Ketika Rangga, seorang pemuda berandalan, tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan kehamilan Ratu--temannya, hidupnya dalam sekejap berubah. Dengan trauma masa lalu dan rencana child-free, Ratu terjebak dalam dilema yang mengancam masa depannya. Cover by Canva Sementara Rangga berjuang melawan rasa bersalah dan ketidaksiapan untuk menjadi ayah, keduanya harus menghadapi pilihan sulit yang akan menentukan nasib mereka. Apakah mereka akan menemukan jalan untuk saling mendukung, atau terjebak dalam keputusan yang keliru? "Menemukan jalan pulang", adalah kisah tentang cinta, tanggung jawab, dan penerimaan diri di tengah badai kehidupan. Siapkah mereka menghadapi konsekuensi dari pilihan yang dibuat? Temukan jawabannya dalam novel ini!
View MoreMasih berada di pusat perbelanjaan yang ada di daerah Jakarta bagian timur.Ratu menunggu dengan gelisah suaminya yang katanya tengah menjemput, namun tak kunjung sampai.Ratu takut kalau-kalau Ibrahim keburu turun dan mendapatinya ternyata berada di sini, bukan di toilet seperti yang dia katakan. Ia malas saja berurusan dengan pria itu apalagi terlibat obrolan atau basa-basi dengannya.“Udah nyampe mana, Ngga?” Ratu menelepon.Dan untungnya, Rangga menjawab, “Udah di dekat lobby, nih.”Alhamdulillah....“Ok, aku keluar sekarang!” Ratu melangkah cepat ke arah lobby dan berharap bisa segera bertemu Rangga.Hingga tak lama kemudian, dia melihat sosok pria mengenakan motor matic dengan helm hitam mendekatinya.“Papa masih di atas, tinggal aja lah, ya,” ujar Ratu setelah mereka tak lagi berjarak.“Ini, nih, akibat kalau seorang istri pergi tanpa izin suami,” cibir Rangga.“Emang aku perginya sama s
Perasaan Rangga campur aduk saat memasuki ruangan Ibu Rika. Dia tahu Ibu Rika cukup ramah dan mudah diajak bicara—tidak seperti HRD-HRD lainnya yang pernah dia dengar, tapi Ibu Rika juga bisa sangat tegas dan kritis sewaktu-waktu. Jadi, saat Rangga harus menghadapinya ketika sedang ada sederet masalah serius di dalam timnya, rasa takut itu tetap muncul.“Permisi, Bu.”“Masuk, Ngga!” serunya dari dalam.Hingga ketika Rangga membuka pintu, senyuman ceria wanita yang duduk di balik meja besar itu langsung menyambutnya. “Selamat siang calon papa baru!” ujarnya membuat Rangga bisa merasa sedikit lebih lega.Karena berarti, panggilannya ini bukan sebuah masalah yang serius.“Ah, iya, terima kasih, Bu.” Rangga duduk di kursi yang disediakan.“Viral ya, kemarin?” tanya Bu Rika.Rangga sempat nge-lag sesaat sebelum kemudian dia mengerti, ke mana arah pembicaraan wanita itu, yang tentu saja mengenai viralnya dirinya saat ngojol dan berkasus dengan seorang perempuan gila.“Hah? Oh, i-iya, Bu.”“
Seperti yang telah direncanakan kemarin, hari ini—tepatnya sore setelah Rangga pulang dari kantornya, pria itu menjemput istrinya untuk melakukan pemeriksaan USG.“Pakai mobil aja, Mas. Jangan pakai motor,” ujar papa mertuanya begitu dia tiba di depan rumah.Sementara Ratu sendiri sudah siap berangkat dan menunggunya di depan sana. Tapi roman-romannya dia kecewa setelah mendengar saran yang lebih terdengar seperti perintah dari papanya itu. Dilihat dari wajahnya yang kini cemberut.“Padahal aku pengennya pakai motor.”Nah, kan!Terdengar suara protesnya.“Polusi,” Papanya membalas.Rangga pun tidak punya kesempatan untuk membantah, karena saat ini lelaki itu melempar kunci mobilnya kepadanya.Ya, sudahlah. Toh, lebih aman seperti ini. Lagipula, manut dengan orang tua kan lebih enak.Namun di dalam mobil, sepertinya Rangga harus sabar-sabar mendengar gadis itu menggerutu.Katanya dia punya keinginan untuk langsung jalan-jalan malam ini sepulang mereka dari RS. Naik motor seperti muda-m
“Di suspend?”ulang Ibu Ratih, saat Rangga menuturkan alasan ketidakhadirannya ke kantor hariini. Sebab alih-alih bekerja, ia malah pergi ke Kemang guna untuk melakukan banding.“Di suspend itu dipecat kah?” lanjut beliau, menggunakan istilah yang paling dia mengerti.“Nggak, Bu. Suspend itu bukan putus mitra, tapi dibekukanakunnya. Jadi aku belum bisa jadi kurir atau driver lagi untuk sementara,” jelas Rangga tenang. Berusaha meredakan kekhawatiran ibunya.“Penyebabnya?” kata beliau lagi agar Rangga bisa menjelaskannya lebih lanjut.“Gini...” Rangga mulai menjelaskan semuanya dengan rinci, menggambarkan situasi semalam yang membuatnya terjebak ke dalam masalah ini.Barulah setelah selesai, Ibu Ratih menyimpulkan. “Padahal salahnya bukan di kamu ya, Ngga.”“Itulah. Yang kuheran. Padahal emang orangnya aja yang agak-agak.” ,“Udah gitu dengan pedenya di upload ke sosmed lagi,” sahut Ratu.“Banyak yang nonton, Nak?
Sekilas memang seperti tak ada yang berubah dari Rangga setelah kejadian menegangkan semalam. Namun di dalam hati pria itu, sebenarnya masalah ini sangat mengganggu. Berbagai kekhawatiran muncul di kepalanya; bagaimana kalau dia sampai diputus mitra, kemudian ia tak bisa mendapat kerja sampingan lagi, lalu, setelah itu nasib dia ke depannya akan seperti apa nantinya?Karena kejadian semalam itu juga, Rangga tidak bisa masuk ke kantor hari ini. Tujuannya adalah ke Kemang—head office untuk melakukan banding—proses yang tidak bisa ia tentukan kapan selesainya. Bisa cepat, bisa lambat, tergantung situasi dan kondisi yang ada di sana.Berdasarkan pengalaman dari teman-teman seperjuangan nya yang pernah mengalami hal serupa, mereka selalu bertemu banyak driver/kurir lain yang juga berkepentingan. Jadi bukan tidak mungkin Rangga pun juga akan mengantre.Beruntung, Rangga memiliki bukti. Ia berhasil merekam sebagian akhir percakapan antara dirinya dan pe
“Katanya mau tidur lagi? Nggak jadi?” tanya Rangga Begitu pak Bandi dan Marcel pergi.“Nggak tau. Udah keburu ilang ngantuknya,” jawab Ratu.“Karena pengen ikut?”Ratu kembali menjawab tidak tahu.“Udah mau jam setengah enam, Ra. Aku pulang dulu kali ya. Mau ganti baju. Kamu mau ikut nggak?” tawar Rangga, karena sejujurnya dia juga tidak tega membiarkan istrinya sendirian di sini.Tetangga Ratu agak berjarak, hingga tak lebih memudahkan siapapun yang memiliki sebuah urusan atau meminta tolong.Lagipula jika menyangkut masalah kepedulian dan kekeluargaan,tetap lebih solid tetangganya sendiri yang ada di RT sebelah.Namun, ini hanya sebuah pemikiran dari seorang suami yang khawatir akan kondisi istrinya yang hamil dengan riwayat pendarahan. Harapannya sih, tidak akan terjadi apa-apa lagi pada istrinya itu.“Tapi aku belum mandi...” balas Ratu.“Nggak papa. Nanti bisa mandi di sana.”Ratu mengambi
Memang benar, pada malam itu Rangga bisa tertidur nyenyak. Namun kebiasaannya untuk bangun pagi tetap tak pernah berubah. Beberapa waktu terakhir, ia selalu terbangun sebelum adzan subuh berkumandang, walaupun malam sebelumnya ia merasa begitu lelah. Rangga melihat ke samping. Ratu, istrinya, tampak tertidur damai dengan bantal guling yang dipeluknya erat. Rambutnya yang panjang terurai di atas bantal dan wajahnya memancarkan ketenangan. Rangga mendekatkan wajahnya, embusan napas hangat Ratu menerpa kulitnya yang dingin. Perlahan Rangga mendaratkan kecupannya di kening gadis itu. Dilihatnya lamat-lamat wajah cantik Ratu, kulitnya yang cantik, halus mulus tanpa noda, alisnya yang tebal dan rapi, bulu matanya yang lentik, belum lagi bibirnya yang manis yang membuatnya selalu tergoda. Pikiran Rangga berisik, mengingat bahwa ia bisa melakukan lebih di sini untuk menyalurkan perasaan rindunya. Namun hatinya seolah memasang rambu-rambu, agar dia berhenti. Jika tak ingin lantas mengul
Ratu: Udah malem banget loh, Ngga. Masih lama pulangnya?Rangga menepikan motornya sejenak setelah membaca pesan tersebut dari pop up notifikasi. Baru Rangga ingat, dia belum memberi kabar pada gadis itu selama seharian ini.Tapi ia juga terkejut, kalau ternyata Ratu menunggu balasannya. Karena biasanya gadis itu sangat cuek.Dengan segera dia mengetik balasan:Rangga: Loh, Ra? Belum tidur?Ratu: Gimana aku mau tidur? Kamu nggak bales-bales pesan aku hari ini! Kalau kamu belum bales berarti kamu belum pulang kan? Masih di jalan kan?Ratu: apa aku buat salah? Jadi kamu cuekin aku sampai segitunya?!Rangga: oh ya maaf, maaf. Ini bukan salah kamu. Cuma ... malam ini emang lagi lumayan rame orderan. Nyambung terus, hampir nggak pernah putus. Ini aja baru banget selesai nganter orang, jadi nggak sempat buka pesan. Tapi ini udah mau pulang kok.Harus panjang penjelasan Rangga agar Ratu percaya, jika tak ingin wanita itu terus ngegas sampai besok pagi.Ratu: Lama ih!Rangga: Enggak, ini bene
"Om?" sapa Ibrahim pada Pak Bandi. Senyumnya lebar menunjukkan keramahan."Oh ya, Mas Ibra, gimana kabarnya?" tanya lelaki itu sambil menyambut jabat tangan pemuda di depannya. "Alhamdulillah, baik dong, Om. Om sendiri gimana, udah sehat?"Rangga tersenyum penuh arti saat mendengar kata-kata manis si penjilat. Dia mulai mengerti mengapa Ibrahim cepat naik jabatan—karena mulutnya yang pandai menjilat. Ke siapapun."Alhamdulillah lebih terkontrol sekarang semenjak Ratu membelikan alat pengukur tekanan darah," jawab Pak Bandi."Wahh, ide yang bagus itu, Om. Jadi lebih gampang sekarang ya, kalau mau cek-cek. Nggak perlu repot-repot datang ke klinik," sahut Ibrahim antusias."Iya, ini saran dari dokternya juga. Sebenarnya saya udah pengen beli alat ini sejak lama, Mas. Tapi kemarin saya masih maju mundur karena saya kira, saya belum terlalu butuh. Tapi ternyata saya kena hipertensi, kan? Lagipula harganya juga cukup terjangkau, jadi ya sudah,” jelas Pak Bandi. Sebelum kemudian mengajak pe
Rangga: Ratu adalah teman sekaligus cewek teraneh yang pernah gue kenal. Dia hamil karena kesalahan kita, tapi anehnya dia nggak mau dinikahin. Dia pemegang prinsip nggak menikah dan childfree. Tapi gara-gara gue hidupnya sekarang jadi berantakan.Ratu: ya, males aja nikah apalagi punya anak. Rasanya dua kata itu nggak pernah terbayang dalam hidup gue. Apalagi kalau nikahnya sama si Rangga--si playboy cap kampak yang misquen. Ogah amat!****/Rangga tersentak dari duduknya, ketika tiba-tiba seorang gadis datang melemparkan benda kecil persegi panjang bergaris dua di depan wajahnya.“Apa ini?” tanya dia tak mengerti maksud Ratu. “Nggak mungkin lo nggak tau itu benda apa!” katanya.Rangga melihat baik-baik benda tersebut yang di tengah-tengahnya terdapat dua garis.“Lo hamil?!” kedua mata pria itu membelalak setelah menyadarinya. “Menurut lo?” Gadis itu bersekap dan berdecak.“Sialan! Gara-gara lo gue jadi begini.”“Lo jangan nyalahin gue doang, ya. Lo sendiri juga ngapain mau-mau aja...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments