Share

Empat

Author: Ana_miauw
last update Last Updated: 2025-01-14 11:12:41

Kembali ke tempat kerja.

Tak Rangga sangka, ternyata hari ini Ratu sudah bisa kembali bekerja. Gadis itu datang bersama Sabila.

“Nah, tuh, udah balik kerja lagi Si Ratu,” ujar Putra pada Rangga, “dicariin tuh, sama Yayang, Ra. Kangen katanya.”

Ratu terkekeh. “Resek lo!”

“Udah sembuh, Ra? Katanya lagi kurang fit?” tanya pria itu lagi.

“Cuma meriang doang, kok.”

“Meriang, merindukan kasih sayang.”

“Lo kali tuh, yang begitu.”

“Udah jadian ya kalian? Kok, makin lengket aja kelihatannya. Kemaren gue lihat kalian di Extraindo,” sahut Adisty membuat semua memusatkan pandangannya pada kedua orang tersebut.

“Oh, udah pada ketemuan ternyata lo berdua? Ngomong donk, jangan diem bae, heeuuu, dasar playboy cap kampak,” Putra menimpali.

“Apaan sih? Bukan urusan lo, berisik aja!” Rangga jadi sewot. Dia juga menjelaskan, ia hanya mengantar Ratu membeli buah, itu saja.

Jam kerja di mulai, semua mulai menyalakan layarnya. Sesekali Rangga melirik Ratu yang saat ini tengah fokus sendiri. Dia mengirim pesan.

Blokir nomornya sudah terbuka kemarin, Rangga yang diam-diam membukanya di HP Ratu tanpa gadis itu sadari. Jadi dalam hitungan detik, chat itu sudah terkirim.

Rangga: gue beliin lo sarapan tadi pagi. Udah dimakan?

Terdengar HP Ratu berdering. Gadis itu membukanya dan tampak terkejut kenapa ini bisa terjadi.

Ratu: kapan lo pegang hape gue? Kok, Tiba-tiba udah kebuka aja blokirnya?

Rangga: ada lah.

Rangga: lo belum jawab pertanyaan gue tadi.

Ratu: udah masuk perut, tapi dikeluarin lagi.

Rangga menoleh. Pandangan mereka bertemu. Bibir Rangga terbuka, dia menggumamkan kata maaf.

Rangga: lo mau apa biar gue beliin lagi?

Ratu: nggak usah. Lagi nggak bisa diajak kompromi perut gue. Ntar agak siangan aja gue mau makan buah.

Rangga: nanas yang kemarin?

Ratu: nggak ngefek!

Rangga:ngue bilang juga apa, dia masih pengen hidup.

Ratu: bodo amat!

Rangga: ada yang mau gue omongin.

Ratu: apa?

Rangga: gue udah bilang ke nyokap gue soal kita. Maksudnya keadaan lo.

Kedua bola mata Ratu seketika membeliak. Balasan Ratu selanjutnya terkirim ke nomor Rangga dengan sangat cepat tak peduli banyaknya typo yang bertebaran.

Ratu: lp udsh gils ya?!

Gadis itu kesal, karena dengan tahunya wanita tua itu maka sudah dapat dipastikan, dia tidak akan bisa melakukan rencana lainnya untuk menghilangkan anak ini.

Rangga: gue nggak gila, gue Cuma nggak mau nyokap gue malah lebih dulu tahu dari orang lain.

Ratu tak membalas lagi. Namun dari raut wajahnya jelas menunjukkan bahwa dia sangat jengkel.

Tanpa keduanya ketahui, jam istirahat siang kali ini digunakan teman-teman satu timnya yang ada di lantai tujuh itu membicarakan mereka.

Semua mengakui kedekatan Ratu dan Rangga yang sudah pasti memiliki sebuah hubungan. Sayang, tidak ada yang bisa menentukannya secara pasti.

Sebab dari Rangga atau Ratu sendiri, keduanya tak ada yang mau mengakuinya. Mereka selalu bilang mereka Cuma teman.

“Mungkin nggak sih, kalau mereka cuma HTS? Makanya nggak ada yang berani konfirmasi?” kata Sabila.

“Nggak tau. Tapi kalau emang bener keduanya ada hubungan, ini udah melanggar kode etik, sih. Itu udah aturannya kan, dari dulu?”

“Iya, bisa mengurangi profesionalitas kerja. Nggak mungkin enggak.”

Yang lain mengangguk setuju.

“Padahal udah berapa kali gue denger Ratu bilang kalau dia itu nggak percaya sama yang namanya cinta. Makanya dia udah niat mau melajang seumur hidup sampai childfree, tapi kalau kayak gini, apa donk, bahasanya?”

“Lajang seumur hidup mungkin emang bisa, Guys. Tapi kebutuhan sesk emangnya bisa ya kalau kita ngomong enggak? Ya, kalian tau lah, kalau yang satu itu kan kebutuhan primer setiap orang.”

“Bener juga sih. Apalagi tau sendiri kan, Si Rangga itu playboy. Cewek mana yang nggak dicobain? Bukan nggak mungkin Ratu juga kecantol, apalagi mereka kan gini banget.” Sabila menggambarkan dengan kedua tangannya, bahwa keduanya sangat dekat, bahkan tak terpisahkan.

Teman-temannya tertawa, “Tapi guys, biasanya sih, biasanya—yang ngomong begitu paling lantang, secara nggak sadar ke depannya dia akan kemakan sama omongannya sendiri.”

“Apa jangan-jangan, karena ini, Ratu nutupin statusnya?”

“Ah, nggak taulah. Kita do’akan aja yang terbaik. Moga kalaupun mereka jadian, nggak panjang urusannya. Mau dipindah ya pindahlah.”

“Plis, asal jangan Rangga. Gue nggak rela. Dia yang paling bisa diandelin daripada Ratu. Soalnya Ratu kan cewek ya, dia agak terbatas kalau kita butuh bantuan apa-apa.”

“Nggak keduanya. Mereka sama-sama hebat, kok.”

Pembicaraan diakhiri. Kembali pada Rangga dan Ratu yang sedang berada di kantin untuk makan siang.

“Aku mau kopi, Ngga,” pinta Ratu saat mencium aroma kopi yang menguar dari milik orang lain. Sepertinya itu sangat enak.

“Ya nggak bolehlah,” larang Rangga.

“Ngga, plis.” Harus dengan cara apa ya, Ratu memohon agar Rangga tergerak untuk membelikannya?

“Cicip punyaku aja dikit.”

Ratu berdecak. Kedua matanya tajam melirik pria itu yang kini mulai posesif dengannya. Menyebalkan!

“Jadi, kapan lo mau jujur juga sama Bokap lo?”

“Nggak akan! Gue mau kabur aja.”

“Emangnya lo mau kabur ke mana?” tanya Rangga dengan sabar, “dikira gampang apa, kabur dalam keadaan lo yang begitu?”

“Jangan bahas itu dulu ngapa sih, Ngga? Lo bikin nafsu makan gue menghilang tau nggak?!”

“Ok, ok. Makan aja dulu. Silakan!”

Namun setelah beberapa menit terdiam, Ratu kembali berkomentar, “Kok, lo diem aja sih?”

“Terus maumu apa, Raaaa?? Berisik salah, diem juga salah.”

Ratu cemberut. Suasana hatinya sedang sangat tidak baik sekarang. Dia saja bingung dengan dirinya sendiri saat ini yang gampang sekali berubah, apalagi orang lain?

Ratu mendorong piring makannya ke tengah. Masih ada sisa di sana sehingga Rangga kembali bertanya, “Kenapa lagi?”

“Udah kenyang.”

“Setengah pun belum lo habisin. Ayo, tambah lagi.”

“Nggak!”

“Ra?”

“Gue nggak mau ya nggak mau! Nggak ngerti orang lagi ... ini, ya?” Ratu memelankan suaranya di akhir kalimat.

“Atau lo mau ayam bakar gue nih, kalau lo mau. Ambillah!”

Awalnya, Ratu tak mau menerimanya. Namun melihat betapa lahap cara Rangga makan membuat nafsu makannya kembali meningkat. Sampai dia berhasil menghabiskan nasinya di piring tersebut.

Ketika jam kerja berakhir, Rangga mengekori Ratu. Dia menawarkan tumpangan sebelum Ratu benar-benar memesan taksi online.

“Naik motor gue aja, sekalian kita ke rumah Ibu.”

“Ngapain? Ihh, enggak, deh, Ngga! Enggak!”

“Plis, Ra. Kita perlu ngomong sama ibu, minta saran ke beliau gimana ke depannya. Kita nggak bisa kayak gini terus, mau sampai kapan?”

“Nyokap lo masih marah, mana mungkin bisa kita ajak bicara?”

“Marahnya nyokap gue nggak semengerikan nyokap lo, yang kata lo, nggak bisa ngejaga kata-katanya!”

“Gue takut...”

“Gue nggak akan ninggalin lo.”

Ratu masih ragu-ragu, tapi Rangga terus berusaha meyakinkannya. Akhirnya, Ratu setuju untuk naik motor Rangga menuju rumah ibunya.

Related chapters

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Lima

    “Ngga, takut, Ngga...” ujar Ratu begitu mereka sampai di rumah Rangga. “Nggak ada yang perlu ditakutin, nyokap gue bukan setan,” balas pria itu, “assalamu'alaikum, Bu!”Agak lama keheningan terjadi sebelum akhirnya beliau menjawab salam keduanya dengan suara lirih, “Waalaikumsalam.”Wanita itu keluar dari ruang tengah yang hanya ditutup dengan tirai gorden. Masih dengan memakai mukena, itu sebabnya beliau cukup lama menjawab salam.Raut wajahnya menunjukkan kehangatan, namun tak dipungkiri, ada kesedihan yang tersimpan dibalik tatapannya.“Maaf, Bu. Kita ganggu, ya,” ujar Ratu mencium punggung tangan beliau. “Nggak... udah selesai kok, solatnya. Ngga buatin minum buat Ratu, Ngga. Jangan teh, jus saja. Ibu punya alpukat di kulkas.” Usai berbicara dengan sang anak, Ibu Ratih kembali pada Ratu. “Duduk, Nak. Mau makan apa biar Ibu buatkan.”“Jangan repot-repot, Bu. Aku masih kenyang, kok.” Ratu memaksakan senyumnya. Ratu duduk. Ditemani Bu Ratih di sampingnya. Kecanggungan jelas terasa

    Last Updated : 2025-01-14
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Enam

    “Alhamdulillah sehat, Om,” jawab Rangga. “Masih jualan nasi uduk?”“Masih, Om. Tapi kalau lagi sehat aja. Udah nggak terlalu memaksakan lagi.”“Wahh, sayang banget, ya. Padahal enak banget lho, nasi uduknya. Om pernah coba kan sama teman Om waktu itu di perempatan. Kata teman Om, nasi uduk ibumu yang paling beda. Gurih. Nggak bikin bosan biar kita makannya banyak.”“Ya, mau gimana lagi, Om. Udah faktor usia.”“Udah berapa sih, usia ibumu?”“Agak lupa sih, Om. Tapi yang jelas lebih dari lima puluhan. Soalnya, almarhumah Mbak saya juga usianya udah tiga puluh lebih sekarang.”“Oh, iya iya.” Pak Bandi menyeruput kopinya terlebih dahulu. Pun sama dengan yang Rangga lakukan sehingga beliau bertanya, “Gimana? Beda kan, rasanya?”“Iya, Om. Kopi mana ini?”“Kopinya orang Cisadon, Mas. Asli. Tau Desa Cisadon nggak?”“Waduh, baru dengar itu, Om. Daerah mana ya itu?”“Sentul, tau tidak? Masih kabupaten Bogor sih, Jawa barat. Kapan-kapan deh, Om ajak ke sana sambil motoran.”Sementara itu, di se

    Last Updated : 2025-02-20
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tujuh

    Malam sudah sangat larut, tapi Rangga masih mondar-mandir di kamarnya. Pemuda itu tak bisa tidur, harinya gelisah, pikirannya dipenuhi oleh Ratu, sosok yang kini menjadi pusat dunia kecilnya.Setiap detik terasa sangat lama, membayangkan bagaimana keadaan Ratu saat ini.Terakhir, Ratu berkirim pesan setengah jam yang lalu. Mestinya belum terlalu lama, kan? Namun, Rangga ingin tahu keadaannya lagi sekarang ini, ingin memastikan bahwa Ratu baik-baik saja.Ratu: ya kalau lo kayak gitu terus, nanya-nanya tanpa henti, gue kapan tidurnya, Njir? Gue juga mau istirahat.Balas Ratu setelah Rangga menanyakan kembali kondisi gadis itu.Rangga: Kita ke rumah sakit aja, yuk, Ra. Tapi gue nggak ada uang lebih. Lo ada BPJS kan? Ratu: Dasar kismin. Kismin, tapi nggak punya otak hamilin anak orang. Semestinya kata-kata hinaan seperti ini tidak bisa diterima. Namun karena yang mengucapkannya adalah Ratu, jadi Rangga tak peduli.Terserah dia saja mau bilang apa. Rangga sudah terbiasa dengan ucapan Ra

    Last Updated : 2025-02-21
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Delapan

    "Abang, Papa?” Ratu langsung mengalihkan pandangannya dari layar ponsel, begitu melihat Abang dan Papanya membuka tirai IGD tempatnya barusan diberikan penanganan. Ia masih menunggu informasi dari mereka tentang kondisinya, serta tahap penanganan selanjutnya. Setelah ditanya-tanya oleh dokter jaga, dipasang infus dan diberikan obat. Kedua laki-laki itu menghampirinya. Marcel, abangnya, mengusap kepala Ratu dan mencium keningnya. “Gimana keadaan Ratu sekarang? Apa yang Ratu rasain?” tanya Marcel. Ratu bisa ketakutan dan kekhawatiran di wajah pria itu. “Nggg.... Pegel sama lemes, Bang. Sampai mata kunang-kunang. Tapi sekarang udah ngga terlalu lagi, kok,” jawab Ratu mencoba memaksakan senyum. Ia sudah berdebar tadinya, membayangkan reaksi papa dan abangnya setelah mereka tahu apa yang terjadi pada dirinya, tapi yang Ratu tangkap dari wajah keduanya justru ketakutan dan kekhawatiran. “Ya udah, kamu istirahat aja dulu. Jangan main HP,” pesan Marcel. “Aku belum izin ke atasan kalau

    Last Updated : 2025-02-22
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Satu

    Rangga: Ratu adalah teman sekaligus cewek teraneh yang pernah gue kenal. Dia hamil karena kesalahan kita, tapi anehnya dia nggak mau dinikahin. Dia pemegang prinsip nggak menikah dan childfree. Tapi gara-gara gue hidupnya sekarang jadi berantakan.Ratu: ya, males aja nikah apalagi punya anak. Rasanya dua kata itu nggak pernah terbayang dalam hidup gue. Apalagi kalau nikahnya sama si Rangga--si playboy cap kampak yang misquen. Ogah amat!****/Rangga tersentak dari duduknya, ketika tiba-tiba seorang gadis datang melemparkan benda kecil persegi panjang bergaris dua di depan wajahnya.“Apa ini?” tanya dia tak mengerti maksud Ratu. “Nggak mungkin lo nggak tau itu benda apa!” katanya.Rangga melihat baik-baik benda tersebut yang di tengah-tengahnya terdapat dua garis.“Lo hamil?!” kedua mata pria itu membelalak setelah menyadarinya. “Menurut lo?” Gadis itu bersekap dan berdecak.“Sialan! Gara-gara lo gue jadi begini.”“Lo jangan nyalahin gue doang, ya. Lo sendiri juga ngapain mau-mau aja

    Last Updated : 2025-01-14
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Dua

    “Temenin gue ke supermarket,” kata Ratu sore itu pada Rangga, karena pemuda itu masih di rumahnya.“Lo mau beli apa? Biar gue yang beliin,” balas Rangga.“Ada lah, lo nggak usah banyak tanya. Yang penting anterin gue aja.” Ratu melangkah keluar rumah lebih dulu, terlihat tak sabaran untuk segera pergi.Dan Rangga baru tahu apa yang dibeli oleh Ratu ketika mereka sampai di supermarket. Ternyata Ratu membeli banyak sekali nanas di keranjangnya.Rangga merasa bingung, tak tahan untuk bertanya, “Buat apa lo beli nanas sebanyak ini, Ra?”“Buat ilangin anak lo!” katanya dengan jelas.“Ratu yang gue kenal nggak sekejam ini,” sarkasnya.“Ya lo pikir enak jadi gue? Lo sih, gampang. Nggak dirugikan dari segi mana aja. Gue yang hamil, nggak bisa ke mana-mana, dimarahin Papa, diomongin banyak orang!”“Semua udah terlanjur, udah jadi, mau diapain lagi?” balas Rangga tak tahu harus berkata apa lagi. “Ya udah, terserah lo deh. Gue udah payah ngingetin lo. Tapi kalau ada apa-apa, tolong jangan pernah

    Last Updated : 2025-01-14
  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga

    Kembali ke tempat kerja.Tak Rangga sangka, ternyata hari ini Ratu sudah bisa kembali bekerja. Gadis itu datang bersama Sabila.“Nah, tuh, udah balik kerja lagi Si Ratu,” ujar Putra pada Rangga, “dicariin tuh, sama Yayang, Ra. Kangen katanya.”Ratu terkekeh. “Resek lo!”“Udah sembuh, Ra? Katanya lagi kurang fit?” tanya pria itu lagi.“Cuma meriang doang, kok.”“Meriang, merindukan kasih sayang.”“Lo kali tuh, yang begitu.”“Udah jadian ya kalian? Kok, makin lengket aja kelihatannya. Kemaren gue lihat kalian di Extraindo,” sahut Adisty membuat semua memusatkan pandangannya pada kedua orang tersebut.“Oh, udah pada ketemuan ternyata lo berdua? Ngomong donk, jangan diem bae, heeuuu, dasar playboy cap kampak,” Putra menimpali.“Apaan sih? Bukan urusan lo, berisik aja!” Rangga jadi sewot. Dia juga menjelaskan, ia hanya mengantar Ratu membeli buah, itu saja. Jam kerja di mulai, semua mulai menyalakan layarnya. Sesekali Rangga melirik Ratu yang saat ini tengah fokus sendiri. Dia mengirim pe

    Last Updated : 2025-01-14

Latest chapter

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Delapan

    "Abang, Papa?” Ratu langsung mengalihkan pandangannya dari layar ponsel, begitu melihat Abang dan Papanya membuka tirai IGD tempatnya barusan diberikan penanganan. Ia masih menunggu informasi dari mereka tentang kondisinya, serta tahap penanganan selanjutnya. Setelah ditanya-tanya oleh dokter jaga, dipasang infus dan diberikan obat. Kedua laki-laki itu menghampirinya. Marcel, abangnya, mengusap kepala Ratu dan mencium keningnya. “Gimana keadaan Ratu sekarang? Apa yang Ratu rasain?” tanya Marcel. Ratu bisa ketakutan dan kekhawatiran di wajah pria itu. “Nggg.... Pegel sama lemes, Bang. Sampai mata kunang-kunang. Tapi sekarang udah ngga terlalu lagi, kok,” jawab Ratu mencoba memaksakan senyum. Ia sudah berdebar tadinya, membayangkan reaksi papa dan abangnya setelah mereka tahu apa yang terjadi pada dirinya, tapi yang Ratu tangkap dari wajah keduanya justru ketakutan dan kekhawatiran. “Ya udah, kamu istirahat aja dulu. Jangan main HP,” pesan Marcel. “Aku belum izin ke atasan kalau

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tujuh

    Malam sudah sangat larut, tapi Rangga masih mondar-mandir di kamarnya. Pemuda itu tak bisa tidur, harinya gelisah, pikirannya dipenuhi oleh Ratu, sosok yang kini menjadi pusat dunia kecilnya.Setiap detik terasa sangat lama, membayangkan bagaimana keadaan Ratu saat ini.Terakhir, Ratu berkirim pesan setengah jam yang lalu. Mestinya belum terlalu lama, kan? Namun, Rangga ingin tahu keadaannya lagi sekarang ini, ingin memastikan bahwa Ratu baik-baik saja.Ratu: ya kalau lo kayak gitu terus, nanya-nanya tanpa henti, gue kapan tidurnya, Njir? Gue juga mau istirahat.Balas Ratu setelah Rangga menanyakan kembali kondisi gadis itu.Rangga: Kita ke rumah sakit aja, yuk, Ra. Tapi gue nggak ada uang lebih. Lo ada BPJS kan? Ratu: Dasar kismin. Kismin, tapi nggak punya otak hamilin anak orang. Semestinya kata-kata hinaan seperti ini tidak bisa diterima. Namun karena yang mengucapkannya adalah Ratu, jadi Rangga tak peduli.Terserah dia saja mau bilang apa. Rangga sudah terbiasa dengan ucapan Ra

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Enam

    “Alhamdulillah sehat, Om,” jawab Rangga. “Masih jualan nasi uduk?”“Masih, Om. Tapi kalau lagi sehat aja. Udah nggak terlalu memaksakan lagi.”“Wahh, sayang banget, ya. Padahal enak banget lho, nasi uduknya. Om pernah coba kan sama teman Om waktu itu di perempatan. Kata teman Om, nasi uduk ibumu yang paling beda. Gurih. Nggak bikin bosan biar kita makannya banyak.”“Ya, mau gimana lagi, Om. Udah faktor usia.”“Udah berapa sih, usia ibumu?”“Agak lupa sih, Om. Tapi yang jelas lebih dari lima puluhan. Soalnya, almarhumah Mbak saya juga usianya udah tiga puluh lebih sekarang.”“Oh, iya iya.” Pak Bandi menyeruput kopinya terlebih dahulu. Pun sama dengan yang Rangga lakukan sehingga beliau bertanya, “Gimana? Beda kan, rasanya?”“Iya, Om. Kopi mana ini?”“Kopinya orang Cisadon, Mas. Asli. Tau Desa Cisadon nggak?”“Waduh, baru dengar itu, Om. Daerah mana ya itu?”“Sentul, tau tidak? Masih kabupaten Bogor sih, Jawa barat. Kapan-kapan deh, Om ajak ke sana sambil motoran.”Sementara itu, di se

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Lima

    “Ngga, takut, Ngga...” ujar Ratu begitu mereka sampai di rumah Rangga. “Nggak ada yang perlu ditakutin, nyokap gue bukan setan,” balas pria itu, “assalamu'alaikum, Bu!”Agak lama keheningan terjadi sebelum akhirnya beliau menjawab salam keduanya dengan suara lirih, “Waalaikumsalam.”Wanita itu keluar dari ruang tengah yang hanya ditutup dengan tirai gorden. Masih dengan memakai mukena, itu sebabnya beliau cukup lama menjawab salam.Raut wajahnya menunjukkan kehangatan, namun tak dipungkiri, ada kesedihan yang tersimpan dibalik tatapannya.“Maaf, Bu. Kita ganggu, ya,” ujar Ratu mencium punggung tangan beliau. “Nggak... udah selesai kok, solatnya. Ngga buatin minum buat Ratu, Ngga. Jangan teh, jus saja. Ibu punya alpukat di kulkas.” Usai berbicara dengan sang anak, Ibu Ratih kembali pada Ratu. “Duduk, Nak. Mau makan apa biar Ibu buatkan.”“Jangan repot-repot, Bu. Aku masih kenyang, kok.” Ratu memaksakan senyumnya. Ratu duduk. Ditemani Bu Ratih di sampingnya. Kecanggungan jelas terasa

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Empat

    Kembali ke tempat kerja.Tak Rangga sangka, ternyata hari ini Ratu sudah bisa kembali bekerja. Gadis itu datang bersama Sabila.“Nah, tuh, udah balik kerja lagi Si Ratu,” ujar Putra pada Rangga, “dicariin tuh, sama Yayang, Ra. Kangen katanya.”Ratu terkekeh. “Resek lo!”“Udah sembuh, Ra? Katanya lagi kurang fit?” tanya pria itu lagi.“Cuma meriang doang, kok.”“Meriang, merindukan kasih sayang.”“Lo kali tuh, yang begitu.”“Udah jadian ya kalian? Kok, makin lengket aja kelihatannya. Kemaren gue lihat kalian di Extraindo,” sahut Adisty membuat semua memusatkan pandangannya pada kedua orang tersebut.“Oh, udah pada ketemuan ternyata lo berdua? Ngomong donk, jangan diem bae, heeuuu, dasar playboy cap kampak,” Putra menimpali.“Apaan sih? Bukan urusan lo, berisik aja!” Rangga jadi sewot. Dia juga menjelaskan, ia hanya mengantar Ratu membeli buah, itu saja. Jam kerja di mulai, semua mulai menyalakan layarnya. Sesekali Rangga melirik Ratu yang saat ini tengah fokus sendiri. Dia mengirim pe

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Tiga

    Kembali ke tempat kerja.Tak Rangga sangka, ternyata hari ini Ratu sudah bisa kembali bekerja. Gadis itu datang bersama Sabila.“Nah, tuh, udah balik kerja lagi Si Ratu,” ujar Putra pada Rangga, “dicariin tuh, sama Yayang, Ra. Kangen katanya.”Ratu terkekeh. “Resek lo!”“Udah sembuh, Ra? Katanya lagi kurang fit?” tanya pria itu lagi.“Cuma meriang doang, kok.”“Meriang, merindukan kasih sayang.”“Lo kali tuh, yang begitu.”“Udah jadian ya kalian? Kok, makin lengket aja kelihatannya. Kemaren gue lihat kalian di Extraindo,” sahut Adisty membuat semua memusatkan pandangannya pada kedua orang tersebut.“Oh, udah pada ketemuan ternyata lo berdua? Ngomong donk, jangan diem bae, heeuuu, dasar playboy cap kampak,” Putra menimpali.“Apaan sih? Bukan urusan lo, berisik aja!” Rangga jadi sewot. Dia juga menjelaskan, ia hanya mengantar Ratu membeli buah, itu saja. Jam kerja di mulai, semua mulai menyalakan layarnya. Sesekali Rangga melirik Ratu yang saat ini tengah fokus sendiri. Dia mengirim pe

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Dua

    “Temenin gue ke supermarket,” kata Ratu sore itu pada Rangga, karena pemuda itu masih di rumahnya.“Lo mau beli apa? Biar gue yang beliin,” balas Rangga.“Ada lah, lo nggak usah banyak tanya. Yang penting anterin gue aja.” Ratu melangkah keluar rumah lebih dulu, terlihat tak sabaran untuk segera pergi.Dan Rangga baru tahu apa yang dibeli oleh Ratu ketika mereka sampai di supermarket. Ternyata Ratu membeli banyak sekali nanas di keranjangnya.Rangga merasa bingung, tak tahan untuk bertanya, “Buat apa lo beli nanas sebanyak ini, Ra?”“Buat ilangin anak lo!” katanya dengan jelas.“Ratu yang gue kenal nggak sekejam ini,” sarkasnya.“Ya lo pikir enak jadi gue? Lo sih, gampang. Nggak dirugikan dari segi mana aja. Gue yang hamil, nggak bisa ke mana-mana, dimarahin Papa, diomongin banyak orang!”“Semua udah terlanjur, udah jadi, mau diapain lagi?” balas Rangga tak tahu harus berkata apa lagi. “Ya udah, terserah lo deh. Gue udah payah ngingetin lo. Tapi kalau ada apa-apa, tolong jangan pernah

  • Lebih Dari Sekedar Pernikahan   Satu

    Rangga: Ratu adalah teman sekaligus cewek teraneh yang pernah gue kenal. Dia hamil karena kesalahan kita, tapi anehnya dia nggak mau dinikahin. Dia pemegang prinsip nggak menikah dan childfree. Tapi gara-gara gue hidupnya sekarang jadi berantakan.Ratu: ya, males aja nikah apalagi punya anak. Rasanya dua kata itu nggak pernah terbayang dalam hidup gue. Apalagi kalau nikahnya sama si Rangga--si playboy cap kampak yang misquen. Ogah amat!****/Rangga tersentak dari duduknya, ketika tiba-tiba seorang gadis datang melemparkan benda kecil persegi panjang bergaris dua di depan wajahnya.“Apa ini?” tanya dia tak mengerti maksud Ratu. “Nggak mungkin lo nggak tau itu benda apa!” katanya.Rangga melihat baik-baik benda tersebut yang di tengah-tengahnya terdapat dua garis.“Lo hamil?!” kedua mata pria itu membelalak setelah menyadarinya. “Menurut lo?” Gadis itu bersekap dan berdecak.“Sialan! Gara-gara lo gue jadi begini.”“Lo jangan nyalahin gue doang, ya. Lo sendiri juga ngapain mau-mau aja

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status