Share

Tujuh

Penulis: Ana_miauw
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-21 17:06:19

Malam sudah sangat larut, tapi Rangga masih mondar-mandir di kamarnya.

Pemuda itu tak bisa tidur, harinya gelisah, pikirannya dipenuhi oleh Ratu, sosok yang kini menjadi pusat dunia kecilnya.

Setiap detik terasa sangat lama, membayangkan bagaimana keadaan Ratu saat ini.

Terakhir, Ratu berkirim pesan setengah jam yang lalu. Mestinya belum terlalu lama, kan? Namun, Rangga ingin tahu keadaannya lagi sekarang ini, ingin memastikan bahwa Ratu baik-baik saja.

Ratu: ya kalau lo kayak gitu terus, nanya-nanya tanpa henti, gue kapan tidurnya, Njir? Gue juga mau istirahat.

Balas Ratu setelah Rangga menanyakan kembali kondisi gadis itu.

Rangga: Kita ke rumah sakit aja, yuk, Ra. Tapi gue nggak ada uang lebih. Lo ada BPJS kan?

Ratu: Dasar kismin. Kismin, tapi nggak punya otak hamilin anak orang.

Semestinya kata-kata hinaan seperti ini tidak bisa diterima. Namun karena yang mengucapkannya adalah Ratu, jadi Rangga tak peduli.

Terserah dia saja mau bilang apa. Rangga sudah terbiasa dengan ucapan Ratu yang tajamnya seperti belati, pedasnya mencapai level 10.

Rangga: Serius, lo nggak sakit emangnya?

Ratu: Ya iyalah, pakai ditanya lagi. Mules ini, perih juga. Dan semua ini gara-gara lo. Dasar kucing mandung!

Rangga: Ya maap.

Begitu saja Rangga menjawab. Ia tak tahu harus menanggapinya dengan cara apa lagi. Ia sudah mengaku salah dan siap bertanggung jawab, harus bagaimana lagi memangnya?

Rangga: Ra, ayo ke rumah sakit, aku keluarin motor sekarang, nih. Kamu siap-siap, ya.

Ratu: Bokap gue masih di luar masalahnya. Lagi nonton bola.

Rangga: Ck. Lo kan bisa lewat pintu belakang.

Ratu: pintu kamar gue ada di ruang tengah, DI DEPAN TELEVISI, Rangga! Gue bukan siluman yang nggak bakal kelihatan sama Papa.

Rangga: Makin banyak fl_eknya?

Ratu: Bukannya seharusnya lo seneng ya, kalau dia beneran nggak ada? Lo jadi nggak perlu susah-susah bikin pengakuan dan tanggung jawab.

Rangga: Lo pikir gue cowok apaan?!

Rangga: Gue begini nggak cuma mikirin anak gue doang ya, tapi keselamatan lo!

Rangga jadi sewot. Serendah itukah Ratu menilainya? Mentang-mentang dia mantan playboy.

Rangga: Ok, sekarang mungkin lo masih baik-baik aja. Tapi lo nggak tau gimana keadaan lo beberapa jam ke depan. Saat lo mulai kekurangan darah dan cairan. Kondisi lo bakalan menurun dan kalau ada apa-apa sama lo, gue yang bakalan jadi pihak pertama paling disalahkan!

Ceramahnya panjang lebar.

Namun, Ratu tak membalasnya lagi. Sampai kini Rangga pun tertidur, meskipun rasa khawatir terus menghantuinya.

Sayang, pukul enam pagi ketika dia terbangun dari tidurnya yang tidak nyenyak. Rangga langsung dihadapkan dengan sebuah kabar buruk. Ibunya yang mendengar dari tetangga—kalau pagi ini, Ratu dibawa oleh papanya ke rumah sakit.

Tentu saja Rangga panik. Dia hanya sempat mencuci muka dan menggosok giginya sebelum menyambar jaket dan bergegas pergi untuk menyusul Ratu ke sana.

“Apa Ibu perlu ikut, Ngga?” ibu ikut khawatir.

“Nggak usah, Bu, biar aku sendiri aja.” Rangga tak mau ibunya melihat kemungkinan buruk yang akan terjadi padanya.

Sebab sudah pasti, papanya Rangga telah mengetahui aibnya itu.

***/

Sesampainya Rangga di rumah sakit - ruangan IGD.

Tidak susah mencari papanya Ratu di tempat ini. Sosoknya yang menonjol di antara yang lain (karena kepalanya yang plontos), membuat beliau sangat mudah dikenali.

Lelaki berkaca mata itu tengah menunduk, gesture tubuhnya nampak sangat frustasi.

Maka sudah dapat dipastikan, Papanya Ratu itu sudah mengetahui, apa yang terjadi pada putrinya.

Langkah Rangga semakin memelan, setiap langkahnya seperti sebuah lonceng kematian.

Ketakutannya itu bahkan semakin nyata, ketika papa Ratu kini mendongakkan kepalanya, lalu menemui pandangannya dengan penuh kemarahan.

Tanpa aba-aba, lelaki itu beranjak dengan cepat untuk melayangkan tinju ke wajahnya. Tanpa ia sempat berusaha menghindari.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Belum sempat Rangga menghela nafas dari insiden pemukulannya--yang telah berhasil membuat wajahnya babak belur, kini seorang lelaki lain juga ikut muncul untuk melakukan hal yang sama.

Bertubi-tubi.

Tanpa ampun.

***/

Kejadiannya begitu singkat. Menjelang subuh, ketika Ratu baru memejamkan tidurnya selama beberapa saat, tiba-tiba gadis itu merasakan mulas yang luar biasa. Bahkan lebih-lebih sakit daripada sebelumnya.

Ratu pikir, dia masih bisa menahannya saat itu. Namun semakin lama rasanya semakin tak tertahankan.

Terlebih ketika darah segar mengalir di kedua pangkal pahanya dengan cukup deras disertai gumpalan, Ratu langsung menjerit.

Jeritan gadis itu langsung terdengar hingga ke kamar Pak Bandi. Hingga beliau yang hendak menunaikan salat subuh buru-buru menghampiri kamar putrinya.

Lelaki itu terkejut bukan main melihat pemandangan tersebut. Sangat mudah diartikan apa yang sedang dilihatnya, meski ada kemungkinan jika itu bukan sebuah gejala yang disebut pendarahan.

Akan tetapi yang Pak Bandi yakini, menstruasi tak akan semenyiksa itu sakitnya. Jika berdasarkan pengalaman dari mantan istrinya dulu.

Putrinya terlalu tangguh untuk menangis, jika jatuh dari tangga yang cukup tinggi saja dia tak akan peduli. Dia tidak terlalu sensitif dengan rasa sakit. Tapi kini?

Panik bukan main, Pak Bandi meminta tolong tetangga sebelahnya untuk mencarikan bantuan untuk menyetirkan mobilnya. Sebab beliau tak akan fokus mengemudi dengan keadaan putrinya yang demikian.

Sembari terus menenangkan sang anak, sepanjang perjalanan, Pak Bandi terus berpikir keras. Ia menghubung-hubungkan semua kejadian, mengingat siapa saja laki-laki yang dekat dengan putrinya.

Hingga Pak Bandi teringat dengan satu nama. Rangga. Pemuda yang hendak mengatakan sesuatu sore tadi, namun batal karena Ratu mengusirnya sebelum pengakuannya benar-benar terucapkan.

Detik itu jugalah, Pak Bandi langsung mengetahui siapa pelakunya yang tentu saja membuatnya sangat murka.

Ditambah dengan kemunculannya di sini untuk menyusul--yang secara tak langsung telah memperkuat dugaannya.

Saat ini, pemuda yang telah babak belur itu terkapar di lantai. Tidak ada yang benar-benar peduli meskipun ini rumah sakit. Sebab hari masih cukup pagi dan sepi.

Pak Bandi menghentikan putranya. “Sudah, Cel, sudah. Cukup.”

“Brengsek, kamu, bajingan!?” anak muda yang memiliki ketajaman mata yang sama dengan dirinya itu masih mengumpat dan menunjuk-nunjuk si pelaku.

“Beraninya kamu menodai adik kecilku. Udah bosan hidup kamu, hah?!” kecamnya, “orang miskin, nggak punya otak, banyak gaya, belagu kamu?!”

Sekali lagi Marcel menendang pemuda yang sudah terkulai lemah di depannya. Hingga Pak Bandi kembali menjauhkannya, “Sudah, Cel. Sudah!”

“Sudah apanya? Pelajaran ini masih belum cukup! Dia sudah merusak putri Papa.”

Rangga mengerang kesakitan. Dia berusaha bangun dan duduk dengan mata yang berkunang-kunang.

“Ayo, Ratu di dalam. Mungkin kedatanganmu bisa memberikan dia semangat,” ajak Bandi merangkul putranya.

Meninggalkan Rangga yang kini menggenggam erat sisa-sisa keberaniannya, untuk menemui gadis itu.

Rangga: gue ada di sini, Ra. Ntar gue masuk. Nunggu Papa sama Abang lo keluar dulu.

Pesan terkirim. Langsung dibaca. Tapi tidak dibalas karena pasti Ratu tengah menyambut kedatangan abangnya terlebih dahulu.

Bab terkait

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Delapan

    "Abang, Papa?” Ratu langsung mengalihkan pandangannya dari layar ponsel, begitu melihat Abang dan Papanya membuka tirai IGD tempatnya barusan diberikan penanganan. Ia masih menunggu informasi dari mereka tentang kondisinya, serta tahap penanganan selanjutnya. Setelah ditanya-tanya oleh dokter jaga, dipasang infus dan diberikan obat. Kedua laki-laki itu menghampirinya. Marcel, abangnya, mengusap kepala Ratu dan mencium keningnya. “Gimana keadaan Ratu sekarang? Apa yang Ratu rasain?” tanya Marcel. Ratu bisa ketakutan dan kekhawatiran di wajah pria itu. “Nggg.... Pegel sama lemes, Bang. Sampai mata kunang-kunang. Tapi sekarang udah ngga terlalu lagi, kok,” jawab Ratu mencoba memaksakan senyum. Ia sudah berdebar tadinya, membayangkan reaksi papa dan abangnya setelah mereka tahu apa yang terjadi pada dirinya, tapi yang Ratu tangkap dari wajah keduanya justru ketakutan dan kekhawatiran. “Ya udah, kamu istirahat aja dulu. Jangan main HP,” pesan Marcel. “Aku belum izin ke atasan kalau

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Satu

    Rangga: Ratu adalah teman sekaligus cewek teraneh yang pernah gue kenal. Dia hamil karena kesalahan kita, tapi anehnya dia nggak mau dinikahin. Dia pemegang prinsip nggak menikah dan childfree. Tapi gara-gara gue hidupnya sekarang jadi berantakan.Ratu: ya, males aja nikah apalagi punya anak. Rasanya dua kata itu nggak pernah terbayang dalam hidup gue. Apalagi kalau nikahnya sama si Rangga--si playboy cap kampak yang misquen. Ogah amat!****/Rangga tersentak dari duduknya, ketika tiba-tiba seorang gadis datang melemparkan benda kecil persegi panjang bergaris dua di depan wajahnya.“Apa ini?” tanya dia tak mengerti maksud Ratu. “Nggak mungkin lo nggak tau itu benda apa!” katanya.Rangga melihat baik-baik benda tersebut yang di tengah-tengahnya terdapat dua garis.“Lo hamil?!” kedua mata pria itu membelalak setelah menyadarinya. “Menurut lo?” Gadis itu bersekap dan berdecak.“Sialan! Gara-gara lo gue jadi begini.”“Lo jangan nyalahin gue doang, ya. Lo sendiri juga ngapain mau-mau aja

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Dua

    “Temenin gue ke supermarket,” kata Ratu sore itu pada Rangga, karena pemuda itu masih di rumahnya.“Lo mau beli apa? Biar gue yang beliin,” balas Rangga.“Ada lah, lo nggak usah banyak tanya. Yang penting anterin gue aja.” Ratu melangkah keluar rumah lebih dulu, terlihat tak sabaran untuk segera pergi.Dan Rangga baru tahu apa yang dibeli oleh Ratu ketika mereka sampai di supermarket. Ternyata Ratu membeli banyak sekali nanas di keranjangnya.Rangga merasa bingung, tak tahan untuk bertanya, “Buat apa lo beli nanas sebanyak ini, Ra?”“Buat ilangin anak lo!” katanya dengan jelas.“Ratu yang gue kenal nggak sekejam ini,” sarkasnya.“Ya lo pikir enak jadi gue? Lo sih, gampang. Nggak dirugikan dari segi mana aja. Gue yang hamil, nggak bisa ke mana-mana, dimarahin Papa, diomongin banyak orang!”“Semua udah terlanjur, udah jadi, mau diapain lagi?” balas Rangga tak tahu harus berkata apa lagi. “Ya udah, terserah lo deh. Gue udah payah ngingetin lo. Tapi kalau ada apa-apa, tolong jangan pernah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga

    Kembali ke tempat kerja.Tak Rangga sangka, ternyata hari ini Ratu sudah bisa kembali bekerja. Gadis itu datang bersama Sabila.“Nah, tuh, udah balik kerja lagi Si Ratu,” ujar Putra pada Rangga, “dicariin tuh, sama Yayang, Ra. Kangen katanya.”Ratu terkekeh. “Resek lo!”“Udah sembuh, Ra? Katanya lagi kurang fit?” tanya pria itu lagi.“Cuma meriang doang, kok.”“Meriang, merindukan kasih sayang.”“Lo kali tuh, yang begitu.”“Udah jadian ya kalian? Kok, makin lengket aja kelihatannya. Kemaren gue lihat kalian di Extraindo,” sahut Adisty membuat semua memusatkan pandangannya pada kedua orang tersebut.“Oh, udah pada ketemuan ternyata lo berdua? Ngomong donk, jangan diem bae, heeuuu, dasar playboy cap kampak,” Putra menimpali.“Apaan sih? Bukan urusan lo, berisik aja!” Rangga jadi sewot. Dia juga menjelaskan, ia hanya mengantar Ratu membeli buah, itu saja. Jam kerja di mulai, semua mulai menyalakan layarnya. Sesekali Rangga melirik Ratu yang saat ini tengah fokus sendiri. Dia mengirim pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Empat

    Kembali ke tempat kerja.Tak Rangga sangka, ternyata hari ini Ratu sudah bisa kembali bekerja. Gadis itu datang bersama Sabila.“Nah, tuh, udah balik kerja lagi Si Ratu,” ujar Putra pada Rangga, “dicariin tuh, sama Yayang, Ra. Kangen katanya.”Ratu terkekeh. “Resek lo!”“Udah sembuh, Ra? Katanya lagi kurang fit?” tanya pria itu lagi.“Cuma meriang doang, kok.”“Meriang, merindukan kasih sayang.”“Lo kali tuh, yang begitu.”“Udah jadian ya kalian? Kok, makin lengket aja kelihatannya. Kemaren gue lihat kalian di Extraindo,” sahut Adisty membuat semua memusatkan pandangannya pada kedua orang tersebut.“Oh, udah pada ketemuan ternyata lo berdua? Ngomong donk, jangan diem bae, heeuuu, dasar playboy cap kampak,” Putra menimpali.“Apaan sih? Bukan urusan lo, berisik aja!” Rangga jadi sewot. Dia juga menjelaskan, ia hanya mengantar Ratu membeli buah, itu saja. Jam kerja di mulai, semua mulai menyalakan layarnya. Sesekali Rangga melirik Ratu yang saat ini tengah fokus sendiri. Dia mengirim pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Lima

    “Ngga, takut, Ngga...” ujar Ratu begitu mereka sampai di rumah Rangga. “Nggak ada yang perlu ditakutin, nyokap gue bukan setan,” balas pria itu, “assalamu'alaikum, Bu!”Agak lama keheningan terjadi sebelum akhirnya beliau menjawab salam keduanya dengan suara lirih, “Waalaikumsalam.”Wanita itu keluar dari ruang tengah yang hanya ditutup dengan tirai gorden. Masih dengan memakai mukena, itu sebabnya beliau cukup lama menjawab salam.Raut wajahnya menunjukkan kehangatan, namun tak dipungkiri, ada kesedihan yang tersimpan dibalik tatapannya.“Maaf, Bu. Kita ganggu, ya,” ujar Ratu mencium punggung tangan beliau. “Nggak... udah selesai kok, solatnya. Ngga buatin minum buat Ratu, Ngga. Jangan teh, jus saja. Ibu punya alpukat di kulkas.” Usai berbicara dengan sang anak, Ibu Ratih kembali pada Ratu. “Duduk, Nak. Mau makan apa biar Ibu buatkan.”“Jangan repot-repot, Bu. Aku masih kenyang, kok.” Ratu memaksakan senyumnya. Ratu duduk. Ditemani Bu Ratih di sampingnya. Kecanggungan jelas terasa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Enam

    “Alhamdulillah sehat, Om,” jawab Rangga. “Masih jualan nasi uduk?”“Masih, Om. Tapi kalau lagi sehat aja. Udah nggak terlalu memaksakan lagi.”“Wahh, sayang banget, ya. Padahal enak banget lho, nasi uduknya. Om pernah coba kan sama teman Om waktu itu di perempatan. Kata teman Om, nasi uduk ibumu yang paling beda. Gurih. Nggak bikin bosan biar kita makannya banyak.”“Ya, mau gimana lagi, Om. Udah faktor usia.”“Udah berapa sih, usia ibumu?”“Agak lupa sih, Om. Tapi yang jelas lebih dari lima puluhan. Soalnya, almarhumah Mbak saya juga usianya udah tiga puluh lebih sekarang.”“Oh, iya iya.” Pak Bandi menyeruput kopinya terlebih dahulu. Pun sama dengan yang Rangga lakukan sehingga beliau bertanya, “Gimana? Beda kan, rasanya?”“Iya, Om. Kopi mana ini?”“Kopinya orang Cisadon, Mas. Asli. Tau Desa Cisadon nggak?”“Waduh, baru dengar itu, Om. Daerah mana ya itu?”“Sentul, tau tidak? Masih kabupaten Bogor sih, Jawa barat. Kapan-kapan deh, Om ajak ke sana sambil motoran.”Sementara itu, di se

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20

Bab terbaru

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Delapan

    "Abang, Papa?” Ratu langsung mengalihkan pandangannya dari layar ponsel, begitu melihat Abang dan Papanya membuka tirai IGD tempatnya barusan diberikan penanganan. Ia masih menunggu informasi dari mereka tentang kondisinya, serta tahap penanganan selanjutnya. Setelah ditanya-tanya oleh dokter jaga, dipasang infus dan diberikan obat. Kedua laki-laki itu menghampirinya. Marcel, abangnya, mengusap kepala Ratu dan mencium keningnya. “Gimana keadaan Ratu sekarang? Apa yang Ratu rasain?” tanya Marcel. Ratu bisa ketakutan dan kekhawatiran di wajah pria itu. “Nggg.... Pegel sama lemes, Bang. Sampai mata kunang-kunang. Tapi sekarang udah ngga terlalu lagi, kok,” jawab Ratu mencoba memaksakan senyum. Ia sudah berdebar tadinya, membayangkan reaksi papa dan abangnya setelah mereka tahu apa yang terjadi pada dirinya, tapi yang Ratu tangkap dari wajah keduanya justru ketakutan dan kekhawatiran. “Ya udah, kamu istirahat aja dulu. Jangan main HP,” pesan Marcel. “Aku belum izin ke atasan kalau

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tujuh

    Malam sudah sangat larut, tapi Rangga masih mondar-mandir di kamarnya. Pemuda itu tak bisa tidur, harinya gelisah, pikirannya dipenuhi oleh Ratu, sosok yang kini menjadi pusat dunia kecilnya.Setiap detik terasa sangat lama, membayangkan bagaimana keadaan Ratu saat ini.Terakhir, Ratu berkirim pesan setengah jam yang lalu. Mestinya belum terlalu lama, kan? Namun, Rangga ingin tahu keadaannya lagi sekarang ini, ingin memastikan bahwa Ratu baik-baik saja.Ratu: ya kalau lo kayak gitu terus, nanya-nanya tanpa henti, gue kapan tidurnya, Njir? Gue juga mau istirahat.Balas Ratu setelah Rangga menanyakan kembali kondisi gadis itu.Rangga: Kita ke rumah sakit aja, yuk, Ra. Tapi gue nggak ada uang lebih. Lo ada BPJS kan? Ratu: Dasar kismin. Kismin, tapi nggak punya otak hamilin anak orang. Semestinya kata-kata hinaan seperti ini tidak bisa diterima. Namun karena yang mengucapkannya adalah Ratu, jadi Rangga tak peduli.Terserah dia saja mau bilang apa. Rangga sudah terbiasa dengan ucapan Ra

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Enam

    “Alhamdulillah sehat, Om,” jawab Rangga. “Masih jualan nasi uduk?”“Masih, Om. Tapi kalau lagi sehat aja. Udah nggak terlalu memaksakan lagi.”“Wahh, sayang banget, ya. Padahal enak banget lho, nasi uduknya. Om pernah coba kan sama teman Om waktu itu di perempatan. Kata teman Om, nasi uduk ibumu yang paling beda. Gurih. Nggak bikin bosan biar kita makannya banyak.”“Ya, mau gimana lagi, Om. Udah faktor usia.”“Udah berapa sih, usia ibumu?”“Agak lupa sih, Om. Tapi yang jelas lebih dari lima puluhan. Soalnya, almarhumah Mbak saya juga usianya udah tiga puluh lebih sekarang.”“Oh, iya iya.” Pak Bandi menyeruput kopinya terlebih dahulu. Pun sama dengan yang Rangga lakukan sehingga beliau bertanya, “Gimana? Beda kan, rasanya?”“Iya, Om. Kopi mana ini?”“Kopinya orang Cisadon, Mas. Asli. Tau Desa Cisadon nggak?”“Waduh, baru dengar itu, Om. Daerah mana ya itu?”“Sentul, tau tidak? Masih kabupaten Bogor sih, Jawa barat. Kapan-kapan deh, Om ajak ke sana sambil motoran.”Sementara itu, di se

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Lima

    “Ngga, takut, Ngga...” ujar Ratu begitu mereka sampai di rumah Rangga. “Nggak ada yang perlu ditakutin, nyokap gue bukan setan,” balas pria itu, “assalamu'alaikum, Bu!”Agak lama keheningan terjadi sebelum akhirnya beliau menjawab salam keduanya dengan suara lirih, “Waalaikumsalam.”Wanita itu keluar dari ruang tengah yang hanya ditutup dengan tirai gorden. Masih dengan memakai mukena, itu sebabnya beliau cukup lama menjawab salam.Raut wajahnya menunjukkan kehangatan, namun tak dipungkiri, ada kesedihan yang tersimpan dibalik tatapannya.“Maaf, Bu. Kita ganggu, ya,” ujar Ratu mencium punggung tangan beliau. “Nggak... udah selesai kok, solatnya. Ngga buatin minum buat Ratu, Ngga. Jangan teh, jus saja. Ibu punya alpukat di kulkas.” Usai berbicara dengan sang anak, Ibu Ratih kembali pada Ratu. “Duduk, Nak. Mau makan apa biar Ibu buatkan.”“Jangan repot-repot, Bu. Aku masih kenyang, kok.” Ratu memaksakan senyumnya. Ratu duduk. Ditemani Bu Ratih di sampingnya. Kecanggungan jelas terasa

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Empat

    Kembali ke tempat kerja.Tak Rangga sangka, ternyata hari ini Ratu sudah bisa kembali bekerja. Gadis itu datang bersama Sabila.“Nah, tuh, udah balik kerja lagi Si Ratu,” ujar Putra pada Rangga, “dicariin tuh, sama Yayang, Ra. Kangen katanya.”Ratu terkekeh. “Resek lo!”“Udah sembuh, Ra? Katanya lagi kurang fit?” tanya pria itu lagi.“Cuma meriang doang, kok.”“Meriang, merindukan kasih sayang.”“Lo kali tuh, yang begitu.”“Udah jadian ya kalian? Kok, makin lengket aja kelihatannya. Kemaren gue lihat kalian di Extraindo,” sahut Adisty membuat semua memusatkan pandangannya pada kedua orang tersebut.“Oh, udah pada ketemuan ternyata lo berdua? Ngomong donk, jangan diem bae, heeuuu, dasar playboy cap kampak,” Putra menimpali.“Apaan sih? Bukan urusan lo, berisik aja!” Rangga jadi sewot. Dia juga menjelaskan, ia hanya mengantar Ratu membeli buah, itu saja. Jam kerja di mulai, semua mulai menyalakan layarnya. Sesekali Rangga melirik Ratu yang saat ini tengah fokus sendiri. Dia mengirim pe

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga

    Kembali ke tempat kerja.Tak Rangga sangka, ternyata hari ini Ratu sudah bisa kembali bekerja. Gadis itu datang bersama Sabila.“Nah, tuh, udah balik kerja lagi Si Ratu,” ujar Putra pada Rangga, “dicariin tuh, sama Yayang, Ra. Kangen katanya.”Ratu terkekeh. “Resek lo!”“Udah sembuh, Ra? Katanya lagi kurang fit?” tanya pria itu lagi.“Cuma meriang doang, kok.”“Meriang, merindukan kasih sayang.”“Lo kali tuh, yang begitu.”“Udah jadian ya kalian? Kok, makin lengket aja kelihatannya. Kemaren gue lihat kalian di Extraindo,” sahut Adisty membuat semua memusatkan pandangannya pada kedua orang tersebut.“Oh, udah pada ketemuan ternyata lo berdua? Ngomong donk, jangan diem bae, heeuuu, dasar playboy cap kampak,” Putra menimpali.“Apaan sih? Bukan urusan lo, berisik aja!” Rangga jadi sewot. Dia juga menjelaskan, ia hanya mengantar Ratu membeli buah, itu saja. Jam kerja di mulai, semua mulai menyalakan layarnya. Sesekali Rangga melirik Ratu yang saat ini tengah fokus sendiri. Dia mengirim pe

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Dua

    “Temenin gue ke supermarket,” kata Ratu sore itu pada Rangga, karena pemuda itu masih di rumahnya.“Lo mau beli apa? Biar gue yang beliin,” balas Rangga.“Ada lah, lo nggak usah banyak tanya. Yang penting anterin gue aja.” Ratu melangkah keluar rumah lebih dulu, terlihat tak sabaran untuk segera pergi.Dan Rangga baru tahu apa yang dibeli oleh Ratu ketika mereka sampai di supermarket. Ternyata Ratu membeli banyak sekali nanas di keranjangnya.Rangga merasa bingung, tak tahan untuk bertanya, “Buat apa lo beli nanas sebanyak ini, Ra?”“Buat ilangin anak lo!” katanya dengan jelas.“Ratu yang gue kenal nggak sekejam ini,” sarkasnya.“Ya lo pikir enak jadi gue? Lo sih, gampang. Nggak dirugikan dari segi mana aja. Gue yang hamil, nggak bisa ke mana-mana, dimarahin Papa, diomongin banyak orang!”“Semua udah terlanjur, udah jadi, mau diapain lagi?” balas Rangga tak tahu harus berkata apa lagi. “Ya udah, terserah lo deh. Gue udah payah ngingetin lo. Tapi kalau ada apa-apa, tolong jangan pernah

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Satu

    Rangga: Ratu adalah teman sekaligus cewek teraneh yang pernah gue kenal. Dia hamil karena kesalahan kita, tapi anehnya dia nggak mau dinikahin. Dia pemegang prinsip nggak menikah dan childfree. Tapi gara-gara gue hidupnya sekarang jadi berantakan.Ratu: ya, males aja nikah apalagi punya anak. Rasanya dua kata itu nggak pernah terbayang dalam hidup gue. Apalagi kalau nikahnya sama si Rangga--si playboy cap kampak yang misquen. Ogah amat!****/Rangga tersentak dari duduknya, ketika tiba-tiba seorang gadis datang melemparkan benda kecil persegi panjang bergaris dua di depan wajahnya.“Apa ini?” tanya dia tak mengerti maksud Ratu. “Nggak mungkin lo nggak tau itu benda apa!” katanya.Rangga melihat baik-baik benda tersebut yang di tengah-tengahnya terdapat dua garis.“Lo hamil?!” kedua mata pria itu membelalak setelah menyadarinya. “Menurut lo?” Gadis itu bersekap dan berdecak.“Sialan! Gara-gara lo gue jadi begini.”“Lo jangan nyalahin gue doang, ya. Lo sendiri juga ngapain mau-mau aja

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status