Jadi janda karena melahirkan anak autis dan dituduh sebagai pelakor, membuat hidup Maya berada di ambang kehancuran. Namun, semuanya berubah ketika dia bertemu dengan Tristan, lelaki yang ia selamatkan di parkiran kantor tempatnya bekerja. Apa yang terjadi di hidup Maya? Akankah ia berakhir bahagia?
View MoreTristan melangkah lebih dekat dan menatapku dengan serius. “Boleh?” tanyanya, menunjuk ujung hijabku.Rasanya sangat gugup, tetapi aku mengangguk pelan. Tristan dengan lembut menyentuh kain satin itu, merapikannya sedikit di sisi kanan. Jemarinya hanya menyentuh kain, tapi entah kenapa jantungku berdetak lebih cepat.Bagaimana bisa seorang Bos mendandani sekretarisnya? Biasanya sekretarislah yang merapikan pakaian bosnya agar sempurna! Astaga, apa ini sebuah kesalahan?“Begini lebih bagus,” katanya setelah beberapa saat. “Jangan terlalu dipikirkan. Kau sudah terlihat menawan.”Aku menatap pantulan diriku di cermin. Dengan sedikit perubahan yang Tristan buat, hijabku memang terlihat lebih natural dan pas dengan bentuk wajahku.Aku menarik napas dalam-dalam lalu tersenyum kecil. “Terima kasih, Pak. Kalau begitu. Kita berangkat sekarang?”Tristan mengangguk, mundur selangkah, dan memberi isyarat agar aku berjalan lebih dulu. “Ayo.”~Pesta ini jauh lebih mewah dari yang kubayangkan. Begi
Ruangan menjadi hening setelah ucapan Tristan. Alain tampak berusaha mempertahankan ekspresi percaya diri, tetapi jelas ada keresahan yang mulai terlihat dari cara dia menggenggam pena di tangannya.Aku melirik karyawan lain yang ada di ruangan. Beberapa dari mereka tampak gelisah, ada yang menundukkan kepala, ada pula yang menatap Alain seolah menunggu bagaimana dia akan menangani situasi ini."Penyesuaian seperti apa tepatnya?" Tristan mengulang pertanyaannya, nada suaranya tetap dingin dan tajam.Alain akhirnya berdeham pelan. "Tuan Tristan, seperti yang Anda tahu, pasar di Prancis memiliki dinamika yang berbeda dibandingkan dengan cabang utama. Kami harus melakukan beberapa perubahan untuk tetap kompetitif."Tristan menyipitkan matanya. "Itu tidak menjelaskan mengapa ada transaksi yang tidak tercatat di sistem pusat. Atau lebih tepatnya... ada transaksi yang sengaja tidak dimasukkan?"Suasana di ruangan semakin tegang. Beberapa orang mulai saling berbisik, tetapi Alain tetap berus
Tristan kembali berbicara, "Aku baru saja mengetahui kalau beberapa kontrak yang dibuat perusahaan kita dalam beberapa tahun terakhir tidak sepenuhnya bersih. Ada indikasi suap, mark-up harga, dan yang lebih parah… beberapa proyek itu melibatkan perusahaan yang punya rekam jejak buruk."Aku terkejut. Apa sindikat Bu Ratna sebegitu berbahayanya sampai menjadi rumit begini?"Tapi… perusahaan kita seharusnya punya tim legal yang memastikan semuanya berjalan sesuai aturan, bukan?" tanyaku hati-hati.Ekspresi Tristan mengeras. "Bu Ratna selama ini punya akses besar ke banyak dokumen penting. Banyak dokumen yang kutinjau menunjukkan kejanggalan."Aku mencoba mencerna informasi itu. "Jadi, maksud Bapak, kemungkinan skandal ini lebih besar dari yang kita kira?""Bukan kemungkinan, Maya." Tristan menatapku dalam-dalam. "Aku hampir yakin ini lebih besar. Dan karena kamu adalah sekretarisku, aku ingin kamu berhati-hati. Jangan mudah percaya pada siapa pun, termasuk orang-orang yang mungkin terli
"Ya. Aku sempat berbincang dengannya. Tidak." Tristan menggeleng kepalanya sebentar, tangannya memijat pelipisnya pelan. "Lebih tepatnya dia yang berbicara, sedangkan aku hanya diam."Entah apa yang diucapkan Bu Ayu."Dia mengatakan semuanya, termasuk hubungan-" ucapan CEO-ku itu belum selesai. Dia seperti sengaja memotong karena ada aku dan Paulo."Lanjut nanti saja, Ma. Sekarang aku masih di mobil... Oke... Mama juga jaga kesehatan."Pria itu segera meletakkan ponselnya dan menghela panjang.Paulo dan aku saling melirik, mencoba menebak isi percakapan itu. Namun, dari ekspresi Tristan yang semakin mengeras, jelas ada yang mengganggunya.Aku ragu untuk bertanya, tetapi suasana di dalam mobil terasa begitu tegang. Diam saja pun rasanya tak nyaman."Apa terjadi sesuatu, Pak?" tanyaku hati-hati.Tristan menyandarkan kepala ke kursi. "Bukan urusan pekerjaan. Tak perlu kalian pikirkan."Paulo mendecak pelan. "Astaga, selalu sok misterius. Bukankah lebih baik berbagi cerita, Darling? Siapa
Paulo di sebelahku menguap lebar dan mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah. “Omg, darling! Udara di pesawat ini benar-benar menghisap semua kelembaban kulitku. Aku butuh sheet mask sekarang juga!” Aku tertawa kecil. “Kau sudah memakai tiga lapis skincare selama perjalanan. Apa itu masih kurang?” Paulo melotot dramatis. “Kurang, sayang! Ini Paris! Kau tidak bisa tampil dengan wajah sembarangan di kota mode!” Aku menggeleng-geleng, lalu melirik ke arah Tristan yang duduk di sisi lain. Pria itu perlahan membuka mata, wajahnya masih dingin seperti biasa. Ia menekan tombol kursinya agar kembali tegak, lalu merapikan dasinya yang sempat dilepas selama tidur. “Morning, Mr. Tristan.” Paulo menyeringai. “Bagaimana tidur Anda? Apakah mimpi tentang saham dan angka-angka?” Tristan menatap Paulo sebentar sebelum mendesah. “Terlalu banyak suara berisik untuk bisa bermimpi.” Aku dan Paulo saling berpandangan sebelum akhirnya Paulo menyenggol lenganku. “Astaga, aku tersinggung. Apa
Begitu Tristan tiba di hadapanku, ekspresinya datar. Mata tajamnya menatapku sekilas sebelum ia mendesah dan merapikan dasinya dengan gerakan asal. “Maaf,” ucapnya singkat, suaranya rendah dan dingin. Aku mengerjapkan mata, sedikit bingung dengan sikapnya. Tapi sebagai sekretarisnya, aku tahu batasan. Jika bos sedang badmood, lebih baik tidak terlalu banyak bertanya. “Tidak masalah, Pak Tristan. Kita masih punya cukup waktu,” jawabku dengan nada profesional. Paulo yang berdiri di sampingku mendecak dramatis. “Ya Tuhan, kenapa auramu seperti badai musim dingin di Rusia, Sayang? Apa kau baru saja bertemu mantan di pengadilan?” godanya, mencoba mencairkan suasana. Tristan hanya melirik Paulo dengan tatapan datar, tidak tertarik menanggapi. Alih-alih menjawab, dia hanya berjalan melewatiku menuju gate. Paulo menatapku dengan ekspresi tidak percaya. “Ya ampun, dinginnya lebih parah dari kulkas dua pintu! Kau yakin kita terbang ke Paris? Jangan-jangan dia ingin transit dulu ke A
Hari ini aku mempersiapkan diri untuk berangkat ke bandara. Namun, saat akan memanaskan mobil, mendadak Alphard berwarna putih terparkir di depan rumahku. Aku terpaku menatapnya, itu seperti mobil para artis! Saat aku termenung, seorang wanita turun dengan anggun."Pagi, Maya. Hari ini biar aku yang mengantarmu ke bandara. Sekalian menjemput Bimo dan babysitternya. Dia akan menginap di rumahku satu bulan penuh, kan?" Suara yang lembut dari ibu atasanku itu bagai malaikat yang turun dari surga. Aku hanya mengangguk pelan, aura pejabat Bu Ayu sangat menyilaukan!Bu Ayu berjalan mendekat, senyumnya ramah tapi tetap memancarkan wibawa yang sulit diabaikan. “Ayo, kita berangkat,” katanya, membuka pintu mobil untukku.Aku segera mengangguk dan berbalik ke dalam rumah. “Bu Yati, sudah siap?” panggilku.Dari dalam, terdengar suara langkah tergesa-gesa sebelum sosok wanita paruh baya muncul dari ambang pintu. Bu Yati, asisten rumah tanggaku, tampak sedikit gugup saat melihat sosok Bu Ayu.“Iy
Aku menelan ludah. Kata-kata Bu Ayu barusan membuat dadaku terasa sesak. “Maksud Ibu mengenal lebih dekat?” tanyaku hati-hati. Bu Ayu menatapku sejenak sebelum menghela napas kecil. "Aku melihat sesuatu di Bimo, Maya. Sesuatu yang mengingatkanku pada seseorang." Tubuhku menegang. Sementara itu, pelayan datang menyajikan teh dan jus jeruk di meja. Bimo diam saja, hanya menggenggam sendok kecilnya dan memandangi gelas jus di depannya. Aku tahu dia belum nyaman berada di tempat asing seperti ini. Aku merapikan letak duduknya dan membisikkan, “Minum dulu ya, Sayang.” Bimo menoleh sekilas, lalu menurut. Aku kembali fokus pada Bu Ayu, yang masih mengaduk tehnya dengan gerakan pelan. “Bu Ayu mengingat seseorang?” tanyaku mencoba menggali lebih dalam. Beliau tersenyum samar. “Iya. Dulu aku juga punya seorang anak yang—” Bu Ayu terhenti sejenak, menatap Bimo. “…spesial.” Hatiku mencelos. "Putriku juga autis, seperti Bimo," lanjut Bu Ayu. Kali ini matanya sedikit berair. Sep
"Tidak," jawab Pak Kusuma datar.Salah satu alis Tristan terangkat. "Yakin? Kenapa dari tadi mencuri pandang ke arah sekretarisku?"Pertanyaan Trsitan membuatku keringat dingin. Aku menjadi topik pembicaraan di antara anak dan ayahnya. Ini membuatku tidak nyaman.Pak Kusuma tidak langsung menjawab. Ia hanya menatapku sejenak sebelum mengalihkan pandangannya ke Tristan. Ekspresinya tetap sama, dingin, penuh perhitungan, seolah sedang menimbang alasan di dalam pikirannya. Aku menggigit bibir, mencoba tetap tenang. Tapi tangan yang kugenggam di pangkuan mulai terasa dingin. "Jadi?" Tristan mengulang pertanyaannya, entah kenapa pertanyaannya mengandung tantangan halus. Pak Kusuma akhirnya bersuara. "Aku hanya penasaran." "Penasaran soal apa?" Tristan bertanya lagi, kali ini sembari melipat tangannya di atas meja. Pak Kusuma menyesap sedikit minuman jahenya yang baru saja dihidangkan oleh pelayan, kemudian meletakkan gelas itu kembali dengan gerakan perlahan. Itu adalah gelas ke
“Dasar wanita murahan!”Plak... tangan perempuan itu menampar pipiku dengan keras. Rasanya sangat panas, kulihat beberapa orang yang ada di lobi tekejut sekaligus senang melihat tontonan gratis.“Wanita tak tau diri! Jelas-jelas ini nomor kamu, masih saja mengelak! Janda gatel tak tau diuntung! Sini kamu!” Perempuan itu mencoba merengkuhku kembali. Tangannya sudah melayang ke udara, sedangkan aku hanya terpaku mendapat serangan yang bertubi-tubi darinya.Dadaku bergemuruh hebat, rasanya ingin menampar balik perempuan itu. Namun, tak berselang lama security sudah menyeretnya keluar.Kini tinggal diriku yang terpaku merasakan nyerinya pipi bekas tangan istri atasanku.“Maya, bibirmu...” ucap seseorang yang mendekat. Dia adalah Rosa, teman satu devisi. Sebelumnya aku menganggap dia seperti malaikat di neraka jahanam ini. Namun, sekarang sudah tidak. Aku tidak mempercayai perempuan itu lagi.Tak menggubrisnya, aku memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi. Menenangkan diri yang dibuat shock...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments