Share

Tiga

Author: Ana_miauw
last update Last Updated: 2025-01-14 11:12:23

Kembali ke tempat kerja.

Tak Rangga sangka, ternyata hari ini Ratu sudah bisa kembali bekerja. Gadis itu datang bersama Sabila.

“Nah, tuh, udah balik kerja lagi Si Ratu,” ujar Putra pada Rangga, “dicariin tuh, sama Yayang, Ra. Kangen katanya.”

Ratu terkekeh. “Resek lo!”

“Udah sembuh, Ra? Katanya lagi kurang fit?” tanya pria itu lagi.

“Cuma meriang doang, kok.”

“Meriang, merindukan kasih sayang.”

“Lo kali tuh, yang begitu.”

“Udah jadian ya kalian? Kok, makin lengket aja kelihatannya. Kemaren gue lihat kalian di Extraindo,” sahut Adisty membuat semua memusatkan pandangannya pada kedua orang tersebut.

“Oh, udah pada ketemuan ternyata lo berdua? Ngomong donk, jangan diem bae, heeuuu, dasar playboy cap kampak,” Putra menimpali.

“Apaan sih? Bukan urusan lo, berisik aja!” Rangga jadi sewot. Dia juga menjelaskan, ia hanya mengantar Ratu membeli buah, itu saja.

Jam kerja di mulai, semua mulai menyalakan layarnya. Sesekali Rangga melirik Ratu yang saat ini tengah fokus sendiri. Dia mengirim pesan.

Blokir nomornya sudah terbuka kemarin, Rangga yang diam-diam membukanya di HP Ratu tanpa gadis itu sadari. Jadi dalam hitungan detik, chat itu sudah terkirim.

Rangga: gue beliin lo sarapan tadi pagi. Udah dimakan?

Terdengar HP Ratu berdering. Gadis itu membukanya dan tampak terkejut kenapa ini bisa terjadi.

Ratu: kapan lo pegang hape gue? Kok, Tiba-tiba udah kebuka aja blokirnya?

Rangga: ada lah.

Rangga: lo belum jawab pertanyaan gue tadi.

Ratu: udah masuk perut, tapi dikeluarin lagi.

Rangga menoleh. Pandangan mereka bertemu. Bibir Rangga terbuka, dia menggumamkan kata maaf.

Rangga: lo mau apa biar gue beliin lagi?

Ratu: nggak usah. Lagi nggak bisa diajak kompromi perut gue. Ntar agak siangan aja gue mau makan buah.

Rangga: nanas yang kemarin?

Ratu: nggak ngefek!

Rangga:ngue bilang juga apa, dia masih pengen hidup.

Ratu: bodo amat!

Rangga: ada yang mau gue omongin.

Ratu: apa?

Rangga: gue udah bilang ke nyokap gue soal kita. Maksudnya keadaan lo.

Kedua bola mata Ratu seketika membeliak. Balasan Ratu selanjutnya terkirim ke nomor Rangga dengan sangat cepat tak peduli banyaknya typo yang bertebaran.

Ratu: lp udsh gils ya?!

Gadis itu kesal, karena dengan tahunya wanita tua itu maka sudah dapat dipastikan, dia tidak akan bisa melakukan rencana lainnya untuk menghilangkan anak ini.

Rangga: gue nggak gila, gue Cuma nggak mau nyokap gue malah lebih dulu tahu dari orang lain.

Ratu tak membalas lagi. Namun dari raut wajahnya jelas menunjukkan bahwa dia sangat jengkel.

Tanpa keduanya ketahui, jam istirahat siang kali ini digunakan teman-teman satu timnya yang ada di lantai tujuh itu membicarakan mereka.

Semua mengakui kedekatan Ratu dan Rangga yang sudah pasti memiliki sebuah hubungan. Sayang, tidak ada yang bisa menentukannya secara pasti.

Sebab dari Rangga atau Ratu sendiri, keduanya tak ada yang mau mengakuinya. Mereka selalu bilang mereka Cuma teman.

“Mungkin nggak sih, kalau mereka cuma HTS? Makanya nggak ada yang berani konfirmasi?” kata Sabila.

“Nggak tau. Tapi kalau emang bener keduanya ada hubungan, ini udah melanggar kode etik, sih. Itu udah aturannya kan, dari dulu?”

“Iya, bisa mengurangi profesionalitas kerja. Nggak mungkin enggak.”

Yang lain mengangguk setuju.

“Padahal udah berapa kali gue denger Ratu bilang kalau dia itu nggak percaya sama yang namanya cinta. Makanya dia udah niat mau melajang seumur hidup sampai childfree, tapi kalau kayak gini, apa donk, bahasanya?”

“Lajang seumur hidup mungkin emang bisa, Guys. Tapi kebutuhan sesk emangnya bisa ya kalau kita ngomong enggak? Ya, kalian tau lah, kalau yang satu itu kan kebutuhan primer setiap orang.”

“Bener juga sih. Apalagi tau sendiri kan, Si Rangga itu playboy. Cewek mana yang nggak dicobain? Bukan nggak mungkin Ratu juga kecantol, apalagi mereka kan gini banget.” Sabila menggambarkan dengan kedua tangannya, bahwa keduanya sangat dekat, bahkan tak terpisahkan.

Teman-temannya tertawa, “Tapi guys, biasanya sih, biasanya—yang ngomong begitu paling lantang, secara nggak sadar ke depannya dia akan kemakan sama omongannya sendiri.”

“Apa jangan-jangan, karena ini, Ratu nutupin statusnya?”

“Ah, nggak taulah. Kita do’akan aja yang terbaik. Moga kalaupun mereka jadian, nggak panjang urusannya. Mau dipindah ya pindahlah.”

“Plis, asal jangan Rangga. Gue nggak rela. Dia yang paling bisa diandelin daripada Ratu. Soalnya Ratu kan cewek ya, dia agak terbatas kalau kita butuh bantuan apa-apa.”

“Nggak keduanya. Mereka sama-sama hebat, kok.”

Pembicaraan diakhiri. Kembali pada Rangga dan Ratu yang sedang berada di kantin untuk makan siang.

“Aku mau kopi, Ngga,” pinta Ratu saat mencium aroma kopi yang menguar dari milik orang lain. Sepertinya itu sangat enak.

“Ya nggak bolehlah,” larang Rangga.

“Ngga, plis.” Harus dengan cara apa ya, Ratu memohon agar Rangga tergerak untuk membelikannya?

“Cicip punyaku aja dikit.”

Ratu berdecak. Kedua matanya tajam melirik pria itu yang kini mulai posesif dengannya. Menyebalkan!

“Jadi, kapan lo mau jujur juga sama Bokap lo?”

“Nggak akan! Gue mau kabur aja.”

“Emangnya lo mau kabur ke mana?” tanya Rangga dengan sabar, “dikira gampang apa, kabur dalam keadaan lo yang begitu?”

“Jangan bahas itu dulu ngapa sih, Ngga? Lo bikin nafsu makan gue menghilang tau nggak?!”

“Ok, ok. Makan aja dulu. Silakan!”

Namun setelah beberapa menit terdiam, Ratu kembali berkomentar, “Kok, lo diem aja sih?”

“Terus maumu apa, Raaaa?? Berisik salah, diem juga salah.”

Ratu cemberut. Suasana hatinya sedang sangat tidak baik sekarang. Dia saja bingung dengan dirinya sendiri saat ini yang gampang sekali berubah, apalagi orang lain?

Ratu mendorong piring makannya ke tengah. Masih ada sisa di sana sehingga Rangga kembali bertanya, “Kenapa lagi?”

“Udah kenyang.”

“Setengah pun belum lo habisin. Ayo, tambah lagi.”

“Nggak!”

“Ra?”

“Gue nggak mau ya nggak mau! Nggak ngerti orang lagi ... ini, ya?” Ratu memelankan suaranya di akhir kalimat.

“Atau lo mau ayam bakar gue nih, kalau lo mau. Ambillah!”

Awalnya, Ratu tak mau menerimanya. Namun melihat betapa lahap cara Rangga makan membuat nafsu makannya kembali meningkat. Sampai dia berhasil menghabiskan nasinya di piring tersebut.

Ketika jam kerja berakhir, Rangga mengekori Ratu. Dia menawarkan tumpangan sebelum Ratu benar-benar memesan taksi online.

“Naik motor gue aja, sekalian kita ke rumah Ibu.”

“Ngapain? Ihh, enggak, deh, Ngga! Enggak!”

“Plis, Ra. Kita perlu ngomong sama ibu, minta saran ke beliau gimana ke depannya. Kita nggak bisa kayak gini terus, mau sampai kapan?”

“Nyokap lo masih marah, mana mungkin bisa kita ajak bicara?”

“Marahnya nyokap gue nggak semengerikan nyokap lo, yang kata lo, nggak bisa ngejaga kata-katanya!”

“Gue takut...”

“Gue nggak akan ninggalin lo.”

Ratu masih ragu-ragu, tapi Rangga terus berusaha meyakinkannya. Akhirnya, Ratu setuju untuk naik motor Rangga menuju rumah ibunya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Empat

    Kembali ke tempat kerja.Tak Rangga sangka, ternyata hari ini Ratu sudah bisa kembali bekerja. Gadis itu datang bersama Sabila.“Nah, tuh, udah balik kerja lagi Si Ratu,” ujar Putra pada Rangga, “dicariin tuh, sama Yayang, Ra. Kangen katanya.”Ratu terkekeh. “Resek lo!”“Udah sembuh, Ra? Katanya lagi kurang fit?” tanya pria itu lagi.“Cuma meriang doang, kok.”“Meriang, merindukan kasih sayang.”“Lo kali tuh, yang begitu.”“Udah jadian ya kalian? Kok, makin lengket aja kelihatannya. Kemaren gue lihat kalian di Extraindo,” sahut Adisty membuat semua memusatkan pandangannya pada kedua orang tersebut.“Oh, udah pada ketemuan ternyata lo berdua? Ngomong donk, jangan diem bae, heeuuu, dasar playboy cap kampak,” Putra menimpali.“Apaan sih? Bukan urusan lo, berisik aja!” Rangga jadi sewot. Dia juga menjelaskan, ia hanya mengantar Ratu membeli buah, itu saja. Jam kerja di mulai, semua mulai menyalakan layarnya. Sesekali Rangga melirik Ratu yang saat ini tengah fokus sendiri. Dia mengirim pe

    Last Updated : 2025-01-14
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Lima

    “Ngga, takut, Ngga...” ujar Ratu begitu mereka sampai di rumah Rangga. “Nggak ada yang perlu ditakutin, nyokap gue bukan setan,” balas pria itu, “assalamu'alaikum, Bu!”Agak lama keheningan terjadi sebelum akhirnya beliau menjawab salam keduanya dengan suara lirih, “Waalaikumsalam.”Wanita itu keluar dari ruang tengah yang hanya ditutup dengan tirai gorden. Masih dengan memakai mukena, itu sebabnya beliau cukup lama menjawab salam.Raut wajahnya menunjukkan kehangatan, namun tak dipungkiri, ada kesedihan yang tersimpan dibalik tatapannya.“Maaf, Bu. Kita ganggu, ya,” ujar Ratu mencium punggung tangan beliau. “Nggak... udah selesai kok, solatnya. Ngga buatin minum buat Ratu, Ngga. Jangan teh, jus saja. Ibu punya alpukat di kulkas.” Usai berbicara dengan sang anak, Ibu Ratih kembali pada Ratu. “Duduk, Nak. Mau makan apa biar Ibu buatkan.”“Jangan repot-repot, Bu. Aku masih kenyang, kok.” Ratu memaksakan senyumnya. Ratu duduk. Ditemani Bu Ratih di sampingnya. Kecanggungan jelas terasa

    Last Updated : 2025-01-14
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Enam

    “Alhamdulillah sehat, Om,” jawab Rangga. “Masih jualan nasi uduk?”“Masih, Om. Tapi kalau lagi sehat aja. Udah nggak terlalu memaksakan lagi.”“Wahh, sayang banget, ya. Padahal enak banget lho, nasi uduknya. Om pernah coba kan sama teman Om waktu itu di perempatan. Kata teman Om, nasi uduk ibumu yang paling beda. Gurih. Nggak bikin bosan biar kita makannya banyak.”“Ya, mau gimana lagi, Om. Udah faktor usia.”“Udah berapa sih, usia ibumu?”“Agak lupa sih, Om. Tapi yang jelas lebih dari lima puluhan. Soalnya, almarhumah Mbak saya juga usianya udah tiga puluh lebih sekarang.”“Oh, iya iya.” Pak Bandi menyeruput kopinya terlebih dahulu. Pun sama dengan yang Rangga lakukan sehingga beliau bertanya, “Gimana? Beda kan, rasanya?”“Iya, Om. Kopi mana ini?”“Kopinya orang Cisadon, Mas. Asli. Tau Desa Cisadon nggak?”“Waduh, baru dengar itu, Om. Daerah mana ya itu?”“Sentul, tau tidak? Masih kabupaten Bogor sih, Jawa barat. Kapan-kapan deh, Om ajak ke sana sambil motoran.”Sementara itu, di se

    Last Updated : 2025-02-20
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tujuh

    Malam sudah sangat larut, tapi Rangga masih mondar-mandir di kamarnya. Pemuda itu tak bisa tidur, harinya gelisah, pikirannya dipenuhi oleh Ratu, sosok yang kini menjadi pusat dunia kecilnya.Setiap detik terasa sangat lama, membayangkan bagaimana keadaan Ratu saat ini.Terakhir, Ratu berkirim pesan setengah jam yang lalu. Mestinya belum terlalu lama, kan? Namun, Rangga ingin tahu keadaannya lagi sekarang ini, ingin memastikan bahwa Ratu baik-baik saja.Ratu: ya kalau lo kayak gitu terus, nanya-nanya tanpa henti, gue kapan tidurnya, Njir? Gue juga mau istirahat.Balas Ratu setelah Rangga menanyakan kembali kondisi gadis itu.Rangga: Kita ke rumah sakit aja, yuk, Ra. Tapi gue nggak ada uang lebih. Lo ada BPJS kan? Ratu: Dasar kismin. Kismin, tapi nggak punya otak hamilin anak orang. Semestinya kata-kata hinaan seperti ini tidak bisa diterima. Namun karena yang mengucapkannya adalah Ratu, jadi Rangga tak peduli.Terserah dia saja mau bilang apa. Rangga sudah terbiasa dengan ucapan Ra

    Last Updated : 2025-02-21
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Delapan

    "Abang, Papa?” Ratu langsung mengalihkan pandangannya dari layar ponsel, begitu melihat Abang dan Papanya membuka tirai IGD tempatnya barusan diberikan penanganan. Ia masih menunggu informasi dari mereka tentang kondisinya, serta tahap penanganan selanjutnya. Setelah ditanya-tanya oleh dokter jaga, dipasang infus dan diberikan obat. Kedua laki-laki itu menghampirinya. Marcel, abangnya, mengusap kepala Ratu dan mencium keningnya. “Gimana keadaan Ratu sekarang? Apa yang Ratu rasain?” tanya Marcel. Ratu bisa ketakutan dan kekhawatiran di wajah pria itu. “Nggg.... Pegel sama lemes, Bang. Sampai mata kunang-kunang. Tapi sekarang udah ngga terlalu lagi, kok,” jawab Ratu mencoba memaksakan senyum. Ia sudah berdebar tadinya, membayangkan reaksi papa dan abangnya setelah mereka tahu apa yang terjadi pada dirinya, tapi yang Ratu tangkap dari wajah keduanya justru ketakutan dan kekhawatiran. “Ya udah, kamu istirahat aja dulu. Jangan main HP,” pesan Marcel. “Aku belum izin ke atasan kalau

    Last Updated : 2025-02-22
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Sembilan

    Dua orang suster datang menemui pasien dan keluarga pasien atas nama Ratu, untuk menginformasikan bahwa Ratu sudah bisa dipindahkan ke ruang perawatan.Mereka sigap membantu mendorong brankar yang ditempati Ratu, ke ruangan yang ada di lantai lima.Di sana, Ratu langsung mendapatkan sarapan paginya, makanan pendamping lain, obat-obatan. Serta vitaminnya. Papa Bandi Setia mendampingi Ratu seorang diri, karena putranya, Marcel, telah meninggalkan rumah sakit.Marcel harus memenuhi janjinya untuk mengantarkan anaknya ke lomba, sehingga ia tidak bisa menunggu Ratu di sini. Toh, sudah ada papa yang menemaninya.Meski begitu, Marcel tetap meminta papanya untuk memberinya kabar tentang kondisi Ratu, sekecil apapun informasi yang didapat, serta tindakan dan keputusan yang akan diambil.Menjelang siang, seorang suster kembali berkunjung dan mengatakan, bahwa dokter kandungan sudah tiba. Ia akan mengantarkan Ratu ke ruang praktik untuk diperiksakan melalui USG.Ratu diantarkan menggunakan kurs

    Last Updated : 2025-02-23
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Sepuluh

    “Bu, Ngga?” tanya Ratu begitu melihat kedua orang tersebut memasuki ruangan.“Gimana keadaanmu, Nak?” Bu Ratih mendekat dan menggenggam tangan Ratu.Sentuhan hangat wanita kalem itu memberikan sedikit kenyamanan di hati Ratu yang kini tengah gelisah. Karena banyaknya hal yang dipikirkan. “Udah agak baikan, kok,” jawab Ratu pelan.Tak dipungkiri dia merasa bingung dan takut akan reaksi orang-orang di sekitarnya.Rangga berdiri di samping ibunya. Ia ingin bertanya mengapa Ratu tak kunjung membalas pesannya, namun melihat wajah Papa Ratu saat ini membuat nyalinya menciut. Hingga ia memilih untuk diam dan menunggu waktu yang tepat.“Ibu turut sedih dengan keadaan Ratu. Awalnya bagaimana? Kenapa bisa sampai pendarahan?” tanya Bu Ratih lagi.“Ngak tahu, Bu. Tiba-tiba sakit aja,” jawab Ratu. “Tapi sebelum ini, aku banyak makan nanas. Apa itu berpengaruh? Soalnya sehari sebelumnya masih baik-baik saja,” jelasnya. “Astaghfirullah, Nak. Jangan seperti ini lagi. Semoga bukan Rangga yang menyur

    Last Updated : 2025-02-24
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Sebelas

    Pagi itu, Ibu Ratih mengundang semua saudara terdekatnya untuk turut menjadi saksi atas pernikahan putranya.Kabar mendadak yang mereka terima tentu saja membuat semua orang bertanya-tanya, mengapa pernikahan tersebut dilaksanakan sedemikian mendadak?Semestinya pernikahan itu membutuhkan persiapan yang tidak sebentar. Belum lagi mengurus surat-menyuratnya yang biasanya memakan waktu cukup lama. Namun tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba saja mereka mendengar Rangga akan melakukan akad nikah pagi ini juga. Situasi ini membuat semua berpikir, apakah ada kecelakaan atau kejadian buruk yang menimpa? Kecelakaan dalam artian tanda kutip, maksud mereka.Mirah, adik Ibu Ratih, membawa kakaknya itu ke kamar agar perbicaraan mereka tak sampai terdengar keluar.“Mbak, kita kan saudara kandung. Seharusnya nggak perlu ada rahasia sekecil apapun di antara kita. Toh, lambat laun aku juga pasti akan tahu apa yang sebenarnya terjadi,” ujar Mirah berbisik, “Rangga buat ulah kah, Mbak?”Ibu Ratih

    Last Updated : 2025-02-25

Latest chapter

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Empat Puluh

    “Bu, udah nyampe mana?” “Ini udah di depan,” jawab ibunya terdengar mempercepat langkah. “Ratu ada keluar air. Air apa itu, Bu?” “Air apa? Air ketuban?” jawab ibunya segera. “Ketuban katanya, Ra?” Rangga menatap istrinya yang sekarang sedang nampak kesakitan sembari mengatur napasnya. Rangga memasukkan ponselnya ke dalam kantong, begitu melihat ibunya memasuki kamar. “Nak?” panggil wanita itu pada sang menantu yang masih duduk lemas di atas klosetnya. Suaranya memang terdengar tenang seperti biasa. Tapi raut wajahnya jelas menunjukkan bahwa beliau juga sama paniknya seperti Rangga. “Mules banget, Bu, sampai mual. Tapi kadang muncul kadang ilang,” tutur gadis itu. “Iya itu namanya kontraksi. Ngga, ayo bantu pindahkan istrimu.” Keduanya membantu Ratu keluar dari dalam kamar mandi. “Tapi aku mau mual lagi,” keluhnya memi

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga Puluh Sembilan

    Akhir bulan yang sibuk. Begitu yang kerap kali dialami oleh para budak korporat menjelang penutupan bulan. Sebab selain banyaknya proyek yang mendekati deadline, mendadak banyak jadwal rapat yang padat. Koordinasi dengan tim menjadi lebih intensif, semua orang berusaha bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas yang tertunda. Di tengah kesibukan itu, ada hal-hal yang sering kali terabaikan di rumah. Salah satu yang paling merasakan dampaknya adalah Ratu, yang kini sedang menjalani kehamilan di trimester ketiga. Perubahan fisik dan emosional yang dialaminya membuatnya lebih sensitif dan lebih banyak menuntut perhatian. Hari ini saja, sudah tiga kali Ratu menelepon. Belakangan, sifat manjanya bertambah, dan keinginannya yang terkadang aneh-aneh membuat Rangga tertegun. Senjatanya adalah anak yang ada di dalam kandungannya itu. Katanya, ini bukan kemauannya, melainkan kemauan

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga Puluh Delapan

    Masih berada di pusat perbelanjaan yang ada di daerah Jakarta bagian timur.Ratu menunggu dengan gelisah suaminya yang katanya tengah menjemput, namun tak kunjung sampai.Ratu takut kalau-kalau Ibrahim keburu turun dan mendapatinya ternyata berada di sini, bukan di toilet seperti yang dia katakan. Ia malas saja berurusan dengan pria itu apalagi terlibat obrolan atau basa-basi dengannya.“Udah nyampe mana, Ngga?” Ratu menelepon.Dan untungnya, Rangga menjawab, “Udah di dekat lobby, nih.”Alhamdulillah....“Ok, aku keluar sekarang!” Ratu melangkah cepat ke arah lobby dan berharap bisa segera bertemu Rangga.Hingga tak lama kemudian, dia melihat sosok pria mengenakan motor matic dengan helm hitam mendekatinya.“Papa masih di atas, tinggal aja lah, ya,” ujar Ratu setelah mereka tak lagi berjarak.“Ini, nih, akibat kalau seorang istri pergi tanpa izin suami,” cibir Rangga.“Emang aku perginya sama s

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga Puluh Tujuh

    Perasaan Rangga campur aduk saat memasuki ruangan Ibu Rika. Dia tahu Ibu Rika cukup ramah dan mudah diajak bicara—tidak seperti HRD-HRD lainnya yang pernah dia dengar, tapi Ibu Rika juga bisa sangat tegas dan kritis sewaktu-waktu. Jadi, saat Rangga harus menghadapinya ketika sedang ada sederet masalah serius di dalam timnya, rasa takut itu tetap muncul.“Permisi, Bu.”“Masuk, Ngga!” serunya dari dalam.Hingga ketika Rangga membuka pintu, senyuman ceria wanita yang duduk di balik meja besar itu langsung menyambutnya. “Selamat siang calon papa baru!” ujarnya membuat Rangga bisa merasa sedikit lebih lega.Karena berarti, panggilannya ini bukan sebuah masalah yang serius.“Ah, iya, terima kasih, Bu.” Rangga duduk di kursi yang disediakan.“Viral ya, kemarin?” tanya Bu Rika.Rangga sempat nge-lag sesaat sebelum kemudian dia mengerti, ke mana arah pembicaraan wanita itu, yang tentu saja mengenai viralnya dirinya saat ngojol dan berkasus dengan seorang perempuan gila.“Hah? Oh, i-iya, Bu.”“

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga Puluh Enam

    Seperti yang telah direncanakan kemarin, hari ini—tepatnya sore setelah Rangga pulang dari kantornya, pria itu menjemput istrinya untuk melakukan pemeriksaan USG.“Pakai mobil aja, Mas. Jangan pakai motor,” ujar papa mertuanya begitu dia tiba di depan rumah.Sementara Ratu sendiri sudah siap berangkat dan menunggunya di depan sana. Tapi roman-romannya dia kecewa setelah mendengar saran yang lebih terdengar seperti perintah dari papanya itu. Dilihat dari wajahnya yang kini cemberut.“Padahal aku pengennya pakai motor.”Nah, kan!Terdengar suara protesnya.“Polusi,” Papanya membalas.Rangga pun tidak punya kesempatan untuk membantah, karena saat ini lelaki itu melempar kunci mobilnya kepadanya.Ya, sudahlah. Toh, lebih aman seperti ini. Lagipula, manut dengan orang tua kan lebih enak.Namun di dalam mobil, sepertinya Rangga harus sabar-sabar mendengar gadis itu menggerutu.Katanya dia punya keinginan untuk langsung jalan-jalan malam ini sepulang mereka dari RS. Naik motor seperti muda-m

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga Puluh Lima

    “Di suspend?”ulang Ibu Ratih, saat Rangga menuturkan alasan ketidakhadirannya ke kantor hariini. Sebab alih-alih bekerja, ia malah pergi ke Kemang guna untuk melakukan banding.“Di suspend itu dipecat kah?” lanjut beliau, menggunakan istilah yang paling dia mengerti.“Nggak, Bu. Suspend itu bukan putus mitra, tapi dibekukanakunnya. Jadi aku belum bisa jadi kurir atau driver lagi untuk sementara,” jelas Rangga tenang. Berusaha meredakan kekhawatiran ibunya.“Penyebabnya?” kata beliau lagi agar Rangga bisa menjelaskannya lebih lanjut.“Gini...” Rangga mulai menjelaskan semuanya dengan rinci, menggambarkan situasi semalam yang membuatnya terjebak ke dalam masalah ini.Barulah setelah selesai, Ibu Ratih menyimpulkan. “Padahal salahnya bukan di kamu ya, Ngga.”“Itulah. Yang kuheran. Padahal emang orangnya aja yang agak-agak.” ,“Udah gitu dengan pedenya di upload ke sosmed lagi,” sahut Ratu.“Banyak yang nonton, Nak?

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga Puluh Empat

    Sekilas memang seperti tak ada yang berubah dari Rangga setelah kejadian menegangkan semalam. Namun di dalam hati pria itu, sebenarnya masalah ini sangat mengganggu. Berbagai kekhawatiran muncul di kepalanya; bagaimana kalau dia sampai diputus mitra, kemudian ia tak bisa mendapat kerja sampingan lagi, lalu, setelah itu nasib dia ke depannya akan seperti apa nantinya?Karena kejadian semalam itu juga, Rangga tidak bisa masuk ke kantor hari ini. Tujuannya adalah ke Kemang—head office untuk melakukan banding—proses yang tidak bisa ia tentukan kapan selesainya. Bisa cepat, bisa lambat, tergantung situasi dan kondisi yang ada di sana.Berdasarkan pengalaman dari teman-teman seperjuangan nya yang pernah mengalami hal serupa, mereka selalu bertemu banyak driver/kurir lain yang juga berkepentingan. Jadi bukan tidak mungkin Rangga pun juga akan mengantre.Beruntung, Rangga memiliki bukti. Ia berhasil merekam sebagian akhir percakapan antara dirinya dan pe

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga Puluh Tiga

    “Katanya mau tidur lagi? Nggak jadi?” tanya Rangga Begitu pak Bandi dan Marcel pergi.“Nggak tau. Udah keburu ilang ngantuknya,” jawab Ratu.“Karena pengen ikut?”Ratu kembali menjawab tidak tahu.“Udah mau jam setengah enam, Ra. Aku pulang dulu kali ya. Mau ganti baju. Kamu mau ikut nggak?” tawar Rangga, karena sejujurnya dia juga tidak tega membiarkan istrinya sendirian di sini.Tetangga Ratu agak berjarak, hingga tak lebih memudahkan siapapun yang memiliki sebuah urusan atau meminta tolong.Lagipula jika menyangkut masalah kepedulian dan kekeluargaan,tetap lebih solid tetangganya sendiri yang ada di RT sebelah.Namun, ini hanya sebuah pemikiran dari seorang suami yang khawatir akan kondisi istrinya yang hamil dengan riwayat pendarahan. Harapannya sih, tidak akan terjadi apa-apa lagi pada istrinya itu.“Tapi aku belum mandi...” balas Ratu.“Nggak papa. Nanti bisa mandi di sana.”Ratu mengambi

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga Puluh Dua

    Memang benar, pada malam itu Rangga bisa tertidur nyenyak. Namun kebiasaannya untuk bangun pagi tetap tak pernah berubah. Beberapa waktu terakhir, ia selalu terbangun sebelum adzan subuh berkumandang, walaupun malam sebelumnya ia merasa begitu lelah. Rangga melihat ke samping. Ratu, istrinya, tampak tertidur damai dengan bantal guling yang dipeluknya erat. Rambutnya yang panjang terurai di atas bantal dan wajahnya memancarkan ketenangan. Rangga mendekatkan wajahnya, embusan napas hangat Ratu menerpa kulitnya yang dingin. Perlahan Rangga mendaratkan kecupannya di kening gadis itu. Dilihatnya lamat-lamat wajah cantik Ratu, kulitnya yang cantik, halus mulus tanpa noda, alisnya yang tebal dan rapi, bulu matanya yang lentik, belum lagi bibirnya yang manis yang membuatnya selalu tergoda. Pikiran Rangga berisik, mengingat bahwa ia bisa melakukan lebih di sini untuk menyalurkan perasaan rindunya. Namun hatinya seolah memasang rambu-rambu, agar dia berhenti. Jika tak ingin lantas mengul

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status