepakati. Selain untuk bermalam minggu seperti orang yang sedang berpacaran pada umumnya, juga ingin membahas hubungan mereka terkait masalah perjodohan dirinya.

***

"Myth, sini." lambaian tangan Bayu memancing Mytha untuk mendekat. Mytha mendekat dengan senyuman yang mengembang disetiap langkahnya. Mereka berdua sepakat bertemu disalah satu warung mie ayam langganan Mytha.

Bayu sudah berada di sana tanpa menjemput Mytha terlebih dahulu. Sampai saat ini ia masih belum berani berkunjung ke rumah Mytha, atau sekedar menjemput gadis yang dicintainya.

"Sudah pesan?" tanya Mytha seraya mulai duduk persis dihadapan Bayu, hanya disekat meja kotak yang berada disalah satu sudut ruangan itu.

"Sudah." Bayu menganggukkan kepalanya.

"Eh, hal penting apa yang akan kau bicarakan? Sepertinya penting banget," selidik Bayu, teringat saat menerima pesan dari Mytha yang mengtakan akan membicarakan hal penting tentang hubungan mereka berdua.

"Ayahku ingin menjodohkanku," ucap Mytha tanpa basa-basi.

"Lalu?" jawab Bayu datar.

"Cuma lalu? Apa kamu gak berfikiran akan dibawa kemana hubungan kita?" sungut Mytha mulai terpancing emosi.

"Terus aku harus bagaimana? Kamu mau aku melakukan apa?" jawab Bayu lagi-lagi datar, seakan tak ingin meningkatkan jenjang hubungannya dengan Mytha.

"Aku kecewa sama kamu, Yu! Ternyata kamu tak berubah!" sindir Mytha emosi dan mulai beranjak dari tempat duduknya.

"Pengecut!" kata terakhir yang terlontar dari mulut Mytha saat hendak meninggalkan Bayu.

Air mata Mytha pun sudah tak kuasa lagi ia bendung, mengalir pelan membasahi pipi. Mytha mulai mengendarai maticnya dan membelah keramaian kota. Malam minggu harusnya jadi malam indah bagi sepasang muda-mudi yang sedang kasmaran, akan tetapi malah kesedihan yang ia rasakan dimalam ini. Motor matic Mytha terus melaju tanpa arah, entah akan kemana tujuan Mytha. Dia sendiri pun tak tahu karena terhanyut dalam kesedihan yang begitu mendalam.

Akhirnya motor maticnya pun berhenti disebuah taman kota dekat komplek perumahan mewah. Setelah memarkirkan maticnya ditepi taman kota itu, dengan langkah lunglai ia pun menuju salah satu tempat duduk di taman. Mytha mulai menangis tersendu di bawah pohon rindang yang menaungi tempat ia duduk seraya mengingat sagala kenangannya dengan Bayu.

Mytha mulai teringat kenangannya bersama Bayu semasa masih mengenyam pendidikan menengah atas.

Masa paling indah adalah masa SMA, begitu pula dengan Mytha. Mempunyai sebuah kenangan bersama Bayu.

Selalu terselip amplop berwarna merah jambu di loker meja, tempat Mytha duduk kala mengenyam pendidikan menengeh umum.

Keesokan harinya pun begitu, berulang dan berulang. Hingga akhirnya Mytha penasaran dan berencana berangkat lebih awal dari biasanya, dengan harapan ingin mengetahui siapa yang akhir-akhir ini menyelipkan sebuah surat beramplopkan merah jambu itu. Amplop merah jambu yang berisikan puisi dan terkadang pesan cinta untuk dirinya.

"Kau yang menyelipkan surat ini padaku bukan?" tanya Mytha karena tiada ada seorang pun yang ada di dalam kelas, hanya dirinya dan salah satu teman lelaki sekelasnya itu.

"Bu--- kan," dusta Bayu gagap karena gugup, takut Mytha mengetahui yang ia perbuat selama ini. "Tadi ku lihat Wahyu yang meletakkannya," lanjut Bayu beralasan.

"O, gitu. Aku kira kamu yang menyelipkannya," sindir Mytha karena sedikit ragu akan jawaban yang dilontarkan Bayu.

Hari pun berganti minggu dan minggu berganti bulan, Mytha masih penasaran akan pnggemar gelapnya. Kali ini Mytha berencana disamping berangkat lebih awal, juga mengintai dahulu siapa kiranya yang menyelipkan surat tersebut.

Dan kali ini Bayu tertangkap basah telah meletakkan sepucuk surat masih beramplopkan sama yakni merah jambu di loker meja tempat duduknya. Lagi-lagi Bayu membantah bahwa melihat amplop itu jatuh dan meletakkan lagi di loker meja Mytha, dan masih menuduh Wahyu sebagai dalangnya.

Namun Mytha yakin tak ada keganjalan dari perilaku Wahyu terhadap dirinya. Hingga akhirnya mereka lulus pun, Bayu tak pernah mengungkapkan isi hatinya pada Mytha.

Mereka dipertemukan lagi semasa kuliah, tepatnya ketika sedang menyelesaikan skripsi. Tak disangka Dosen pembimbing mereka sama, itulah pertemuan pertama mereka setelah sekian tahun tak berjumpa setelah kelulusan SMA.

Dari situ lah mereka bertukar nomor ponsel dan sering berjanjian, bertemu walau mereka tak satu jurusan maupun beda fakultas. Suatu ketika Mytha mendesak Bayu untuk mengakui bahwa dia yang dulu sering menyelipkan surat cinta untuknya. Walaupun dengan berbelit-belit akhirnya Bayu mengakuinya dan merekapun mulai berpacaran.

....

"Dasar pengecut, masih saja tidak berani mengambil keputusan," lirih Mytha dalam sendunya.

Tubuh yang terasa lemas karena kalah dengan kesedihannya itu ia sandarkan di bangku panjang taman. Tatapannya menerawang langit yang tengah mendung, awan mendung itu seakan ikut merasakan apa yang ia rasakan. Awan pun tak kuasa menahan berat air yang dikandungnya dan membiarkannya jatuh membasahi tanah, pepohonan dan apa pun yang ada dibawahnya, tak terkecuali dengan tubuh mungil Mytha pun diguyurnya.

Dalam rintikan hujan, Mytha menangis tuk melepaskan semua beban yang ada didalam dadanya. Begitu dalam ia berharap terhadap Bayu yang dia anggap sebagai penyelamat akan perjodohannya itu, namun nyatanya Bayu tak bisa diandalkan.

Cukup lama Mytha terdiam dan terpaku dalam duduknya, membiarkan tubuhnya tersiram air hujan. Seakan ingin membuang rasa gundahnya, terbawa pergi oleh air yang mengalir membasahi dirinya dan hilang terserap tanah.

Setelah dirasanya cukup reda rasa sakit yang ada di dalam dadanya, Mytha pun beranjak dari duduknya menuju motor matic dan berlalu pulang.

🍂🍂🍂

"Assalamu'alaikum," salam Mytha lirih ketika mulai memasuki rumah.

"Wa'alaikumsalam," balas salam dari Bu Tari. "Ya ampun, Myth. Kenapa kamu basah kuyup begini?" Bu Tari kaget seraya memapah Mytha dan mendudukkannya pelan di sova ruang tamu.

"Bu, maafin Mytha." Mytha sesenggukan tak kuasa ingin bercerita tentang apa yang barusan telah terjadi.

"Ada apa, Myth? Cerita sama Ibu," tutur Bu Tari menenangkan Mytha, dan seperti biasa sambil mengelus rambut Mytha, namun kini rambut itu tengah basah.

"Ya udah, mandi dulu sana. Takut masuk angin," lanjut ucap Bu Tari, karena yang keluar dari bibir Mytha sedari tadi hanya rintihan tangis kesedihan, belum mulai bercerita pada dirinya.

Mytha pun dengan lemasnya beranjak menuju kamar dan mulai berbenah diri. Setelah selesai dari membersihkan dirinya, Mytha kini terbaring termenung di atas ranjangnya sambil memeluk guling. Cukup dalam rasa sakit yang Mytha rasa, karena cukup besar pula Mytha berharap terhadap Bayu.

"Myth, boleh Ibu masuk?" ucap Bu Tari sembari membuka pelan pintu kamar Mytha dan mencondongkan kepalanya dari balik pintu.

"Masuk saja, Bu," lirih Mytha tanpa menoleh ke arah ibunya. Pandangnnya seakan kosong dan terpaku disatu titik.

"Coba ceritakan sama Ibu, apa yang terjadi barusan?" tanya Bu Tari setelah menghampiri Mytha, mulai duduk disampingnya seraya mengelus-elus punggung Mytha, untuk sekedar menenangkan anak gadisnya.

Mytha bangkit dari tidurnya, mulai memeluk Bu Tari erat seraya menceritakan apa yang barusan telah terjadi, antara dirinya dengan Bayu. Tak terkecuali akan sikap pengecut Bayu semasa SMA hingga kini. Lama Mytha dalam pelukan sang ibu hingga dirasanya cukup lega sudah meluapkan isi hatinya, Mytha pun melepaskan pelukannya.

"Udah, yang berlalu biarlah berlalu. Buka lembaran baru, ambil hikmah atas kejadian ini," kata Bu Tari bijak.

"Terus bagaimana dengan masalah perjodohanmu dengan anak teman Ayah?" sambung Bu Tari bertanya.

"Entah lah, Bu," jawab Mytha datar, karena masih belum bisa mengambil sebuah keputusan akan pertanyaan ibunya.

"Ya sudah, pikirkan. Mungkin ini jawaban dari semuanya," ucap Bu Tari seakan mengambil hikmah atas kejadian ini.

"Walau Ibu juga masih ragu akan keputusan Ayah," lanjut Bu Tari sembari memandang wajah anak gadisnya.

"Dah istirahat, sambut esok pagi yang cerah." Bu Tari memberi semangat Mytha seraya mengecup kening anak semata wayangnya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yuzee Nadnad
Mytha kecolongan euy, Devan sompret bener
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Lika-liku Jodohku   Akhirnya Ku Menemukanmu

    Devan Suryadiningrat merupakan anak kedua dari Dedy Suryadiningrat, pemilik perusahaan dibidang advertising ternama di kota metropolitan. Kini bisnisnya mulai merambah dibidang perhotelan. Adik dari Linda Suryadiningrat itu kini menjabat sebagai presiden direktur menggantikan posisi ayahnya, sedangkan Linda harus puas menjadi wakil presiden direktur. Seperti biasanya untuk menjaga tubuhnya agar tetap terlihat atletis, Devan selalu meluangkan waktunya untuk olahraga atau tuk sekedar joging dipagi hari dan tentunya saat week end. Devan keluar dari apartemennya dengan menggunakan stelan olahraga, langsung bergegas untuk sekedar lari pagi disekitar taman kota dekat apatermennya. Sedangkan dilain tempat, Mytha yang baru saja bangun, mulai membuka jendela kamarnya. Kedua manik Mytha terpaku memandang pemandangan diminggu pagi yang cerah ini. Tampak mentari tersenyum dengan hangat menyapa alam semesta.

    Last Updated : 2021-04-04
  • Lika-liku Jodohku   Sepatu Cinderella

    Setelah jalan-jalan entah mengapa Devan tak langsung kembali ke apartemennya, ia mengemudikan mobil putih mewahnya menuju rumah utama Suryadiningrat. Sudah lama Devan meninggalkan rumah mewah milik papahnya itu, karena salah satu sebab yakni tidak mau bentrok dengan kakanya. Tin... tinnn....Suara klakson mobil Devan seakan menyuruh Mang Supri selaku security untuk membukakan pintu pagar. Mang Supri meletakkan telappak tangannya di sudut kening tanda hormat ketika melihat mobil Devan melaju disampingnya. Devan yang baru masuk rumah disambut Mamahnya dengan pelukan, sedangkan Linda hanya tersenyum sinis menatapnya. "Mamah kangen Dev," ucap Bu Vika yang tak lain mamahnya Devan. "Devan juga kangen Mah," balas Devan kemudian bersalaman mengecup punggung tangan Bu Vika. "Hai Kak," sapa Devan namun dibalas tatapan sinis dari kakanya, Linda. "Sudah sarapan Sayang?" tanya Bu Vika seraya menggandeng Devan menuju ke ruang keluarga. "B

    Last Updated : 2021-04-04
  • Lika-liku Jodohku   Ajakan Perangkap Bayu

    “Assalamu’alaikum,” salam Mytha tak kala memasuki rumah, namun tak mendapat jawaban. Langkahnya terhenti tatkala mencari ibunya di teras samping, tendengar perbincangan antara ayah dan ibunya. “Tapi Yah, tak baik memaksakan kehendak anak,” sela Bu Tari kapada suaminya. “Ayah sudah berjanji sama Pak Teguh, menikahkan anak kita dengan anak beliau. Beliau pernah menolong ayah, ketika terjadi kerusuhan. Ketika ada timah panas hendak menghantam dada Ayah, Pak Teguh lah yang menyelamatkan. Beliau mendorong tubuh ayah hingga lenganya menjadi sasaran empuk timah panas itu,” tutur Pak Yuda bercerita panjang lebar. “Mamang Pak Teguh berjasa terhadap Ayah, tapi bukan dengan menjodohkan Mytha balasannya Yah. Kasihan Mytha, biar dia memilih jalan hidupnya sendiri.” “Dengan siapa? Lelaki yang dekat dengannya pun tak berani menghadap, meminta langsung kepadaku,” ujar Pak Yuda dengan nada sedikit meninggi. Perdebatan kecil itu pun membuat sakit hypertemsi Pak Yuda ka

    Last Updated : 2021-04-04
  • Lika-liku Jodohku   Akibat Pengaruh Obat

    Saat Bayu mulai masuk kamar hotel yang telah dipesannya, Devan pun mengikutinya. Bodohnya Bayu tak mengunci dahulu pintu kamarnya, karena kepayahan memapah Mytha ke tempat tidur. "Bayu, kenapa kamu pengecut tidak berani bertemui ayahku?" oceh Mytha diluar sadarnya. "Kau, tau! Ayahku menjodohkanku dengan pemuda yang tak kukenal," lanjut oceh Mytha. Bayu tak mendengarkan ocehan Mytha, yang ada dalam benaknya hanyalah ingin memiliki Mytha seutuhnya namun dengan cara yang salah. Dalam pikiran Bayu, jikalau dia merenggut kesucian Mytha dan Mytha hamil maka dia tak perlu lagi meminta Mytha kepada bapaknya yang galak itu. Dengan sendirinya Mytha dan ayahnya lah yang bertekuk lutut meminta dirinya menjadi suami Mytha. "Aku tuh suka kamu sejak SMA, tau! Mengapa kau tak mengerti akan hal itu!" ucap Bayu memandang tubuh Mytha dan mulai menggerayanginya. Saat Bayu akan memulai aksinya, Devan pun dengan sigap menarik Bayu dan menghadiahkan beberapa pukulan

    Last Updated : 2021-04-04
  • Lika-liku Jodohku   Teman Sejati

    Dalam perjalan pulang mengendarai motor maticnya, Mytha pusing memikirkan alasan apa yang akan dikemukakan nanti kepada orang tuanya jika tiba di rumah. Untungnya sebelum menemui Bayu, Mytha sempat bertukar pesan dengan Uci. Memohon seandainya orang tuanya menelepon atau sekedar menanyakan dirinya, Mytha meminta Uci berdusta bahwa dirinya sedang dengannya. Walau Uci tadinya menolak dan menasehati Mytha agar tidak menemui Bayu, namun Mytha tak menghiraukannya. Kini sesal yang ia dapat. Sesal Mytha begitu dalam, tidak patuh terhadap ayahnya, berdusta pada ibunya, serta tak menghiraukan nasihat Uci pada dirinya. Namun semua itu sudah terjadi, nasi sudah menjadi bubur. Tinggal bagaimana Mytha menjadikan bubur itu menjadi bubur ayam special. Jarum jam pendek di pergelangan tangan kiri menunjukkan angka 10, Mytha belum juga menemukan alasan apa nanti yang akan dia kemukakan saat ibunya bertanya. Hari ini pun tak mungkin dia berangkat kerja. "Ya ampun, gini banget seh

    Last Updated : 2021-04-05
  • Lika-liku Jodohku   CEO Baru, Ternyata Dia

    Saat berlangsung rapat dewan direksi, Mytha tersentak melihat Devan, diperkenalkan menggantikan Pak Dedy sebagai presiden direktur. Entah Mytha harus senang, bangga atau sedih pasalnya ia dinodai oleh presdir baru itu, namun tentu saja tanpa keinginan dirinya. Devan yang sedari tadi mengetahui Mytha mengamati dirinya pun membalas senyuman, dan membuat Mytha salah tingkah antara kesal dan malu. Hampir satu jam rapat dewan direksi berlangsung, setelah usai Mytha gugup membereskan berkas yang ada di hadapannya, karena konsentrasi Mytha tertuju pada Devan. Kegugupan Mytha mengakibatkan berkas diatas mejanya jatuh kekolong meja, Devan hanya tersenyum melihat tingkah Mytha. "Gue akan bertanggung jawab atas malam itu," bisik Devan lirih saat berpapasan, ketika Mytha akan berlalu keluar ruangan rapat. Mata Mytha membulat sempurna, akan tetapi dirinya tak berkata, memendam kesal di dada dan segera berlalu sebelum kekesalan itu tumpah. Setibanya di meja

    Last Updated : 2021-04-05
  • Lika-liku Jodohku   Tanda Gadis Merah

    Jantung Mytha berdetak kencang menunggu hasil yang akan ditunjukkan alat itu. Cukup lama Mytha memperhatikan garis merah dalam test pack, setelah menunggu hampir seperempat jam, Mytha melihat hasil yang ditunjukkan oleh alat yang ia beli tadi. Mytha membuang nafas panjang, sedikit lega akan hasil yang ditunjukkan test-pack itu, yakni hanya tertera satu garis merah, menandakan si pengguna dalam keadaan tidak mengandung. Ujung bibirnya spontan ditarik keatas, tersenyum karena kekhawatirannya sudah terlewati. Namun tak berselang lama senyum Mytha kembali dikulumnya, terfikir apakah ada yang menerrima dirinya, dirinya yang sudah tak perawan lagi. Air matanya seketika menetes membasahi pipi, menyesai dan meratapi nasibnya. Segayung air disiramnya dari atas kepala Mytha, berharap semua masalahnya turut terbawa aliran air, benda cair itu akan menuju lubang kecil di kamar mandi, dan entah kemana tujuan akhir air itu berlabuh. Cukup lama Mytha berkutat di kama

    Last Updated : 2021-04-05
  • Lika-liku Jodohku   Mytha, Si Gadis Jutek

    "Myth, rese lo yah. Kemarin gue telepon malah langsung dimatiin," ucap Uci sembari menjitak pelan kepala Mytha, tatkala berjumpa di parkiran kantor, saat akan mulai masuk kantor. "Aawww... sakit tau!" Mytha sembari mengelus kepalanya yang kena jitakan Uci. "Lagian lo nyerocos aja kaya nenek-nenek bawel," lanjut Mytha sembari menjulurkan lidah pada Uci. Wajah yang sumringah tatkala meledek Uci langsung berubah 180° menjadi muram, saat menyadari Devan memperhatikan dirinya. Devan yang kebetulan datang sesudahnya, dan berada ditempat parkir yang sama, memperhatikan tingkah Mytha dan sahabatnya sembari tersenyum. Namun saat akan menghampiri Mytha diurungkannya ketika melihat ekspresi wajah Mytha yang menghindar darinya. "Yuh, ah Ci," Mytha menggandeng Uci dan berjalan dengan langkah yang cukup cepat saat berpapasan melewati Devan. "Pagi Pak," sapa Uci ketika melewati Devan walaupun sambil melangkah karena digandeng Mytha. Sedangkan Mytha terus melaju tanpa menoleh pada Devan. Setelah

    Last Updated : 2021-04-05

Latest chapter

  • Lika-liku Jodohku   Salah Mengartikan

    Sepasang paruh baya tengah bercengkrama di ruang keluarga, sesekali Pak Yuda membolak-balik korannya, entah berita apa lagi yang ingin dibacanya. Terdapat beberapa potongan kue lapis, berwarna hijau berseling putih yang bersanding dengan beberapa buah onde-onde kacang hijau beralaskan piring di atas meja sebagai peneman kopi tubruk kegemaran Pak Yuda. Ia seakan sudah candu dengan kopi tubruk buatan istrinya. "Wa'alailumsalam," jawab Bu Tari dan Pak Yuda hampir bebarengan menjawab salam dari anak gadisnya. "Pulang malam lagi, Myth?" tanya Pak Yuda pada putrinya. "Iya, Yah. Tadi mampir ke rumah Uci," jawab Mytha sambil mencium tangan Pak Yuda, bersalaman. "Uci sudah membaik keadaannya, Myth?" tanya Bu Tari baru sempat menengok Uci kemarin. Seakan tak enak, tak ikut serta dalam persidangan Uci karena kondisi Pak Yuda yang belum pulih. Namun, turut prihatin atas kejadian yang menimpa teman anaknya. "Alhamduliah, sudah baikan, Bu," jawab Mytha singkat, kini ganti punggung tangan Bu T

  • Lika-liku Jodohku   Di Kantin Kantor

    "Jadwal sekarang gue apa?" tanya Devan sinis pada Rio, sekertaris pribadinya. Rio yang profesional menjawab dengan tenang pertanyaan bosnya, sebelum masuk ke ruang presdir dan jam kantor belum dimulai, ia memang terlebih dahulu menanyakan Rosi tentang kegiatan kemarin, saat dirinya izin pulang lebih awal dari jam kerja kantor seharusnya. Devan pun kagum akan dedikasi Rio, atas jawaban yang disampaikannya. Namun, dirinya masih kesal akan kejadian kemarin, dan ditambah kejadian pagi ini di tempat parkir. Mobil Avanza biru Rio melintas tepat di sebelah mobil pajero Devan saat lampu merah telah berganti warna di perempatan, ketika mereka hendak pergi ke kantor. Devan yang mengetahui betul mobil Rio terkejut saat melihat Mytha satu mobil bersama Rio, apa lagi dilihatanya mereka sedang bercengkrama sambil tertawa, membuat dirinya semakin naik pitam karena cemburu. Cukup lama Devan memandangi mobil Avanza biru itu hingga mobil Rio melaju jauh, suara klakson kendaraan di belakang membuyar

  • Lika-liku Jodohku   Salah Paham

    Sesampainya di depan rumah Mytha, Pak Yuda tengah berada di teras. Menunggu anak gadisnya, karena sudah larut malam belum pulan tanpa kabar. Dan dengan amarah Pak Yuda bangkit dari duduknya. Namun, saat melihat yang mengantar putrinya adalah Rio, anak dari sahabatnya, emosinya pun berbalik 180 derajat. Gembira dan langsung menyambut Rio. "Loh, Nak Rio. Terima kasih sudah mengantar Mytha," Ucap Pak Yuda setelah Rio berada persis di hadapannya. Rio pun tersenyum dan mengulurkan tangannya, akan bersalaman. Seusai bersalaman, Rio langsung pamit pada Pak Yuda. Namun, Pak Yuda ingin menahan dengan berkata, "Loh ko buru-buru. Ayo masuk dulu." "Sudah larut malam, Pak. Besok saya ke sini lagi menjemput Mytha." Rio mengayunkan tangan, bersalaman pamit. Pak Yuda tersenyum dan menepuk bahu Rio saat bersalam dengannya. "Iya, Pak. Motor Mytha mogok jadi Rio mengantar Mytha." Mytha sedikit menerangkan alasan Rio besok akan menjemputnya. "O, begitu." Pak Yuda mengangguk-anggukkan kepalanya, tand

  • Lika-liku Jodohku   Mengantar Pulang

    Malam pun hampir larut, Mytha dan Rio pun pamit pulang."Maaf, Bu. Sudah malam, kami pulang dulu, besok ke sini lagi," ucap Mytha sesudah membantu Bu Darmi membereskan dan mencuci piring."Terima kasih, Nak Mytha. Terima kasih sudah membantu urus masalah ini." Tangan Bu Darmi mengelus bahu Mytha."Gak usah bilang begitu, Bu. Uci sudah saya anggap saudara, Ibu pun aku anggap Ibuku sendiri."Aku pamit menemui Uci dulu." Mytha memberi berkata pada Rio yang hendak bersalaman dengan Bu Darmi. Rio pun mengangguk dan Mytha mulai melaju menuju kamar Uci.Uci memang sudah membaik keadaannya, akan tetapi ia sedang ingin sendiri. Mereka pun memakluminya dan tidak memaksa Uci untuk bergabung makan malam bersama.Tok... tok... tok...."Gue masuk ya, Ci." Mytha mulai membuka pintu setelah mengetuk pintu 3kali, walau tak mendapat jawaban Uci dari dalam kamar.Mytha mulai mendekat ke ranjang Uci dan berkata, "Loh, ko belum dimakan?" "Apa mau gue suapin? Hahaha...," ledek Mytha memecah kesunyian. Nam

  • Lika-liku Jodohku   Penjemputan

    Di tempat lain, yakni di kantor tempat Uci bekerja, Doni dijemput oleh dua petugas kepolisian karena laporan Rio, berkaitan kasus permerk*saan terhadap Uci kemarin. Doni bersikap kooperatif, dan sore itu juga langsung digelandang petugas kepolisian untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Seperti hal nya Uci, Doni pun mendapat pemeriksaan medis. Dipenghujung senja itu, darah dan urine Doni diambil untuk sampel DNA guna mensinkronkan bukti atas kasus tersebut. Tak lupa juga tubuh Doni difoto oleh petugas, dan memang terdapat beberapa cakaran di punggung Doni. Doni menyadari akan hal itu, wajahnya sontak terkejut dan murung seakan tidak bisa mengelak, ia tengah merasa semua bukti menjurus padanya, dirinya harus bertanggung jawab akan apa yang telah diperbuatnya. Setelah pemeriksaan selesai, Doni meminta izin menghubungi pengacaranya, guna membantu dalam kasusnya. Petugas kepolisian pun mengijinkan, dengan didampingi petugas, Doni mulai menelepon salah satu pengacaranya dengan mengg

  • Lika-liku Jodohku   Melakukan Visum

    Terlihat jendela kamar Uci dari semalam belum dibuka, Mytha mulai membuka tirai berwarna merah muda yang menyelimuti jendela kamar Uci. Sirkulasi udara pun mulai berganti, hawa sejuk mulai memasuki ruangan kamar. Sinar mentari dengan lancangnya langsung menerangi sebagian ruangan. Mytha mulai berbalik badan dan menghampiri Uci, mulai merapikan tatanan rambut sahabatnya yang terlihat acak-acakan, bisa dipastikan dari semalam. Sementara di luar ruangan, Rio dan Bu Darmi sedang berbincang langkah apa yang akan ditempuh untuk menyelesaikan permasalahan yang tengah ditimpa Uci. "Maaf, Bu. Uci dari semalam belum diapa-apain kan? Maksudnya belum mandi atau bersih-bersih badan?" tanya Rio sedikit menyelidik akan keadaan Uci. "Belum, Nak Rio. Ibu tidak berani dan kasihan melihat sikap labil yang sedang Uci," jawab Bu Darmi. "Ibu hanya menemaninya dan menenangkannya hingga Uci tertidur. Jendela kamar pun sengaja tidak Ibu buka, takut Uci histeris." Cerita Bu Darmi sambil menyeka air mata ya

  • Lika-liku Jodohku   Menguatkan Mental

    Di parkiran, Mytha langsung melaju berbelok arah menuju tempat kendaraan beroda dua berjejer. "Myth, tunggu," panggil Rio tatkala Mytha mulai melangkah mendekati motor maticnya. Perempuan berhidung mancung dan bermata coklat itu pun berbalik badan, memutar tubuh menghadap si penyapa. "Bareng aku aja," ajak Rio, menatap intens wajah Mytha. "Aku pakai motorku saja, Mas. Biar ngga repot dan lebih leluasa." "Baiklah kalau begitu." Rio menutup pembicaraan dan dijawab oleh anggukan singkat Mytha. Meskipun memakai kendaraan mereka sendiri-sendiri, tujuan mereka satu yakni ke rumah Uci. Setibanya di rumah Uci, Mytha mengetuk pintu kemudian berlanjut berucap salam, "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam," jawab Bu Darmi dari dalam rumah dan segera membukakan pintu. Sedetik setelah membukakan pintu, Bu Darmi memeluk Mytha, menangis tersedu meluapkan isi hatinya. Mytha mengerti akan kegundahan Bu Darmi, walau belum ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut beliau, hanya isak tangis yang

  • Lika-liku Jodohku   Meminta Izin

    Semalaman Rio tak dapat memejamkan matanya, pikirannya melayang akan keadaan Uci, khawatir terhadap dirinya. Serta memikirkan apa yang akan diperbuatanya, agar Doni mendapat ganjaran yang setimpal. Berkas sinar sang mentari menyelinap, memaksa menembus jendela kaca yang berbalut tirai tipis. Rio dengan malasnya membuka tirai tersebut, membiarkan sinar mentari menguasai kamarnya. Dirinya bergegas mandi, dan bersiap ke kantor, walau telah bersiap masih nampak kantung mata yang menyerupai mata panda, karna semalaman matanya tak dapat dipejamkan. Saat sarapan bersama, tak banyak yang mereka bertiga bicarakan. Saling sibuk dengan hidangan atau mungkin dengan pikiran masing-masing. Ya, Pak Teguh sudah mengetahui cerita tentang Uci dari istrinya tadi pagi. Namun, dirinya masih menghargai Rio dan ingin mengetahui sejauh mana anaknya melangkah terlebih dahulu. Rio terlihat buru-buru menghabiskan sarapannya, setelah meneguk segelas susu kemudian berpamitan pada

  • Lika-liku Jodohku   Merasa Bersalah Dan Mulai Jatuh Hati

    Rio pun pamit pada Bu Darmi. Setelah masuk dalam mobil raut muka Rio seakan penuh kebencian terhadap pamannya, karena kejadian yang menimpa pada Uci. Tanpa berfikir panjang, Rio menstarter mobilnya dan melaju menuju rumah pamannya untuk menuntaskan kemarahannya malam itu juga. Mobilnya melesat kencang tanpa menghiraukan gulitanya malam, karna bulan dan bintang tertutup kabut. Lolongan hewan malam pun tak mengurungkan niat Rio untuk memberi perhitungan pada pamannya. Setibanya di rumah Doni, dirinya hendak mendobrag pintu utama dengan kepalan tangannya, berkali-kali meninju papan jati tersebut dengan keras sambil berteriak memanggil pamannya. Security yang awalnya bersikap manis terhadap Rio terkaget, pasalnya dirinya mengira Rio datang seperti biasa mengunjungi tuannya. "Buka pintunya!" seru Rio sambil menggedor pintu. "Paman! Di mana kau?!" lanjut ucap Rio hampir mendobrag pintu rumah Doni dengan kepalan tangannya. Priittt....

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status