Share

Dia Belas

Author: Ana_miauw
last update Huling Na-update: 2025-02-26 12:05:50

Rangga dan keluarganya telah tiba di depan rumah Ratu. Disana, beberapa orang telah menunggu kedatangan mereka dan bersiap untuk menyambut rombongan keluarga ini—terutama Pak Bandi sendiri dan anak laki-lakinya.

Jangan ditanya lagi bagaimana perasaan Rangga saat ini. Melihat kedua wajah laki-laki itu membuatnya menciut. Entah ke mana keberanian yang dimilikinya, karena yang tersisa hanyalah rasa takut.

Luka di wajahnya, bekas pukulan kemarin, menjadi pengingat pahit akan kesalahan besar yang telah dilakukannya. Andai mereka yang melihat, benar-benar memahami bahwa itu adalah luka bekas pukulan.

Pak Bandi dan Marcel mengamati semua anggota keluarga yang hadir, tetapi tatapan mereka kepada Rangga begitu dingin. Dendamnya pada Rangga masih sangat membara.

Namun meski demikian Rangga merasa ini masih lebih baik, lantaran mereka masih mau memberinya kesempatan untuk bertanggung jawab atas kesalahannya.

Seorang ustadz atau tokoh masyarakat memasuki rumah, di mana banyak orang telah menunggu
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga Belas

    “Ngga, bangun! Udah adzan!”Seruan ibunya dari balik pintu kamar membuat Rangga terjaga dari tidurnya yang lelap.“Iya, Bu!” jawabnya dengan suara parau.Rangga beranjak dari kasurnya. Dia kemudian duduk di tepi tempat tidur dan meneguk air putih dingin yang sengaja dia sediakan. Berjaga-jaga jika sewaktu-waktu dia haus tengah malam.Sensasi segar air itu, sedikit membantunya mengusir rasa kantuk.Tiba-tiba saja, Rangga terbayang pernikahannya yang baru saja berlangsung kemarin. Kenangan indah itu membuatnya tersenyum, dan tanpa berpikir panjang, ia iseng mengirim voice note kepada perempuan yang kini sudah sah menjadi istrinya tersebut.“Ra, my wife, bikinin gue kopi, dong. Masakin yang enak juga ya. Kamu tahu makanan kesukaanku kan? Ya, nasgor.”Rangga terkekeh geli dengan keisengan nya sendiri.Namun Rangga tak menunggu balasan, karena sekarang ia harus segera mengambil air wudhu dan bersiap menuju musala terdekat, sebelum iqamah dikumandangkan.“Emangnya bener ya, Ngga, kemarin ka

    Huling Na-update : 2025-02-27
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Empat Belas

    “Hampir aja gue telat,” gumam Rangga begitu tiba di kantornya, dan bisa men-scan jarinya di mesin absensi tepat waktu.“Woi!” seseorang dari belakang mengejutkannya dengan menepuk punggungnya.Rangga menoleh, Putra adalah pelakunya.“Ke mana aja lo? Tumben banget kemarin lo nggak ikut anak-anak nongkrong. Jangankan ikut nongkrong, nongol di grup aja kagak.”“Sorry, sorry. Gue sibuk,” jawab Rangga sembari melangkah menuju ruangan mereka yang ada di lantai empat.Sedikit penjelasan, kantor Rangga adalah perusahaan yang bergerak di bidang brand design. Meski belum terlalu besar, namun jangan salah, perusahaan ini sudah sering mengerjakan berbagai proyek untuk klien-klien ternama.Di ruangan tersebut, terdapat dua tim yang berbagi ruang kerja, yaitu Tim 1 dan Tim 2. Namun masing-masing tim memiliki spesialisasi dan fokus yang berbeda. Rangga berada di tim 1 yang dibawaih oleh Ibrahim.“Halah, sibuk apaan? Sibuk sama cewek-cewek lo?”“Enggak lah, gue udah nggak kayak gitu lagi kok.”“Emang

    Huling Na-update : 2025-02-28
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Lima Belas

    “Ibu lagi bikin apa?” tanya Ratu sebab mendapati dapur Ibu mertuanya dalam keadaan yang cukup berantakan.“Ini lagi nyiangin dagangan yang buat besok. Kalau di dadak semuanya, takutnya nanti malah kesiangan atau kurang tidur malamnya. Jadi biasanya Ibu cicil sekarang,” jawab Ibu Ratih yang tengah menggoreng bawang.“Aku mau bantuin ya, Bu. Ini mau dibuat apa?” Ratu menunjuk wortel dan kol yang setengahnya sudah dipotong-potong.“Loh, tinggal duduk aja, Nak. Jangan capek-capek...” ujar beliau yang khawatir menantunya bakal kelelahan.“Gak papa, Bu. Aku pengen bantu, males duduk terus, bosen.”“Ya sudah, tapi jangan dipaksakan ya.”“Jadi aku boleh kan, potong-potong ini?” Ratu kembali memastikan.“Iya, boleh,” kata beliau kemudian. Setelah dipikir-pikir, hanya memotong sayuran saja mungkin tidak akan terlalu berat baginya.“Semuanya, Bu?”“Semua, Nak.”“Okee.” Ratu antusias melakukannya. Ternyata potong sayuran itu menyenangkan juga ya.“Lagi ngapain?” tiba-tiba Rangga muncul dari arah

    Huling Na-update : 2025-03-01
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Enam Belas

    “Nggak ada salahnya kan, Ma, kalau mama ngasih uang keanaknya sendiri walau dia kaya sekalipun. Justru dia akan senang karena merasa diperhatikan oleh orang tuanya,” balas Ratu.“Mama nggak kerja, Sayang. Kalaupun Mama harus kasih, ya, Mama harus minta dulu sama suami Mama. Tapi emangnya enak minta uang sama suami Mama buat anaknya yang masih punya ayah kandung? Tinggalnya masih barengan lagi. Enak di papa kamu, nggak enak di Mama dong. Bisa-bisa nanti Mama yang kena tuduh nafkahin mantan suami. Ah, Ratu nggak bakal ngerti kalau Ratu nggak ngalamin sendiri,” Asyifa menjelaskan panjang lebar.“Ya amit-amit, jangan sampai!” sahut anaknya.“Sama! Mama juga kalau bisa milih, nggak akan mau mama seperti ini. Ini takdir yang harus Mama terima. Mau nolak? Nggak bisa!”“Tapi tenang aja, aku juga nggak akan minta uang sama Mama, kok. Aku udah bisa kerja sendiri.”“Kan ada Papa, minta dong sama Papa. Emangnya Papa kamu nggak kerja?”“Nggak tau,” jawab Ratu pelan.Selama ini, Ratu tidak pernah t

    Huling Na-update : 2025-03-02
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tujuh Belas

    “Tu, Ratu,” ujar Marcel karena dia yang lebih dulu mencapai adiknya. Mencoba mengguncang bahu gadis itu agar dia lekas tersadar dari kondisinya sekarang, yang sepertinya tengah mengalami gangguan kecemasan berlebih. “Nak,” balas mamanya, Asyifa, juga melakukan hal yang sama. “Ratu sayang, bangunlah!”Namun, Ratu tak merespons apa-apa. Hingga Marcel segera membantu sang adik untuk meletakkannya di ranjang.Barulah saat dia mendengar suara Rangga, “Ra, aku di sini ya, Ra.”Kesadaran Ratu seakan kembali.“Ngga,” sahutnya, “aku mau ikut pulang ke rumah kamu aja, Ngga. Aku mau sama ibu...” karena di sanalah dia bis merasakan kenyamanan. “Apa-apaan ini? Nggak bisa! Udah cukup Mama biarkan kamu di sini sampai kamu jadi rusak begini ya. Sekarang waktunya kamu ikut Mama. Biar Mama yang akan urus kamu!”“Mohon maaf, Tante,” sahut Rangga, “tapi saya sebagai suaminya nggak mengizinkan.”Mendengar hal itu tentu saja membuat Asyila semakin murka. Kedua matanya menajam, “Heh, emangnya kamu siapa?

    Huling Na-update : 2025-03-03
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Delapan Belas

    10 menit berlalu.Keduanya masih di ruang tamu, masih berada di posisi yang sama. Namun isakan Ratu yang tadinya keras kini sudah berangsur-angsur melemah.Akan tetapi, Rangga menyadari bahwa ada sesuatu yang terlupakan. Pintu utama di belakang mereka masih terbuka. Hal ini membuat orang-orang--pejalan kaki warga kampung Damai yang lewat dan secara kebetulan menoleh, melihat keduanya dalam keadaan seperti itu.“Ra,” ujarnya pelan, membuat Ratu kini merenggangkan jarak dan menatapnya penuh tanya. “Sebentar, aku tutup pintu dulu.”Ratu mengusap kasar pipinya. Terus terang, dia malu sudah bersikap sedemikian kacaunya di depan pria itu. Karena selama ini dia dikenal dengan pribadi yang kuat. Tapi mau bagaimana lagi? Memang inilah yang dia rasakan dan tak bisa lagi dibendung.Setelah menutup pintu, Rangga kembali dan mempersilahkan Ratu menuju ke ruang tengah. “Kamu udah makan belum? Atau barang kali mau ke kamar kecil dulu?”“Aku haus, pengen minum yang dingin-dingin,” balas Ratu menari

    Huling Na-update : 2025-03-04
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Sembilan Belas

    Pak Bandi membawa kemarahannya ke rumah besan. Ia ngebut dengan motornya melewati beberapa gang hingga tiba di depan rumah Bu Ratih yang cukup sederhana.Dalam angan-angannya dulu, Pak Bandi bisa menjodohkan putrinya dengan seorang pria yang lebih mapan dan memiliki masa depan yang cerah.Bukankah itu wajar bagi seorang ayah untuk menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya? Terutama anak perempuan.Pak Bandi ingin putrinya hidup bahagia dan hidup stabil, terutama dalam hal pasangan hidup. Meskipun putrinya, menolak rencana tersebut dan bersikeras untuk memilih jalannya sendiri—tak mau menikah dan childfree, Pak Bandi merasa perlu memaksanya.Namun kenyataannya kini berbeda. Ratu malah hamil anak dari pemuda biasa seperti Rangga. Pemuda yang tidak memiliki status sosial atau kekayaan yang diharapkan oleh Pak Bandi. Ini membuatnya khawatir dan bingung akan masa depan putrinya kelak.Pak Bandi tahu bahwa rezeki bisa dicari dan diraih melalui kerja keras. Tetapi ia percaya bahwa memulai

    Huling Na-update : 2025-03-05
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Dua Puluh

    Sudah berapa hari ya, Ratu tidak masuk kerja? Dia sampai merasa kehabisan tenaga hari ini sekaligus kesabaran. Karena ia pun harus menghadapi teman dekatnya, Sabila, yang sikapnya tampak berbeda dari biasanya.Namun untuk masalah yang satu itu, Ratu tak terlalu peduli, kok. Karena yang penting menurutnya, ia bisa menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik dan profesional.Ratu sudah bertekad datang ke sini untuk bekerja, kemudian kembali ke rumah dengan tenang tanpa drama.Saat jam istirahat tiba, harusnya Ratu bisa segera beranjak keluar seperti teman-temannya yang lain.Tapi dia harus tertinggal sendiri sebab tengahterjebak dalam tumpukan tugas yang harus segera dia selesaikan.Rangga yang khawatir pun menghampiri, “Belum selesai?”“Belum. Dikit lagi, Ngga,” jawab Ratu tanpa mengalihkan fokusnya dari sana.“Mau dibantu?” tawarnya.Namun Ratu menolak, “Apa yang mau dibantu? Udah nggak usah, sana duluan aja.”“Kalau gitu, kamu mau makan di bawah atau di sini aja? Nanti biar aku beliin

    Huling Na-update : 2025-03-06

Pinakabagong kabanata

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Empat Puluh

    “Bu, udah nyampe mana?” “Ini udah di depan,” jawab ibunya terdengar mempercepat langkah. “Ratu ada keluar air. Air apa itu, Bu?” “Air apa? Air ketuban?” jawab ibunya segera. “Ketuban katanya, Ra?” Rangga menatap istrinya yang sekarang sedang nampak kesakitan sembari mengatur napasnya. Rangga memasukkan ponselnya ke dalam kantong, begitu melihat ibunya memasuki kamar. “Nak?” panggil wanita itu pada sang menantu yang masih duduk lemas di atas klosetnya. Suaranya memang terdengar tenang seperti biasa. Tapi raut wajahnya jelas menunjukkan bahwa beliau juga sama paniknya seperti Rangga. “Mules banget, Bu, sampai mual. Tapi kadang muncul kadang ilang,” tutur gadis itu. “Iya itu namanya kontraksi. Ngga, ayo bantu pindahkan istrimu.” Keduanya membantu Ratu keluar dari dalam kamar mandi. “Tapi aku mau mual lagi,” keluhnya memi

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga Puluh Sembilan

    Akhir bulan yang sibuk. Begitu yang kerap kali dialami oleh para budak korporat menjelang penutupan bulan. Sebab selain banyaknya proyek yang mendekati deadline, mendadak banyak jadwal rapat yang padat. Koordinasi dengan tim menjadi lebih intensif, semua orang berusaha bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas yang tertunda. Di tengah kesibukan itu, ada hal-hal yang sering kali terabaikan di rumah. Salah satu yang paling merasakan dampaknya adalah Ratu, yang kini sedang menjalani kehamilan di trimester ketiga. Perubahan fisik dan emosional yang dialaminya membuatnya lebih sensitif dan lebih banyak menuntut perhatian. Hari ini saja, sudah tiga kali Ratu menelepon. Belakangan, sifat manjanya bertambah, dan keinginannya yang terkadang aneh-aneh membuat Rangga tertegun. Senjatanya adalah anak yang ada di dalam kandungannya itu. Katanya, ini bukan kemauannya, melainkan kemauan

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga Puluh Delapan

    Masih berada di pusat perbelanjaan yang ada di daerah Jakarta bagian timur.Ratu menunggu dengan gelisah suaminya yang katanya tengah menjemput, namun tak kunjung sampai.Ratu takut kalau-kalau Ibrahim keburu turun dan mendapatinya ternyata berada di sini, bukan di toilet seperti yang dia katakan. Ia malas saja berurusan dengan pria itu apalagi terlibat obrolan atau basa-basi dengannya.“Udah nyampe mana, Ngga?” Ratu menelepon.Dan untungnya, Rangga menjawab, “Udah di dekat lobby, nih.”Alhamdulillah....“Ok, aku keluar sekarang!” Ratu melangkah cepat ke arah lobby dan berharap bisa segera bertemu Rangga.Hingga tak lama kemudian, dia melihat sosok pria mengenakan motor matic dengan helm hitam mendekatinya.“Papa masih di atas, tinggal aja lah, ya,” ujar Ratu setelah mereka tak lagi berjarak.“Ini, nih, akibat kalau seorang istri pergi tanpa izin suami,” cibir Rangga.“Emang aku perginya sama s

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga Puluh Tujuh

    Perasaan Rangga campur aduk saat memasuki ruangan Ibu Rika. Dia tahu Ibu Rika cukup ramah dan mudah diajak bicara—tidak seperti HRD-HRD lainnya yang pernah dia dengar, tapi Ibu Rika juga bisa sangat tegas dan kritis sewaktu-waktu. Jadi, saat Rangga harus menghadapinya ketika sedang ada sederet masalah serius di dalam timnya, rasa takut itu tetap muncul.“Permisi, Bu.”“Masuk, Ngga!” serunya dari dalam.Hingga ketika Rangga membuka pintu, senyuman ceria wanita yang duduk di balik meja besar itu langsung menyambutnya. “Selamat siang calon papa baru!” ujarnya membuat Rangga bisa merasa sedikit lebih lega.Karena berarti, panggilannya ini bukan sebuah masalah yang serius.“Ah, iya, terima kasih, Bu.” Rangga duduk di kursi yang disediakan.“Viral ya, kemarin?” tanya Bu Rika.Rangga sempat nge-lag sesaat sebelum kemudian dia mengerti, ke mana arah pembicaraan wanita itu, yang tentu saja mengenai viralnya dirinya saat ngojol dan berkasus dengan seorang perempuan gila.“Hah? Oh, i-iya, Bu.”“

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga Puluh Enam

    Seperti yang telah direncanakan kemarin, hari ini—tepatnya sore setelah Rangga pulang dari kantornya, pria itu menjemput istrinya untuk melakukan pemeriksaan USG.“Pakai mobil aja, Mas. Jangan pakai motor,” ujar papa mertuanya begitu dia tiba di depan rumah.Sementara Ratu sendiri sudah siap berangkat dan menunggunya di depan sana. Tapi roman-romannya dia kecewa setelah mendengar saran yang lebih terdengar seperti perintah dari papanya itu. Dilihat dari wajahnya yang kini cemberut.“Padahal aku pengennya pakai motor.”Nah, kan!Terdengar suara protesnya.“Polusi,” Papanya membalas.Rangga pun tidak punya kesempatan untuk membantah, karena saat ini lelaki itu melempar kunci mobilnya kepadanya.Ya, sudahlah. Toh, lebih aman seperti ini. Lagipula, manut dengan orang tua kan lebih enak.Namun di dalam mobil, sepertinya Rangga harus sabar-sabar mendengar gadis itu menggerutu.Katanya dia punya keinginan untuk langsung jalan-jalan malam ini sepulang mereka dari RS. Naik motor seperti muda-m

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga Puluh Lima

    “Di suspend?”ulang Ibu Ratih, saat Rangga menuturkan alasan ketidakhadirannya ke kantor hariini. Sebab alih-alih bekerja, ia malah pergi ke Kemang guna untuk melakukan banding.“Di suspend itu dipecat kah?” lanjut beliau, menggunakan istilah yang paling dia mengerti.“Nggak, Bu. Suspend itu bukan putus mitra, tapi dibekukanakunnya. Jadi aku belum bisa jadi kurir atau driver lagi untuk sementara,” jelas Rangga tenang. Berusaha meredakan kekhawatiran ibunya.“Penyebabnya?” kata beliau lagi agar Rangga bisa menjelaskannya lebih lanjut.“Gini...” Rangga mulai menjelaskan semuanya dengan rinci, menggambarkan situasi semalam yang membuatnya terjebak ke dalam masalah ini.Barulah setelah selesai, Ibu Ratih menyimpulkan. “Padahal salahnya bukan di kamu ya, Ngga.”“Itulah. Yang kuheran. Padahal emang orangnya aja yang agak-agak.” ,“Udah gitu dengan pedenya di upload ke sosmed lagi,” sahut Ratu.“Banyak yang nonton, Nak?

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga Puluh Empat

    Sekilas memang seperti tak ada yang berubah dari Rangga setelah kejadian menegangkan semalam. Namun di dalam hati pria itu, sebenarnya masalah ini sangat mengganggu. Berbagai kekhawatiran muncul di kepalanya; bagaimana kalau dia sampai diputus mitra, kemudian ia tak bisa mendapat kerja sampingan lagi, lalu, setelah itu nasib dia ke depannya akan seperti apa nantinya?Karena kejadian semalam itu juga, Rangga tidak bisa masuk ke kantor hari ini. Tujuannya adalah ke Kemang—head office untuk melakukan banding—proses yang tidak bisa ia tentukan kapan selesainya. Bisa cepat, bisa lambat, tergantung situasi dan kondisi yang ada di sana.Berdasarkan pengalaman dari teman-teman seperjuangan nya yang pernah mengalami hal serupa, mereka selalu bertemu banyak driver/kurir lain yang juga berkepentingan. Jadi bukan tidak mungkin Rangga pun juga akan mengantre.Beruntung, Rangga memiliki bukti. Ia berhasil merekam sebagian akhir percakapan antara dirinya dan pe

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga Puluh Tiga

    “Katanya mau tidur lagi? Nggak jadi?” tanya Rangga Begitu pak Bandi dan Marcel pergi.“Nggak tau. Udah keburu ilang ngantuknya,” jawab Ratu.“Karena pengen ikut?”Ratu kembali menjawab tidak tahu.“Udah mau jam setengah enam, Ra. Aku pulang dulu kali ya. Mau ganti baju. Kamu mau ikut nggak?” tawar Rangga, karena sejujurnya dia juga tidak tega membiarkan istrinya sendirian di sini.Tetangga Ratu agak berjarak, hingga tak lebih memudahkan siapapun yang memiliki sebuah urusan atau meminta tolong.Lagipula jika menyangkut masalah kepedulian dan kekeluargaan,tetap lebih solid tetangganya sendiri yang ada di RT sebelah.Namun, ini hanya sebuah pemikiran dari seorang suami yang khawatir akan kondisi istrinya yang hamil dengan riwayat pendarahan. Harapannya sih, tidak akan terjadi apa-apa lagi pada istrinya itu.“Tapi aku belum mandi...” balas Ratu.“Nggak papa. Nanti bisa mandi di sana.”Ratu mengambi

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga Puluh Dua

    Memang benar, pada malam itu Rangga bisa tertidur nyenyak. Namun kebiasaannya untuk bangun pagi tetap tak pernah berubah. Beberapa waktu terakhir, ia selalu terbangun sebelum adzan subuh berkumandang, walaupun malam sebelumnya ia merasa begitu lelah. Rangga melihat ke samping. Ratu, istrinya, tampak tertidur damai dengan bantal guling yang dipeluknya erat. Rambutnya yang panjang terurai di atas bantal dan wajahnya memancarkan ketenangan. Rangga mendekatkan wajahnya, embusan napas hangat Ratu menerpa kulitnya yang dingin. Perlahan Rangga mendaratkan kecupannya di kening gadis itu. Dilihatnya lamat-lamat wajah cantik Ratu, kulitnya yang cantik, halus mulus tanpa noda, alisnya yang tebal dan rapi, bulu matanya yang lentik, belum lagi bibirnya yang manis yang membuatnya selalu tergoda. Pikiran Rangga berisik, mengingat bahwa ia bisa melakukan lebih di sini untuk menyalurkan perasaan rindunya. Namun hatinya seolah memasang rambu-rambu, agar dia berhenti. Jika tak ingin lantas mengul

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status